Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Hukum Sebagai Sosial Kontrol

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kuliah Mata Kuliah Sosiologi


Hukum

Dosen Pengampu :
Drs. Iptdan M. PA

Nama Nama Kelompok :


1. Rizky Ardiansyah D10122550
2. Muh. Fikar Firman D101225

3. Asdar D101225
4. I Gede Pasek D101225
Antawijaya

1
FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS TADULAKO

2024

KATA PENGANTAR

2
DAFTAR ISI

3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat adalah kumpulan manusia yang hidup bersama
dengan berbagai norma dan aturan. Norma dan aturan tersebut berfungsi
untuk mengatur perilaku masyarakat agar tercipta keteraturan dan
stabilitas. Salah satu bentuk norma dan aturan yang penting dalam
masyarakat adalah hukum.

Hukum merupakan seperangkat aturan yang dibuat oleh lembaga


yang berwenang dan memiliki sanksi tegas bagi pelanggarnya. Hukum
memiliki peran penting dalam menjaga keteraturan dan stabilitas
masyarakat dengan cara mengendalikan perilaku masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud hukum sebagai kontrol sosial?
2. Apa saja fungsi hukum sebagai kontrol sosial?
3. Apa saja kelebihan hukum sebagai kontrol sosial?
4. Apa saja kekurangan hukum sebagai kontrol sosial?

C. Tujuan

4
BAB 2
PEMBAHASAN
1. Pengertian Hukum Sebagai Kontrol Sosial
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maka perlunya
terbentuknya hukum sebagai sosial control masyarakat, diartikan sebagai
pengawas oleh masyarakat terhadap jalannya pemerintahan. Dengan
demikian sosial control bertujuan mencapai keserasian antara stabilitas,
dengan perubahan dalam masyarakat. Dari sudut sifatnya sosial control
bersifat preventif atau represif, preventif merupakan usaha pencegahan
terhadap terjadinya gangguan kepastian dan keadilan. Sedang usaha
represif bertujuan mengembalian keserasian hukum dengan masyarakat,
proses sosial control dapat dilaksanaakan tanpa kekerasan ataupun
paksaan (coercive). Sosial control berfungsi membentuk kaidah baru
yang menggantikan kaidah lama, dalam compultion diciptakan situasi
seseorang terpaksa taat atau mengubah sikapnya menghasilkan kepatutan
secara tidak langsung. Pada pervasion, norma atau nilai yang masuk
dibawah sadar.

Alat sosial control menjadi bagian kemasyarakat maupun


dilusrnya perwujudan dari sosial control ialah

1. Pemindanaan berupa larangan, yang apabila dilanggar akan


mendapatkan penderitaan bagi pelanggarnya.
2. Kompensasi standar, adalah kewajiban dimana inisiatif untuk
memproses ada pihak yang dirugikan. Pihak yang dirugikan
meminta ganti rugi oleh pihak lawan, sifatnyaakusator.
3. Terapi atau konsilasi, bersifat reimidal artinya bertujuan
mengembalikan situasi padakeadaan semula. Dengan cara
masingmasing pihak yang bersengketa bmencari upaya untuk
menyelesaikan secara kompromisstis ataupun mengundang
pihak ketiga.

5
Dengan adanya norma-norma tersebut, akan setiap masyarakat
diselenggarakan sosial control atau pengenadalian sosial. Apabila prilaku
manusia diatur oleh hukum tertulis dan perundang-undangan yakni
keputusan penguasayang bersifat resmi danterulis serta mengikat umum
Diselenggaranya sosial control formal (formal social control ) artinya,
norma- norma terulis tersebut berasal dari pihak yang mempunyai
kekuasaan dan wewenang formal. Social control informal (informal
social control) melaui pendidikan, agama, seminar, dan penyebarluasaan
pemahaman hukum. Lazimnya, yang ditempatkan terlebih dahulu adalah
sosial control yang dianggap paling lunak berupa nasihat yang mengikat,
selanjutnya menerapkan sosial control yang lebih ketat. Dalam proses
tesebut, apabila sarana lain tidak menghasilkan tujuan yang dicapai
norma hukum diterpkan pada tahap terakhir.4 Dalam memandang hukum
sebagai alat kontrol sosial manusia, maka hukum merupakan salah satu
alat pengendali sosial. Alat lain masih ada sebab masih saja diakui
keberadaan pranata sosial lainnya (misalnya keyakinan, kesusilaan).
Kontrol sosial merupakan aspek normatif kehidupan sosial. Hal itu
bahkan dapat dinyatakan sebagai pemberi defenisi tingkah laku yang
menyimpang dan akibat-akibat yang ditimbulkannya, seperti berbagai
larangan, tuntutan, dan pemberian ganti rugi.

