Anda di halaman 1dari 7

Nama : Azkah Apriani

NIM : 21909
Mata Kuliah : SOSIOLOGI HUKUM
Dosen : H. YUSMEDI YUSUF, S.H, M.Si
Tugas : Mandiri

I. Berikan penjelasan yang membedakan antara Perilaku Hukum dan


Perubahan Sosial ?
- Tulis daftar pustaka
- Sebutkan contohnya

Jawaban :
- Dalam pameo ubi Societas ibi ius yang bermakna dimana ada masyarakat, disitu
ada hukum maka perlu digambarkan hubungan antara perubahan sosial dan
penemuan hukum. Masyarakat ada dan menciptakan hukum, masyarakat berubah,
maka hukumpun berubah. Perubahan hukum dilalui melalui dua bentuk, yakni
masyarakat berubah terlebih dahulu, baru hukum datang mengesahkan perubahan
itu (perubahan pasif) dan bentuk lain yakni hukum sebagai alat untuk mengubah ke
arah yang lebih baik (law as a tool of social engineering). Masalah pemenuhan
hukum dalam perubahan sosial memunculkan dua pandangan yang berlawanan
berkaitan dengan bagaimana seharusnya hukum berperan. Disatu pihak, pandangan
yang mengemukakan bahwa hukum seyogyanya mengikuti, tidak memimpin dan
bahwa hal itu harus dilakukan perlahan-lahan sebagai respon terhadap perasaan
hukum masyarakat yang sudah terumuskan secara jelas. Pandangan ini diwakili
oleh Von Savigny yang berpendapat bahwa, hukum itu ditemukan, bukan
diciptakan. Pendapat berlainan dikemukakan oleh Jeremy Betham yang
berkeyakinan bahwa hukum daat dikonstruksi secara rasional dan dengan
demikian akan mampu berperan dalam mereformasi masyarakat.1

1
Bernard Arief Sidharta, Refleksi Tentang Struktur Ilmu Hukum, Bandung, Mandar Maju, 2000. Hal. 7

Page 1 of 7
Peran hukum dan perilaku hukum dalam perubahan sosial bisa dibilang sangat
bergantung pada dua komponen yaitu lembaga yang menegakkannya dan masyarakat
sebagai subyek pemberlakuan hukum tersebut. Komponen pertama, lembaga yang
menegakkan hukum di Indonesia, seperti halnya di negara-negara demokratis lainnya
dibagi kedalam tiga institusi yaitu pengacara, kepolisian, kejaksaan dan kehakiman.
Sementara untuk komponen kedua, masyarakat, secara jenisnya tentu dapat dipilah
kedalam berbagai stratifikasi sosial, namun secara keseluruhan masyarakat sebagai
subyek pemberlakuan hukum memiliki karakeristik yang sama, yaitu selalu berubah-
ubah.
Perubahan sosial merupakan perubahan yang bersifat fundamental,
menyangkut perubahan nilai sosial, pola perilaku, juga menyangkut perubahan
institusi sosial, interaksi sosial dan norma-norma sosial. Adanya perubahan sosial
yang cepat tapi hukumnya belum bisa mengikuti disebut hukum sebagai Sosial
Lag yaitu hukum tidak mampu melayani kebutuhan sosial masyarakat, atau disebut
juga disorganisasi, aturan lama sudah pudar tapi aturan pengganti belum ada. Namun
apabila hukum tersebut mampu menampung perubahan-perubahan sosial yang terjadi
di masyarakat maka dapat dikatakan bahwa hukum tersebut bersifat futuristik. Namun
pada prakteknya, dalam kehidupan bernegara di Indonesia, sangat sering hukum
berada ketinggalan dibelakang perubahan masyarakat.

