Anda di halaman 1dari 11

Fungsi dan Tujuan Hukum Menurut

Para Ahli
Bagi orang awam yang tidak pernah menjalani pendidikan hukum, hukum
dipandang sebagai sesuatu yang rumit, bertele-tele serta memakan waktu dan
biaya. Bahkan terkadang masyarakat awam baru mengetahui bahwa ada hukum
yang berlaku setelah mereka melakukan pelanggaran. Lantas apakah fungsi dan
tujuan hukum sehingga masyarakat wajib untuk mematuhi hukum?

Daftar Isi  Sembunyikan 
1. Syarat-Syarat agar Hukum dapat Berfungsi

2. Fungsi Hukum Menurut Para Ahli

2.1. Fungsi hukum menurut Rudolf van Lhering

2.2. Fungsi hukum menurut Satjipto Rahardjo

2.3. Fungsi hukum menurut Darji Darmodihardjo dan Sidharta

2.4. Fungsi hukum menurut Michael Hager

2.5. Fungsi hukum menurut Sunaryati Hartono

2.6. Fungsi Hukum secara Umum

3. Tujuan Hukum menurut Para Ahli

3.1. Tujuan hukum menurut Roscoe Pound

3.2. Tujuan hukum menurut L.J. van Apeldoorn

3.3. Tujuan hukum menurut Sudikno Mertokusumo

3.4. Tujuan hukum menurut Geny

3.5. Tujuan hukum menurut Thomas Hobbes

3.6. Tujuan hukum menurut Immanuel Kant

3.7. Tujuan hukum menurut Jerome Frank

3.8. Tujuan hukum menurut Jeremy Bentham


3.9. Tujuan hukum menurut Subekti

3.10. Tujuan hukum menurut van Kan

3.11. Tujuan hukum secara umum

Syarat-Syarat agar Hukum dapat


Berfungsi
Sebelum membahas mengenai fungsi dan tujuan hukum, terlebih dahulu penulis
akan menguraikan mengenai hal-hal yang harus diperhatikan agar hukum dapat
berfungsi. Soerjono Soekanto mengemukakan teori efektivitas hukum yang
menyebutkan ada lima faktor yang menentukan efektif tidaknya suatu hukum,
yaitu:

1. Faktor hukumnya sendiri (undang-undang).


2. Faktor penegak hukum, yaitu pihak-pihak yang membentuk dan
menerapkan hukum.
3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.
4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan di mana hukum tersebut berlaku atau
diterapkan.
5. Faktor kebudayaan, adalah sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang
didasarkan pada karya manusia di dalam pergaulan hidup.
Hukum tidak serta merta langsung bekerja, menurut Friedman ada tiga syarat
yang harus dipenuhi agar hukum dapat bekerja, yaitu:

1. Aturan/hukum itu harus dapat dikomunikasikan kepada subyek yang


diaturnya.
2. Subyek yang diatur oleh aturan tersebut harus mempunyai kemampuan
untuk melaksanakannya.
3. Subyek tersebut harus memiliki motivasi untuk melaksanakan aturan itu.
Faktor penting yang menentukan apakah suatu hukum bisa bekerja atau tidak
menurut Satjipto Rahardjo adalah manusia, karena hukum diciptakan dan
dilaksanakan oleh manusia. Lebih lanjut Rahardjo menjabarkan beberapa langkah
yang harus dipenuhi agar hukum dapat bekerja dan berfungsi dengan efektif,
yaitu:
1. Adanya pejabat/aparat penegak hukum sebagaimana ditentukan dalam
peraturan hukum tersebut.
2. Adanya orang (individu/masyarakat) yang melakukan perbuatan hukum,
baik yang mematuhi atau melanggar hukum.
3. Orang-orang tersebut mengetahui adanya peraturan.
4. Orang-orang tersebut sebagai subjek maupun objek hukum bersedia
untuk berbuat sesuai hukum.
Suatu hukum benar-benar hidup dan bekerja dalam masyarakat apabila hukum
tersebut memenuhi tiga unsur, yaitu:

1. Berlaku secara yuridis, yaitu apabila penentuannya didasarkan ada kaidah


yang lebih tinggi tingkatannya, atau terbentuk menurut cara yang telah
ditentukan, atau menunjukkan hubungan keharusan antara suatu kondisi
dan akibatnya.
2. Berlaku secara sosiologis, yaitu apabila kaidah tersebut efektif. Hal ini
berarti kaidah tersebut dapat dipaksakan berlakunya oleh penguasa atau
diterima dan diakui oleh masyarakat.
3. Berlaku secara filosofis, yaitu sesuai dengan cita-cita hukum sebagai nilai
positif tertinggi.
Ketiga unsur tersebut harus dipenuhi agar kaidah hukum berfungsi dengan baik.
Apabila yang dipenuhi hanya unsur yuridis, maka kaidah hukum tersebut
merupakan kaidah mati (dode regel), namun apabila kaidah hukum tersebut
hanya memenuhi unsur sosiologis (dipaksakan berlakunya oleh penguasa), maka
kaidah hukum tersebut menjadi aturan pemaksa (dwaangmatreegel), sedangkan
apabila hanya unsur filosofis yang dipenuhi, maka kaidah hukum tersebut
merupakan hukum yang dicita-citakan (ius constituendum).

Fungsi Hukum Menurut Para Ahli


Selanjutnya penulis akan membahas fungsi hukum menurut pendapat para ahli.

Fungsi hukum menurut Rudolf van Lhering


Fungsi hukum pada dasarnya adalah untuk menjaga stabilitas dan kepastian.
Menurut Rudolf van Lhering hukum hanya merupakan salah satu cara untuk
mencapai tujuan masyarakat, yaitu untuk melakukan pengendalian sosial. Hukum
merupakan suatu instrumen untuk melayani kebutuhan-kebutuhan masyarakat di
tempat terjadinya konflik yang tidak dapat dihindarkan antara kebutuhan sosial
tiap-tiap manusia dengan kepentingan pribadinya masing-masing.

Dua jenis fungsi hukum menurut Rudolf van Lhering adalah:

1. Untuk mencapai tujuan masyarakat yaitu pengendali sosial.


2. Untuk melayani kepentingan masyarakat dalam penyelesaian konflik.
Fungsi hukum menurut Satjipto Rahardjo
Satjipto Rahardjo berpendapat bahwa hukum bekerja dengan cara memancangi
perbuatan seseorang atau hubungan antara orang-orang dalam masyarakat.
Untuk keperluan pemancangan tersebut hukum menjabarkan pekerjaannya
dalam berbagai fungsi, yaitu:

1. Pembuatan norma-norma, baik yang memberikan peruntukan maupun


yang menentukan hubungan antara orang dengan orang.
2. Penyelesaian sengketa-sengketa.
3. Menjamin kelangsungan kehiduan masyarakat, terutama apabila terjadi
perubahan-perubahan dalam masyarakat.
Fungsi hukum menurut Darji Darmodihardjo
dan Sidharta
Menurut Darji Darmodihardjo dan Sidharta hukum mempunyai beberapa fungsi,
yaitu:

1. Ssbagai sistem kontrol sosial. Hukum memuat norma-norma yang


mengontrol perilaku individu dalam berhadapan dengan kepentingan dari
individu-individu yang lain dalam kehidupan sosial.
2. Sebagai sarana penyelesaian konflik (dispute setlement).
3. Untuk memperbarui masyarakat (social engineering).
Fungsi hukum menurut Michael Hager
Hukum berfungsi sebagai sarana pembangunan. Menurut Michael Hager dalam
fungsinya tersebut hukum dapat mengabdi ke dalam tiga sektor, yaitu:
1. Hukum sebagai alat penertib (ordering). Hukum dapat menciptakan suatu
kerangka bagi pengambilan keutusan politik dan pemecahan sengketa
yang mungkin timbul melalui hukum acara, juga dapat meletakkan dasar-
dasar hukum bagi penggunaan kekuasaan.
2. Hukum sebagai penjaga keseimbangan (balancing). Hukum dapat menjaga
keseimbangan dan keharmonisan antara kepentingan umum dan
kepentingan perorangan.
3. Hukum sebagai katalisator. Hukum dapat membantu untuk memudahkan
proses perubahan melalui pembangunan hukum (law reform) dengan
bantuan tenaga kreatif.
Fungsi hukum menurut Sunaryati Hartono
Sebagai penunjang proses pembangunan, hukum memiliki beberapa fungsi,
yaitu:

1. Hukum sebagai pemelihara ketertiban dan keamanan.


2. Hukum sebagai sarana pembangunan.
3. Hukum sebagai sarana penegak keadilan.
4. Hukum sebagai sarana pendidikan masyarakat.
Fungsi Hukum secara Umum
Fungsi hukum dapat diringkas menjadi 7 poin penting, yaitu:

1. Sebagai sarana sosial kontrol.


2. Sebagai sarana perekayasa sosial.
3. Sebagai simbol.
4. Sebagai alat politik.
5. Sebagai sarana penyelesaian sengketa.
6. Sebagai sarana pengendalian sosial.
7. Sebagai sarana pengintegrasian sosial.
Berikut ini uraian dari tiap fungsi hukum tersebut:

1. Fungsi hukum sebagai sarana sosial kontrol


Fungsi ini bertujuan untuk memberikan suatu batasan tingkah laku terhadap
masyarakat agar tidak melakukan perbuatan yang menyimpang. Batasan tersebut
juga disertai dengan akibat yang akan diterima oleh pelaku penyimpangan
tersebut. Dalam hal ini hukum berperan untuk mengontrol tingkah laku
masyarakat dan melihat apakah ada perbuatan yang menyimpang dari ketentuan
hukum serta memberikan sanksi kepada orang yang melakukan perbuatan
menyimpang.

2. Fungsi hukum sebagai sarana perekayasa sosial


Hukum berfungsi sebagai sarana untuk mengubah masyarakat (a tool of social
engingeering). Hukum berperan untuk menciptakan perubahan-perubahan dalam
masyarakat untuk menuju masyarakat yang sempurna atau terencana. Hukum
bekerja dengan cara menata masyarakat agar tercapai apa yang dicita-citakan
dalam pembangunan bangsa.

3. Fungsi hukum sebagai simbol


Fungsi hukum sebagai simbol bermaksud untuk menyederhanakan suatu
rangkaian tindakan atau peristiwa tertentu sehingga mudah dipahami baik oleh
pihak yang melaksanakannya, penegak hukum maupun oleh masyarakat.
Tindakan atau peristiwa tersebut disimbolkan dengan suatu istilah tertentu,
sehingga apabila di kemudian hari terjadi tindakan atau peristiwa yang sama,
maka akan disebut dengan simbol yang sama.

4. Fungsi hukum sebagai sarana politik


Sebagai alat atau sarana politik, hukum berfungsi untuk memperkukuh
kekuasaan poitik atau mengefektifkan pelaksanaan kekuasaan negara. Hukum
tidak bisa dipisahkan dari politik, karena hukum (peraturan perundang-
undangan) dibuat oleh pemerintah dan badan legislatif yang keanggotaannya
dari unsur politik (partai politik yang berkuasa). Tentu saja unsur-unsur politik
yang duduk di badan legislatif tidak akan lupa untuk memasukkan pesan-pesan
politiknya ke dalam peraturan perundang-undangan yang dibuat.
5. Fungsi hukum sebagai sarana penyelesaian sengketa
Hukum berfungsi untuk menyelesaikan sengketa atau masalah yang terjadi di
masyarakat. Tujuan hukum dalam hal ini adalah untuk mencapai keadilan dalam
menyelesaikan konflik di masyarakat maupun dalam melakukan pengendalian
sosial.

6. Fungsi hukum sebagai sarana pengendalian sosial


Fungsi hukum sebagai sarana pengendalian sosial berarti hukum berfungsi untuk
mengendalikan masyarakat secara terstruktur, terpadu dan terencana untuk
mencapai kehidupan sosial masyarakat yang terkendali sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku.