Hukum sebagai alat kontrol sosial memberikan arti bahwa ia


merupakan sesuatu yang dapat menetapkan tingkah laku manusia.
Tingkah laku ini dapat didefenisikan sebagai sesuatu yang menyimpang
terhadap aturan hukum. Sebagai akibatnya, hukum dapat memberikan
sanksi atau tindakan terhadap si pelanggar. Karena itu, hukum pun
menetapkan sanksi yang harus diterima oleh pelakunya. Hal ini berarti
bahwa hukum mengarahkan agar masyarakat berbuat secara benar
menurut aturan sehingga ketentraman terwujud.

Sanksi hukum terhadap perilaku yang menyimpang, ternyata


terdapat perbedaan di kalangan suatu masyarakat. Tampaknya hal ini

6
sangat berkait dengan banyak hal, seperti keyakinan agama, aliran
falsafat yang dianut. Dengan kata lain, sanksi ini berkaitan dengan
kontrol sosial. Achmad Ali menyebutkan sanksi pezina berbeda bagi
masyarakat penganut Islam secara konsekuen dengan masyarakat Eropa
Barat. Orang Islam memberikan sanksi yang lebih berat, sedangkan
orang Eropa Barat memberi sanksi yang ringan saja. Hukum, di samping
bukan satu-satunya alat kontrol sosial, juga sebagai alat pengendali
memainkan peran pasif. Artinya bahwa hukum menyesuaikan diri
dengan kenyataan masyarakat yang dipengaruhi oleh keyakinan dan
ajaran falsafat lain yang diperpeganginya.

Dalam hal ini, fungsi hukum ini lebih diperluas sehingga tidak
hanya dalam bentuk paksaan. Fungsi ini dapat dijalankan oleh dua
bentuk:

1) pihak penguasa negara. Fungsi ini dijalankan oleh suatu


kekuasaan terpusat yang berwujud kekuasaan negara yang
dilaksanakan oleh the ruling class tertentu. Hukumnya
biasanya dalam bentuk hukum tertulis dan perundang
undangan. Hukum pada tataran ini seperti dikemukakan oleh
Donald Black bahwa law is a social control by government.
2) masyarakat; fungsi ini dijalankan sendiri oleh masyarakat
dari bawah. Hukumnya biasa berbentuk tidak tertulis atau
hukum kebiasaan.

Hukum selalu menyertai maju mundurnya peradaban manusia


karena dimana ada hukum di situlah ada masyarakat. Hukum tidak
mengambil jarak dengan manusia atau sebaliknya sebab hukum itu
inheren dengan manusia. Para pakar hukum dan filsuf sepakatbahwa
hukum itu ada bersamaan dengan keberadaan manusia. Komunitas
manusia dalam sebuah negara menjadi objek dari hukum dan hukum
digunakan sebagai kontrol sosial yang berasal dari pemerintah. Semua
hukum adalah kontrol sosial namun tidak semua kontrol sosial adalah
hukum, hukum adalah sebagian kecil dari kontrol social.

7
Sebagai alat kontrol, hukum tidak hanya diletakkan sebagai
norma yang mengatur lalu lintas pergaulan antar manusia di dalam
negara, melainkan juga mengatur dan menjamin agar bagaimana
kekuasaan negara tidak melampaui batas-batas tertentu sehingga
dianggap merugikan rasa keadilan manusia yang hidup di dalamnya.
Hukum ditujukan untuk mewujudkan pengayoman bagi manusia secara
pasif dengan mencegah tindakan sewenang-wenang, dan secara aktif
menciptakan kondisi kemasyarakatan yang manusiawi. Hukum
diletakkan sebagai alat untuk mengontrol kekuasaan agar kekuasaan
tersebut tidak melampaui wewenang dan pada gilirannya akan merusak
keseimbangan sosial.

