BAB 1..................................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN.................................................................................................................... 2
A. LATAR BELAKANG MASALAH.................................................................................................2
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................................................5
C. TUJUAN PENELITIAN..............................................................................................................5
D. MANFAAT PENELITIAN...........................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................... 7
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................... 7
A. PERJANJIAN...........................................................................................................................7
1. Syarat Sah Perjanjian...............................................................................................7
2 Asas-asas Perjanjian..............................................................................................10
3 Unsur-unsur Perjanjian..........................................................................................15
4 Akibat Perjanjian yang Sah...................................................................................18
5 Pengertian Perjanjian Kerja Sama......................................................................19
B. PRESTASI DAN WANPRESTASI............................................................................................19
1. Prestasi.......................................................................................................................19
2. Wanprestasi..............................................................................................................24
C. PERJANJIAN KERJA SAMA ANTARA PEMERINTAH KOTA DAN EVENT ORGANIZER
SWASTA....................................................................................................................................28
1. Pengertian Event Organizer.......................................................................................28
2. Pemerintah Kota Makassar........................................................................................30
BAB III.................................................................................................................................. 34
METODE PENELITIAN........................................................................................................ 34
A. LOKASI PENELITIAN.............................................................................................................34
B. JENIS DAN SUMBER DATA..................................................................................................34
C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA............................................................................................34
D. ANALISIS DATA....................................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 36
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada dasarnya manusia dilahirkan sebagai makhluk sosial. Hal ini pulalah
yang menjadikan manusia selalu memerlukan bantuan orang lain dalam setiap
Karena hal tersebut lah manusia melakukan kerja sama, seiring waktu
adanya perjanjian dalam setiap lahirnya kerjasama. Perjanjian dan Kontrak lahir
guna mengikat, dan menjelaskan mengenai hak dan kewajiban dari tiap pihak
budaya, ekonomi, politik, dan Pendidikan tidak terkecuali bidang jasa. Semakin
menggunakan bantuan jasa dari pihak lain. Hal-hal tersebut sering terjadi dalam
Pada bidang hukum perdata, perjanjian merupakan salah satu hal yang
sangat penting dan dibutuhkan dalam melakukan hubungan atau ikatan hukum.
Perjanjian diatur pula dalam BW (Burgerlijk Wetboek). Ketentuan-ketentuan
mengenai perjanjian mengacu pada pasal 1313 sampai dengan 1351 BW. Dalam
sesuatu atau tidak berbuat sesuatu, syarat-syarat yang diperlukan untuk sah nya
perjanjian.
yang berbunyi:
“Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”.
yang menggambarkan tentang adanya dua pihak yang saling mengikatkan diri.
Pengertian ini sebenarnya tidak begitu lengkap, tetapi dengan pengertian ini,
sudah jelas bahwa perjanjian itu terdapat satu pihak mengikatkan diri terhadap
pihak lain.
yang saling mengikatkan diri tentang sesuatu hal. Artinya kalau hanya disebutkan
bahwa satu pihak mengikatkan diri kepada pihak lain, maka tampak seolah-olah
yang dimaksud hanyalah perjanjian sepihak, tetapi kalua disebutkan juga tentang
adanya dua pihak yang saling mengikatkan diri, maka pengertian perjanjian ini
Buku III KUHPerdata tersebut berlaku apabila para pihak dalam perjanjian tidak
Adapun bentuk perjanjian yang biasanya hadir pada kerja sama seperti
yang diangkat oleh penulis dalam hal ini pemerintah kota dengan pihak swasta
adalah surat perjanjian kerja sama atau lebih akrab dengan istilah SPK (Surat
Perintah Kerja. SPK sendiri adalah sebuah surat perjanjian yang dibuat pihak
pemerintah kota, yang nantinya akan digunakan oleh investor dan pengelola,
sebagai bukti tertulis yang berkekuatan hukum dan mengikat kedua belah pihak.
atau perjanjian tertulis antara dua belah pihak atau lebih yang mengurai tentang
hak dan kewajiban masing-masing pihak. Surat ini bersifat mengikat pihak-pihak
yang bekerja sama untuk melakukan dan tidak melakukan aktifitas tertentu.