7. Fungsi hukum sebagai sarana pengintegrasian sosial


Sebagai sarana pengintegrasian sosial hukum berfungsi untuk mengurangi
konflik yang terjadi dalam memperlancar proses interaksi sosial, dengan kata lain
hukum merupakan sarana untuk menciptakan keserasian berbagai kepentingan
masyarakat sehingga proses pergaulan hidup berjalan dengan baik.

Tujuan Hukum menurut Para Ahli


Seperti halnya pengertian hukum yang belum memiliki definisi yang pasti,
demikian pula tidak terdapat kesamaan pandangan di antara para ahli mengenai
tujuan hukum. Berikut ini beberapa tujuan hukum menurut para ahli:

Tujuan hukum menurut Roscoe Pound


Roscoe Pound terkenal sebagai pencetus teori hukum sebagai alat untuk
merekayasa masyarakat (law as a tool of social engineering). Tujuan hukum
menurut Pound adalah untuk melindungi keentingan manusia. Kepentingan
manusia adalah suatu tuntutan yang dilindungi dan dipenuhi manusia dalam
bidang hukum, meliuti:
1. Kepentingan umum (public interest), meliputi:
 Kepentingan negara sebagai badan hukum
 Kepentingan negara sebagai penjaga kepentingan masyarakat
2. Kepentingan masyarakat (social interest), yaitu:
 Kepentingan akan kedamaian dan ketertiban
 Perlindungan lembaga-lembaga sosial
 Pencegahan kemerosotan akhlak
 Pencegahan pelanggaran hak
 Kesejahteraan sosial
3. Kepentingan pribadi (private interest), terdiri dari:
 Kepentingan individu
 Kepentingan keluarga
 Kepentingan hak milik

Tujuan hukum menurut L.J. van Apeldoorn


Apeldoorn berpendapat bahwa hukum bertujuan untuk mengatur pergaulan
hidup secara damai. Hukum menghendaki perdamaian. Perdamaian tersebut
dipertahankan dengan cara melindungi kepentingan-kepentingan hukum
manusia tertentu, kehormatan, kemerdekaan, jiwa, dan harta benda dari pihak
yang merugikannya.

Hukum mengatur tata tertib dalam masyarakat secara damai dan adil. Untuk
mencapai tujuannya tersebut harus diciptakan masyarakat yang adil dengan
mewujudkan keseimbangan antara kepentingan yang bertentangan antara orang
yang satu dengan yang lainnya. Kepentingan individu seringkali bertentangan
dengan kepentingan golongan. Pertentangan kepentingan ini dapat menjadi
pertikaian, bahkan menjelma menjadi peperangan. Hukum harus bertindak
sebagai perantara untuk mempertahankan perdamaian dengan cara menimbang
kepentingan yang saling bertentangan tersebut secara teliti dan mengadakan
keseimbangan di antaranya.

Tujuan hukum menurut Sudikno Mertokusumo


Sudikno Mertokusumo menyatakan bahwa tujuan pokok hukum adalah untuk
menciptakan tatanan masyarakat yang tertib, yaitu adanya ketertiban dan
keseimbangan di dalam kehidupan masyarakat sehingga kepentingan manusia
akan terlindungi. Untuk mencapai tujuannya tersebut hukum bertugas membagi
hak dan kewajiban antar perorangan di dalam masyarakat, membagi wewenang
dan mengatur cara memecahkan masalah hukum serta memelihara kepastian
hukum.

Tujuan hukum menurut Geny


Tujuan hukum menurut Geny adalah untuk keadilan semata-mata. Isi hukum
ditentukan oleh unsur keyakinan seseorang mengenai apa yang dinilai etis, yaitu
apakah sesuatu adil atau tidak, benar atau tidak bergantung pada sisi batin
seseorang. Kesadaran etis yang ada pada batin tiap orang menjadi ukuran yang
menentukan warna keadilan dan kebenaran.

Tujuan hukum menurut Thomas Hobbes


Thomas Hobbes memandang hukum sebagai kebutuhan dasar bagi keamanan
individu. Hukum menjadi alat yang penting bagi terciptanya masyarakat yang
aman dan damai di tengah orang-orang liar yang suka saling memangsa.