2. Fungsi Hukum Sebagai kontrol Sosial

Hukum memiliki peran penting dalam menjaga keteraturan dan


stabilitas masyarakat. Salah satu fungsi utama hukum adalah sebagai
kontrol sosial, yang berarti bahwa hukum berfungsi untuk:

1. Mengatur Perilaku Masyarakat: Hukum menetapkan


aturan dan norma yang harus dipatuhi oleh semua anggota
masyarakat. Aturan ini membantu menciptakan tatanan sosial
yang terstruktur dan terarah.
Hukum memiliki peran vital dalam mengatur perilaku
masyarakat. Ia bagaikan kompas yang menuntun manusia
dalam berperilaku dan berinteraksi satu sama lain. Peran ini
diwujudkan melalui berbagai cara, bagaikan jaring yang
menyelimuti kehidupan sosial.

Pertama, hukum menetapkan norma dan aturan. Norma


dan aturan ini bagaikan rambu-rambu yang memberikan
panduan bagi manusia dalam berperilaku. Aturan ini tertuang
dalam berbagai bentuk, mulai dari undang-undang yang
dibuat oleh lembaga legislatif, peraturan pemerintah, hingga
norma sosial yang dianut oleh masyarakat. Contohnya,

8
Undang-undang Lalu Lintas mengatur tata cara mengemudi
dan penggunaan jalan raya, sedangkan norma kesopanan
mengatur tentang perilaku yang dianggap sopan dan pantas
dalam masyarakat.

Kedua, hukum ditegakkan melalui berbagai lembaga dan


institusi. Penegakan hukum bagaikan penegasan atas rambu-
rambu yang telah ditetapkan. Lembaga seperti kepolisian,
kejaksaan, pengadilan, dan lembaga pemasyarakatan bekerja
sama untuk memastikan bahwa aturan dipatuhi dan
pelanggaran ditindaklanjuti. Contohnya, penangkapan
pencuri oleh polisi merupakan contoh penegakan hukum
terhadap pelanggaran pidana.

Ketiga, edukasi dan penyuluhan hukum menjadi upaya


penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Edukasi
dan penyuluhan bagaikan upaya untuk menjelaskan makna di
balik rambu-rambu dan meningkatkan pemahaman
masyarakat tentang konsekuensi dari melanggarnya.
Masyarakat perlu mengetahui tentang hukum dan
konsekuensinya, memahami hak dan kewajibannya sebagai
warga negara, dan mengembangkan kesadaran hukum.
Contohnya, penyuluhan hukum tentang bahaya narkoba di
sekolah-sekolah memberikan informasi kepada siswa tentang
bahaya narkoba dan konsekuensi hukumnya.

Hukum tidak hanya berfungsi sebagai alat kontrol, tetapi


juga sebagai alat untuk mencapai tujuan sosial. Hukum yang
efektif dan adil dapat membantu menciptakan masyarakat
yang tertib, adil, dan sejahtera. Ia bagaikan fondasi yang

9
kokoh bagi terciptanya kehidupan sosial yang harmonis dan
sejahtera.

2. Mencegah Tindak Kejahatan: Ancaman sanksi hukum


dapat mencegah orang-orang melakukan tindakan yang
merugikan orang lain. Hal ini membantu menciptakan rasa
aman dan nyaman bagi masyarakat.

Hukum merupakan pilar fundamental dalam menjaga


keteraturan dan stabilitas masyarakat. Di balik fungsinya
sebagai kontrol sosial, hukum berperan penting dalam
mencegah tindak kejahatan. Dalam konteks kontrak sosial,
peran ini menjadi esensial dalam mewujudkan kesepakatan
bersama untuk hidup damai dan sejahtera.

 Pencegahan Melalui Aturan dan Sanksi:

Hukum menetapkan aturan dan sanksi yang tegas


bagi para pelanggar. Aturan ini bagaikan garis batas yang
memisahkan tindakan yang dapat diterima dan tidak dapat
diterima dalam masyarakat. Sanksi yang tegas, seperti
denda, kurungan, dan penjara, memberikan efek jera bagi
para pelaku dan calon pelaku kejahatan. Contohnya,
aturan tentang pencurian dan sanksi pidananya mampu
mencegah orang-orang untuk melakukan tindakan
mencuri.

 Meningkatkan Kesadaran Hukum:

Masyarakat perlu memahami hukum dan


konsekuensinya. Edukasi dan penyuluhan hukum menjadi
kunci untuk meningkatkan kesadaran hukum. Pemahaman
yang baik tentang hukum dapat mendorong masyarakat
untuk menghindari tindakan yang melanggar hukum dan
melaporkan kejadian yang mencurigakan. Contohnya,
program penyuluhan tentang bahaya narkoba di sekolah-
sekolah dapat meningkatkan kesadaran siswa tentang
konsekuensi hukum dari penyalahgunaan narkoba.

