Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

HUKUM SEBAGAI SISTEM PERATURAN


Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah Ilmu Politik
Dosen Pengampu Dr. H. Abu Rokhmad, M.Ag

Disusun Oleh :

1. Fatimah Azzahrok (1806026081)


2. Iklil Putri Prahasvian (1906026032)
3. Layun Zizana Agathis (1906026034)
4. M. Luqman Ubaidillah (1906026023)
5. Renaldo Syahputra (1906026004)

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbicara tentang masyarakat nampaknya tak pernah terlepas dari nilai dan norma yang
berlaku. Namun tak dapat dipungkiri juga keberadaan hukum sebagai pengaturan terhadap
sebuah masyarakat atau negara. Hukum merupakan suatu sistem yang berlaku dan dibuat untuk
membatasi serta mengatur tindak tanduk agar lebih terkontrol. Selain itu, hukum merupakan
penegak tertinggi dalam sebuah lembaga maupun kelompok dalam pelaksanaanya. Hukum pun
mempunyai tugas untuk menjamin adanya rasa nyaman serta kepastian dalam masyarakat.
Hukum berisi sebuah pengaturan atau peraturan dengan ketentuan-ketentuan yang tertulis
maupun tidak tertulis yang dapat mengatur tiap-tiap kehidupan individu pada suatu masyarakat
atau negara, apabila diketahui melanggar maka dapat dijatuhi sanksi.

Dalam Arifah;2014 Hukum sebagai peraturan yang di buat oleh suatu kekuasaan atau adat
yang dianggap berlaku oleh dan untuk orang banyak, undang-undang, ketentuan, kaedah,
patokan, dan keputusan hakim (Suharso dkk, 2005:171). Hukum merupakan petunjuk hidup,
perintah dan larangan yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat, yang seharusnya
ditaati oleh seluruh anggota masyarakat karena dapat menimbulkan tindakan pelanggaran oleh
pemerintah atau penguasa (Utrecht, 2012:11). Karena itulah,dalam masyarakat diperlukan
adanya pengaturan berbagai kepentingan yang ada, agar kepentingan-kepentingan itu tidak
saling berbenturan satu dengan yang lain. Di sini hukum berperan, hukum dibuat dalam rangka
menciptakan ketertiban dan mengatur relasi antar masyarakat. Dalam melaksanakan fungsinya
untuk menciptakan ketertiban, hukum berlaku sebagai sistem peraturan, yang kemudian
melahirkan peraturan hukum dengan berdasar pada asas hukum yang harus dipatuhi oleh
setiap subjek hukum (dalam hal ini,masyarakat).

Maka dengan ini, makalah ini disusun untuk mengetahui bagaimana hukum menjadi
sebuah sistem pengaturan bagi masyarakat. Karena Indonesia merupakan negara hukum tak
akan terlepas dari yang namanya aturan-aturan yang berlaku dalam kehidupan ini dan
sepenuhnya mesti ditaati. Aturan tersebut guna menjaga ketertiban dalam masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud anatomi peraturan?
2. Bagaimana peraturan hukum dan peristiwa hukum?
3. Apa akibat hukum, dasar hukum dan peristiwa hukum?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Peraturan

Peraturan adalah suatu tata cara yang dilakukan oleh pihak tertentu untuk
menertibkan dan menyelaraskan dengan keperluan suatu pihak tersebut. Peraturan juga
berguna menumbuhkan rasa hormat serta pembentukan pribadi yang baik. Dari poin utama
di atas bisa disimpulkan bahwa, “Peraturan adalah perangkat yang berisi patokan dan
ketentuan untuk dijadikan pedoman yang merupakan hasil dari keputusan yang telah
disepakati dalam suatu organisasi yang bersifat mengikat, membatasi dan mengatur dan
harus ditaati serta harus dilakukan untuk menghindari sangsi dengan tujuan menciptakan
ketertiban, keteraturan, dan kenyaman”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
peraturan adalah Tataan (petunjuk, kaidah, ketentuan) yang dibuat untuk mengatur ; hukum
prinsip yang menyatakan bahwa keunggulan hukum membatasi pejabat negara dalam
menyelenggarakan kekuasaannya; pemerintah bentuk perundang-undangan yang dibuat
atau ditetapkan oleh presiden untuk melaksanakan undang-undang; presiden peraturan
yang dikeluarkan oleh presiden untuk melaksanakan ketetapan presiden.

