Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH ETIKA DAN HUKUM BISNIS

“Hukum Kontrak Dalam Bisnis”

Disusun Oleh Kelompok 03

Aldi Ari Franstio R.Langi E32121186


Elsa Maria H. Papia E32121004
Chintia Klarensi E32121212
Selvi Woiya E32121050
Putri Ayu E32121026
Ridho Abimanyu Gamma B E32121183
Maulana Moch. Sidiq E32121162
Sainuddin E32121034
Nanang Andriana E32121171
Reksa Arya Putra E32121062
I Kadek Suastika E32121051

AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN


UNIVERSITAS TADULAKO PALU 2022

1
KATA PENGANTAR

Syukur Allhamdulilah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang

telah melimpahkan Rahmat dan karunianya, sehingga dapat menyelesaikan makalah

ini guna memenuhi tugas Kelompok untuk mata kuliah etika dan hukum bisnis

dengan judul: “Hukum Kontrak Dalam Bisnis”.

Tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada Bapak Ir. John Tomy, M.Si, selaku

dosen pengampu etika dan hukum bisnis yang membimbing kami dalam pengajaran

tugas makalah ini. kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh

dari kata sempurna maka dari itu kami memohon saran dan kritik dari teman-teman,

agar makalah ini dapat terbentuk dengan sempurna.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata

sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki.

Oleh karena itu, kami selaku kelompok tiga mengharapkan segala bentuk saran serta

masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak dan kami berharap

semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pihak yang membacanya.

Palu, 14 November 2022


Penyusun

Kelompok 03 AGB 01

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... 1


KATA PENGANTAR ......................................................................................... 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................ 3

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................... 4


1.1. Latar Belakang .............................................................................................. 4
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................................... 5
1.3. Tujuan ........................................................................................................... 6

BAB II. PEMBAHASAN .................................................................................... 7


2.1. Pengertian Perjanjian Kontrak ...................................................................... 7
2.2. Syarat Sahnya Perjanjian Kontrak ................................................................ 8
2.3. Asas Dalam Perjanjian Kontrak .................................................................... 8
2.4. Sumber Hukum Perjanjian Kontrak .............................................................. 12
2.5. Subyek Dan Obyek Perjanjian Kontrak ....................................................... 13
2.6. Prestasi Dan Wanprestasi Dalam Perjanjian Kontrak ................................... 14
2.7. Berakhirnya Perjanjian Kontrak .................................................................... 16

BAB III. PENUTUP ............................................................................................ 19


3.1. Kesimpulan ................................................................................................... 20
3.2. Saran .............................................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 21


BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perjanjian atau kontrak diatur Pasal 1313 KUH Perdata. Pasal 1313 KUH

Perdata berbunyi: “perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu pihak atau

lebih mengikat dirinya terhadapsatu orang atau lebih.” Menurut teori baru yang

3
dikemukakan oleh Van Dunne, yang diartikan dengan perjanjian, adalah “ suatu

hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk

menimbulkan akibat hukum.” Menurut Salim H.S., S.H., M.S., perjanjian atau

kontark merupakan hubungan hukum antara subjekhukum yang satu dengan dengan

subjek hukum yang lain dalam bidang harta kekayaan, dimanasubjek hukum ang satu

berhak atas prestasi dan begitu juga subjek hukum yang lain berkewajiban untuk

melaksanakan prestasinya sesuai dengan yang telah disepakatinya.” Menurut Subekti,

suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seoranglain

atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan satu hal. Dari peristiwa

ini, timbullahsuatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan.

Dalam bentuknya, perjanjianitu berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung

janji-janji atau kesanggupan yang diucapkanatau ditulis.Dengan demikian hubungan

antara perjanjian dengan perikatan adalah bahwa perjanjian itumenerbitkan perikatan.