Contoh :
Salah satu contoh dari perubahan sosial terjadi di masyarakat yang dapat
mempengaruhi perubahan hukum di Indonesia adalah dalam persidangan kasus
korupsi anggota DPR Al Amin. Dalam proses persidangan tersebut terdapat dua hal
yang tidak lazim dalam proses persidangan pada umumnya, yakni hadirnya istri
terdakwa sebagai saksi dan penggunaan rekaman suara sebagai salah satu bukti dalam
persidangan. Jika diamati secara teoritis dan praktis, dua hal tersebut merupakan
penyimpangan dalam teori dan praktik hukum acara pidana yang berlaku di
Indonesia, bisa juga dibilang sebagai terobosan hakim dalam suatu upaya menemukan
kebenaran materiil dalam persidangan.

Page 2 of 7
Urutan yang ada dalam pasal 184 KUHAP tentang alat bukti bukanlah letak
atau urutan kekuatan pembuktian sebagaimana yang ada dalam ukum acara perdata.
Urutan tersebut hanyalah merupakan urutan untuk memudahkan pemeriksaan di
persidangan. Karena sifat hukum pidana yang mencari kebenaran materiil, maka
dimungkinkan untuk mencari alat bukti selain alat bukti yang diakui dalam KUHAP.
Mengenai penggunaan rekaman suara dalam kasus tindak pidana korupsi
dikecualikan dalam undang-undang, yaitu dengan undang-undang No.20 tahun2001
tentang Perubahan Tindak Pidana Korupsi yang memperbolehkan khusus untuk
pembuktian dalam tindak pidana korupsi. Sementara keterangan istri terdakwa
sebagai saksi memang tidak dapat diakui sebagai sebagai bukti, namun tetap
keterangannya dapat dijadikan tambahan informasi bagi hakim demi mencari
kebenaran materiil.

Penemuan Hukum dalam Perubahan Sosial


Pandangan kedua ini secara progresif dikembangkan oleh Prof.Mochtar
Kusumaatmadja dengan konsep hukumnya yang memandang hukum sebagai sarana
pembaharuan  masyarakat disamping saran untuk menjamin ketertiban dan kepastian
hukum. Konsepsi dan definisi hukum yang dikemukakan oleh Prof. Mochtar
Kusumaatmadja dalam tataran praktis menghendaki adanya inisiati dari pembentuk
undang-undang untuk melakukan penemuan hukum dalam rangka mengarahkan dan
mengantisipasi dampak negatif dari perubahan sosial yang terjadi di Indonesia.
Menurut Achmad Ali, tidak perlu diperdebatkan bagaimana hukum meyesuaikan
dengan perubahan masyarakat dan bagaimana hukum menjadi penggerak ke arah
perubahan masyarakat. Kenyataannya, dimanapun dalam kegiatan perubahan hukum,
hukum telah berperan dalam perubahan tersebut dan hukum telah berperan dalam
mengarahkan masyarakat kepada kehidupan yang lebih baik. Hukum berfungsi
sebagai perlindungan kepentingan manusia. Perubahan hukum yang terjadi
merupakan kosekuensi logis dari hukum yang bersifat dinamis. Perubahan tersebut,
baik melalui konsep masyarakat yang berubah dahulu maupun konsep law as tool