Dalam hidup bermasyarakat ditemukan keharusan ynag membatasi dan menuntun


tingkah laku manusia. Adapun norma hukum adalah termasuk ke dalam norma susila.
Hukum adalah norma yang mengajak masyarakat untuk mencapai cita-cita serta keadaan
tertentu tanpa mengabaikan dunia nyata, karena itulah hukum digolongkan pada norma
kultur. Hukum tetap memperlihatkan ciri dari suatu norma yang termasuk pada norma
susila yang menunjukkan apa yang seharusnya dilakukan dan bukan apa yang pasti
dilakukan. Norma adalah sarana bagi masyarakat untuk menertibkan, menuntun, dan
mengarahkan tingkah laku anggota masyarakat dalam hubungannya satu sama lain. Untuk
menjalankan fungsinya, maka norma harus memiliki kekuatan yang bersifat memaksa,
kepada para anggota masyarakat dengan tujuan untuk mematuhinya.

1. Norma Kultur

Sehubungan dengan nilai-nilai tersebut, timbul suatu penggolongan yang penting


mengenai norma, yaitu menjadi “keharusan-keharusan alamiah” dan “keharusan-keharusan
susilawi”, yang selanjutnya dikenal sebagai “norma alam” dan “norma susila”
(Radbruch,1961:12).

Norma Alam dan Norma Susila memiliki perbedaan perbedaan, seperti berikut:

a. Norma alam:
• Norma yang mengatakan tentang apa yang pasti terlaksana.
• Sesuatu yang dijadikan norma karna kesesuaiannya dengan kenyataan.
• Norma yang menggambarkan dunia kenyataan, yaitu mengutarakan sesuatu yang memang
sudah ada.
b. Norma susila:
• Norma yang mengatakan tentang sesuatu yang mungkin tidak akan terlaksana.
• Sesuatu yang dijadikan norma, sekalipun ia nantinya ternyata tidak bersesuaian dengan
kenyataan.
• Norma yang menggambarkan suatu rencana atau suatu keadaan yang ingin dicapai. Norma
ini mengutarakan sesuatu yang masih ingin dicapai.

2. Norma Sebagai Perintah Dan Penilaian

Dalam buku “ Ilmu Hukum”, Prof. Dr. Satjipto Rahardjo mengatakan norma adalah sarana
yang dipakai oleh masyarakatnya untuk menertibkan, menuntut, dan mengarahkan tingkah
laku anggota masyarakat dalam hubungannya satu sama lain. Selanjutnya, untuk menjalankan
fungsi menertibkan masyarakat tersebut, norma sudah tentu harus memiliki kekuatan yang
bersifat memaksa. Ciri paksaan ini kemudian menjadi ciri yang paling menonjol dari norma.
Norma merupakan pencerminan dari kehendak masyarakat. Kehendak masyarakat untuk
mengarahkan tingkah laku anggota masyarakat dilakukan dengan membuat pilihan antara
tingkah laku yang disetujui dan yang tidak disetujui. Pilihan itulah yang kemudian akan
menjadi norma dalam masyarakat. Karena itulah, norma hukum merupakan persyaratan dari
tumbuh dan munculnya penilaian-penilaian yang ada dalam masyarakat. Dari kesimpulan
diatas, dapat disimpulkan norma hukum mempunyai 2 unsur yaitu:
a. Patokan penilaian. Hukum digunakan untuk menilai kehidupan masyarakat, yaitu dengan
menyatakan apa yang dianggap baik dan buruk. Penilaian inilah yang kemudian akan
melahirkan petunjuk tentang tingkah laku masyarakat.
b. Patokan tingkah laku. Pandangan tingkah laku ini lahir bila hukum dipandang sebagai
perintah, yaitu ketika masyarakat bertingkah laku sesuai yang diperintahkan oleh hukum.

3. Norma Hukum dan Peraturan Hukum

Norma hukum mengandung nalar tertentu. Nalar terletak pada penilaian masyarakat
terhadap tingkah laku dan perbuatan orang dalam masyarakat. Hukum membentuk masyarakat
menurut pola tertentu seperti yang dikehendakinya.Norma hukummemuat suatu penilaian
mengenai perbuatan tertentu. Hal yang paling jelas tampak dalam bentuk perintah dan
larangan.Peraturan hukum memuat rumusan yang bersifat abstrak karena abstrak adalah ciri
khas hukum. Peraturan hukum merupakan bagian dari tatanan hukum. Tatanan hukum
memeberikan suatu kualifikasi hukum terhadap kenyataan kehidupan sehari-hari.

