Anda di halaman 1dari 4

TUGAS PENGANTAR ILMU HUKUM

KASUS PENCURIAN KAYU OLEH ARTIJA


SERTA TINJAUAN TEORI KEADILAN

Program Studi Ilmu Hukum


Fakultas Hukum
Universitas Panca Bhakti
Pontianak
2022
Kasus Nenek Artija yang diduga mencuri kayu adalah terjadi akibat adanya
konflik kepemilikan sebidang tanah, yang mana Nenek Artija mengklaim sebidang
tanah di mana ia mengambil kayu adalah miliknya yang diperoleh dari hasil warisan
orang tuanya. Sementara itu, Manisah yang merupakan anak dari Nenek Artija juga
mengklaim bahwa sebidang tanah tersebut adalah miliknya yang diperoleh dari hasil
membeli sebidang tanah yang dimaksud. Hak kepemilikan tanah yang menjadi
penyebab perkara ini dapat diuji saat proses persidangan melalui bukti-bukti yang sah
berupa sertifikat hak milik atas tanah dimaksud, dan juga melalui saksi-saksi seperti
pemerintahan desa/kelurahan setempat, dan Badan Pertanahan Nasional.
Namun terlepas dari hak kepemilikan tanah, perkara ini telah memasuki proses
hukum. Upaya yang dilakukan oleh pengadilan berupa mediasi antara kedua belah
pihak dalam hal ini Manisah selaku pihak pelapor dan Nenek Artija selaku pihak
terlapor tidak membuahkan hasil dikarenakan Manisah menolak mediasi dan
bersikukuh agar perkara tetap diselesaikan lewat jalur hukum.
Akibat gagalnya mediasa tersebut, pintu perdamaian tertutup dan proses hukum
akan tetap dilanjutkan, karena dalam hal ini hakim dan jaksa tidak mempunyai alasan
untuk menghentikan perkara. Demi terciptanya keadilan di tengah-tengah masyarakat
dan demi kepastian hukum di mana perbuatan pidana yang dilakukan oleh siapapun
harus dipidana sesuai hukum yang berlaku. Sekalipun Nenek Artija sudah berumur 70
tahun saat perkara berjalan, maka demi keadilan proses hukum tetap dijalankan agar
kepastian hukum terjaga.
Keadilan hukum merupakan suatu proses hukum yang dijalankan tanpa
memandang siapa yang melakukan pidana. Dengan kata lain, setiap pelaku pidana
harus dikenakan sanksi pidana yang setimpal, sehingga masyakarat yang merasa
dirugikan akan menerima haknya dan hukum telah menghadirkan keadilan baginya.
Teori keadilan yang dikemukakan oleh Utrecht, bahwa kepastian hukum
merupakan peraturan yang memiliki sifat umum untuk dapat membuat setiap individu
mengetahui apa perbuatan yang boleh serta apa perbuatan yang tidak boleh. Dengan
demikian, peraturan-peraturan dapat ditaati oleh siapapun sehingga tercipta keadilan.
1
Di sisi lain, kepastian hukum menurut Gustav Radbruch adalah pelaksanaan
maupun penegakan hukum terhadap suatu tindakan yang tidak memandang bulu.
Dengan demikian, sekalipun Nenek Artija sudah berumur 70 tahun, proses hukum
harus dilaksanakan demi keadilan.
Terkait teori keadilan hukum ini, pendapat Theo Huijbers mempertegas makna
keadilan. Menurut Theo Huijbers, keadilan adalah sebagai kesamaan aritmatis dalam
bidang privat maupun public. Kalua seorang mencuri, maka ia harus dihukum, tanpa
mempedulikan kedudukan atau status orang yang bersangkutan.
Sementara itu, menurut Thomas Hobbes, suatu perbuatan dapat dikatakan adil
apabila telah didasarkan pada perjanjian yang telah disepakati. Artinya, rasa keadilan
itu dapat tercapai saat adanya kesepakatan antara kedua belah pihak. Dalam perkara
Nenek Artija selaku terlapor dengan Manisah selaku pelapor akan tercipta rasa
keadilan apabila perjanjian kedua belah pihak tercapai. Kesepakatan antara Manisah
dan Nenek Artija yang dimaksudkan oleh Thomas Hobbes adalah merupakan putusan
pengadilan.
Selain itu, teori keadilan menurut seorang filosof terkenal Aristoteles yang
dikenal dengan Teori Etis mengatakan bahwa tujuan hukum adalah guna mencapai
suatu keadilan, dalam arti memberikan kepada setiap orang atas apa yang sudah
menjadi haknya. Dalam kasus Nenek Artija ini, Manisah sebagai pelapor
menginginkan untuk mendapatkan haknya yaitu kayu yang berada di tanah miliknya
adalah hak kepunyaannya sepenuhnya, dan tidak seorangpun yang berhak menguasai
atau memilikinya, termasuk Nenek Artija yang merupakan ibu kandungnya.
Berdasarkan uraian di atas, teori keadilan hukum yang telah disampaikan oleh
beberapa ahli tersimpul ke satu arah yaitu, bahwa keadilan hukum merupakan
keadilan yang tanpa pandang bulu, tanpa melihat status dan kedudukan pelaku tindak
pidana, dan harus diberikan sanksi hukum yang setimpal, agar mereka yang mencari
keadilan dapat menerima haknya. Selain itu, keadilan akan dapat tercapai apabila
kepastian hukum dilaksanakan dengan baik. Artinya, apa yang telah ditetapkan di

2
dalam suatu hukum dan telah diundangkan, maka harus dilaksanakan tanpa pandang
bulu.
Keadilan adalah suatu keniscayaan yang harus dihadirkan melalui penegakan
hukum melalui pengadilan. Keadilan adalah hak yang harus diterima kembali oleh
setiap orang atas apa yang telah dirampas oleh orang lain. Penegakan keadilan
merupakan suatu representasi hadirnya pemerintah untuk memberikan rasa keadilan
itu sendiri bagi setiap warga negara, tanpa berpihak kepada siapapun sebagaimana
yang dilambangkan simbol keadilan “timbangan seimbang dipegang oleh seorang
pengadil dengan mata tertutup”.

Anda mungkin juga menyukai