Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

HUKUM PERIKATAN DAN PERJANJIAN PERDATA

“WAN PRESTASI”

(disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Kapita Selekta


Perdata)

Dosen Pengampu : Ibu Eko Yuliastuti S,H M,H

Disusun oleh : Adam Yordan 18107710006

Fakultas Hukum

Prodi Ilmu Hukum

Universitas Islam Balitar

2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan tuntunanNya, sehingga kita semua dapat dikuatkan untuk menjalani
hari – hari hidup kita dan melaksanakan segala aktivitas kita semua dengan baik
serta dengan tubuh, sehat serta diberkati. Walaupun kegiatan serta perkuliahan
sedikit terhambat dikarenakan Pandemi virus Covid-19, Penulis bersyukur karena
aktivitas perkuliahan dapat dilaksanakan secara Online.
Penulis bersyukur karena dapat menyelesaikan penulisan tugas makalah
mata kuliah Hukum Perikatan dan Perjanjian Perdata dengan baik. Penulis
menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang membantu dalam
penyelesaian makalah ini
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum dapat dikatakan sempurna,
dikarenakan materi – materi yang terdapat dalam makalah ini berdasarkan kajian –
kajian yang dibaca dari berbagai sumber yang perlu disempurnakan, namun
penulis berharap makalah bisa menjadi tolak ukur pemahaman materi dari penulis
tentang Wan Prestasi.
Kritik dan saran sangatlah dibutuhkan oleh penulis, bilamana ditemukan
pada materi ini sebuah kesalahan kata, atau apapun itu yang mungkin kurang
berkenan di mata pembaca, penulis meminta maaf dengan sepenuh hati dan akan
segera memperbaiki makalah ini sebagaimana mestinya sesuai petunjuk yang
diharapkan. Terima Kasih

Blitar, Januari 2022


Penulis,

Adam Yordan
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...............................................................................................

KATA PENGANTAR .............................................................................................

DAFTAR ISI ............................................................................................................

ABSTRAK ...............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................


B. Rumusan Masalah .......................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Wanprestasi ..............................................................................


B. Macam-Macam Wanprestasi .....................................................................
C. Mulai Terjadinya Wanprestasi ..................................................................
D. Akibat Adanya Wanprestasi ......................................................................
E. Contoh Kasus Wanprestasi dan Analisis ..................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................................
B. Saran .............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK

Perikatan merupakan salah satu hubungan hukum dalam harta kekayaan


antara dua orang atau lebih, di mana pihak yang satu berhak atas sesuatu barang
dan pihak lain berkewajiban atas sesuatu barang . Hubungan hukum dalam harta
kekayaan ini merupakan suatu akibat hukum, akibat hukum dari suatu perjanjian
atau peristiwa hukum lain yang menimbulkan perikatan atau perjanjian.

Seringnya hal-hal yang menjadi persoalan dalam hukum perjanjian adalah


pengingkaran atau kelalaian seorang debitur kepada kreditur, atau pemenuhan
janji yang dilakukan oleh debitur. Dalam hukum perdata, keduanya disebut
dengan prestasi bagi yang memenuhi janji dan wanprestasi bagi yang tidak
memenuhi janji. Riduan Syahrani mendefinisikan bahwa prestasi adalah suatu
yang wajib dan harus dipenuhi oleh debitur dalam setiap perikatan. Wanprestasi
berasal dari bahasa Belanda, yang berarti prestasi buruk. Wanprestasi artinya tidak
memenuhi kewajiban yang telah disepakati dalam perikatan.

Kasus Wanprestasi yang diangkat dalam makalah ini adalah sebuah contoh
dari berbagai macam kasus wanprestasi yang terjadi di indonesia. Ini menunjukan
bahwa masih banyak masyarakat indonesia yang meremehkan ketentuan –
ketentuan dalam perjanjian yang di sepakati oleh kedua belah pihak. Kasus ini
sesungguhnya belum memiliki putusan yang tetap karena para pihak yang terkait
masih berusaha melakukan mediasi terhadap gugatan yang yang dilayangkan pada
tergugat dan akan dilaksanakan pada tanggal 15 juni 2020 mendatang, dengan
jalannya mediasi ini diharapkan mendapatkan jalan keluar yang terbaik yang tidak
merugikan pihak manapun.

Kata Kunci : Perikatan, Wanprestasi, Kasus Wanprestasi


ABSTRACT

An engagement is one of the legal relationships in assets between two or


more people, where one party has the right to one item and the other party has the
duty to one item. The legal relationship in assets is a legal consequence, the legal
consequences of an agreement or other legal event that causes an engagement or
agreement.

Frequently matters that become a problem in the agreement law are the
denial or negligence of a debtor to the creditor, or the fulfillment of promises
made by the debtor. In civil law, both are called achievements for those who keep
promises and default for those who do not fulfill promises. Riduan Syahrani
defines that achievement is a must and must be fulfilled by the debtor in every
engagement. Defaults come from Dutch, which means poor performance. Default
means not fulfilling the obligations agreed in the engagement.

The Default Case that is raised in this paper is an example of various


types of default cases that occurred in Indonesia. This shows that there are still
many Indonesian people who underestimate the provisions in the agreement
agreed by both parties. This case actually does not have a permanent verdict
because the parties concerned are still trying to mediate the lawsuit filed to the
defendant and will be carried out on 15 June 2020, with the mediation expected to
get the best solution that does not harm any party.

Keywords: Engagement, Default, Case Default


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam kehidupan bermasyarakat sehari - hari banyak orang yang tidak sadar
bahwa disetiap harinya selalu melakukan perikatan. Hal-hal kecil seperti membeli
suatu barang, sewa menyewa, pinjam meminjam, hal- hal ini adalah termasuk
suatu perikatan. Perikatan di Indonesia, diatur dalam buku III KUH Perdata
(Burgerlijk Wetboek). Hukum perdata, banyak sekali cakupannya, salah satunya
adalah perikatan.

Perikatan merupakan salah satu hubungan hukum dalam harta kekayaan antara
dua orang atau lebih, di mana pihak yang satu berhak atas sesuatu barang dan
pihak lain berkewajiban atas sesuatu barang . Hubungan hukum dalam harta
kekayaan ini merupakan suatu akibat hukum, akibat hukum dari suatu perjanjian
atau peristiwa hukum lain yang menimbulkan perikatan atau perjanjian.

Di dalam hukum perikatan, semua orang dapat melakukan perikatan yang


bersumber dari perjanjian, perjanjian ini dalam bentuk apapun atau bagaimanapun
baik itu yang diatur dalam undang-undang ataupun tidak, inilah yang biasa disebut
kebebasan berkontrak. Suatu perjanjian tidak hanya mengikat apa yang dengan
tegas ditentukan didalamnya melainkan juga segala sesuatu yang menurut sifatnya
persetujuan dituntut berdasarkan keadilan, kebiasaan atau undang-undang. Syarat-
syarat yang diperjanjikan menurut kebiasaan, harus dianggap telah termasuk
dalam suatu persetujuan, walaupun tidak dengan tegas diatur dalam perjanjian
tersebut.

Adapun sumber perikatan yang tercantum dalam buku III KUH Perdata atau
BW dalam pasal 1234 adalah :

1. Perjanjian

2. Undang-Undang, dibagi lagi menjadi 2 yaitu :


a. Kerana perbuatan manusia, dibagi menjadi 2 :

- Perbuatan menurut hukum

- Perbuatan melawan hukum

b. Undang-Undang saja

Dalam makalah ini, penulis akan membahas tentang masalah dalam hukum
perikatan perikatan dalam hal ini akan membahas secara khusus mengenai wan
prestasi , serta hal – hal yang terkait didalamnya yang mungkin tidak dapat
dipisahkan dalam wan prestasi.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah


sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan wanprestasi ?


2. Apa saja Macam-macam wanprestasi ?
3. Kapan terjadinya wanprestasi ?
4. Apa akibat adanya wanprestasi ?
5. Bagaimana contoh kasus dan solusinya pada wanprestasi ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Wan Prestasi

Seringnya hal-hal yang menjadi persoalan dalam hukum perjanjian adalah


pengingkaran atau kelalaian seorang debitur kepada kreditur, atau pemenuhan
janji yang dilakukan oleh debitur. Dalam hukum perdata, keduanya disebut
dengan prestasi bagi yang memenuhi janji dan wanprestasi bagi yang tidak
memenuhi janji. Riduan Syahrani mendefinisikan bahwa prestasi adalah suatu
yang wajib dan harus dipenuhi oleh debitur dalam setiap perikatan. 1

Prestasi adalah sesuatu yang wajib dipenuhi oleh debitur dalam setiap
perikatan. Prestasi adalah objek perikatan, sehingga dalam hukum perdata
kewajiban memenuhi prestasi selalu disertai jaminan harta kekayaan debitor.
Pasal 1131 dan 1132 KUHPerdata dinyatakan bahwa harta kekayaan debitur, baik
yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang
akan ada, menjadi jaminan pemenuhan utangnya terhadap kreditur. Namun,
jaminan umum tersebut dapat dibatasi dengan jaminan khusus berupa benda
tertentu yang ditetapkan dalam perjanjian antarpihak. 2

Wanprestasi berasal dari bahasa Belanda, yang berarti prestasi buruk. 3


Wanprestasi artinya tidak memenuhi kewajiban yang telah disepakati dalam
perikatan.4 Tidak dipenuhinya kewajiban oleh debitor karena dua kemungkinan
alasan:

1. Karena kesalahan debitor, baik karena kesengajaan maupun


kelalaian;

1
Neng Yani Nurhayani, Hukum Perdata, Pustaka Setia, Bandung, 2015, hlm. 235.

2
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2014, hlm. 239

3
Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 1991, hlm. 45.
4
Ibid, hlm.241
2. Karena keadaan memaksa (force majeure) di luar kemampuan
debitor, sehingga debitor tidak bersalah.

Untuk menentukan apakah seorang debitor bersalah melakukan


wanprestasi, perlu ditentukan dalam keadaan bagaimana debitor dikatakan sengaja
atau lalai tidak memenuhi prestasi. Menurut Pasal 1234 KUHPerdata yang
dimaksud dengan prestasi adalah seseorang yang menyerahkan sesuatu,
melakukan sesuatu, dan tidak melakukan sesuatu, sebaliknya dianggap
wanprestasi apabila seseorang: 5

1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya;

2. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan;

3. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat;

4. Melakukan sesuatu yang menurut kontrak tidak boleh dilakukannya.

Terdapat beberapa pandangan menurut para ahli tentang pengertian wanprestasi,


diantaranya:

a. Dr. Wirjono Prodjodikoro, SH

Wanprestasi adalah ketiadaan suatu prestasi didalam hukum perjanjian, berarti


suatu hal yang harus dilaksanakan sebagai isi dari suatu perjanjian. Barangkali
daslam bahasa Indonesia dapat dipakai istilah “pelaksanaan janji untuk prestasi
dan ketiadaan pelaksanaannya janji untuk wanprestasi”.6

b. Prof. R. Subekti, SH

Wanprestsi itu adalah kelalaian atau kealpaan yang dapat berupa 4 macam yaitu:

5
Rohmadi Jawi, Ketentuan-Ketentuan Umum dalam Hukum Kontrak, melalui:
https://rohmadijawi.wordpress.com/hukum-kontrak/.html, diunduh senin , 1 juni 2020 Pukul
08:56 WIB.
6
Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Perjanjian, Sumur, Bandung, 1981, hlm. 17.
1) Tidak melakukan apa yang telah disanggupi akan dilakukannya.

2) Melaksanakan apa yang telah diperjanjikannya, tetapi tidak sebagai mana


yang diperjanjikan.

3) Melakukan apa yang diperjanjikan tetapi terlambat,

4) Selakukan suatu perbuatan yang menurut perjanjian tidak dapat dilakukan.