Peraturan hukum menggunakan pengertian atau konsep untuk menyampaikan maksud.


Pengertian ini merupakan abstraksi dari barang yang pada dasarnya bersifat konkret dan
individual. Pengertian seperti badan hukum disusun dari faktor yang bersifat abstrak dan
terbentuk melalui proses yang panjang. Semakin tinggi tingkat abstraksi hukum maka dapat
disebut kategori hukum. Yang termasuk kategori hukum adalah subjek hukum, hubungan
hukum, akibat hukum dan objek hukum. Asas hukum adalah jantungnya peraturan hukum
karena adalah landasan yang paling luas bagi lahirnya suatu peraturan hukum. Asas hukum tak
akan habis kekuatannya karena telah memunculkan suatu peraturan hukum, tetapi akan
memunculkan peraturan hukum yang baru. Dengan adanya asas hukum, hukum bukanlah
sekadar kumpulan peraturan tetapi mengandung nilai dan tuntutan etis.

3.2 Peraturan Hukum dan Peristiwa Hukum


1. Peristiwa hukum

Peristiwa hukum adalah “semua kejadian atau fakta yang menjadi dalam kehidupan
masyrakat yang mempunyai akibat hukum”. Misalnya, peristiwa jual-beli suatu barang,
dimana peristiwa itu menimbulkan akibat hukum, yaitu timbulnya hak dan kewajiban kedua
belah pihak (penjual dan pembeli). Sajtipto Rahardjo (1986:74) mengartikan peristiwahukum
adalah suatu kejafdian dalam masyarakat yang menggerakan suatu peratruran hukum tertentu,
sehingga ketentuan-ketentuan yang tercantum didalamnya lalu diwujudkan.

Peristiwa hukum dibedakan atas dua jenis, yaitu sebagai berikut :

a) Peristiwa hukum karena perbuatan subyek hukum, yaitu suatu peristiwa hukum yang
terjadi karena akibat perbuatan hukum. Misalnya, peristiwa pembuatan surat wasiat, atau
menghibahkan barrang.
b) Peristiwa hukum yang bukan perbuatan subyek hukum atau peristiwa hukum lainnya, yaitu
peristiwa hukum yang terjadi dalam masyarakat yang bukan merupakan akibat dari
perbuatan subyek hukum. Misalnya, kelahiran seorang bayi, kematian seeorang, dan
daluarsa yang terdiri atas dua jenis, yaitu :
• Daluarsa acquistief, yaitu daluarsa atau lewat waktu yang menimbulkan hak.
Misalnya, sewa-menyewa rumah yang telah selesai masanya maka si pemberi sewa
“berhak” unyuk menguasai kembali obyek yang disewakn.
• Daluarsa extinctief, yaitu daluarsa atau lewat waktu yang melenyapkan kewajiban.
Misalnya, A seorangsatuan pengamanan (satpam) yang menjaga gudang, tetapi
tugasnya selama jangka waktu tertentu telah diantika oleh B anggota satpa lainnya,
maka “selesailah kewajiban” A menjaga keamanan gudang.

2. Peraturan hukum

Negara Hukum menghendaki agar segala bidang kehidupan dan segala tindakan negara
dan atau Pemerintahan dan Peradilan serta berdasar atas hukum. Tata Hukum (Nasional
Indonesia) merupakan penataan jenis aturan dan tingkatan aturan Hukum (tertulis) secara
berurutan atau hierarki yang berlaku dalam NKRI dengan UUD 1945 (Perubahan). Makna tata
urutan atau hierarki atau tingkatan dalam Tata Hukum/Peraturan Perundang-undangan adalah
:

• Peraturan hukum atasan merupakan dasar hukum pembentukan peraturan hukum bawahan.
• Peraturan hukum bawahan merupakan pelaksanaan peraturan hukum atasan, oleh karena
itu kedudukannya lebih rendah dan materi muatannya tidak boleh bertentangan.
• Manakala terdapat dua peraturan Perundang-undangan dengan materi muatan mengatur
materi sama dan dengan kedudukan sama maka berlaku peraturan perundang-undangan
baru.