Page 3 of 7
social engineering mempunyai tujuan untuk membentuk dan memfungsikan sistem
hukum nasional yang berusmber pada dasar negara Pancasila dan konstitusi negara.
Peran hukum dalam proses perubahan sosial, sebagaiman telah dijelaskan,
akhirnya terbagi menjadi dua karakteristik. Pertama, hukum berfungsi sebagai alat
perubah (bersifat aktif) atau sering disebut sebagai law as a tool of social
engineering. Kedua, hukum berfungsi sebagai wadah perubahan (bersifat pasif) yakni
masyarakat berubah terlebih dahulu, baru hukum datang mengesahkan perubahan itu.
Bagaimanapun caranya, tetap peran hukum menentukan bagaimana arah perubahan
sosial tersebut menuju. Saat ini hukum bukan hanya dipakai untuk
mempertandingkan pola-pola hubungan serta kaidah-kaidah yang telah ada. Hukum
yang diterima sebagai konsep yang modern memiliki fungsi untuk melakukan suatu
perubahan sosial. Bahkan, lebih dari itu hukum dipergunakan untuk menyalurkan
hasil-hasil keputusan politik. Hukum bukan lagi mengukuhkan pola-pola kebiasaan
dan tingkah laku yang telah ada, tetapi juga berorientasi kepada tujuan-tujuan yang
diinginkan, yaitu menciptakan pola-pola perilaku yang baru. Di dalam menjalankan
fungsinya, hukum senantiasa berhadapan dengan nilai-nilai maupun pola-pola
perilaku yang telah mapan dalam masyarakat.
Hukum senantiasa dibatasi oleh situasi atau lingkungan di mana ia berada, sehingga
tidak heran kalau terjadi ketidak-cocokan antara apa yang seharusnya (das
sollen) dengan apa yang senyatanya (das sein). Dengan perkataan lain, muncul
diskrepansi antara law in the books dan law in action. Oleh sebab itu Chamblis dan
Seidman dalam mengamati keadaan yang demikian itu menyebutkan The myth of the
operation of the law to given the lie daily.
Selanjutnya, apabila kita melihat penegakan hukum merupakan suatu proses untuk
mewujudkan tujuan-tujuan hukum menjadi kenyataan, maka proses itu selalu
melibatkan para pembuat dan pelaksana hukum, serta juga masyarakatnya. Masing-
masing komponen. ingin mengembangkan nilai-nilai yang ada di lingkungan yang
sarat dengan pengaruh faktor-faktor non-hukum lainnya. Apabila kita hendak melihat
hukum sebagai suatu sistem sebagaimana telah diuraikan terdahulu, maka penegakan
hukum sebagai suatu proses akan melibatkan berbagai macam komponen yang saling

Page 4 of 7
berhubungan, dan bahkan ada yang memiliki tingkat ketergantungan yang cukup erat.
Akibatnya, ketiadaan salah satu komponen dapat
menyebabkan inefficient maupun useless sehingga tujuan hukum yang dicita-citakan
itu sulit terwujud.
Kesimpulan :
Bisa disimpulkan, peran hukum (undang-undang) dalam perubahan sosial bisa
dikatakan tidak bebas nilai. Setiap undang-undang sekali dikeluarkan akan berubah
baik melalui perubahan formal maupun melalui cara-cara yang ditempuh birokrasi
ketika bertindak. Ia berubah disebabkan oleh adanya perubahan kekuatan sosial,
budaya, ekonomi, politik dan lain-lain yang melingkupinya. Perubahaan itupun
terutama disebabkan oleh pemegang peran terhadap pembuat undang-undang dan
terhadap birokrasi penegakan, dan demikian pula sebaliknya. Setiap peraturan hukum
selalu menghendaki bagaimana seseorang itu diharapkan bertindak. Dan bagan
tersebut menunjukkan bahwa tingkah laku seseorang tidak hanya ditentukan oleh
hukum, melainkan juga oleh kekuatan-kekuatan lainnya yang muncul dalam
lingkungan. Gambaran di muka memberikan suatu pemahaman yang lebih baik
tentang hukum dan proses bekerjanya yang tidak bebas nilai.
bahwa perubahan-perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-
lembaga sosial didalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya,
termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap-sikap dan pola-pola perilaku diantara
kelompok-kelompok dalam masyarakat2.
Masyarakat senantiasa mengalami perubahan. Perbedaan perubahan yang satu dengan
yang lain ditentukan pada sifat atau tingkat perubahan itu sendiri, begitu juga halnya
dengan perubahan hukum. Perubahan hukum terjadi apabila dua unsurnya telah
bertemu pada satu titik singgung, yaitu: (1) keadaan baru yang timbul dan (2)
kesadaran akan perlunya perubahan pada masyarakat yang bersangkutan itu sendiri.
saatnya bagi hukum untuk mengatur. Kesulitan ini disebabkan oleh berbedanya
kepentingan dalam suatu masyarakat, bisa saja bagi komunitas lain saatnya hukum
berubah, namun bagi komunitas yang lainnya lag belum saaatnya.21Lawrence M.

2
(Selo Soemardjan: 1962)

Page 5 of 7
Friedman menyatakan, Perubahan itu terjadi pada tiga unsur yang terkandung dalam
hukum, yaitu struktur hukum, substansi hukum, dan kultut hukum.
Dalam perspektif hukum sebagai kenyataan ini melihat hukum bukan sebagai wilayah
yang otonom, karena hukum dalam kenyataan tidak pernah terlepas dari masalah
sosial,budaya, ekonomi, agama, dan politik. Mengutip Satjipto Rahardjo yang
menyatakan, hukum tidak lagi bisa dilihat sebagai wilayah yang independen, ia harus
diakaitkan dan dipahami secara fungsional dan senantiasa berada dalam kaitan
interdependen dengan bidang-bidang lainnya dalam masyarakat. Hal ini tidak terlepas
dari perubahan yang terjadi sebagai akibat modernisasi dan industrialisasi di akhir
abad ke 20 dan menjelang abad ke 21, yang kemudian menimbulkan terjadinya
perubahan hukum . 3
Satjipto Rahardjo menyatakan, di era kekinian hukum tidak lagi bisa dilihat
sebagai satu-satunya alternative dalam pengaturan masyarakat. Disadari atau tidak, di
Indonesia sejak jaman kemerdekaan, sebetulnya telah terjadi suatu kompetisi terbuka
antara keinginan untuk mempertahankan tatanan hukum dengan usaha melakukan
pentaaan kembali politik, sosial, ekonomi, dan kebudayaan.
Berkaitan dengan hal itu, Trubek mengemukakan, karena hukum terlibat dan saling
terkait dengan faktor lain, maka hukum melibatkan dirinya dalam pertanyaaan-
pertanyaaan fundamental tentang apakah sebenarnya fungsi sosial, politik, dan
ekonomi dari tatanan hukum itu.
3. Social Enginnering Dengan Peraturan Perundang-Undangan
Di indonesia Apa bila ditelusuri perubahan sosial Indonesia itu sendiri, Prof. Tjip
menyatakan, perubahan sosial di Indonesia sudah di mulai semenjak ratusan tahun
yang lalu, semenjak Belanda menganeksasi indonesdia, di bidang politik, ekonomi
dan budaya, yang menyebabkan terjadinya kemunduran. Namun perubahan yang
paling beesar dan fundamental dalam sejarah Indonesia adalah digesernya kekuasaan-
kekuasaan yang semuala otonom di Indonesia oleh Belanda.4
3
Ahmad Ali., hlm. 45.
4
Prof. Dr. Satjipto Rahardjo, S.H., Hukum Dan Perubahan Sosial: Suatu Tinjauan Teoritis Serta Pengalaman-Pengalaman Di
Idnonesia, Yogyakarta: Genta Publishing, Cet. III 2009, hlm. 5.

Page 6 of 7
Penutup
Secara umum hukum berubah karena berubahnya eleme-elemen lain dalam
kehidupan, terutama, bertambahnya penduduk, penemuan tehnologi, perkembangan
ilmu pengetahuan, revormasi, revolusi, dan juga peperangan, namun demikian bukan
berarti hukum selalu berada pada posisi dependent, sebab banyak juga hasil-hasil
posif yang bisa di buktikan bagaimana kemudian hukum menjadi pelopor terjadinya
perubahan sector lain, baik lewat peraturan perundang-undangan maupun lewat
putusan pengadilan. Penggunaan hukum sebagai saran perubahan sosial itu sendiri
melahirkan perdebatan panjang, ini terjadi akibat berbedanya cara padang dalam
memaknai fungsi hukum, perdebatan ini terjadi terutama antara mereka yang melihat
hukum seagai kaidah vs hukum sebagai kenyataan. Penggunaan hukum sebagai social
enginnering itu sendiri dapat ditempuh lewat peraturan perundang-undangan dan juga
putusan pengadilan.

Page 7 of 7

Anda mungkin juga menyukai