Disusun oleh :
NAMA : Ahmad Miski Madani
Dony Octa H
NIM.2012110172
2012110114
i
KATA PENGANTAR
Assalaamu’alaikum wr.wb.
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
hidayah-nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Saya
juga berterima kasih kepada bapak Dosen pengampu Ibu Novita Mayasari,
M.H.I . yang telah memberikan tugas karena membuat kami semakin memahami
materi ini. Makalah ini membahas tentang “PERIKATAN YANG LAHIR
DARI PERJANJIAN”.
Terima kasih penulis ucapkan untuk semua pihak yang telah membantu
dalam penulisan makalah ini.
Kami sadar makalah ini masih banyak kekurangannya baik dari segi isi
maupun penulisannya. Sehingga kami sangat berharap kritik dan sarannya agar
pembuatan makalah berikutnya menjadi lebih sempurna. Dan saya harap makalah
ini bermanfaat bagi pembaca untuk menambah wawasan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................2
A. Pengetian Perjanjian..................................................................................2
B. Asas-asas perjanjian..................................................................................4
C. Jenis-jenis Perjanjian.................................................................................5
iii
iv
BAB III..................................................................................................................13
PENUTUP..............................................................................................................13
A. Kesimpulan..............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dilihat dari ketentuan yang terdapat dalam Pasal 1313 ayat (1) KUH
Perdata, perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang
lain atau dimana terdapat dua orang atau lebih saling berjanji untuk melaksanakan
suatu hal. Dengan adanya peristiwa tersebut, maka timbul-lah suatu hubungan
antara dua orang atau lebih yang dinamakan perikatan. Meskipun dalam
pengertian di atas terlihat bahwa perjanjian merupakan sumber lahirnya perikatan,
akantetapi ada hal lain lagi yang dapat melahirkan suatu perikatan, yaitu Undang-
Undang.
Perbedaan antara perikatan yang lahir dari perjanjian dan perikatan yang lahir dari
Undang-Undang adalah sebagai berikut:
Perikatan yang lahir dari perjanjian menimbulkan hubungan hukum yang
memberikan hak dan meletakkan kewajiban kepada para pihak yang membuat
perjanjian berdasarkan atas kemauan atau kehendak sendiri dari para pihak yang
bersangkutan yang mengikatkan diri tersebut.
Perikatan yang lahir dari Undang-Undang merupakan perikatan yang terjadi
karena adanya suatu peristiwa tertentu sehingga melahirkan hubungan hukum
yang menimbulkan hak dan kewajiban di antara para pihak yang bersangkutan,
tetapi bukan berasal dari kehendak para pihak yang bersangkutan melainkan telah
diatur dan ditentukan oleh undang-undang.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja yang dimaksud perikatan yang lahir dari perjanjian.
2. Apa saja yang mencakup perikatan yang lahir dari perjanjian.
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami isi dari perikatan yang lahir dari perjanjian
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengetian Perjanjian
Perjanjian adalah salah satu sumber perikatan. Dalamkehidupansehari-
hari, manusia sering melakukan perjanjian baik disengaja maupun tidak disengaja
dilakukanya. Perjanjian pada dasarnya adalah suatu hubungan yang terjadi antara
pihak yang terlibat.
Dalam pasal 1313 KUH Pedata dijelaskan bahwa perjanjian adalah “Suatu
perjanjian adalah suatu perbuatan di mana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.”
Banyak ahli berpendapat bahwa definisi dari pengertian perjanjian yang
terkandung dalam pasal 1313 KUH Perdata masih tidak jelas dan masih terlalu
luas pengertian dari perjanjian tersebut tidak lengkap karena hanya mengenai
perjanjian sepihak saja, diketahui dalam perumusan kalimat “satu orang atau
lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih”. Pengertian yang
terpapar atau yang bias ditangkap dalam perumusan tersebut bias dimasukkan
perjanjian kawin, yang mana perjanjian kawin tersebut dalam bidang hokum
kekeluargaan, sedangkan pasal 1313 KUH Perdata ini bermaksud atau bertujuan,
hubungan antara kreditur dan debitur yang saling mengikatkan diri dalam bidang
hokum kekayaan. Perjanjian dalam pasal ini hanya bersifat kebendaan dan bukan
perjanjian terhadap perorangan.
Dari kelemahan-kelemahan atau pengertian perjanjian yang masih belum terlalu
jelas dan masih terlalu luas, dapat dikatakan, bahwa seharusnya rumusan
perjanjian tersebut adalah suatu perbuatan hokum dengan mana satu orang atau
lebih mengikatkan dirinya ataupun saling mengikatkan diri untuk melakukan
suatu hal yang menimbulkan akibat hukum yang berupa hubungan hokum bagi
para pihak.
Karena kelemahan-kelemahan dalam pengertian perjanjian menurut pasal 1313
KUH Perdata tersebut, maka para ahli juga ikut memberikan pengertian mengenai
perjanjian yaitu sebagai berikut :
1. R. Subekti
2
3
1. WirjonoProdjodikoro
Perjanjian adalah suatu hubungan hokum mengenai harta benda antara dua
pihak, dalam mana suatu pihak berjanji atau dianggap berjanji melakukan sesuatu
hal.
1. M. YahyaHarahap
Perjanjian adalah suatu hubungan hokum kekayaan atau harta benda antara
dua orang atau lebih yang memberikan kekuasaan hak pada satu pihak untuk
memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk melunasi
prestasi.
Istilah perancangan kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu contract drafting.
Kontrak adalah hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata
sepakat untuk menimbulkan akibat hukum.
Akibat hukum, yaitu timbulnya hak dan kewajiban.
Berdasarkan pengertian tersebut diberikan pengertian perancangan kontrak
merupakan suatu proses atau cara merancang kontrak. “Merancang kontrak adalah
mengatur dan merencanakan struktur, anatomi, dan substansi kontrak yang dibuat
oleh para pihak.”
Sebelum mengetahui lebih jauh tentang kontrak, terlebih dahulu perlu adanya
penegasan pemahaman pemakaian istilah dari kontrak tersebut, karena dalam
konsep teoritis dan prakteknya, kedua istilah dimaksud terkadang digunakan
secara bersamaan. Sebagai contoh dalam kontrak yang diadakan para pihak,
sering juga terdapat kata-kata perjanjian demikian juga kata kontrak itu sendiri.
“Biasanya dalam suatu kontrak, kalimat akhirnya atau klausulanya berbunyi
“demikian perjanjian ini di buat dengan sesungguhnya dan memiliki kekuatan
mengikat setelah ditandatangani oleh kedua belah pihak dan seterusnya”. Padahal
4
kepala atau judul kontraknya juga berbunyi tentang “Kontrak Sewa Menyewa
Rumah” dan lain-lain.”1
B. Asas-asas perjanjian
Terdapat 5 ( lima) asas perjanjian yang dikenal menurut ilmu hukum perdata.
Yaitu asas kebebasan berkontrak ( Freedom Of
Contract ). Asas Konsensualisme(Consensualism), Asas Kepastian hukum ( pacta
sunt servanda), Asas itikad baik ( good faith ) dan asas kepribadian ( personality).
Asas ini merupakan suatu asas yang memberikan kebebasan para pihak untuk :
Setiap orang dapat secara bebas membuat perjanjian selama memenuhi syarat
sahnya perjanjian dan tidak melanggar hukum,kesusilaan ,serta ketertiban umum.
Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam pasal 1320 ayat (1) KUHPer.
Dalam pasal tersebut salah satu syarat sahnya perjanjian antara kedua belah pihak.
Perjanjian sudah lahir sejak tercapainya kata sepakat. perjanjian telah mengikat
ketika kata sepakat dinyatakan atau diucapakan, sehingga tidak perlu lagi
formalitas tertentu. Kecuali dalam hal undang-undang memberikan syarat
formalitas tertentu terhadap suatu perjanjian yang mensyaratkan harus tertulis.
1
Agamkab hal 1
5
Menurut Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata ” Semua perjanjian yang dibuat secara
sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Jika terjadi
sengketa dalam pelaksanaan perjanjian ,maka hakim dengan keputusannya dapat
memaksa agar pihak yang melanggar itu melaksanakan hak dan kewajibannya
sesuai dengan perjanjian,bahkan hakim dapat meminta pihak yang lain membayar
ganti rugi. Putusan pengadilan itu merupakan jaminan bahwa hak dan kewajiban
para pihak dalam perjanjian memiliki kepastian hukum ,sehingga secara pasti
memiliki perlindungan hukum.
Asas ini tercantum dalam pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata, ” Perjanjian harus
dilaksanakan dengan itikad baik”. Dalam asas ini para pihak yaitu pihak kreditur
dan debitur harus melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau
keyakinan yang teguh maupun kemauan baik dari para pihak. Dengan itikad baik
berarti keadaan batin para pihak dalam membuat dan melaksanaan perjanjian
haruslah jujur, terbuka dan saling percaya . Keadaan batin para pihak itu tidak
boleh dicemari oleh maksud untuk melakukan tipu daya atau menutup-tutupi
keadaan sebenarnya.
Asas kepribadian berarti isi perjanjian hanya mengikat para pihak secara personal
dan tidak mengikat pihak-pihak lain yang tidak memberikan kesepekatanannya.
Seseorang hanya dapat mewakili orang lain dalam membuat perjanjian yang
dibuat oleh para pihak hanya berlaku bagi mereka yang membuatnya.2
C. Jenis-jenis Perjanjian
Jenis jenis Perjanjian. Perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seseorang
atau satu pihak berjanji kepada seorang atau pihak lain atau dimana dua orang
atau dua pihak itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.
2
http://mh.uma.ac.id/2021/01/asas-asas-perjanjian/
6
berlaku sebagai suatu undang undang bagi pihak yang mengikatkan diri,
mengakibatkan timbulnya suatu hubungan antara dua orang atau dua pihak
tersebut .
jika suatu pihak memberikan suatu keuntungan kepada pihak lain tanpa
imbalan apa pun, misalnya perjanjian pinjam pakai, perjanjian hibah.Perjanjian
dengan beban adalah : perjanjian dalam mana terhadap prestasi dari pihak yang
satu selalu mendapat kontra prestasi dari pihak lainnya, sedangkan antara kedua
prestasi itu ada hubungannya menurut hukum.
Perjanjian formil adalah perjanjian yang harus dibuat secara tertulis, jika
tidak maka perjanjian ini menjadi batal, misalnya: Perjanjian perdamaian (Pasal
1851 KUH Perdata).
3
https://www.hukum.xyz/jenis-jenis-perjanjian/
9
objek,
halal.
Ini 4 syarat sah perjanjian yang wajib dipenuhi
Dalam praktiknya, perjanjian memiliki sejumlah syarat supaya dianggap sah
secara hukum. Syarat sah perjanjian itu diatur dalam Kitab Undang-undang
Hukum Perdata, khususnya Pasal 1320. Syarat-syarat sah tersebut, antara lain:
Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya.
Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.
Suatu pokok persoalan tertentu.
Suatu sebab yang tidak terlarang.
Syarat pertama dan kedua disebut sebagai syarat subjektif karena berkaitan
dengan para subjek yang membuat perjanjian.
Sementara itu, syarat kedua dan ketiga disebut syarat objektif karena berkaitan
dengan objek dalam perjanjian.4
4
https://www.hukum.xyz/jenis-jenis-perjanjian/
11
Karena perjanjian itu adalah persetujuan kedua belah pihak, maka jika
akan ditarik kembali atau dibatalkan adalah wajar jika disetujui oleh kedua belah
pihak pula. Tetapi apabila ada alasan yang cukup menurut undang-undang
perjanjian dapat ditarik kembali atau dibatalkan secara sepihak.
b. Perjanjian sewa rumah Pasal 1587 KUHPerdata setelah berakhir waktu sewa
seperti ditentukan dalam perjanjian tertulis, penyewa tetap menguasai rumah
tersebut. Tanpa ada tegoran dari pemilik yang menyewakan, maka penyewa
dianggap tetap meneruskan penguasaan rumah itu atas dasar sewa menyewa
dengan syarat-syarat yang sama untuk waktu yang ditentukan menurut kebiasaan
setempat. Jika pemilik ingin menghentikan sewa-menyewa tersebut ia harus
memberitahukan kepada penyewa menurut kebiasaan setempat.
Yang dimaksud dengan itikad baik (te goeder trouw, in good faith) dalam
pasal 1338 KUHPerdata adalah ukuran objektif untuk menilai pelaksanaan
12
5
http://www.sangkoeno.com/2015/01/akibat-hukum-perjanjian-yang-sah.html
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pembahasan di atas yaitu:
13
DAFTAR PUSTAKA
https://www.agamkab.go.id/Agamkab/detailkarya/533/mengenal-
perjanjian-dan-kontrak.html
http://mh.uma.ac.id/2021/01/asas-asas-perjanjian/
https://lifepal.co.id/media/syarat-sah-perjanjian/
http://www.sangkoeno.com/2015/01/akibat-hukum-perjanjian-yang-
sah.html
14