Tata Hukum/Peraturan Perundang-undangan (yang tertata) mewujudkan tertib perundang-


undangan. Tertib perundang-undangan merupakan keadaan teratur di Bidang perundang-
undangan. Sedangkan makna Peraturan perundang-undangan dapat diartikan sebagai produk
hukum, dan Peraturan Perundang-undangan sebagai proses. Sebagai produk hukum, peraturan
Perundang-undangan merupakan penataan jenis-jenis hukum yang masing-masing mempunyai
kedudukan, dan hubungan hierarkis-fungsional. Peraturan Perundang-undangan dalam arti
proses adalah untuk menyebut rangkaian kegiatan dalam pembentukan hukum / peraturan
hukum tertulis, mulai dari penyusunan naskah akademik, penyusunan rancangan suatu jenis,
pembahasan / persetujuan, pengesahan, pengundangan sampai pembentukan peraturan-
peraturan pelaksanaan, serta pembentukannya berdasarkan asas-asas peraturan perundang-
undangan.

3. Akibat Hukum, Dasar Hukum dan Peristiwa Hukum.


a) Akibat Hukum

Akibat hukum yaitu akibat sesuatu Tindakan hukum. Tindakan hukum adalah Tindakan
yang dilakukan guna memperoleh sesuatu akibat yang dikehendaki dan yang diatur oleh
hukum. Atau akibat hukum adalah akibat yang ditimbulkan oleh peristiwa hukum. Akibat
hukum dapat berupa:

• Lahirnya, ubahnya atau lenyapnya sesuatu keadaan hukum. Contoh: Menjadi umur 21
tahun cukup untuk melakukan Tindakan hukum Dalam pengampunan jadi kehilangan
kecakapan melakukan Tindakan hukum diatas
• Lahirnya, ubahnya atau lenyapnya sesuatu hukum (hubungan antara dua subjek hukum
atau dimana hak dan kewajiban disatu pihak berhadapan dengan hak dan kewajiban dipihak
yang lain). Contoh A mengadakan perjanjian jual beli dengan B lahir hubungan hukum
A/B. Sesudah dibayar lunas lenyap hubungan itu.
• Sanksi apabila melakukan Tindakan melawan hukum, contoh A menabrak seseorang
hingga berakibat luka berat, A harus mendapat sanksi berupa pidana penjara atau pidana
denda.
b) Peristiwa Hukum

Yaitu peristiwa-peristiwa kemasyarakatan yang timbul dari hubungan-hubungan anggota


masyarakat yang oleh hukum diberikan akibat-akibat hukum. Peristiwa hukum dapat
dibedakan menjadi 2:

1) Perbuatan subjek hukum (manusia dan badan hukum)


2) Peristiwa hukum yang bukan perbuatan subjek hukum

Perbuatan Subjek Hukum dapat dibedakan menjadi antara lain:

Perbuatan hukum, yaitu segala perbuatan yang secara sengaja dilakukan oleh seseorang
untuk menimbulkan hak dan kewajiban-kewajiban. Perbuatan hukum dibagi menjadi 2:

• Perbuatan hukum sepihak, yaitu perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu pihak saja dan
menimbulkan hak dan kewajiban pada satu pihak pula. Contoh surat waasiat, pemberian
hadiah
• Perbuatan hukum dua pihak, yaitu perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua pihak dan
menimbulkan hak dan kewajiban pada dua sehingga ada hubungan timbal balik. Contoh
jual beli, sewa menyewa

Perbuatan lain yang bukan perbuatan hukum, dibedakan menjadi:

• Zaakwaarneming, yaitu perbuatan memperhatikan kepentingan orang lain dengan tidak


meminta oleh orang itu untuk memperhatikan kepentingannya.
• Onrechmatige dead, perbuatan hukum yang bertentangan dengan hukum.

Peristiwa hukum yang bukan perbuatan subjek hukum

Yaitu suatu peristiwa hukum yang terjadi dalam masyarakat yang tidak merupakan akibat
dari perbuatan subjek hukum, misalnya kelahiran seorang bayi, kematian seseorang,
kadaluarsa (aquistief dan extincief). Kelahiran langsung menimbulkan hak anak yang
dilahirkan untuk mendapat pemeliharaan dari orang tuanya dan menimbulkan kewajiban bagi
orang tuanya untuk memelihara anaknya. Kematian juga merupakan peristiwa hukum karena
kematian seseorang menimbulkan hak dan kewajiban para ahli warisnya. Kemudian kadaluarsa
dapat mengakibatkan seseorang memperoleh suatu haka tau dibebaskan dari suatu tanggung
jawab/kewajiban setelah habis masa tertentu dan syarat yang ditentukan oleh undang-undang
terpenuhi

c) Dasar Hukum

Dasar hukum adalah norma hukum yang menjadi landasan bagi setiap Tindakan hukum
oleh subjek hukum baik orang perorangan ataupun yang berbentuk badan hukum. Berikut
dasar-dasar hukum yang berada di Indonesia:

• Pasal 1 ayat 3 UUD 1945: menegaskan bahwa kekuasaan negara dijalankan atas dasar
hukum yang baik dan adil.
• Pasal 24 ayat 1 UUD 1945; menegaskan bahwa kekuasaan kehakiman harus bebas dari
campur tangan kekuasaan lainnya .
• Pasal 24 ayat 2 UUD 1945; menegaskan bahwa kekuasaan kehakiman dilaksanakan oleh
Mahkamah Agung dan badan peradilan yang ada di bawahnya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kualitas suatu masyarakat dapat dikatakan ditentukan oleh kondisi ketertibanmasyarakat


tersebut. Ketertiban sendiri tidaklah didukung oleh suatu lembaga yang monolitik.Ketertiban
dalam masyarakat diciptakan bersama-sama secara terintegrasi. Berbagai macam norma yang
ada dalam masyarakat memberikan sumbangannya masing-masing dalammewujudkan
ketertiban dalam masyarakat. Salah satu sarana untuk mencapai ketertiban dalam masyarakat
adalah dengan menggunakan hukum. Hukum, sebagai norma kultur, mengajakmasyarakat
untuk mencapai cita-cita serta keadaan tertentu, tetapi tanpa mengabaikan
duniakenyataan.Peraturan-peraturan hukum bersumber dari asas-asas hukum, yang menjadi
jembatan penghubung antara peraturan-peraturan tersebut dengan cita-cita serta pandanganetis
masyarakat. Sebagai suatu sistem peraturan, hukum bekerja dengan memberikankualifikasi
pada perbuatan masyarakat, mengelompokkannya menjadi perbuatan hukum dan perbuatan
bukan hukum. Hukum juga mengatur relasi yang terjadi antar subjek hukum, dankemudian
melahirkan pertalian berupa hubungan yang telah dikualifikasi, yang disebut dengan hak.
Referensi:
Arianti T. 2015. Skripsi Bab I Pendahuluan Hukum. Tersedia di
http://eprints.ums.ac.id/29723/2/BAB_1.pdf. Diakses pada 19 September 2020.
Erika. 2008. Hukum Sebagai Sistem Peraturan. Tersedia di
https://www.academia.edu/29382902/Hukum_Sebagai_Sistem_Peraturan. Diakses pada 19
September 2020.
Bayuarsadinata. 2015. Peraturan Adalah. Tersedia di
https://bayuarsadinata.wordpress.com/2015/07/16/peraturan-adalah-
2/#:~:text=Peraturan%20adalah%20patokan%20yang%20dibuat,organisasi%2C%20dan%20s
angsi%20jika%20melanggar. Diakses pada 19 September 2020.
Definisi Peraturan. Tersedia di https://kbbi.web.id/atur. Diakses pada 19 September 2020.
Fauzi, Achmad Alif Rizal. 2013. Pengaruh Peraturan Sekolah Terhadap Pembentukan Karakter
Siswa Di Sman 1 Taman Sidoarjo. Digital Library UIN Sunan Ampel. Tersedia di
http://digilib.uinsby.ac.id/10601/. Diakses pada 19 September 2020.
Rijal Pahlawan. 2014. Ilmu Hukum. Tersedia di
https://rareya.wordpress.com/category/pengantar-ilmu-hukum/. Diakses pada 19 September 2020.
Saloko, A. 2017. Pengantar Ilmu Hukum. Universitas Islam Nusantara: Tersedia di
https://www.researchgate.net/publication/32110775. Diakses pada 19 September 2020.
Saraswati, R. 2009. Perkembangan Pengaturan Sumber Hukum Dan Tata Urutan
Perundang-Undangan Di Indonesia . Media Hukum Vol.IX, No2 , 1-12. Diakses pada 19
September 2020.
Academia.edu. (n.d.). pengantar ilmu hukum BAB I. jurnal academia. Diakses pada 19
September 2020
Brainly. 2016. Brainly. Tersedia di http://brainly.co.id. Diakses pada 19 September 2020

Anda mungkin juga menyukai