 Membangun Kepercayaan pada Sistem Peradilan


Pidana:

10
Kepercayaan masyarakat pada sistem peradilan
pidana menjadi faktor penting dalam pencegahan
kejahatan. Sistem peradilan yang adil dan efektif akan
mendorong masyarakat untuk melaporkan kejadian dan
membantu proses penegakan hukum. Contohnya,
penyelesaian kasus korupsi yang transparan dan konsisten
dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat pada sistem
peradilan pidana.

 Memperkuat Integrasi Sosial:

Hukum yang adil dan merata dapat memperkuat


integrasi sosial. Masyarakat yang merasa diperlakukan
adil dan memiliki kesempatan yang sama akan lebih kecil
untuk melakukan tindakan kriminal. Contohnya, program
bantuan hukum bagi orang miskin dapat membantu
mereka mendapatkan akses terhadap keadilan dan
mengurangi potensi mereka untuk melakukan tindak
kejahatan.

 Mendorong Pemulihan dan Rehabilitasi Pelaku


Kejahatan:

Hukum tidak hanya berfokus pada penjeraan,


tetapi juga pemulihan dan rehabilitasi pelaku kejahatan.
Program pembinaan dan pelatihan bagi para pelaku dapat
membantu mereka kembali ke masyarakat dan menjadi
anggota masyarakat yang produktif. Contohnya, program
pelatihan kerja bagi narapidana dapat membantu mereka
mendapatkan keterampilan yang dibutuhkan untuk
bekerja setelah bebas dari penjara.

3. Menyelesaikan Sengketa: Hukum menyediakan mekanisme


untuk menyelesaikan sengketa antara individu atau kelompok
dengan cara yang adil dan damai.

Hukum merupakan salah satu pilar fundamental


dalam kehidupan masyarakat. Di balik fungsinya sebagai
kontrol sosial, hukum memiliki peran penting dalam
menyelesaikan sengketa yang terjadi di antara individu,
kelompok, atau bahkan negara. Makalah ini akan membahas
secara deskriptif peran hukum dalam menyelesaikan

11
sengketa, dengan fokus pada mekanisme penyelesaian
sengketa yang tersedia, manfaatnya, dan tantangan yang
dihadapi.

Dalam Mekanisme Penyelesaian Sengketa hukum


menyediakan berbagai mekanisme untuk menyelesaikan
sengketa, antara lain seperti Pengadilan yaitu Tempat di
mana sengketa diselesaikan oleh hakim dengan berdasarkan
hukum. Pengadilan memberikan putusan yang mengikat bagi
para pihak yang bersengketa..Arbitrase: Penyelesaian
sengketa di luar pengadilan dengan bantuan pihak ketiga
yang netral. Arbitrase menghasilkan putusan arbitrase yang
mengikat bagi para pihak.Mediasi: Penyelesaian sengketa di
luar pengadilan dengan bantuan mediator yang membantu
kedua pihak untuk mencapai kesepakatan. Mediasi
menghasilkan kesepakatan bersama yang disepakati oleh
kedua pihak. Konsiliasi: Penyelesaian sengketa di luar
pengadilan dengan bantuan konsiliator yang membantu para
pihak untuk mempertemukan kembali perdamaian. Konsiliasi
menghasilkan kesepakatan bersama yang difasilitasi oleh
konsiliator..Negosiasi: Penyelesaian sengketa secara
langsung antara para pihak yang bersengketa tanpa bantuan
pihak ketiga. Negosiasi menghasilkan kesepakatan bersama
yang disepakati oleh kedua pihak.

Manfaat Penyelesaian Sengketa Melalui Hukum


Penyelesaian sengketa melalui hukum menawarkan berbagai
manfaat, antara lain:

 Keadilan: Penyelesaian sengketa melalui hukum memastikan


bahwa semua pihak mendapatkan haknya dan diperlakukan
dengan adil.
 Efisiensi: Penyelesaian sengketa melalui hukum dapat
diselesaikan dengan lebih cepat dan efisien dibandingkan dengan
cara tradisional.
 Kepastian hukum: Penyelesaian sengketa melalui hukum
menghasilkan putusan atau kesepakatan yang memiliki kepastian
hukum dan dapat dipaksakan pelaksanaannya.
 Keharmonisan: Penyelesaian sengketa melalui hukum
membantu menjaga hubungan baik antara para pihak yang
bersengketa.

Contoh Penerapan Penyelesaian Sengketa yaitu Kasus


perdata: Sengketa antara dua orang mengenai utang piutang

12
dapat diselesaikan melalui pengadilan, arbitrase, mediasi, atau
negosiasi.

4. Mendorong Keadilan Sosial: Hukum berusaha untuk


menciptakan keadilan bagi semua orang, tanpa diskriminasi.
Hal ini membantu membangun rasa kesetaraan dan
solidaritas dalam masyarakat.
Hukum bagaikan pilar fundamental dalam kehidupan
masyarakat. Di balik fungsinya sebagai kontrol sosial, hukum
memiliki peran penting dalam mendorong keadilan sosial.
Keadilan sosial merupakan kondisi di mana semua orang
memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai
kesejahteraan, tanpa diskriminasi berdasarkan ras, gender,
agama, atau status sosial.

Hukum merumuskan aturan dan kebijakan yang adil


dan imparsial, tanpa diskriminasi. Aturan ini dirancang untuk
melindungi hak-hak kelompok rentan dan memastikan bahwa
semua orang memiliki akses yang sama terhadap sumber
daya dan peluang..Contoh: Undang-undang tentang
Penghapusan Diskriminasi Ras dan Gender melarang
diskriminasi dalam berbagai aspek kehidupan, seperti
pendidikan, pekerjaan, dan pelayanan publik.

Selain itu, Penegakan hukum yang konsisten dan


objektif menjadi kunci dalam mewujudkan keadilan sosial.
Penegakan hukum yang adil berarti semua orang
diperlakukan sama di hadapan hukum, tanpa pandang bulu.
Hal ini membangun kepercayaan masyarakat terhadap sistem
hukum dan mendorong mereka untuk patuh terhadap hukum.
ContohnyaPenangkapan dan penuntutan koruptor tanpa
pandang bulu menunjukkan komitmen pemerintah terhadap
penegakan hukum yang adil.

5. Memperkuat Integrasi Sosial: Hukum mempersatukan


masyarakat dengan menyediakan kerangka kerja yang sama
untuk semua orang. Hal ini membantu membangun rasa
persatuan dan kesatuan nasional. Integrasi sosial merupakan

13
fondasi penting bagi terciptanya masyarakat yang harmonis
dan sejahtera. Ibarat bangunan kokoh, integrasi sosial
bagaikan perekat yang mengikat seluruh elemen masyarakat
dan menumbuhkan rasa saling menghormati, toleransi, dan
persatuan.

Memperkuat integrasi sosial berarti membangun


fondasi kokoh bagi masa depan bangsa. Upaya ini
membutuhkan komitmen dan kerja sama dari semua pihak,
mulai dari pemerintah, lembaga sosial, hingga individu
masyarakat.

Penegakan hukum yang adil dan konsisten menjadi


pilar utama dalam membangun kepercayaan masyarakat
terhadap sistem hukum. Hal ini mendorong masyarakat untuk
patuh terhadap hukum dan menyelesaikan perselisihan
dengan cara damai. Penegakan hukum yang tegak lurus tanpa
pandang bulu, termasuk dalam kasus korupsi, dapat
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

Memperkuat integrasi sosial bukan tugas yang


mudah, namun bukan berarti mustahil. Dengan komitmen,
kerja sama, dan partisipasi aktif dari semua pihak, kita dapat
membangun fondasi kokoh bagi masyarakat yang harmonis,
sejahtera, dan bermartabat.

3. kelebihan hukum sebagai kontrol social

Hukum merupakan salah satu bentuk kontrol sosial yang penting


dalam menjaga keteraturan dan stabilitas masyarakat.
Dibandingkan dengan kontrol sosial lainnya, hukum memiliki
beberapa kelebihan.

Hukum memberikan kejelasan dan kepastian tentang norma dan


aturan yang berlaku di masyarakat. Hal ini membantu masyarakat
untuk memahami apa yang diharapkan dari mereka dan
menghindari perilaku yang melanggar hukum.

Hukum dirancang untuk diterapkan secara objektif dan adil


kepada semua orang, tanpa pandang bulu. Hal ini membantu
untuk meminimalisir bias dan diskriminasi dalam masyarakat.

14
Hukum memiliki daya paksa yang dapat digunakan untuk
menindak pelanggar dan menegakkan aturan. Hal ini membantu
untuk memastikan kepatuhan terhadap norma dan aturan sosial.