Dalam dunia bisnis, surat atau dokumen seperti ini lebih akrab dengan
melakukan penelitian yang hasilnya akan dituangkan dalam suatu karya tulis
2
Hananto Praseto, Pembaharuan Hukum Perjanjian Sportenter Tainment Berbasis Nilai Keadilan
(Jurnal), 2017
3
Rosa Agustina, Guru Besar Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Indonesia
DALAM PENGELOLAAN PROGRAM KERJA DINAS PARIWISATA KOTA
MAKASSAR”
B. Rumusan Masalah
sebagai berikut:
C. Tujuan Penelitian
sebagai berikut:
kota makassar.
D. Manfaat Penelitian
2. Manfaat praktis adalah untuk dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi
siapa saja, dan sebagai bahan informasi kepada peneliti lainnya dalam
penyusunan suatu karya ilmiah yang ada kaitannya dengan judul diatas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perjanjian
sendiri, diatur dalam Buku III dan Bab II KUH Perdata. Pasal 1313 KUH Perdata
berbunyi:
“Suatu perjanjian (persetujuan) adalah satu perbuatan dengan mana satu orang,
atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.4
konsensus para pihak. Kesepakatan ini diatur dalam Pasal 1320 ayat (1)
pernyataan kehendak antara satu orang atau lebih dengan pihak lainnya.
Yang sesuai itu adalah pernyataannya, karena kehendak itu tidak dapat
4
Handri Raharjo, Hukum Perjanjian di Indonesia, Pustaka Yustitia, Yogyakarta, 2009, hlm. 41.
dilihat/diketahui orang lain. Ada lima cara terjadinya persesuaian pernyataan
Pada dasarnya, cara yang paling banyak dilakukan oleh para pihak, yaitu
dengan bahasa yang sempurna secara lisan dan secara tertulis. Tujuan
hukum bagi para pihak dan sebagai alat bukti yang sempurna, di kala timbul
2 Kecakapan Bertindak
adalah telah berumur 21 tahun dan atau sudah kawin. Orang yang tidak
Prestasi adalah apa yang menjadi kewajiban debitur dan apa yang menjadi
hak kreditur. Prestasi ini terdiri dari perbuatan positif dan negatif. Menurut
prestasi yang wajib dipenuhi. Prestasi itu harus tertentu atau sekurang-
objek perjanjian atau prestasi itu kabur, tidak jelas, sulit, bahkan tidak
perjanjian itu dapat dibatalkan. Artinya, bahwa salah satu pihak dapat
disepakatinya. Tetapi apabila para pihak tidak ada yang keberatan maka
5
Salim HS. 2015. Hukum Kontrak (buku kesebelas). Jakarta: Sinar Grafika. hlm.34
6
Muhammad, Abdulkadir. 2014. Hukum Perdata Indonesia. Bandung : PT. Citra AdityaBakti. hlm.
302
perjanjian itu tetap dianggap sah. Syarat ketiga dan keempat tidak terpenuhi
maka perjanjian itu batal demi hukum. Artinya, bahwa dari semula perjanjian
2Asas-asas Perjanjian
1320 KHUPerdata mengandung arti “kemauan” (will) para pihak untuk saling
suatu asas yang sangat penting dalam suatu perjanjian. Kebebasan ini
b. Asas Konsensualisme
sah apabila sudah sepakat mengenai hal yang pokok dan tidaklah
7
Salim HS. 2015. Op.Cit. Hlm.34-35
8
A. Qirom Syamsudin Meliala, Pokok-pokok Hukum Perjanjian Beserta Perkembangannya,
Liberty, Yogyakarta, 2004, hlm. 9
diperuntukan suatu formalitas. Dikatakan juga, bahwa perjanjian-
perjanjian itu sudah sah dalam arti sudah mengikat, apabila sudah
konsensuil
c. Asas Kepercayaan
sama lain akan memegang janjinya, dengan kata lain akan memenuhi
9
Subekti, Hukum Perjanjian, Op.cit, hlm. 15
Dengan kepercayaan ini, kedua belah pihak mengikatkan diri dan
undang.
Asas ini terdapat dalam Pasal 1338 (1) KUHPerdata yang menjelaskan
bahwa segala perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-
Pasal tersebut, tidak lain dari pernyataan bahwa tiap perjanjian mengikat
kedua belah pihak,10 yang tersirat pula ajaran asas kekuatan mengikat
terbatas pada yang diperjanjikan, akan tetapi terhadap beberapa unsur lain
para pihak.
Asas ini menetapkan para pihak dalam persamaan derajat tidak ada
menghormati satu sama lain sebagai manusia ciptaan Tuhan Yang Maha
Esa.
f. Asas Keseimbangan
10
Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, P.T. Intermasa, Jakarta, 2004, hlm. 127
Asas ini menghendaki kedua pihak memenuhi dan melaksanakan
dengan itikad baik. Dapat dilihat disini kedudukan kreditur yang kuat
h. Asas Moral
kontra prestasi dari pihak debitur. Juga hal ini terlihat dari
juga, asas ini terdapat dalam Pasal 1339 KUHPerdata. Faktor-faktor yang
nuraninya.
11
Mariam Firdaus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2009,
hlm, 88
i. Asas Kepatutan
j. Asas Kebiasaan
Asas ini diatur dalam Pasal 1339 jo Pasal 1347 KUHPerdata, yang
mengikat untuk hal-hal yang diatur secara tegas, tetapi juga hal-hal yang
baik adalah:
Dalam Kamus Hukum Fockema Andrea dijelaskan bahwa itikad baik (te
itikad baik dalam Pasal 1338 ayat (3) BW bersifat dinamis, artinya dalam
12
Mariam Firdaus Badrulzaman, Ibid, hlm. 134.
masyarakat harus jauh dari sifat merugikan pihak lain, atau menggunakan
kata-kata secara membabi buta pada saat kedua belah pihak membuat
suatu perjanjian. Kedua belah pihak harus selalu memperhatikan hal-hal ini,
dan tidak boleh menggunakan kelalaian pihak lain yang menguntungkan diri
pribadi.
Pemahaman substansi itikad baik dalam Pasal 1338 ayat (3) BW tidak
proses perjanjian, artinya itikad baik harus melandasi hubungan para pihak
demikian fungsi itikad baik dalam Pasal 1338 ayat (3) BW mempunyai sifat
3 Unsur-unsur Perjanjian
Unsur Esensialia
prestasi-prestasi yang wajib dilakukan oleh salah satu atau lebih pihak, yang
dari jenis perjanjian lainya. Unsur essensialia ini pada umumnya dipergunakan
13
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, 2003, Perikatan yang lahir dari perjanjian, Jakarta, Raja
Grafindo Persada, hlm. 85
Dari sekian banyak perjanjian yang diatur diluar Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata, yang acapkali sering disebut dengan perjanjian tidak bernama, dalam
hal ini dapat digolongkan kedalam tiga golongan besar yaitu :14
a. Perjanjian yang secara prinsip masih mengandung unsur esensilia dari salah
yang tidak diatur secara khusus atau berada oleh para pihak,
jenis ini, maka kita harus jeli untuk melihat unsur esensialia mana yang
memaksa mana yang diatur dalam KUHPerdata yang dapat dan harus
KUHPerdata yang boleh disimpangi serta diatur secara berbeda oleh para
pihak.
guna usaha dengan hak opsi atau yang lebih populer dengan nama
(Financial Lease). Meskipun dalam perjanjian sewa guna usaha dengan hak
14
Ibit hlm hlm. 87-89
opsi ini, diatur mengenai masalah sewa menyewa, dan opsi untuk membeli
kebendaan yang disewa guna usahakan dengan hak opsi, namun jika dilihat
dari sifat transaksi sewa guna usaha secara keseluruhan, transaksi ini tidak
hal ini harus dapat ditentukan terlebih dahulu unsur-unsur esensialia dari
perjanjian ini, baru kemudian dapat kita kembangkan untuk mencari dan
kreditor.
Unsur Naturalia
Unsur naturalia ini adalah unsur yang lazimnya melekat pada perjanjian,
yaitu unsur yang tanpa diperjanjikan secara khusus dalam suatu perjanjian
unsur yang pasti ada dalam suatu perjanjian tertentu, setelah unsur essesialia
nya diketahui secara pasti misalnya dalam perjanjian yang mengandung unsur
tersembunyi.
Ketentuan ini tidak dapat disimpangi oleh para pihak, karena sifat jual beli
menghendaki hal yang demikian. Masyarakat tidak akan mentolerir suatu jual
15
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Universitas Atma Jaya Yogyakarta,
2010, hlm 110-111
beli dimana penjual tidak mau menanggung cacat-cacat tersembunyi dari
Unsur Aksidentalia
bersama-sama oleh para pihak. Dengan demikian maka unsur ini pada
apabila ingin ditarik kembali atau dibatalkan harus disetujui oleh kedua belah
pihak juga.
16
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Op Cit, hlm. 88-89
17
Ibid hlm. 89-90.
Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan baik (Pasal 1338 ayat 2
dengan mana satu pihak atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang
atau lebih hal ini tertuang pada Pasal 1313 KUHPerdata. Suatu perjanjian antara
dua orang atau lebih yang menciptakan kewajiban untuk berbuat atau tidak
1. Prestasi
pelaksanaan terhadap hal-hal yang telah diperjanjikan atau yang telah ditulis
dalam suatu perjanjian oleh kedua belah pihak yang telah mengikatkan diri untuk
itu. Jadi, memenuhi prestasi dalam perjanjian adalah ketika para pihak
memenuhi janjinya.19
Sesuai dengan ketentuan dalam pasal 1234 KUH Perdata, maka prestasi
18
Black’s LawDictionary
19
Menurut Dr. Munir Fuady, S.H., M.H., LL.M. .Konsep Hukum Perdata,hlm. 207
20
Menurut J.Satrio S.H. Hukum Perikatan Perikatan Pada Umumnya,hlm. 50
Dengan demikian kita dapat katakan, bahwa semua perikatan sebagai
yang dikenal oleh KUHPerdata dapat kita golongkan ke dalam salah satu dari
yaitu berupa suatu kewajiban bagi debitur untuk memberikan sesuatu kepada
kreditur. Arti “memberikan sesuatu” kiranya akan menjadi jelas, kalau kita
bertubuh maupun tidak bertubuh. Hubungan obligatoir dapat muncul baik atas
kemukakan kewajiban penjual untuk menyerahkan benda objek jual beli. Asal
penyerahan untuk dimiliki oleh yang menerima, tetapi termasuk juga didalamnya
penyewa.
sesuatu
melakukan tindakan yang lain” yang lain dari pada memberikan sesuatu. Orang
justru sebaliknya, bersifat pasif, yang dapat berupa tidak berbuat sesuatu atau
sama (yang demikian terkenal dengan sebutan “concurrentie beding” , vide pasal
kewajiban pada si buruh untuk tidak melakukan sesuatu, yang dalam hal ini
berupa “tidak bekerja pada perusahaan lain” yang menghasilkan produk sejenis
dengan yang dihasilkan oleh perusahaan dengan siapa ia menutup perjanjian itu.
berlangsung.
Sifat Prestasi
a. Prestasi Tertentu
Prestasi itu harus tertentu atau paling tidak dapat ditentukan, karena
kalau tidak, bagaimana kita bisa menilai apakah debitur telah memenuhi
yang memang menjadi haknya? Prestasi tersebut bisa berupa kewajiban untuk
seperti itu tentunya juga telah memenuhi syarat tersebut. ”Salah satu syaratnya
adalah hal tertentu” (een bepaalde onderwerp), yang maksudnya tidak lain
adalah bahwa objek perikatan, yaitu prestasi dan sehubungan dengan itu, juga
obyek dari prestasi atau zaaknya harus tertentu, sedang mengenai jumlahnya,
asal nantinya “dapat ditentukan atau dihitung”. Kalau dipenuhi syarat tersebut,
yang lahir dari perjanjain saja (pasal 1320 sub 3 dan 1333), karena pada
Harus diakui, bahwa in abstracto sukar bagi kita untuk secara pasti
sekali tidak tertentu di sana tidak ada perikatan. Perikatan untuk membangun
rumah tanpa penjelasan lebih lanjut tidak mempunyai kekuatan apa-apa. Orang
seberapa dan lain-lain. Sebaliknya juga tidak disyaratkan, bahwa prestasi itu
harus sudah ditentukan secara rinci dalam semua seginya. Bahwa semula
prestasi itu “belum tertentu” tidak apa-apa, karena syaratnya juga asal kemudian
membuat prestasi menjadi “tertentu” bisa para sendiri, bisa juga pihak ketiga
(pasal 1465), bisa juga Keputusan Hakim (pasal 1356, 1601 W), atau oleh
keadaan lain, misalnya pada jual beli dengan ketentua harga pasar pada saat
penyerahan.