Tujuan hukum menurut Immanuel Kant


Immanuel Kant merupakan penganut Aliran Hukum Alam yang berpendapat
bahwa tujuan hukum adalah sebagai pelindung hak-hak asasi dan kebebasan
warganya. Lebih lanjut Kant mengemukakan bahwa manusia merupakan makhluk
yang berakal dan berkehendak bebas, sehingga negara bertugas untuk
menegakkan hak-hak dan kebebasan warganya tersebut. Kemakmuran dan
kebahagiaan rakyat menjadi tujuan negara dan hukum.

Tujuan hukum menurut Jerome Frank


Tujuan hukum menurut Jerome Frank adalah untuk membuat hukum menjadi
lebih responsif terhadap kebutuhan-kebutuhan sosial.
Tujuan hukum menurut Jeremy Bentham
Sebagai penganut Aliran Utilitarianisme, Bentham memiliki pandangan bahwa
hukum bertujuan semata-mata apa yang berfaedah bagi banyak orang. Seringkali
apa yang bermanfaat bagi seseorang bisa jadi merugikan orang lain, sehingga
menurut Aliran Utilitarianisme tujuan hukum adalah untuk menjamin adanya
kebahagiaan yang sebanyak-banyaknya bagi orang sebanyak-banyaknya (the
greatest happiness of the greatest number). Pendapat Bentham tersebut
dititikberatkan pada hal-hal yang bermanfaat bagi banyak orang, namun tidak
memperhatikan soal keadilan.

Tujuan hukum menurut Subekti


Pendapat Subekti sejalan dengan pandangan Jeremy Bentham. Tujuan hukum
menurut Subekti adalah untuk mengabdi pada tujuan negara yang pada
pokoknya adalah untuk mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan kepada
rakyatnya. Untuk mencapai tujuannya tersebut hukum harus menyelenggarakan
keadilan dan ketertiban.

Keadilan dapat digambarkan sebagai suatu keseimbangan yang membawa


ketentraman di dalam hati orang dan jika diusik atau dilanggar akan
menimbulkan kegelisahan dan kegoncangan. Keadilan menuntut agar tiap orang
dalam keadaan yang sama harus menerima bagian yang sama pula. Untuk
mendapatkan keadilan hukum harus mampu menemukan keseimbangan antara
berbagai kepentingan yang bertentangan. Hukum juga harus mendapatkan
keseimbangan antara tuntutan keadilan tersebut dengan tuntutan ketertiban
atau kepastian hukum.

Tujuan hukum menurut van Kan


Menurut van Kan hukum bertujuan untuk menjaga kepentingan tiap-tiap
manusia supaya kepentingan-kepentingan tersebut tidak dapat diganggu. van
Kan berendapat bahwa norma-norma atau kaedah-kaedah yang ada seperti
norma agama, kesusilaan dan kesopanan belum mampu melindungi
kepentingan-kepentingan orang dalam masyarakat, dalam hal inilah hukum
menjalankan perannya.
Tujuan hukum secara umum
Berdasarkan uraian mengenai tujuan hukum menurut para ahli tersebut, maka
dapat disimpulkan tujuan hukum adalah sebagai berikut:

1. Melindungi kepentingan masyarakat.


2. Mengatur dan menciptakan tata tertib dalam masyarakat secara damai dan
adil.
3. Mencapai keadilan bagi masyarakat.
4. Memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat.
Untuk mencapai berbagai tujuan tersebut, maka hukum harus berkompeten dan
adil, bukan hanya sekadar keadilan prosedural, sehingga hukum mampu
mengenali apa yang diinginkan oleh masyarakat dan memiliki komitmen untuk
mencapai keadilan substantif.

Referensi:

 C.S.T. Kansil, 2002, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Balai Pustaka.


 Darji Darmodiharjo dan Shidarta, 2006, Pokok-Pokok Filsafat Hukum: Apa
dan Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
 Dewa Gede Sudika Mangku, 2020, Pengantar Ilmu Hukum, Klaten: Lakeisha.
 Muhamad Sadi Is, 2015, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai