Anda di halaman 1dari 6

Tugas VII – Sosiologi Hukum (A)

Mutiara Tri Faza (312017003)


Nani Lestari Br Sembiring (312017222)

Disfungsi Hukum

Sebelum membahas mengenai disfungsi hukum maka baiknya mengetahui lebih


dahulu mengenai apa itu fungsi hukum. Fungsi hukum adalah sebagai media pengatur
interaksi sosial. Pengaturan tersebut memberikan petunjuk mengenai apa yang boleh dan
yang tidak boleh dilakukan oleh masyarakat untuk terlaksananya ketertiban dan
keteraturan. Masyarakat yang teratur terbut menjadikan hukum sebagai sarana untuk
mewujudkan keadilan sosial yang diharapkan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.
Hukum dapat juga berfungsi sebagai penggerak pembangunan yaitu dapat membawa
masyarakat ke arah yang lebih maju1.

Kenyataannya dalam kehidupan masyarakat yang sedang berkembang dan berubah


menjadi semakin kompleks, tatanan nilai dan budaya telah mengalami pergeseran. Begitu
juga dengan nilai kejujuran dan disorientasi atas kehormatan, berkembanganya
hedonisme, pengabaian atas hak-hak dasar manusia, serta hilangnya kepercayaan terhadap
hukum dan penegak hukum, mengakibatkan kepatuhan terhadap hukum merosot tajam.
Bahkan menipisnya kebersamaan, rasa kekeluargaan, tolong menolong dan paguyuban.
Pergeseran nilai tersebut menyebabkan terjadinya disfungsi hukum. Fungsi hukum tidak
hanya cukup sebatas memelihara ketertiban saja melalui berbagai peraturan dan prosedur
penegakkan peraturan.

Disfungsi hukum, artinya hukum tidak dapat berfungsi memberikan pedoman


berperilaku kepada masyarakat, pengendalian sosial, penyelesaian sengketa dan sebagai
sarana perubahan sosial secara tertib dan teratur.2

Disfungsi hukum salah satunya adalah tidak menciptakan keteraturan sosial saat
ada pemasalahan dalam masyarakat. Dalam disfungsi hukum juga hilang aspek

1
Mochtar Kusumaatmadja, 1986, Fungsi dan Perkembangan Hukum dalam Pembangunan Nasional, Bandung:
Binacipta, hal. 11.
2
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/htn-dan-puu/421-harmonisasi-peraturan-perundang-undangan.html
kemanusiaan, padahal dalam sistem fungsi hukum harus menjamin tegaknya Hak Asasi
Manusia (HAM). Dibegalnya keadilan dalam disfungsi hukum. Sistem hukum adalah
menegakkan keadilan sosial namun karena disfungsi hukum maka apa yang seharusnya
menjadi sistem hukum untuk menegakkan keadilan sosial menjadi tidak berjalan
sebagaimana mestinya. Kepatuhan terhadap hukum pun merosot sehingga terjadi disfungsi
hukum3

Misalnya, stagnasi pemerintahan adalah tidak dapat dilaksanakannya aktivitas


pemerintahan sebagai akibat kebuntuan atau disfungsi dalam penyelenggaraan
pemerintahan contohnya gejolak politik.

Berikut empat fungsi hukum secara umum, sehingga ketika fungsi hukum tidak
sesuai dengan fungsi hukum tersebut maka disebut dengan disfungsi.

1. Pedoman Untuk Berperilaku

Hukum sebagai pedoman dalam setiap perilaku masyarakat maupun aparat atau
lembaga penegakan hukum.dengan kata lain,penegakkan hukum merupakan upaya untuk
melaksanakan ketentuan hukum dalam berbagai macam bidang kehidupan. Hukum
memberikan batasan mana yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan, mana
yang legal dan mana yang ilegal, mana tindakan yang melanggar hukum atau tidak. Tanpa
adanya hukum maka masyarakat dapat bebruat semaunya tanpa ada batasan, sehingga
tindakan tindakan anarkis, main hakim sendiri dan juga tindakan lainnya dengan mudah
dilakukan sebagai contoh hukum kebiasaan .

Tujuan pokok hukum adalah menciptakan tatanan masyarakat yang tertib,


menciptakan ketertiban dan keseimbangan dengan tercapainya ketertiban dalam
masyrakat tentunya dengan memberikan pedoman berprilaku sesuai dengan tatanan
hukum . Diharapkan kepentingn manusia akan terlindungi dalam mencapai
tujuannya,hukum berfungsi membagi hak dan kewajiban antar perorangan di dalam
masyarakat, membagi wewenang dan mengatur cara memcahakan masalah hukum serta
memelihara kepastian hukum.

3
Firman Situmeang, 2018, “Disfungsi Hukum”, https://www.tobawriters.com/disfungsi-hukum-kita/
Hukum dalam hal ini menjadi pedoman untuk berprilaku agar tidak memunculkan
adanya hukum rimba. Sehingga manusia akan lebih manusiawi dalam melakukan segala
tindakannya. Sebelum hukum lahir manusia dengan mudah melakukan hal-hal yang
sifatnya kejam. adanya hukum tentu dapat membatasi hal ini ahgar tidak terjadi kembali.
Namun, meskipun hukum telah berlakupun seringkali kita masih menemukan adanya
berbagai bentuk pelanggaran yang terjadi dimasyarakat sebagai contoh hukum positif .

2. Pengawas atau Pengendali Sosial (Social Control)

Dalam pembicaraan mengenai fungsi hukum sebagai alat kontrol sosial adalah
dalam tahapan kedudukan hukum untuk melakukan pengedalian terhadap tingkah laku
masyarakat didalam pergaulannya. Pengendalian social terjadi dalam tiga taraf yakni :

1. kelompok terhadap kelompok


2. kelompok terhadap anggotanya
3. pribadi terhadap pribadi

Yang artinya posisi hukum sebagai social control atau pengendali masyarakat adalah
agar masyarakat dalam pergaulannya tetap dalam koridor yang telah ditentukan hukum
sebelumnya. Ada indikator tertentu dalam hukum melakukan pengendalian terhadap
masyarakat. Sehingga bentuk hukum yang digunakan untuk mengendalikan masyarakat
amat-lah menentukan bagaimana nantinya masyarakat sebagai realitas dapat
melaksanakan aktivitas dalam pergaulan hidup.

Arti dari social control sendiri sebenarnya adalah mengatur tindakan masyarakat
yang sekarang dan mungkin yang akan datang melihat dari kebiasaan (hukum) yang telah
terjadi sebelumnya. Atau tingkah laku masyarakat yang sekarang dan mungkin yang akan
datang dibatasi dengan hukum yang dirumuskan dari tingkah laku masyarakat sebelumya
sebagaimana contoh kasus penggelapan .

Dalam penjelasan yang demikian tidak memperlihatkan posisi yang sebenarnya dari
pengaruh hukum terhadap masyarakat, hukum dalam konteks social enginering masih
membicarakan peran masyarakat terhadap hukum yang ada, karena dalam perumusan
hukum yang sekarang (hukum positif) tetap dipengaruhi oleh keadaan masyarakat yang
ada sebagai fungsi hukum menurut ahli .

3. Penyelesaian Sengketa (Dispute Settlement)

Sebuah sengketa pasti bisa saja terjadi dalam kehidupan sehari-hari di tengah-
tengah masyrakat. Secara umum fungsi hokum dalam hal ini tentunya ialah sebagai sarana
untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi di tengah-tengah masyarakat tersebut dengan
damai dan sesuai aturan yang berlaku sebagai tujuan hukum acara pidana . Sedangkan
secara lebih spesifiknya, fungsi hukum sebagi alat untuk menyelesaikan sengketa, antara
lain:

 Hukum Sebagai Direktif

Fungsi hukum yang pertama ialah sebagai direktif atau pengarah. Dalam hal ini,
fungsi hukum untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi di tengah-tengah masyarakat
dengan cara mengarahkan tentang bagaimana cara-cara yang harus dilakukan agar
sengketa yang terjadi terselesaikan.

 Hukum Sebagai Integratif

Fungsi hukum yang kedua ialah sebagai integratif atau pembina. Dalam hal ini,
fungsi hukum untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi di tengah-tengah masyarakat
dengan adanya peraturan-peraturan yang mencantumkan bagaimana seharusnya sebuah
sengketa harus diselesaikan. Dengan kata lain, penyelesaian dalam hal ini bertujuan untuk
tetap menjaga dan membina persatuan dalam masyarakat agar tidak terpecah hanya gara-
gara adanya sebuah sengketa yang terjadi diantara mereka.

 Hukum Sebagai Stabilitatif

Fungsi hukum yang ketiga ialah sebagai stabilitatif atau pemelihara. Dalam hal ini,
fungsi hukum untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi di tengah-tengah masyarakat
bersifat melakukan pemeliharan atas sengketa tersebut. Sedemikian sehingga tidak terjadi
pengrusakan terhadap sesuatu yang menjadi objek sengketa.
 Hukum Sebagai Perfektif

Fungsi hukum yang keempat ialah sebagai perfektif atau penyempurna. Dalam hal
ini, fungsi hukum untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi di tengah-tengah masyarakat
ialah berwujud tindakan-tindakan administrasi dalam penyelesaian sengketa tersebut.
Yang mana, penyelesaian administrasi tersebut harus sesuai dengan peraturan-peraturan
yang sudah diterapkan oleh pemerintah atau Negara.

 Hukum Sebagai Korektif

Fungsi hukum yang kelima ialah sebagai korektif atau pemerbaiki. Dalam hal ini,
fungsi hukum untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi di tengah-tengah masyarakat
berwujudkan pemerbaikian dan pengevaluasian terhadap peraturan dan administrasi yang
menjadi cara untuk menyelesaikan sengketa tersebut.

4. Rekayasa Sosial (Social Engineering)

Berbeda dengan konsep social control yang dalam perumusan hukum yang ada
adalah akibat adanya tingkah laku masyarakat, namun didalam fungsi hukum sebagai
social enginering posisi hukum yang ada bukanlah akibat dari keadaan realitas masyarakat
yang ada sebelumnya atau sekarang, namun rumusan hukum yang nantinya digunakan
untuk merekayasa (konteks mempengaruhi) masyarakat adalah bukan dari keadaan
raelitas tingkah laku masyarakat tersebut. Dalam fungsi hukum sebagai social control
menempatkan posisi hukum sebagai hal yang nantinya akan mempengaruhi masyarakat
sebagaimana berlaku dalam fungsi hukum admninstrasi negara .

Titik tekan dari fungsi ini adalah adanya rekayasa masyarakat agar tingkah laku
atau pola-pola yang ada didalam masyarakat sesuai dengan hukum yang akan digunakan
untuk mempengaruhi masyarakat tersebut. Hal demikian muncul berdasarkan paendapat
Satjpto Rahardjo sebagai akibat adanya anggapan bahwa kebiasaan, pola-pola dan tingkah
laku yang ada didalam masyarakat perlu diubah dan digantikan dengan yang baru sesuai
dengan apa yang nantinya akan dirumuskan didalam hukum tersebut.
Pandangan mengenai fungsi hukum sebagai social enginering dan menganggap
perlunya ada rekayasa sosial dengan dalih masyarakat telah usang wajar manakala tetap
memperhatikan realita keadaan masyarakat yang akan diubahnya, atau dalam perumusan
hukum yang akan digunakan sebagai alat perekayasa sosial melihat dari keadaan realitas
masyarakat. Melihat sebatas apa perubahan yang harus dilakukan dan juga melihat situasi
masyarakat yang akan diubahnya. Jangan sampai terjadi dalam perumusan yang tidak
melihat realitas atau bahkan didasarkan pada pandangan teori Hans Kelsen mengenaipure
of law yang meniadakan anasir-anasir politik, sosial, agama, budaya, ekonomi dan lainnya
didalam masyarakat (karena dianggap sebagai pereduksi kedudukan hukum).

Anda mungkin juga menyukai