Selanjutnya ada asas yang berlaku disini, yaitu bahwa pihak kreditur
mempunyai kepentingan atas prestasi tersebut. Hal ini adalah sesuai dengan
yang mungkin untuk dipenuhi, kalau tidak tentunya perikatan tersebut adalah
Batal. Namun apa ukuran "tidak mungkin" dipenuhi? tidak mungkin untuk siapa?
Atas dasar orang itu lalu orang diwaktu dulu membedakan antara obyektif tidak
mungkin dan subjektif tidak mungkin. Dikatakan bahwa prestasinya obyektif tidak
Sebagai nanti akan dibicarakan lebih lanjut, perikatan lahir dari adanya
ketertiban umum (pasal 1337 jo pasal 23 A.B), maka perikatan pun tidak mungkin
mempunyai isi prestasi yang dilarang oleh undang-undang, sudah tentu tidak
2. Wanprestasi
dengan debitur.23 Wanprestasi atau tidak dipenuhinya janji dapat terjadi baik
bahwa:
“Penggantian biaya, rugi dan bunga karena tidak dipenuhinya suatu perikatan,
barulah mulai diwajibkan, apabila si berutang, setelah dinyatakan lalai memenuhi
perikatannya, tetap melalaikannya, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau
dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan atau
dibuat dalam tenggang waktu yang telah dilampaukannya”.26
22
Ibid. Menurut J.Satrio S.H. Hukum Perikatan Perikatan Pada Umumnya, hlm. 28-32
23
Salim HS,Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW),(Jakarta: 2008), hlm. 180.
24
Ahmadi Miru,Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, (Jakarta:Rajawali Pers,2007), hlm.
74
25
Subekti,Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,(Jakarta:PT. ArgaPrinting, 2007), hlm.146
26
Ahmadi Miru, Sakka Pati,Hukum Perikatan,(Jakarta:Rajawali Pers,2008), hlm. 12
Kata lain wanprestasi juga dapat diartikan suatu perbuatan ingkar janji
yang dilakukan oleh salah satu pihak yang tidak melaksanakan isi perjanjian, isi
debitur dianggap memenuhi prestasi tetapi tidak tepat waktu, sehingga dapat
dikatakan wanprestasi.
Debitur yang memenuhi prestasi tapi keliru, apabila prestasi yang keliru
tersebut tidak dapat diperbaiki lagi maka debitur dikatakan tidak memenuhi
Overmach adalah suatu keadaan atau kejadian yang tidak dapat diduga-
prestasinya sebelum ia lalai untuk apa dan keadaan mana tidak dapat
dipersalahkan kepadanya.
seketika atau dalam jangka waktu seperti yang ditentukan dalam pemberitahuan
itu.
adalah:
1. Surat perintah
penetapan. Dengan surat penetapan ini juru sita memberitahukan secara lisan
kepada debitur kapan selambat-lambatnya dia harus prestasi. Hal ini biasa
2. Akta sejenis
Akta ini dapat berupa akta dibawah tangan maupun akta notaris.
adanya wanprestasi.
perikatan30
menilai wanprestasi debitur. Apabila kelalaian itu dianggapnya terlalu kecil hakim
29
Sri Soedewi Masyohen Sofwan,Hukum Acara Perdata Indonesia dalam Teori dan Praktek,
(Yogyakarta: Liberty, 1981), hlm. 15
30
C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum,(Jakarta:Balai Pustaka, 1986), hlm. 246-247
C. Perjanjian Kerja sama antara Pemerintah Kota dan Event Organizer
Swasta
Kata Event bisa di artikan sebagai sebuah program, acara atau sebuah
bentuk kegiatan yang tidak dilakukan setiap hari atau sebuah bentuk kegiatan
sebutan untuk para pelaku kegiatan, baik perorangan atau lebih secara bersama-
sama dan teratur dalam sebuah koordinasi yang terstruktur untuk mencapai
tujuan.