Perjanjian adalah sumber perikatan, disampingnya sumber-sumber

lain.Sumbersumber lain ini mencakup denga nama undang-undang. Jadi, ada

perikatan yang lahir dariperjanjian dan ada perikatan yang lahir dari undang-undang,

(Safitri,2020)

Istilah perjanjian atu kontrak terkadang masih dipahami secara rancu. BW

(Burgerlijk Wetboek) menggunakan istilah overeenkomst dan contract untuk

pengertian yang sama, dapat disimak dari judul Buku III titel kedua tentang

4
“Perikatanperikatan yang lahir dari Kontrak atau Perjanjian” yang dalam bahasa

Belanda berbunyi “Van verbintenissen die uit contract of overeenkomst geboren

worden”. Pengertian ini juga didukung oleh pendapat banyak sarjana, Hofmann dan J.

Satrio, Soetojo Prawirohamidjojo dan Marthalena Pohan,(Safitri,2020).

Bahasan yang penulis angkat sesuai dengan judul “Kontrak” meliputi,

pengertian, subyek, obyek, asas, syarat sah, hukum, kontrak,prestasi dan wanprestasi

serta berakhirnya perjanjian atau kontrak. Dengan permasalahan diatas maka penulis

akan mengajak pembaca lebih memperdalam mengenai perjanjian atau kontrak,

dengan rumusan masalah sebagai berikut,(Safitri,2020).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pokok pemikiran diatas maka penulis merumusaakan masalah


sebagai berikut:
1. Apakah pengertian perjanjian (kontrak)?
2. Apa saja syarat sahnya perjanjian (kontrak)?
3. Apasaja asas dalam perjanjian (kontrak)?
4. Apa saja sumber hukum perjanjian (kontrak)?
5. Apa subyek dan obyek perjanjian (kontrak)?
6. Bagaimana prestasi dan wanprestasi dalam perjanjian (kontrak)?
7. Bagaimana berakhirnya perjanjian (kontrak)?

1.3. Tujuan

Adapaun tujuan penulisan makalah ini selain memenuhi tugas dari dosen,

sesuai dengan rumusan masalah diatas penulisan makalah ini mempunyai tujuan

sebgai berikut :

5
1. Mengetahui apa pengertian perjanjian (kontrak).
2. Mengetahui syarat sahnya perjanjian (kontrak).
3. Mengetahui apasaja asas dalam perjanjian (kontrak).
4. Mengetahui sumber hukum perjanjian (kontrak).
5. Mengetahui apasubyek dan obyek perjanjian (kontrak).
6. Mengetahui prestasi dan wanprestasi dalam perjanjian (kontrak).
7. Mengetahui bagaimana berakhirnya perjanjian (kontrak).

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perjanjian (Kontrak)

Menurut Pasal 1313 KUH Perdata Perjanjian adalah sebagai suatu persetujuan

dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu

6
hal mengenai hartakekayaan. Perjanjian yang dibuat tersebut dapat berbentuk kata-

kata secara lisandan dapat pula dalam bentuk tertulis,(Ery,2018).

Kontrak merupakan tindakan yangdilakukan oleh dua atau lebih pihak yang

mana masing-masing pihak dituntut untuk melakukan suatu prestasi. Sedangkan arti

bisnis adalah tindakan-tindakan yang memiliki nilai komersial. Sehingga yang

dimaksud kontrak bisnis adalah suatu perjanjian berbentuk tertulis dimana isi atau

substansinya disepakati oleh para pihakyang terikat di dalamnya, serta memiliki nilai

komersial,(Ery,2018).

Pelaksanaan kontrak atau perjanjian bisnis mengakibatkan lahirnya suatu

hubungan hukum. Dalam prakteknya suatu kontrak tidak selalu terlaksana maksud

dan tujuannya. Hal tersebut dapat mengakibatkan adanya wanprestasi, baik yang

dilakukan oleh pihak kreditur maupun debitur. Selain itu dapat juga karena

paksaan,kekeliruan, perbuatan curang, maupun karena keadaan memaksa atau force

majeur.Tidak tercapainya maksud dan tujuan suatu kontrak yang disebabkan karena

keadaanmemaksa atau force majeur, pada umumnya berakibat terhadap suatu

peristiwa dimanaseseorang tidak dapat melakukan kewajibannya karena kejadian di

luar jangkauannyauntuk menghindar dari peristiwa tersebut (Arini, 2020).

