JABATAN NOTARIS
Oleh:
ISKANDAR MUDA
2022010461025
UNIVERSITAS JAYABAYA
JAKARTA
2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................3
A. Latar Belakang..............................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................7
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................................7
D. Metode Penelitian..........................................................................................................7
A. Kerangka Teori.............................................................................................................9
B. Tinjauan Pustaka........................................................................................................12
Pencucian Uang?................................................................................................................30
BAB IV PENUTUP................................................................................................................41
1
A. Kesimpulan..................................................................................................................41
B. Saran.............................................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................43
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Notaris adalah pejabat umum yang diangkat oleh pemerintah untuk membantu
masyarakat umum dalam hal membuat perjanjian-perjanjian yang ada atau timbul dalam
2004 (UUJN) tentang Jabatan Notaris, maka undang-undang yang berlaku sebagai
landasan yuridis seorang notaris adalah Peraturan Jabatan Notaris (PJN) yang merupakan
untuk menjamin kepastian hukum bagi para pihak yang melakukan perjanjian. Perjanjian-
perjanjian tertulis yang dibuat dihadapan notaris disebut akta. Tujuannya adalah agar
supaya akta tersebut dapat digunakan sebagai bukti yang kuat jika suatu saat terjadi
perselisihan antara para pihak atau ada gugatan dari pihak lain.2
Berdasarkan uraian diatas, jelas begitu pentingnya fungsi dari akta Notaris
tersebut, oleh karena itu untuk menghindari tidak sahnya dari suatu akta, maka lembaga
notaris diatur didalam Peraturan Jabatan Notaris (PJN), yang sekarang telah diganti oleh
Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. Sehubungan dengan jabatan notaris ini, Habib Adjie
oleh aturan hukum dengan maksud untuk membantu dan melayani masyarakat, yang
1
GHS. L. Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, Cet 3, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1983), hal.34.
2
Ibid, hal.35.
3
membutuhkan alat bukti tertulis yang bersifat akta otentik mengenai keadaan, peristiwa
atau perbuatan hukum. Dengan dasar seperti ini mereka yang diangkat sebagai notaris
harus mempunyai semangat untuk melayani masyarakat dan atas pelayanan tersebut,
masyarakat yang telah merasa dilayani oleh notaris sesuai dengan tugas dan jabatannya,
dapat memberikan honorarium kepada notaris. oleh karena itu notaris tidak berarti apa-
Notaris dan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dalam membuat akta otentik
hanya memformulasikan hubungan hukum antara para pihak dalam bentuk tertulis dalam
suatu format tertentu dalam akta otentik serta wajib menerapkan prinsip kehati-hatian dan
menerapkan prinsip mengenal nasabah dalam ketikan akan menggunakan jasanya, karena
saat Notaris/ PPAT membuat akta autentik maka Notaris/PPAT membutuhkan kepastian
Notaris termasuk salah satu profesi yang dikenakan wajib lapor ke Pusat
keuangan mencurigakan. Kewajiban ini tercantum dalam Peraturan Pemerintah (PP) No.
43 Tahun 2015 tentang Pihak Pelapor dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Pencucian Uang. Dalam menjalankan tugasnya sebagai pejabat umum, notaris
dinilai bisa dimanfaatkan untuk menyembunyikan atau menyamarkan hasil tindak pidana
pencucian uang.
Pasal 16 ayat (1) huruf f UU No. 30 Tahun 2004 sebagaimana diubah dengan UU
No. 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris (UUJN) telah menegaskan “Notaris wajib
merahasiakan segala sesuatu mengenai Akta yang dibuatnya dan segala keterangan yang
diperoleh guna pembuatan Akta sesuai dengan sumpah/janji jabatan, kecuali undang-
3
Habib Adjie, Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik, Cet 2,
(Bandung :PT. Rafika Aditama,2009), hal 40.
4
Tan Thong Kie.(2000). Studi Serba Serbi Praktek Notaris. Jakarta: IchtiarBaru Van Hoeve, hlm. 159
4
undang menentukan lain”. Sehingga dari hal tersebut telah memberi pesan bahwa setiap
Notaris harus merahasiakan prodak hukum yang dibuatnya berupa akta. Susdiarto
menjelaskan jabatan Notaris didasarkan kepercayaan antara notaris dan pihak yang
memberitahukan isi akta, grosse akta, minuta akta, salinan akta/kutipan akta kepada orang
Keistimewaan itu diatur dalam Pasal 1909 ayat (3) KUHPerdata dan Pasal 322
KUHP. Karena itu, setiap notaris wajib merahasiakan isi akta dan keterangan yang
Disebutkan dalam Pasal 66 ayat (1) KUHP yakni “Untuk kepentingan penyidik, penuntut
1. Mengambil fotokopi Minuta Akta dan atau surat-surat yang dilekatkan pada
2. Memanggil Notaris untuk hadir dalam pemeriksaan yang berkaitan dengan akta
yang dibuatnya atau Protokol Notaris yang berada dalam penyimpanan Notaris.”
Oleh karena itu kewajiban senada tertuang dalam sumpah jabatan seorang notaris,
sebagaimana disebut dalam Pasal 4 Undang-Undang Jabatan Notaris: “bahwa saya akan
merahasiakan isi akta dan keterangan yang diperoleh dalam pelaksanaan jabatan saya”.
Pelanggar terhadap sumpah jabatan itu justru bisa berbuah ancaman 9 bulan
penjara, sebagaimana disebut Pasal 332 KUHP. PP No. 43 Tahun 2015 dan Peraturan
Kepala PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisis Keuangan) Nomor 11 Tahun 2016 tidak
memberikan patokan yang jelas dan aman bagi Notaris terkait transaksi keuangan
mencurigakan prosedur seperti: apa yang harus membuat notaris melapor ke PPATK.
5
Padahal ini berkaitan dengan besaran nilai transaksi serta ukuran transaksi yang
Pelapor yang melaporkan adanya dugaan tindak pidana pencucian uang. Peraturan
melaporkan adanya tindak pidana adalah Undang-undang Nomor 31 Tahun 2014 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi Dan
Undang tersebut tidak menjelaskan prosedur tata cara, aturan teknis dan tidak
memberikan penjelasan lebih jelas terkait sejauh mana Notaris/PPAT sebagai pelapor
Jaminan perlindungan terhadap saksi dan korban memiliki peranan penting dalam
proses peradilan pidana, sehingga dengan keterangan saksi dan korban yang diberikan
secara bebas dari rasa takut dan ancaman dapat mengungkap suatu tindak pidana. Tidak
terkecuali bagi notaris dalam kaitannya dengan permasalahan di atas yang seharusnya
perlindungan hukum bagi notaris sebagai pihak pelapor juga dapat di atur lebih jelas guna
dalam UU Jabatan Notaris. Namun ternyata dalam Undang Undang Jabatan Notaris dan
tersebut. Maka dalam penelitian fokus pembahasan adalah: Pertama, untuk menganalisis
rasio legis ketentuan Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2015 terkait
pelaporan indikasi tindak pidana pencucian uang yang berhubungan dengan rahasia
jabatan Notaris. Kedua, ratio legis Pasal 16 ayat (1) huruf F Undang-Undang Jabatan
6
perlindungan hukum terhadap Notaris/PPAT sebagai pihak pelapor yang mengindikasi
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Metode Penelitian
artinya penelitian yang difokuskan pada suatu aturan hukum atau peraturan-peraturan yang
7
kemudian dihubungkan dengan kenyataan yang ada dilapangan. 5 Dalam penelitian ini
digunakan data sekunder.6 Data sekunder mencakup data-data yang diperoleh dari bahan-
bahan kepustakaan yang terdiri dari Bahan hukum primer Berupa peraturan perundang-
informasi atau hal-hal yang berkaitan dengan isi sumber primer serta implementasinya. 7
Bahan hukum sekunder yang digunakan antara lain berupa buku-buku, skripsi, serta
artikel baik yang berasal dari media cetak maupun media elektronik. Dalam penelitian
ini, alat yang digunakan dalam pengumpulan data adalah studi kepustakaan (Library
Research), yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui data tertulis. 8 Setelah
pengolahan data selesai, maka dilakukan analisis data kualitatif, artinya hasil penelitian
ini dideskripsikan dalam bentuk penjelasan dan uraian kalimat yang mudah dibaca dan
dimengerti untuk diinterprestasikan dan dirangkum secara umum yang didasarkan fakta-
fakta yang bersifat khusus terhadap pokok bahasan yang diteliti, guna pembahasan pada
bab-bab selanjutnya.
5
Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2004), hlm. 118.
6
Sri Mamudji, et al., Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, (Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, 2005), Hal. 6.
7
Ibid., Hal. 31.
8
Ibid, hal. 27.
8
BAB II
A. Kerangka Teori
Penelitian ini berlandaskan pada Teori kepastian hukum (Scherkeit des Rechts
selbst), yaitu Pertama, bahwa hukum itu positif, artinya bahwa hukum positif itu
adalah perundang-undangan. Kedua, bahwa hukum itu didasarkan pada fakta, artinya
didasarkan pada kenyataan. Ketiga, bahwa fakta harus dirumuskan dengan cara yang
dilaksanakan. Keempat, hukum positif tidak boleh mudah diubah.9 Pendapat Gustav
tersebut mengarah kepada penjelasan bahwa kepastian hukum itu merupakan produk
yaitu bahwa kepastian hukum dalam situasi tertentu mensyaratkan sebagai berikut: 10 1)
Tersedia aturan-aturan hukum yang jelas atau jernih, konsisten dan mudah diperoleh
dan juga tunduk dan taat kepadanya; 3) Bahwa mayoritas warga pada prinsipnya
menyetujui muatan isi dan karena itu menyesuaikan perilaku mereka terhadap aturan-
aturan tersebut; 4) Bahwa hakim-hakim (peradilan) yang mandiri dan tidak berpihak
9
Sudikno Mertokusumo dan A. Pitlo, Bab-bab tentang Penemuan Hukum, Cet:2, (Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2013), hlm.1.
10
Sidharta, Moralitas Profesi Hukum: Suatu Tawaran Kerangka Berpikir, (Bandung: Refika Aditama,
2006), hlm. 85.
9
menyelesaikan sengketa hukum; dan 5) Bahwa keputusan peradilan secara konkrit
dilaksanakan.
Kelima syarat tersebut menunjukkan bahwa kepastian hukum dapat dicapai jika
substansi hukum tersebut sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kepastian hukum yang
seperti inilah yang disebut dengan kepastian hukum yang sebenarnya (realistic legal
dijalankan, bahwa yang berhak menurut hukum dapat memperoleh haknya dan bahwa
keadilan, namun hukum tidak identik dengan keadilan. Hukum bersifat umum,
perangkat hukum tertulis di suatu negara yang secara tegas mengandung makna
kejelasan dan dapat dilaksanakan, sehingga perangkat hukum tersebut dapat menjamin
hak dan kewajiban dengan seimbang sesuai dengan kondisi dalam masyarakat.
dalam hal ini prinsip kepastian hukum yang dimaksud adalah prinsip negara hukum
setiap kebijakan dan tindakan dalam bidang penanaman modal. Dengan demikian
11
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya
Yogyakarta, 2007), hlm. 170.
10
undangan sebagai dasar dalam setiap kebijakan dan tindakan dalam bidang penanaman
modal.12
Dalam teori, terdapat beberapa yang hal penting yang berkaitan dengan
yang menjadi kewenangan notaris. Oleh karena itu masyarakat berhak untuk
mengontrol “hasil kerja” dari notaris. Salah satu konkretisasi dari akuntabilitas ini,
yang mumpuni (intellectual capital) yang dapat diterapkan dalam praktik, tapi bukan
yang abstrak menjadi suatu bentuk yang tertulis (akta) sesuai yang dikehendaki oleh
para pihak. Oleh karena itu kita jangan lelah dan bosan untuk senantiasa
12
Indonesia, Undang-Undang Penanaman Modal, UU No. 25 Tahun 2007, LN No.67 Tahun 2007, TLN
No.4724, Penjelasan Pasal 3 Ayat 1.
13
Habib Adjie, Sanksi Perdata Dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik, (Bandung :
Refika Aditama, 2009), hl.m 45.
11
3) Tanggung Jawab Hukum
Notaris bukan orang/jabatan yang “imun” (kebal) dari hukum. Jika ada
dikategorikan melanggar hukum (pidana, perdata, administrasi), maka mau tidak mau
diharuskan juga taat kepada kewajiban yang diatur oleh Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2004 jo. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 dan Kode Etik Notaris serta
tersebut.
B. Tinjauan Pustaka
membuat akta otentik harus independen. Dalam istilah sehari-hari istilah independen
penerapan istilah mandiri berarti institusi yang bersangkutan secara manajerial dapat
atau pengaruh pihak lain ataupun diberi tugas oleh instansi lain. Oleh karena itu dalam
konsep independen ini harus diimbangi dengan konsep akuntabilitas. Akuntabilitas ini
12
(controlled) dari luar serta bertanggung jawab kepada pihak luar atas hasil
Independensi notaris dalam hal ini dapat dilihat dalam 3 (tiga) bentuk yaitu:
yang dalam bagian struktur (organigram) terpisah dengan tegas dari institusi
lain. Dalam hal ini meskipun Notaris diangkat dan diberhentikan oleh Menteri
Kehakiman atau berada dalam struktur Departemen Hukum dan Hak Asasi
yang khusus mengatur mengenai Notaris, yaitu Undang- Undang Nomor 30 Tahun
Perseroan Terbatas.
13
kepentingan diri Notaris sendiri. Oleh karena itu kewajiban-kewajiban Notaris adalah
tugas dan kewenangannya sebagai Notaris sesuai dengan amanah. Sumpah yang
kepada Tuhan Yang Maha Esa karena sumpah yang diucapkan berdasarkan agama
masing-masing, dan yang kedua bertanggung jawab kepada Negara dan masyarakat,
sebagian tugas Negara dalam bidang Hukum Perdata yaitu, dalam pembuatan alat
maksud kehendaknya ke dalam bentuk akta dan percaya bahwa Notaris dapat
hukum, antara lain dalam Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 jo.
Notaris mengenai kewajiban Notaris untuk merahasiakan isi akta: “…bahwa saya
akan merahasiakan isi akta dan keterangan yang diperoleh dalam pelaksanaan jabatan
saya…”
14
1) Dalam menjalankan jabatannya, Notaris wajib:
c. melekatkan surat dan dokumen serta sidik jari penghadap pada minuta
akta;
minuta akta;
g. menjilid akta yang dibuatnya dalam 1 (satu) bulan menjadi buku yang
memuat tidak lebih dari 50 (lima puluh) akta, dan jika jumlah akta tidak
dapat dimuat dalam satu buku, akta tersebut dapat dijilid menjadi lebih
dari satu buku, dan mencatat jumlah minuta akta, bulan, dan tahun
h. membuat daftar dari akta protes terhadap tidak dibayar atau tidak
daftar nihil yang berkenaan dengan wasiat ke pusat daftar wasiat pada
15
kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
hukum dalam waktu 5 (lima) hari pada minggu pertama setiap bulan
berikutnya;
sedikit 2 (dua) orang saksi, atau 4 (empat) orang saksi khusus untuk
dilakukan, jika penghadap menghendaki agar akta tidak dibacakan karena penghadap
telah membaca sendiri, mengetahui, dan memahami isinya, dengan ketentuan bahwa
hal tersebut dinyatakan dalam penutup akta serta pada setiap halaman minuta akta
diparaf oleh penghadap, saksi, dan Notaris. Ketentuan ini dikecualikan terhadap
pembacaan kepala akta, komparasi, penjelasan pokok akta secara singkat dan jelas,
serta penutup akta. Jika ketentuan tersebut tidak dipenuhi, maka berdasarkan
ketentuan Pasal 16 ayat (9) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014, akta yang
16
Notaris yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
1) peringatan tertulis;
2) pemberhentian sementara;
(1) huruf j dapat menjadi alasan bagi pihak yang menderita kerugian untuk menuntut
penggantian biaya, ganti rugi, dan bunga kepada Notaris. Notaris yang melanggar
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf n dapat dikenai sanksi berupa
peringatan tertulis.
disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 16A sehingga berbunyi sebagai berikut:
2) Selain kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), calon Notaris juga
wajib merahasiakan segala sesuatu mengenai akta yang dibuatnya dan segala
1) Notaris dilarang:
17
b. meninggalkan wilayah jabatannya lebih dari 7 (tujuh) hari kerja
2) Notaris yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
a. peringatan tertulis;
b. pemberhentian sementara;
masyarakat dan sekaligus mencegah terjadinya persaingan tidak sehat antar Notaris
18
dalam menjalankan jabatannya. Salah satu upaya dalam mencegah persaingan
merupakan hak Notaris atas jasa hukum yang diberikan sesuai dengan
Undang Nomor 2 Tahun 2014) dengan tidak memungut biaya yang terlampau murah
kota, dan mempunyai wilayah jabatan meliputi seluruh wilayah propinsi dari tempat
menyatakan, bahwa Notaris wajib mempunyai hanya satu kantor, yaitu di tempat
kedudukan Notaris, selain itu Notaris tidak berwenang secara berturut-turut dengan
a. peringatan tertulis;
b. pemberhentian sementara;
19
Selain sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 17 Undang-Undang Nomor
2 Tahun 2014, mengenai larangan bagi Notaris juga diatur dalam Pasal 18 Keputusan
Notaris dilarang :
Notaris;
c. meninggalkan daerah kerja lebih dari tiga hari, kecuali ada izin dari Pejabat
bersangkutan:
Menteri;
g. merangkap jabatan sebagai ketua atau anggota lembaga tinggi negara tanpa
i. merangkap jabatan sebagai pejabat pembuat akta tanah di luar wilayah kerja
Notaris.
20
Dalam menjalankan kewenangannya, Notaris dibatasi oleh larangan-larangan
yang ditentukan oleh Undang-Undang. Hal ini diperlukan agar notaris tau mengenai
batas-batas apa yang boleh dan apa yang dilarang oleh Undang-Undang. Mengenai
perilaku sebagai Notaris, Ismail Saleh menyatakan ada empat hal pokok yang harus
diperhatikan yakni:14
Walaupun akan memperoleh imbalan jasa yang tinggi, namun sesuatu yang
seberapa jauh ia dapat bertindak dan apa yang boleh serta apa yang tidak boleh
daya otentiknya.
14
Supriadi, Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006),
hlm.51
21
Sekalipun keahlian Notaris dapat dimanfaatkan sebagai daya upaya yang
berpegang teguh kepada rasa keadilan yang hakiki, tidak terpengaruh oleh
jumlah uang, dan tidak semata-mata menciptakan alat bukti formal mengejar
1) Senantiasa menjunjung tinggi hukum dan azas Negara serta bertindak sesuai
organisasi Notaris sesuai dengan pasal 82 ayat (1) (Notaris berhimpun dalam satu
wadah Organisasi Notaris) dengan kriteria yang pertama mempunyai anggaran dasar
dan anggaran rumah tangga yang memuat ketentuan tentang tujuan organisasi, kedua
mempunyai daftar anggota yang salinannya disampaikan kepada Menteri dan Majelis
1) Mempunyai lebih dari 1 (satu) kantor, baik kantor cabang maupun kantor
perwakilan.
15
Andasasmita, Notaris Selayang Pandang, (Bandung: Penerbit Alumni, 1983), hlm.158.
16
Abdul Ghofur, Lembaga Kenotariatan Indonesia Perspektif Hukum dan Etika, (Yogyakarta:UII,2009),
hlm.101-121.
22
Larangan ini diatur pula dalam Pasal 19 UUJN sehingga pasal ini dapat
cabang
Larangan ini berkaitan dengan kewajiban yang terdapat dalam Pasal 3 ayat
dianggap ramai (di luar lingkungan kantor) , dapat dianggap sebagai promosi.
3) Melakukan publikasi atau promosi diri, baik sendiri maupun secara bersama-
sama
cetak dan atau elektronik dalam bentuk iklan, ucapan selamat, ucapan bela
23
Misalnya : mengirimkan ucapan melalui karangan bunga ke perusahaan
kabar mencantumkan nama dan jabatan, ikut serta dalam iklan di media
jabatan notaris.
pekerjaan jabatan dan bukan dengan tujuan pencarian uang atau keuntungan
pihak lain.
minuta yang telah dipersiapkan oleh pihak lain tidak memenuhi kewajiban
Notaris yang terdapat dalam Pasal 3 ayat (4) Kode Etik Notaris.
24
Penandatanganan akta Notaris merupakan bagian dari keharusan agar akta
tersebut dikatakan sebagai akta otentik. Selain hal tersebut, Notaris menjamin
melalui klien itu sendiri mapun melalui karyawan, hal ini dilarang karena
dihadapannya.
7) Berusaha atau berupaya dengan jalan apapun agar seseorang berpindah dari
Notaris lain kepadanya, baik upaya itu ditujukan langsung kepada klien yang
diwujudkan antara lain dengan tidak melakukan upaya baik langsung maupun
lain menawarkan jasa notaris ditempat tertentu atau di kantor rekan kita tersebut
Pada dasarnya setiap pembuatan akta harus dilakukan dengan tanpa adanya
25
Misalnya : Apabila datang klien ke kantor kita akan minta dibuatkan dan
telah menyerahkan data /dokumen yang kita minta, akan tetapi karena sesuatu
berpindah kepada notaris lain ,kemudian kita menahan data/dokumen yang telah
ke arah timbulnya persaingan yang tidak sehat dengan sesama rekan Notaris.
sehingga upaya yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung
10) Menetapkan honorarium yang harus dibayar oleh klien dengan jumlah lebih
100.000,-, karena ingin kantornya laku menetapkan tarif Rp 50.000,-. Hal ini
akan mengakibatkan persaingan yang tidak sehat dan akan terjadi hubungan
yang kurang baik antar sesama rekan notaris , kalau sudah begitu akan
menjatuhkan harkat dan martabat jabatan notaris. Dan jabatan kita akan
26
11) Mempekerjakan dengan sengaja orang yang masih berstatus karyawan kantor
Notaris lain tanpa persetujuan terlebih dahulu dari Notaris yang bersangkutan.
12) Menjelekkan dan/atau mempersalahkan rekan Notaris atau akta yang dibuat
olehnya.
yang dibuat oleh rekan sejawat yang ternyata didalamnya terdapat kesalahan-
yang dibuatnya dengan cara yang tidak bersifat menggurui, melainkan untuk
Misalnya : tanpa memberitahu klien yang datang pada kita , kita telpon
rekan notaris yang membuat akta yang salah tersebut dengan bahasa yang baik
dan sopan dan kepada klien tersebut cukup disampaikan untuk datang lagi ke
13) Membentuk kelompok sesama rekan sejawat yang bersifat eksklusif dengan
27
Notaris wajib memperlakukan rekan Notaris sebagai keluarga seprofesi,
mengerjakan pekerjaan dari suatu instansi tertentu dan menutup rekan rekan
yang lain untuk ikut serta dengan cara cara yang kurang baik.
14) Menggunakan dan mencantumkan gelar yang tidak sesuai dengan peraturan
pendidikan
pelanggaran terhadap Kode Etik Notaris, antara lain namun tidak terbatas pada
Penjelasan Pasal 19 ayat (2) UUJN; Isi Sumpah Jabatan Notaris; Hal-hal
28
1) Memberikan ucapan selamat, ucapan duka cita dengan menggunakan kartu
pribadi dan tidak dalam jabatan. Tidak dimaksudkan sebagai promosi tetapi
2) Pemuatan nama dan alamat Notaris dalam buku panduan nomor telepon, fax
dan telex yang diterbitkan secara resmi oleh PT. Telkom dan/atau
cm, dasr berwarna putih, huruf berwarna hitam, tanpa mencantumkan nama
Notaris serta dipasang dalam radius maksimum 100 meter dari Kantor Notaris.
papan promosi
29
BAB III
Notaris sebagai pejabat umum, merupakan salah satu organ Negara yang
masyarakat, teristimewa dalam pembuatan akta otentik sebagai alat bukti yang
Notaris salah satunya yakni membuat akta otentik dalam hal perbuatan hukum
seseorang, akta otentik sengaja dibuat untuk dijadikan sebagai alat bukti tertulis
dikemudian hari. Akta otentik harus sesuai dengan peristiwa yang terjadi, klien
akan.memberikan kelengkapan berkas dan keterangan kepada Notaris, dari dua hal
tersebut nantinya akan Notaris tuangkan ke dalam akta otentik. Suatu akta memiliki
kekuatan bukti otentik, maka haruslah ada kewenangan dari pejabat umum yang
membuat, dalam hal ini Notaris, untuk membuat akta otentik yang bersumber dari
Undang-Undang.
cara menformulasikan keinginan para pihak (klien) yang dituangkan ke dalam akta
otentik, sehingga ketika klien memberi berkas maupun informasi harus sesuai dengan
kenyataan, karena akan ada akibat hukum dikemudian hari mengenai keterangan para
pihak yang disampaikan kepada Notaris. Notaris juga harus melihat apakah berkas itu
asli atau tidak yang memungkinkan berkas itu dipalsu oleh klien demi kelancaran
17
Habib Adjie..Undang-Undang Jabatan Notaris (UUJN) sebagai Unifikasi Hukum Pengaturan Notaris.
Jakarta: Renvoi, 2005, hlm. 130
30
pembuatan akta otentik. Sesuai Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia
Pengguna Jasa Bagi Notaris (PMPJ), untuk pencegahan dan pemberantasan tindak
pidana pencucian uang, prinsip mengenali pengguna jasa wajib diterapkan oleh
wajib:
tingkat risiko terjadinya tindak pidana pencucian uang dan tindak pidana
pendanaan terorisme.
yang bersumber dari profil, karakteristik, bisnis, Negara, produk diharapkan Notaris
dapat mengetahui dari mana sumber dana didapat, namun hal lain yang menyelimuti
Notaris yang berkaitan dengan keterangan klien adalah rahasia menjaga kepentingan
para pihak sesuai dengan amanat Undang-Undang Jabatan Notaris Pasal 16 ayat (1)
merahasiakan segala sesuatu mengenai Akta yang dibuatnya dan segala keterangan
yang diperoleh guna pembuatan Akta sesuai dengan sumpah/ janji jabatan, kecuali
sesuatu yang terkait dengan isi dan keterangan mengenai akta yang dibuatnya,
31
melahirkan ketentuan tentang hak ingkar (verschoningsplicht) seorang Notaris yang
dapat diterapkan apabila seorang Notaris ketika diminta untuk menjadi saksi di
hukum akta yang dibuat Notaris. Dengan demikian Pasal 4 ayat (2) jo Pasal 16 ayat
(1) huruf F Undang Undang Jabatan Notaris (Perubahan) mengatur secara jelas bahwa
yang berhubungan dengan akta, baik informasi klien, keterangan yang disampaikan
oleh klien, maupun hal-hal lain yang berkaitan dengan isi akta, terkecuali Undang-
Undang menentukan lain. Seiring dengan maraknya tindak pidana pencucian uang,
maka Notaris diwajibkan teliti dalam menerima dan memeriksa berkas serta informasi
yang diterima, ciri khas utama dari Tindak Pidana Pencucian Uang adalah kejahatan
yang dilakukan secara ganda dengan bentuk Pencucian uang sebagai kejahatan yang
sebagai Predicate Deffense/Core Crime atau sebagai unlawful activity yaitu kejahatan
Fuady,2013:36)
Pihak Pelapor Dalam Pencegahan dan Pemberantasan TPPU yang menyatakan bahwa
kepada PPATK untuk kepentingan atau untuk dan atas nama Pengguna Jasa, Prinsip
b. Verifikasi yaitu meniliti informasi dan dokumen yang diberikan pengguna jasa
32
c. Pemantauan transaksi yaitu mengetahui kesesuaian transaksi yang dilakukan
pada saat:
b. Terdapat transaksi keuangan dengan mata uang rupiah dan atau mata uang
asing yang nilainya paling sedikit atau setara dengan Rp. 100.000.000,-
Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 17
memasukkan Notaris sebagai pihak pelapor. Notaris termasuk kedalam kategori pihak
pelapor dalam adanya dugaan tindak pidana pencucian uang, sebagaimana disebutkan
dalam Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2015 tentang Pihak Pelapor
disebut sebagai PP Pihak Pelapor Dalam Pencegahan dan Pemberantasan TPPU) yang
33
mencakup juga: a. Advokat; b. Notaris; c. Pejabat Pembuat Akta Tanah; d. Akuntan;
Pasal 3 wajib menerapkan prinsip mengenali pengguna Jasa. Sejauh ini Notaris
berkewajiban untuk mengenal lebih jauh profile, latar belakang pengguna jasa
kemudian dapat melaporkan apabila ada kecurigaan terhadap klien terkait dengan
sebenarnya, namun di lain sisi, Notaris seakan akan di bebani oleh pembuktian secara
yang mewajibkan Notaris mengenali hingga menggali identitas pengguna jasa secara
rinci, sampai sejauh mana Notaris harus mengenali profile, latar belakang klien,
sumber dana, karena tidak disebutkan secara eksplisit dalam Undang-Undang Jabatan
Notaris
pelaporan bagi Notaris sebagai pihak pelapor yang wajib menyampaikan laporan
kepada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) terkait Transaksi
Keuangan Mencurigakan maka membuat Notaris sulit untuk mengetahui sumber dana
Jabatan Notaris untuk mggali lebih dalam perihal tersebut. Bahwa ketentuan dalam PP
Pihak Pelapor dalam Pencegahan dan Pemberantasan TPPU khususnya Pasal 3 dapat
terhadap perbuatan hukum yang dilakukan oleh pengguna jasa yang diduga terindikasi
tindak pidana pencucian uang. Setiap Notaris wajib melakukan pelaporan terhadap
berbagai macam akta yang dibuatnya, termasuk legalisasi dan waarmeking. Disisi lain
34
lain hal tersebut menjadi ancaman bagi profesinya. Namun ketika Notaris tidak
melaporkan maka akan dikenakan ancaman pada Pasal 322 KUHP yang menyebutkan
bahwa Barang siapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpannya
karena jabatan atau pencariannya, baik yang sekarang maupun yang dahulu, diancam
dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak
sembilan ribu rupiah. 2. Ratio Legis Pasal 16 ayat (1) Huruf F Undang-Undang
tertuang padal Pasal 16 ayat (1) huruf F Undang Undang Jabatan Notaris yang
sesuatu mengenai Akta yang dibuatnya dan segala keterangan yang diperoleh guna
menentukan lain. Sedangkan Kode Etik PPAT ada dalam peraturan lebih lanjut yaitu
Pasal 28 ayat (2) huruf c Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 1 Tahun
jabatan PPAT jika melanggar kode etik profesi yang berkaitan dengan rahasia jabatan
adalah Kepala Badan Pertanahan Nasional. Kode etik profesi PPAT disusun oleh
Organisasi PPAT dan/atau PPAT Sementara dan ditetapkan oleh Kepala BPN yang
berlaku secara nasional (Pasal 69 Perka BPN 1/2006). Organisasi PPAT yang
dimaksud saat ini adalah Ikatan Pejabat Pembuat Akta Tanah (IPPAT) Artinya
rahasia akta demi kelancaran pembuatan akta dan kepentingan para pihak serta
sebagai bentuk tanggung jawab Notaris dalam menjalankan jabatan yang dimaksud
35
dengan jabatan kepercayaan adalah Notaris sebagai pejabat publik mengemban
amanah dan kepercayaan masyarakat yang harus dijalankan dengan hati-hati dan
Undang menentukan lain” yang artinya ketika ada UndangUndang lain memuat
ketentuan terkait membuka rahasia jabatan, maka Notaris harus tunduk pada hukum
notaris dengan organisasi diatur dalam kode etik notaris (KEN). KEN memuat unsur
kewajiban, larangan, pengecualian dan sanksi yang akan dijatuhkan apabila notaris
melakukan pelanggaran terhadap kode etik. Selain itu kode etik juga mengatur tata
cara penegakkan kode etik dan pemecatan sementara sebagai anggota INI. Rahasia
jabatan tidak sekedar merupakan ketentuan etik melainkan menjadi asas hukum yang
diberikan verschoningsrecht.18
MA/Pemb/3425/86 tanggal 12 April 1986 yang mengatur antara lain: a.Notaris yang
akan diperiksa atau dimintai keterangan harus jelas kedudukan dan perannya, apakah
sebagai saksi atau tersangka terhadap akta-akta yang dibuatnya dan/atau selaku
pemeriksaaan tidak perlu dilakukan peyumpahan, kecuali ada cukup kuat alasan,
18
Pingkan Sundah, TinjauanYuridis Terhadap Tidak Dilaksanakannya Kewajiban Jabatan Notaris
Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014, Jurnal: ejournal.unsrat.ac.id, hlm. 37
36
Sanksi terhadap Notaris yang membuka rahasia jabatannya dengan
Sanksi kode etik Notaris Apabila pemanggilan dan pemeriksaan Notaris oleh
hukum. Segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum adalah benteng untuk
proses peradilan, peranan Notaris sebagai saksi pada proses peradilan erat kaitannya
dengan substansi sumpah jabatanitu sendiri. Disatu sisi dengan adanya sumpah
untuk tidak memberi keterangan apapun mengenai akta, disisi lain pada kenyataannya
ketentuan rahasia jabatan dan hak ingkar ini diterobos dengan danya kepentingan
negara yang lebih tinggi dan besar serta adanya ketentuan eksepsional, sehingga
ada ruginya bagi Notaris/PPAT untuk lebih hati-hati kedepannya dalam melakukan
(TPPU) Nomor 8 Tahun 2010, dan untuk itu ada beberapa hal yang perlu dilakukan
19
Satjipto Rahardjo. Hukum dan Masyarakat. Bandung: Angkasa, 2004, hlm. 102
37
a. Kegiatan mengenali pengguna jasa yaitu sesuai Undang-Undang No.8 Tahun
seperti memberikan identitas dan informasi yang benar, sumber dana, dan
atau penerapan Program Prinsip Mengenal Nasabah dan Anti Pencucian Uang
(APU PPT), merupakan bagian penting bagi manajemen risiko yang baik,
terutama dalam pengelolaan risiko reputasi, risiko operasi, risiko hukum dan
transaksi, kegiatan usaha penghadap dan informasi lainnya yang dapat digunakan
untuk mengukur resiko penghadap. Jadi Rasio legis kewajiban Notaris/PPAT sebagai
pihak pelapor dalam adanya dugaan tindak pidana pencucian uang (TPPU) bertujuan
untuk melindungi para pengemban profesi yang luhur ini. Indonesia adalah Negara
hukum yang berdasarkan Pancasila, dimana setiap warganya dituntut untuk turut
berperan serta dalam menegakkan hukum, keadilan dan kebenaran, bahwa untuk
memiliki tekad dalam menegakkan hukum, keadilan dan kebenaran sebagai wujud
dari rasa tanggung jawab kepada negara, sebagai pejabat umum Notaris/PPAT
pikiran serta menjalankan tugas jabatan dengan amanah, jujur, mandi dan tidak
38
2. Peranan Notaris/PPAT sebagai Pihak Pelapor dalam Tindak Pidana Pencucian
profesi mulia ini. Namun PP No. 43 Tahun 2015 tidak memberikan patokan yang
cukup jelas dan payung hukum aman bagi Notaris maupun PPAT terkait transaksi
kepastian hukum. Padahal laporan tersebut berkaitan dengan besaran nilai transaksi.
harus dijaga Notaris terkait informasi yang diperoleh dari pengguna jasa dalam
Akta yang dibuatnya dan segala keterangan yang diperoleh guna pembuatan Akta
Bahwa aturan diatas jelas menegaskan terkait rahasia jabatan Notaris dapat
menentukan lain, akan tetapi ketentuan yang berlaku mengenai Notaris yang wajib
sebagai pihak pelapor dalam dugaan tindak pidana pencucian uang adalah belum
39
adanya payung hukum berupa Undang-Undang yang jelas untuk melindungi
Notaris, oleh sebab itu seharusnya pemerintah khususnya Kementerian Hukum dan
HAM dan Badan Pertanahan Nasional membuat peraturan perundang undang guna
mekanismenya sehingga tidak merugikan bagi Notaris/ PPAT yang bersangkutan dan
40
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Pengaturan Notaris dan
PPAT tidak disertai dengan ketentuan perlindungan hukum sebagai pihak pelapor dalam
Tindak pidana pencucian uang dirasa dirasa kurang tepat, karena demi menjamin
perlindungan hukum bagi pihak pelapor maka diperlukan kepastian hukum demi menjaga
keamanan dan kelancaran ketika menyampaikan pelaporan, pun juga demikian dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2015 tentang Pihak Pelapor dalam Pencegahan
2017 tentang Penerapan prinsip mengenali pengguna jasa bagi Notaris, bahwa
sesungguhnya Notaris tidak berkewajiban untuk menggali kebenaran materiil kepada para
pengguna jasa, namun yang berwenang untuk hal tersebut adalah hakim di pengadilan.
B. Saran
Dalam penelitian ini sebagai saran adalah dalam rangka upaya perlindungan
hukum bagi Notaris oleh Majelis Kehormatan Notaris berupa pengawasan dan pemberian
sanksi serta harus sebagai gerda depan Notaris ketika berurusan dengan pihak berwenang
baik kepolisian maupun kejaksaan, Notaris tidak dapat sewenang-wenang dipanggil oleh
penyidik karena penyidik harus melalui beberapa tahapan untuk menghadirkan Notaris
sebagai saksi untuk dimintai keterangan, adapun prosedur yang wajib dilakukan oleh
41
pihak berwenang dengan cara mengirimkan surat permohonan pemanggilan Notaris
42
DAFTAR PUSTAKA
Yogyakarta:UII,2009
GHS. L. Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, Cet 3, Jakarta: Penerbit Erlangga, 1983
Habib Adjie, Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik,
Tan Thong Kie. Studi Serba Serbi Praktek Notaris. Jakarta: IchtiarBaru Van Hoeve, 2000
Supriadi, Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika,
2006
ejournal.unsrat.ac.id,
43