Dosen Pengampu :
Drs. Iptdan M. PA
3. Asdar D101225
4. I Gede Pasek D101225
Antawijaya
1
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TADULAKO
2024
KATA PENGANTAR
2
DAFTAR ISI
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat adalah kumpulan manusia yang hidup bersama
dengan berbagai norma dan aturan. Norma dan aturan tersebut berfungsi
untuk mengatur perilaku masyarakat agar tercipta keteraturan dan
stabilitas. Salah satu bentuk norma dan aturan yang penting dalam
masyarakat adalah hukum.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud hukum sebagai kontrol sosial?
2. Apa saja fungsi hukum sebagai kontrol sosial?
3. Apa saja kelebihan hukum sebagai kontrol sosial?
4. Apa saja kekurangan hukum sebagai kontrol sosial?
C. Tujuan
4
BAB 2
PEMBAHASAN
1. Pengertian Hukum Sebagai Kontrol Sosial
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maka perlunya
terbentuknya hukum sebagai sosial control masyarakat, diartikan sebagai
pengawas oleh masyarakat terhadap jalannya pemerintahan. Dengan
demikian sosial control bertujuan mencapai keserasian antara stabilitas,
dengan perubahan dalam masyarakat. Dari sudut sifatnya sosial control
bersifat preventif atau represif, preventif merupakan usaha pencegahan
terhadap terjadinya gangguan kepastian dan keadilan. Sedang usaha
represif bertujuan mengembalian keserasian hukum dengan masyarakat,
proses sosial control dapat dilaksanaakan tanpa kekerasan ataupun
paksaan (coercive). Sosial control berfungsi membentuk kaidah baru
yang menggantikan kaidah lama, dalam compultion diciptakan situasi
seseorang terpaksa taat atau mengubah sikapnya menghasilkan kepatutan
secara tidak langsung. Pada pervasion, norma atau nilai yang masuk
dibawah sadar.
5
Dengan adanya norma-norma tersebut, akan setiap masyarakat
diselenggarakan sosial control atau pengenadalian sosial. Apabila prilaku
manusia diatur oleh hukum tertulis dan perundang-undangan yakni
keputusan penguasayang bersifat resmi danterulis serta mengikat umum
Diselenggaranya sosial control formal (formal social control ) artinya,
norma- norma terulis tersebut berasal dari pihak yang mempunyai
kekuasaan dan wewenang formal. Social control informal (informal
social control) melaui pendidikan, agama, seminar, dan penyebarluasaan
pemahaman hukum. Lazimnya, yang ditempatkan terlebih dahulu adalah
sosial control yang dianggap paling lunak berupa nasihat yang mengikat,
selanjutnya menerapkan sosial control yang lebih ketat. Dalam proses
tesebut, apabila sarana lain tidak menghasilkan tujuan yang dicapai
norma hukum diterpkan pada tahap terakhir.4 Dalam memandang hukum
sebagai alat kontrol sosial manusia, maka hukum merupakan salah satu
alat pengendali sosial. Alat lain masih ada sebab masih saja diakui
keberadaan pranata sosial lainnya (misalnya keyakinan, kesusilaan).
Kontrol sosial merupakan aspek normatif kehidupan sosial. Hal itu
bahkan dapat dinyatakan sebagai pemberi defenisi tingkah laku yang
menyimpang dan akibat-akibat yang ditimbulkannya, seperti berbagai
larangan, tuntutan, dan pemberian ganti rugi.
6
sangat berkait dengan banyak hal, seperti keyakinan agama, aliran
falsafat yang dianut. Dengan kata lain, sanksi ini berkaitan dengan
kontrol sosial. Achmad Ali menyebutkan sanksi pezina berbeda bagi
masyarakat penganut Islam secara konsekuen dengan masyarakat Eropa
Barat. Orang Islam memberikan sanksi yang lebih berat, sedangkan
orang Eropa Barat memberi sanksi yang ringan saja. Hukum, di samping
bukan satu-satunya alat kontrol sosial, juga sebagai alat pengendali
memainkan peran pasif. Artinya bahwa hukum menyesuaikan diri
dengan kenyataan masyarakat yang dipengaruhi oleh keyakinan dan
ajaran falsafat lain yang diperpeganginya.
Dalam hal ini, fungsi hukum ini lebih diperluas sehingga tidak
hanya dalam bentuk paksaan. Fungsi ini dapat dijalankan oleh dua
bentuk:
7
Sebagai alat kontrol, hukum tidak hanya diletakkan sebagai
norma yang mengatur lalu lintas pergaulan antar manusia di dalam
negara, melainkan juga mengatur dan menjamin agar bagaimana
kekuasaan negara tidak melampaui batas-batas tertentu sehingga
dianggap merugikan rasa keadilan manusia yang hidup di dalamnya.
Hukum ditujukan untuk mewujudkan pengayoman bagi manusia secara
pasif dengan mencegah tindakan sewenang-wenang, dan secara aktif
menciptakan kondisi kemasyarakatan yang manusiawi. Hukum
diletakkan sebagai alat untuk mengontrol kekuasaan agar kekuasaan
tersebut tidak melampaui wewenang dan pada gilirannya akan merusak
keseimbangan sosial.
8
Undang-undang Lalu Lintas mengatur tata cara mengemudi
dan penggunaan jalan raya, sedangkan norma kesopanan
mengatur tentang perilaku yang dianggap sopan dan pantas
dalam masyarakat.
9
kokoh bagi terciptanya kehidupan sosial yang harmonis dan
sejahtera.
10
Kepercayaan masyarakat pada sistem peradilan
pidana menjadi faktor penting dalam pencegahan
kejahatan. Sistem peradilan yang adil dan efektif akan
mendorong masyarakat untuk melaporkan kejadian dan
membantu proses penegakan hukum. Contohnya,
penyelesaian kasus korupsi yang transparan dan konsisten
dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat pada sistem
peradilan pidana.
11
sengketa, dengan fokus pada mekanisme penyelesaian
sengketa yang tersedia, manfaatnya, dan tantangan yang
dihadapi.
12
dapat diselesaikan melalui pengadilan, arbitrase, mediasi, atau
negosiasi.
13
fondasi penting bagi terciptanya masyarakat yang harmonis
dan sejahtera. Ibarat bangunan kokoh, integrasi sosial
bagaikan perekat yang mengikat seluruh elemen masyarakat
dan menumbuhkan rasa saling menghormati, toleransi, dan
persatuan.
14
Hukum memiliki daya paksa yang dapat digunakan untuk
menindak pelanggar dan menegakkan aturan. Hal ini membantu
untuk memastikan kepatuhan terhadap norma dan aturan sosial.
15
Keterlambatan:
Hukum sering kali terlambat dalam merespon perubahan sosial
yang terjadi di masyarakat. Proses pembuatan dan perubahan
hukum membutuhkan waktu yang lama, sehingga hukum tidak
selalu dapat mengikuti perkembangan zaman. Contohnya, hukum
tentang cybercrime terlambat dibuat dibandingkan dengan
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.
Ketidakadilan:
Hukum tidak selalu adil bagi semua orang. Penegakan hukum
yang tidak konsisten dan bias dapat menyebabkan ketidakadilan
bagi kelompok masyarakat tertentu. Contohnya, diskriminasi
dalam penegakan hukum terhadap kelompok minoritas.
Ketidakpastian:
Hukum dapat diinterpretasikan secara berbeda oleh orang yang
berbeda, sehingga menimbulkan ketidakpastian dan
kebingungan. Hal ini dapat menyebabkan perselisihan dan
konflik. Contohnya, interpretasi hukum tentang pernikahan beda
agama.
Ketergantungan pada Aparat Penegak Hukum:
Efektivitas hukum sebagai kontrol sosial sangat bergantung pada
aparat penegak hukum. Jika aparat penegak hukum tidak
kompeten, korup, atau tidak adil, maka hukum tidak akan dapat
berfungsi dengan baik. Contohnya, suap dan korupsi dalam
proses penegakan hukum.
Ketidakmampuan Mengubah Perilaku:
Hukum hanya dapat mengatur perilaku eksternal, tetapi tidak
dapat mengubah perilaku internal manusia. Hukum tidak dapat
memaksa orang untuk menjadi baik atau moral. Contohnya,
hukum tidak dapat mencegah orang untuk melakukan tindakan
kriminal karena dendam atau amarah.
Potensi Penyalahgunaan:
Hukum dapat disalahgunakan oleh pihak-pihak yang berkuasa
untuk menekan dan mengendalikan kelompok masyarakat yang
lemah. Contohnya, penggunaan hukum untuk membungkam kritik
terhadap pemerintah.
Kesimpulan:
16
Hukum merupakan alat kontrol sosial yang penting, namun
memiliki beberapa kekurangan. Untuk memaksimalkan efektivitas
hukum sebagai kontrol sosial, perlu dilakukan upaya untuk
mengatasi kekurangan-kekurangan tersebut, seperti
meningkatkan kualitas aparat penegak hukum, mempercepat
proses pembuatan dan perubahan hukum, dan memastikan
penegakan hukum yang adil dan konsisten.
17
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
https://ejurnal.stita.ac.id/index.php/TBQ/article/download/111/103
19