2.2 Syarat Sahnya Perjanjian (kontrak)

Hukum kontrak adalah bagian dari hukum privat. Hukum ini memusatkan

perhatian pada kewajiban untuk melaksanakan kewajiban sendiri. Suatu kontrak atau

perjanjian menjadi sah dan mengikat secara hukum bagi para pihak yang

membuatnya.

7
Syarat sahnya perjanjian diatur dalam Pasal 1320 (Novi, 2017).

Dalam Pasal 1320 tersebut menentukan empat syarat sahnya perjanjian, yaitu :

1. Adanya kecakapan untuk membuat suatu perikatan (bekwaamheid).

2. Adanya perizinan sebagai kata sepakat secara sukarela dari mereka yang

membuat perjanjian(toestemming).

3. Mengenai suatu hal atau obyek tertentu(bepaalde onderwerp).

4. Adanya sebab (kausa) yang dibenarkan(georloofde oorzak).

Perjanjian yang sah adalah perjanjian yang memenuhi syarat-syarat yang

ditetapkan oleh undang-undang. Perjanjian yang sah diakui dan diberi konsekuensi

yuridis (legallyconcluded contract). Pasal 1320 K.U.H. Perdata merupakan instrumen

pokok untuk menguji keabsahan perjanjian yang dibuat para pihak (Novi, 2017).

2.3 Asas dalam Perjanjian (kontrak)

Menurut pasal 1338 KUH Pdt menyatakan bahwa perjanjian yang dibuat

secara sah berlaku sebagai undang undang bagi mereka yang membuatnya.

Dari bunyi pasal tersebut sangat jelas terkandung asas :

A. Asas Konsesualisme

Asas konsesualisme adalah perjanjian akan terjadi jika telah ada kesepakatan

antara pihak yang mengadakan kontrak. Berdasarkan pada ketentuan Pasal 1320 KUH

Perdata ayat 1, pada dasarnya perjanjian dan perikatan yang timbul sudah dilahirkan

sejak detik tercapainya kata kesepakatan.Berlakunya asas konsensualisme menurut

hukum perjanjian Indonesia, memantapkan adanya kebebasan berkontrak. Tanpa

8
sepakat dari salah satu pihak yang membuat perjanjian, maka perjanjian yang dibuat

dapat dibatalkan,(Siti,2019).

B. Asas Kebebasan Berkontrak

Asas kebebasan berkontak adalah seseorang bebas melakukan perjanjian,

bebas melakukan apa yang diperjanjikan, bebas pula menentukan bentuk kontak yang

akan dilakukan.Asas kebebasan berkontrak dasar hukumnya pada rumusan Pasal 1320

ayat 4 KUH Perdata yang berbunyi “suatu sebab yang tidak terlarang”.Dengan asas

kebebasan berkontrak ini, para pihak yang membuat dan mengadakan perjanjian

diperbolehkan untuk menyusun dan membuat kesepakatan atau perjanjian yang

melahirkan kewajiban apa saja, selama dan sepanjang prestasi yang wajib dilakukan

tersebut bukanlah sesuatu sebab yang terlarang, ketentuan Pasal 1337 KUH Perdata

yang menyatakan bahwa : “Suatu sebab adalah terlarang, apabila dilarang oleh

undangundang, atau apabila berlawanan dengan kesusilaan atau ketertiban umum”.

Sumber dari kebebasan berkontrak adalah kebebasan individu, sehingga yang

merupakan titik tolaknya adalah kepentingan individu pula. dapat dipahami bahwa

kebebasan individu memberikan kepadanya kebebasan untuk berkontra,

(Christiana,2009).

C. Asas Pacta Sunt Servanda

Asas Pacta sunt servanda adalah kontak merupakan undang undang bagi orang yang

membuatnya (mengikat).Asas yang diatur dalam Pasal 1338 KUH Perdata, ialah

semua perjanjian yang dibuat secara sah, berlaku sebagai Undang-undang bagi

9
mereka yang membuatnya. Merupakan konsekuensi logis dari ketentuan Pasal 1233

KUH Perdata, yang menyatakan bahwa setiap perikatan dapat lahir karena undang-

undang maupun karena perjanjian Sebagai perikatan yang dibuat dengan sengaja, atas

kehendak para pihak secara sukarela, maka segala sesuatu yang telah disepakati,

disetujui oleh para pihak harus dilaksanakan oleh para pihak sebagaimana telah

dikehendaki oleh mereka. Dalam hal salah satu pihak dalam perjanjian tidak

melaksanakannya, maka pihak lain dalam perjanjian berhak untuk memaksakan

pelaksanaannya melalui mekanisme dan jalur hukum yang berbeda,(Dessy,2008).

D. Asas Kepribadian

Asas yang menentukan bahwa seseorang yang akan melakukan atau membuat

kontrak hanya untuk kepentingan perorangaan. Yang mana dapat dilihat dalam pasal

1315 dan pasal 1340 KUH perdata. Pasal 1315 KUH perdata berbunyi pada umumnya

seseorang tidak dapat mengadakan perikatan atau perjanjian selain untuk dirinya

sendiri. Pasal 1340 KUH perdata berbunyi: perjanjian hanya berlaku antara pihak

yang membuatnya.. berarti bahwa perjanjian yang dibuat oleh para pihak hanya

berlaku bagi mereka yang membuatnya. Dalam pasal 1317KUH perdata yang

berbunyi : dapat pula perjanjian diadakan untuk kepentingan pihak ketiga, bila suatu

perjanjian dibuat untuk diri sendiri. Sedan dalam pasal 1318 KUH perdata tidak

hanya mengatur perjanjian untuk diri sendiri, tetapi juga untuk kepentingan ahli

warisnya dan untuk orang yang memperoleh hak,(M.Muhtarom,2014).

10
E. Asas Itikad Baik

Asas ini disimpulkan dari pasal 1338 ayat (3) KUHP perdata pasal 1338 ayat

(3) KUH perdata berbunyi :perjanjian harus dilaksanakan dengan etikad baik. Asas

itikadmerupakan asas bahwa para pihak yaitu pihak kreditur dan debitur harus

melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan dan keyakinan yang teguh

dan kemauan baik dari para pihak. Asas itikad baik dibagi menjadi dua macam , yaitu

itikad baik nisbi dan itikad baik mutlak. Pada itikad baik nisbi , orang memperhatikan

sikap dan tingkah laku yang nyata dari subjek. penilainya terletak pada akal sehat dan

keadilan , dibuat ukuran yang objektif untuk menilai keadaan (penilaiian tidak

memihak) menurut norma-norma yang objektif,(I Gede,2017).

Disamping itu beberapa asas lain dalam standar kontak :

A. Asas Kepercayaan

B. Asas Persamaan Hak

C. Asas Keseimbangan

D. Asas Moral

E. Asas Kepatutan

F. Asas Kebiasaan

G. Asas Kepastian Hokum

2.4 Sumber Hukum Kontrak

Sumber hukum dalam pengertiannya adalah ― asalnya hukum ialah berupa

keputusan penguasa yang berwenang untuk memberikan keputusan tersebut

Artinya,keputusan itu haruslah dari penguasa yang berwenang untuk itu. Sumber

11
hukum dalamarti sebagai asalnya hukum, membawa kepada suatu penyelidikan

tentang wewenang,untuk menyelidiki apakah suatu keputusan berasal dari penguasa

yang berwenang atautidak. Keputusan penguasa yang berwenang dapat berupa

peraturan dapat pula berupa ketetapan. Sumber hukum dalam pengertiannya sebagai

tempat‖ dikemukakannyaperaturan-peraturan hukum yang berlaku. Sumber hukum

dalam pengertian inimembawa hukum dalam penyelidikan tentang macam-macam,

jenisjenis dan bentuk-bentuk dari peraturan dan ketetapan. Selain itu pengertian

hukum dalam pengertiannyasebagai ― hal-hal yang dapat atau seyogianya

mempengaruhi kepada pengusa di dalammenentukan hukumnya, perasaanakan

hukumnya entah dari penguasa atau rakyatnya, dan juga teori-teori, pendapat-

pendapat dan ajaran-ajaran dari ilmu pengetahuan hukum.(Hapsari,2014).

Berdasarkan pemahaman dan pengertian diatas maka dianggap perlu adanya

persamaan persepsi tentang sumber hukum itu sendiri. Untuk itu penulis ingin

menjelaskan melalui tugas ini tentang hukum dan sumber-sumbernya yakni:

1. sumber-sumber yang bersifat hukum dan social

2. perundang-undangan

3. kebiasaan

4. presiden. Selain itu jugapenulis juga akan menjelaskan pengertian dan macam-

macam sumber hukum itusendiri dari referensi yang berbeda, yakni

sumbersumber hukum formil dan sumber hukum materiil serta sumber tertib

hukum republik Indonesia (Ngutra dan Theresia, 2016).

12
2.5 Subjek dan Objek Hukum Kontrak

Dalam mengadakan suatu kontrak, setiap subjek hukum harus memenuhi

suatu kondisi tertentu agar dapat mengikat para pihak yang membuatnya. Jika subjek

hukumnya adalah “orang” , orang tersebut harus sudah dewasa. Namun, jika

subjeknya

“badan hukum” harus memenuhi syarat formal suatu badan hukum.

Kedua jenis subjek hukum tersebut memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam

melakukan kontrak. Oleh karena itu, dalam hukum perjanjian, yang dapat menjadi

subjek hukumnya adalah individu dengan individu atau pribadi dengan pribadi, badan

hukum dengan badan hukum,(Hapsari,2014).

Kemudian mengenai objek berdasarkan pasal 503-504 KUH Perdata

disebutkan bahwa benda dapat dibagi menjadi 2, yakni benda yang bersifat kebendaan

(Materiekegoderen), dan benda yang bersifat tidak kebendaan (Immateriekegoderan).

A. Benda Yang Bersifat Kebendaan (Materiekegodern)

Benda yang bersifat kebendaan (Materiekegoderen) adalah suatu benda yang

sifatnya dapat dilihat, diraba, dirasakan dengan panca indera, terdiri dari benda

berubah atau berwujud, meliputi Benda bergerak/tidak tetap karena sifatnya adalah

benda yang dapat dipindahkan, misalnya meja, kursi, dan yang dapat berpindah

sendiri contohnya ternak..Dan benda tidak bergerak karena sifatnya, yakni tanah dan

segala sesuatu yang melekat diatasnya, misalnya pohon, tumbuh-tumbuhan, area, dan

patung.Benda tidak bergerak karena tujuannya yakni mesin alat-alat yang dipakai

dalam pabrik.

13
B. Benda Yang Bersifat Tidak Kebendaan (Immateriekegoderen).

Benda yang bersifat tidak kebendaan (Immateriegoderen) adalah suatu benda

yang dirasakan oleh panca indera saja (tidak dapat dilihat) dan kemudian dapat

direalisasikan menjadi suatu kenyataan, contohnya merk perusahaan, paten, dan

ciptaan musik atau lagu.

2.6 Prestasi Dan Wanprestasi Dalam Perjanjian

Prestasi adalah sesuatu yang wajib dipenuhioleh debitur dalam setiap

perikatan. Dalamhukum perdata kewajiban memenuhi prestasi selalu disertai jaminan

harta kekayaan debitur. Dalam pasal 1131 dan 1132 KUH Perdata dinyatakan bahwa

harta kekayaan debitur baik yang bergerak maupun tidak bergerak, menjadi jaminan

pemenuhan utang terhadap kreditur,(Adonara,2016).

Setiap pihak dalam perikatan harus wenangberbuat menurut hukum dalam

mencapai persetujuan kehendak. Persetujuan kehendak adalah pernyataan saling

memberi dan menerima secara riil dalam bentuk tindakan nyata, pihak yang satu

menyatakan memberi sesuatu kepada dan menerima sesuatu dari pihak lain, dan pihak

lain juga menyatakan memberi sesuatu kepada dan menerima secara riil yang

mengikat keduapihak.Setiap pihak dalam perikatan harus memenuhi syarat-syarat

wenang berbuat menurut hukum yang ditentukan oleh undang-undang sebagai berikut

a. Sudah dewasa, artinya sudah berumur 21tahun penuh;

14
b. Walaupun belum dewasa, tetapi sudahpernah menikah;

c. Dalam keadaan sehat akal;

d. Tidak berada di bawah pengampuan; dan


e. Memiliki surat kuasa jika mewakili pihak lain.

Prestasi adalah objek perikatan. Supaya objek perikatan itu dapat di penuhi

oleh debitur, maka perlu diketahui sifat-sifatnya,yaitu :

A. Prestasi harus sudah tertentu atau dapat ditentukan.

Sifat ini memungkinkan debitur memenuhi perikatan. Jika prestasi itu tidak

tertentu atau tidak dapat ditentukan, mengakibatkan perikatan itu batal.

B. Prestasi itu harus mungkin

Artinya, prestasi itu dapat dipenuhi oleh debitur secara wajar dengan segala

upayanya, jika tidak demikian perikatan itu dapat dibatalkan

C. Prestasi itu harus dibolehkan (halal)

Artinya, tidak dilarang oleh undang-undang, tidak bertentangan dengan

ketertiban umum, dan tidak bertentangan dengan kesusilaan masyarakat. Jika prestasi

tidak halal, perikatan itu batal.

D. Prestasi itu harus ada manfaat bagi kreditur.

Artinya, kreditur dapat menggunakan,menikmati, dan mengambil hasilnya. Jika

tidak demikian, perikatan itu dapat dibatalkan

E. Prestasi itu terdiri atas satu perbuatan atau serentetan perbuatan.

Jika prestasi berupa satu kali perbuatan dilakukan lebih dari satu kali, dapat

mengakibatkan pembatalan perikatan. Satu kali perbuatan itu maksudnya pemenuhan

15
mengakhiri perikatan, sedangkan lebih dari satu kali perbuatan maksudnya

pemenuhan yang terakhir mengakhiri perikatan,(Adonara,2016).

Sedangkan Wanprestasi adalah tidak memenuhi atau lalai melaksanakan

kewajiban sebagaimana yang ditentukan dalam perjanjian yang dibuat kreditur dan

debitur dan mempunyai hubungan erat dengan somasi. Artinya, seorang debitur baru

dikatakan wanprestasi apabila ia telah diberikan somasi oleh kreditur atau juru sita.

Apabila somasi itu tidak diindahkannya, maka kreditur berhak membawa persoalan

itu ke pengadilan, dan pengadilanlah yang akan memutuskan, apakah debitur wan

prestasi atau tidak,(Adonara,2016).

Wanprestasi artinya tidak memenuhikewajiban yang telah disepakati

dalamperikatan. Tidak dipenuhinya kewajiban olehdebitur karena 2 (dua)

kemungkinan alasan,yaitu :

A. Karena kesalahan debitur, baik karenakesengajaan maupun kelalaian dan

B. Karena keadaan memaksa (force majeure),di luar kemampuan debitur, jadi

debitur tidak bersalah (Indrayani, 2019).

2.7. Berakirnya Kontrak

Berakhirnya suatu kontrak dapat disebabkan karena telah terpenuhinya tujuan

dari suatu perjanjian atau karena kontrak sudah di fasakh oleh salah satu pihak yang

disebabkan karena keadaan tertentu. Suatu kontak selalu menimbulkan hak dan

kewajiban yang harus ditunaikan oleh para pihak.Kontrak dapat pula dilaksanakan

dalam jangka waktu tertentu yang ditunaikan menurut hukum Islam dan hukum

perdata. Kontrak dalam perspektif hukum Islam disebut juga sebagai perjanjian yang

16
berlandasakan ketentuan syariat, sementara kontrak dalam perspektif hukum perdata

dikenal dengan perjanjian konvensional yang pelaksanaannya menganut hukum

perdata. Pengetahuan yang konprehensif terkait berakhirnya kontrak sangat

diperlukan mengingat perkembangan bisnis yang semakin pesat dan kontrak yang

terjadi semakin modern. Dengan demikian dapat memberi wawasan bagi pelaku

bisnis dalam melakukan suatu kontrak atau perjanjian,(Andriani,2021).

Dalam hukum perjanjian, meskipun ada persamaan tentang sebab sebab yang

dapat mengakhirkan kontak, namun realitas tetap dijumpai beberapa perbedaan yang

terkait dengan sebab sebab berakhirnya suatu akad. Menurut Burhanuddin, suatu

kontrak dikatakan berakhir apabila hubungan hukum diantara para pihak telah

terputus. dengan putusnya hubungan tersebut maka keterkaitan para pihak terhadap

ketentuan syara’ yang terkait dengan akad untuk melaksanakan hak dan kewajiban

(al-haqq wa iltizam) sebagai syarat penyerta hasil kesepakatan para pihak sudah tidak

berlaku. Menurutnya, terdapat dua faktor utama yang menyebabkan syarat syarat akad

tidak lagi berlaku bagi para pihak ialah karena adanya pembatalan (fasakh) dan

selesainya masa berlaku akad (intiha al-‘aqd) ,(Andriani,2021).

Lebih rinci, Izudin Muhammad Khujah, menjelaskan bahwa akad berakhir

dengan adanya fasakh dan infisakh. Dibawah ini adalah penjelasan dari berakhirnya

akad dalam hukum kontrak syariah dapat disebabkan oleh;

1. Akad Yang Tidak Lazim

Maksud akad tidak lazim adalah akad yang memungkinkan pihak pihak akad

untuk membatalkan akad walaupun tanpa persetujuan pihak akad yang lain selama

17
tidak terkait hak orang lain. tetapi jika pembatalan ini merugikan hak orang lain dan

melanggar kesepakatan maka akad ini tidak dapat difasakh

2. Pembatalan Akad Salah Satu Pihak Berlakunya Hak Khiyar Dalam Akad

Dengan menggunakan khiyar, salah satu pihak mempunyai hak untuk

membatalkan akad. Hak khiyar ialah hak untuk membatalkan atau meneruskan akad.

Hak khiyar bisa berlaku baik sebelum atau sesudah kesempatan (ijab qabul).

Pembatalan melalui hak khiyar setelah terjadi ijab qabul hanya boleh terhadap akad

lazim yang menerima upaya pembatalan (fasakh). Pembatalan itupun boleh berlaku

selama masih berada dalam batasan waktu yang dipersyaratkan selama akad

berlangsung. Pembatalan melalui khiyar merupakan hak salah satu pihak, karena itu

menjadi kewajiban pihak lain untuk memenuhinya. Tanpa adanya hak khiyar atau

kesepakatan kedua belah pihak (al–iqalah), pembatalan dinyatakan tidak sah

hukumnya.Namun syarat berlakunya hak khiyar ialah selama ada sebab yang terbukti

dapat merugikan salah satu pihak sehingga merusak keridhaan (’uyub al ridha).

Pemaksaan pembatalan terhadap akad lazim tanpa adanya alasan yang

dibenarkan syara’, merupakan perbuatan pelanggaran hukum dan dapat dikenai sanksi

sesuai dengan kerugian yang ditimbulkan. Termasuk di dalam hal yang perlu

dikenakan sanksi adalah pihak yang tidak menjalankan kewajiban akad (wanprestasi)

namun, apabila pembatalan akad disebabkan oleh faktor eksternal seperti, bencana

alam ( al-afah as-samawiyah) yang menimbulkan keadaan memaksa (ad-dharurat)

dan memberatkan (al-musaqah) maka akad dikembalikan kepada keadaan semula

18
yang seolah olah tidak terjadi akad. Dalam kondisi demikian para pihak tidak

dikenakan sanksi meskipun membatalkan akad (Zulfitri, 2021).

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kontrak adalah peristiwa dua orang atau lebih untuk saling berjanji dalam

melakukan atau tidak melakukan suatu perbuatan tertentu, biasanya diadakan secara

tertulis. Para pihak yang melakukan kesepakatan wajib untuk mentaati dan

melaksanakan, sehingga perjanjian tersebut menimbulkan hubungan hukum yang di

sebut perikatan. Kemudian syarat sahnya perjanjian atau kontrak menurut pasal 1320

KUHP adalah adanya kata sepakat antara pihak dalam perjanjian, adanya kecakapan

berbuat dari para pihak,adanya prihal tertenru,adanya kuasa yang diperbolehkan.

Kemudian asas dalam kontrak yaitu Asas konsesualisme,Asas kebebasan

berkontrak, AsasPacta Sunt Servanda, Asas Kepribadian, Asas Itikad Baik disampin

g itu beberapa asas lain dalam standar kontak. Suatu kontrak akan berhenti atau

berakhir apabila sudah terjadi suatu hal diantaranya Pembayaran, Penawanran

pembayaran tunai di ikuti oleh penyimpanan produk yang hendak dibayarkan itu di

suatu tempat, Pembaruan utang, Kompensasi, Percampuran utang, Pembebasan

utangHapusnya produk yang diamaksudkan dalam kontrak, Pembatalan kontrak,

Akibat berlakunya suatu syarat pembatalan, Berakirnya waktu sesuai dengan

kesepakatan awal perjanjian.

19
Jadi, dalam suatu perjanjian atau kontrak itu ada syarat yang harus dipenuhi

untuk mengikat suatu perjanjian dan ada suatu hokum yang mengikatnya serta adanya

sanksi jika melanggar perjanjian tersebut.Kemudian suatu perjanjian atau kontrakakan

berakir jika terjadi hal yang membuat kontrak itu harus berakir.

3.2 Saran

Adapun saran yang dapat kami sampaikan untuk dalam pembuatan makalah

ini diharapkan mendapat pengapresiasi dan masukan baik mengenai materi dalam isi

makalah maupun dalam berbagai sumber pembuatan makalah. Serta lebih teliti dan

cermat dalam penulisan maupun pengutipan baik dari buku maupun sumber

terpercaya. Dan yang terakhir kami mengharapkan semoga selalu semangat dalam

menghadapi kesulitan dan menjadikan tugas makalah ini menjadi tugas yang Pertama

di semester 3 ini dan semoga menjadi awal yang baik untuk tugas-tugas berikutnya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Safitri Wahyuni, 2020.Perlindungan Hukum Kontrak Bisnis Di Indonesia Dalam


Perspektif Keadilan.Volume 4, Nomor 2.Jurnal Ilmu Hukum.
Ery Agus Prayono, 2018.Aspek Keadilan Dalam Kontrak Bisnis Di Indonesia(Kajian
Pada Perjanjian Waralaba ).Volume 14, No 1.Jurnal Law Reform.
Siti Nurwullan dan Hendrik Facso Siregar,2019.Asas Konsensualisme Dalam
Penambahan Klausula Kontrak Berdasarkan Prinsip Itikad Baik,
1(1).Preceeding universitas pamulang
Christiana Tri Budhayati, 2009.Asas Kebebasan Berkontrak Dalam Hukum
Perjanjian Indonesia.10(3),Jurnal Ilmu Hukum.232-248.
Dessy Monica evalina,2008. Penerapan Asas Pasta Sunt Servada Dalam Perjanjian
Kredit Tanpa Jaminan Pada Bank Mandiri Cabang Pembantu Citra
Garden Medan.1(2).Hukum perjanjian Jakarta,16.
M.Muhtarom, 2014.Asas-Asas Hukum Perjanjian Suatu Landasan Dalam Pembuatan
Kontrak.26(1).SUHUF.48-56
I Gede Krisna Wahyu Wijaya,2017. Penerapan Asas Itikad Baik Dalam Perjanjian
Jual Beli Online.1(4). Jurnal hukum.
Hapsari,Adiningrum, 2014. Buku Pintar ASI Eksklusif Jakarta Pustaka
Alkautsar.1(2).jurnal bisnis.
Adonara,2015.Prestasi Wanprestasi Dan Perbuatan Melawan Hukum.1(3).jurnal
respository universitas Jember
Zulfitri,2021.Penerapan E-Government Dalam Pelayanan Publik Melalui Aplikasi
Apekesah Di Kota Batam (Studi Kasus: Dinas Komunikasi Dan
Informatika Kota Batam).volume 4 nomor 2.jurnal government

21

Anda mungkin juga menyukai