Sehingga dari kedua kata itu sering kita mendengar beberapa definisi
event organizer adalah sekumpulan orang dengan tujuan yang sama untuk
Maka jika melihat kepada pernyataan di atas tidak salah bila sebagian
besar orang mengartikan Event Organizer itu hanya sekedar sebagai "pelaksana
acara atau kegiatan", namun jika didefinisikan kepada sebuah bidang usaha atau
pekerjaan profesional maka menurut saya pengertian itu mengecilkan arti dan
definisi pekerjaan itu sendiri, karena apa yang terkandung di dalam sebuah
Tentu hal ini berbeda dengan konteks sekedar pelaksana acara, karena
dibutuhkan integritas serta komitmen yang kuat dari para pelakunya. Jadi definisi
yang tepat untuk event organizer adalah sebuah bidang usaha atau pekerjaan
yang membutuhkan kreatifitas bagi pelaksananya serta terorganisasi secara
menyeluruh dari hal-hal yang kecil hingga besar, dari persiapan, pelaksanaan
hingga pekerjaan itu selesai, semua terukur dalam skema-skema yang sudah di
tetapkan dari awal guna terpenuhinya tujuan maupun kebutuhan yang ingin
daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi
adalah Gubernur, Bupati, atau Wali kota, dan Perangkat Daerah sebagai unsur
provinsi. Daerah provinsi itu dibagi lagi atas daerah kabupaten dan daerah kota.
Pemerintah Daerah Provinsi, Daerah Kabupaten dan Daerah Kota dipilih secara
Pemerintah Pusat.32
31
https://www.kompasiana.com/edhivirgi/5c76f3e6ab12ae0b207da852/event-organizer-dan-
event-organizer-istilah-dan-perbedaannya?page=all. Di akses pada tanggal 21 Februari 2020
pukul 22:42
32
https://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintah_daerah_di_Indonesia. Di akses pada tanggal 21
Februari 2020 pukul 21:29
Selanjutnya, khusus pada Pemerintah Kota Makassar telah diurai
secara jelas dalam Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 8 Tahun 2016
menjadi bagian dari Pemerintah Kota Makassar. Beberapa hal yang diurai dalam
dibangun oleh pemerintah sendiri. Hal ini tertuang dalam Susunan dan Tipe
Yang menjadi perhatian penulis dalam hal ini adalah Dinas Pariwisata.
Dinas Pariwisata:
dalam bidang pengordiniran kegiatan yang lebih akrab dengan istilah event
organizer
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
A. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung,
diteliti.
yang terkait dengan penelitian ini, hal ini dimaksud untuk mendapatkan
responden dalam hal ini adalah event organizer di kota Makassar yang
D. Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini baik data sekunder dan data
deskriptif guna memperoleh gambaran yang dapat dipahami secara jelas dan
Buku:
Black’s LawDictionary
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, 2003, Perikatan yang lahir dari perjanjian,
Jakarta, Raja Grafindo Persada
Mariam Firdaus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2009
Menurut Dr. Munir Fuady, S.H., M.H., LL.M. .Konsep Hukum Perdata
Salim HS. 2015. Hukum Kontrak (buku kesebelas). Jakarta: Sinar Grafika
Salim HS,Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW),(Jakarta: 2008
Situs:
https://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintah_daerah_di_Indonesia
https://www.kompasiana.com/edhivirgi/5c76f3e6ab12ae0b207da852/event-
organizer-dan-event-organizer-istilah-dan-perbedaannya?page=all
PROPOSAL
DI SUSUN OLEH:
ANDI NANDA JEIHAN FATIHAH M
B11116592
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020