Hukum dapat mengatur perilaku yang kompleks dan multidimensi,


seperti dalam bidang ekonomi, politik, dan sosial. Hal ini
membantu untuk menjaga stabilitas dan keteraturan dalam
berbagai aspek kehidupan masyarakat.

Hukum dapat diubah dan diperbarui untuk menyesuaikan dengan


perubahan sosial dan kebutuhan masyarakat. Hal ini membantu
hukum untuk tetap relevan dan efektif dalam mengendalikan
perilaku sosial.

Hukum yang adil dan konsisten dapat membangun kepercayaan


masyarakat terhadap pemerintah dan sistem hukum. Hal ini
mendorong kerjasama dan partisipasi masyarakat dalam menjaga
keteraturan dan stabilitas.

Hukum dapat melindungi hak dan kebebasan individu dan


kelompok dalam masyarakat. Hal ini membantu untuk
menciptakan masyarakat yang adil dan demokratis.

Hukum merupakan alat kontrol sosial yang penting dengan


berbagai kelebihan. Dengan menerapkan hukum secara adil dan
konsisten, hukum dapat membantu untuk menjaga keteraturan,
stabilitas, dan keadilan dalam masyarakat.

4. .Kekurangan Hukum sebagai Kontrol Sosial

Hukum merupakan salah satu bentuk kontrol sosial yang penting


dalam menjaga keteraturan dan stabilitas masyarakat. Namun,
hukum juga memiliki beberapa kekurangan sebagai alat kontrol
sosial.
Keterbatasan Jangkauan:
Hukum tidak selalu mampu menjangkau semua perilaku dan
norma sosial. Banyak norma dan nilai yang tidak tercantum dalam
hukum, sehingga kontrol sosial melalui hukum tidak selalu efektif.
Contohnya, norma kesopanan dan tata krama tidak selalu diatur
dalam hukum.

15
Keterlambatan:
Hukum sering kali terlambat dalam merespon perubahan sosial
yang terjadi di masyarakat. Proses pembuatan dan perubahan
hukum membutuhkan waktu yang lama, sehingga hukum tidak
selalu dapat mengikuti perkembangan zaman. Contohnya, hukum
tentang cybercrime terlambat dibuat dibandingkan dengan
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.
Ketidakadilan:
Hukum tidak selalu adil bagi semua orang. Penegakan hukum
yang tidak konsisten dan bias dapat menyebabkan ketidakadilan
bagi kelompok masyarakat tertentu. Contohnya, diskriminasi
dalam penegakan hukum terhadap kelompok minoritas.
Ketidakpastian:
Hukum dapat diinterpretasikan secara berbeda oleh orang yang
berbeda, sehingga menimbulkan ketidakpastian dan
kebingungan. Hal ini dapat menyebabkan perselisihan dan
konflik. Contohnya, interpretasi hukum tentang pernikahan beda
agama.
Ketergantungan pada Aparat Penegak Hukum:
Efektivitas hukum sebagai kontrol sosial sangat bergantung pada
aparat penegak hukum. Jika aparat penegak hukum tidak
kompeten, korup, atau tidak adil, maka hukum tidak akan dapat
berfungsi dengan baik. Contohnya, suap dan korupsi dalam
proses penegakan hukum.
Ketidakmampuan Mengubah Perilaku:
Hukum hanya dapat mengatur perilaku eksternal, tetapi tidak
dapat mengubah perilaku internal manusia. Hukum tidak dapat
memaksa orang untuk menjadi baik atau moral. Contohnya,
hukum tidak dapat mencegah orang untuk melakukan tindakan
kriminal karena dendam atau amarah.
Potensi Penyalahgunaan:
Hukum dapat disalahgunakan oleh pihak-pihak yang berkuasa
untuk menekan dan mengendalikan kelompok masyarakat yang
lemah. Contohnya, penggunaan hukum untuk membungkam kritik
terhadap pemerintah.
Kesimpulan:

16
Hukum merupakan alat kontrol sosial yang penting, namun
memiliki beberapa kekurangan. Untuk memaksimalkan efektivitas
hukum sebagai kontrol sosial, perlu dilakukan upaya untuk
mengatasi kekurangan-kekurangan tersebut, seperti
meningkatkan kualitas aparat penegak hukum, mempercepat
proses pembuatan dan perubahan hukum, dan memastikan
penegakan hukum yang adil dan konsisten.

17
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

18
DAFTAR PUSTAKA
https://ejurnal.stita.ac.id/index.php/TBQ/article/download/111/103

19

Anda mungkin juga menyukai