[7]7

c. H. Mariam Darus Badrulzaman SH

H. Mariam Darus Badrulzaman SH mengatakan bahwa apabila debitur “karena


kesalahannya” tidak melaksanakan apa yang diperjanjikan, maka debitur itu
wanprestasi atau cidera janji. Kata karena salahnya sangat penting, oleh karena
dabitur tidak melaksanakan prestasi yang diperjanjikan sama sekali bukan karena
salahnya.8

d. M.Yahya Harahap.

Wanprestasi dapat dimaksudkan juga sebagai pelaksanaan kewajiban yang tidak


tepat pada waktunya atau dilaksankan tidak selayaknya.

B. Macam-Macam Wanprestasi

Jika debitur tidak melaksanakan prestasi-prestasi tersebut yang merupakan


kewajibannya, maka perjanjian itu dapat dikatakan cacat atau katakanlah prestasi
yang buruk. Wanprestasi merupakan suatu prestasi yang buruk, yaitu para pihak
tidak melaksanakan kewajibannya sesuai isi perjanjian. Wanpestasi dapat terjadi

7
Subekti, Op.Cit. hlm. 50.

8
Ibid, hlm 59.
baik karena kelalaian maupun kesengajaan.9 Wanprestasi seorang debitur yang
lalai terhadap janjinya dapat berupa:

1. Tidak melaksanakan prestasi sama sekali.

Contoh: A dan B telah sepakat untuk jual-beli motor dengan merek Snoopy
dengan harga Rp 13.000.000,00 yang penyerahannya akan dilaksanakan pada Hari
Minggu, Tanggal 25 Oktober 2011 pukul 10.00. Setelah A menunggu lama,
ternyata si B tidak datang sama sekali tanpa alasan yang jelas.

2. Melaksanakan tetapi tidak tepat waktu (terlambat).

Contoh: (Konteks contoh nomor 1). Si B datang tepat waktu, tapi membawa
motor Miu bukan merk Snoopy yang telah diperjanjikan sebelumnya.

3. Melaksanakan tetapi tidak seperti yang diperjanjikan.

Contoh: (Konteks contoh nomor 1). Si B datang pada hari itu membawa motor
Snoopy, namun datang pada jam 14.00.

4. Debitur melaksanakan yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.

Contoh:(Konteks contoh nomor 1). Si B datang tepat pukul 10.00 pada hari itu
dan membawa motor Snoopy, namun menyertakan si C sebagai pihak ketiga yang
sudah jelas-jelas dilarang dalam kesepakatan kedua belah pihak sebelumnya.

Dalam hal bentuk prestasi debitur dalam perjanjian yang berupa tidak berbuat
sesuatu, akan mudah ditentukan sejak kapan debitur melakukan wanprestasi yaitu
sejak pada saat debitur berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan dalam
perjanjian. Sedangkan bentuk prestasi debitur yang berupa berbuat sesuatu yang
memberikan sesuatu apabila batas waktunya ditentukan dalam perjanjian maka
menurut pasal 1238 KUH Perdata debitur dianggap melakukan wanprestasi
dengan lewatnya batas waktu tersebut. Dan apabila tidak ditentukan mengenai

9
Yogi Ikhwan. Wanprestasi Sanksi Ganti Kerugian dan Keadaan,melalui:
http://yogiikhwan.wordpress.com/2008/03/20/wanprestasi-sanksi-ganti-kerugian-dan-keadaan-
memaksa/.html. Diakses pada tanggal 31 mei 2020 Pukul 22:10 WIB
batas waktunya maka untuk menyatakan seseorang debitur melakukan
wanprestasi, diperlukan surat peringatan tertulis dari kreditur yang diberikan
kepada debitur. Surat peringatan tersebut disebut dengan somasi.10

C. Mulai Terjadinya Wanprestasi

Praktek hukum perikatan di dalam masyarakat, untuk menentukan sejak kapan


seorang debitur wanprestasi terkadang tidak selalu mudah, karena kapan debitur
harus memenuhi prestasi tidak tidak selalu ditentukan dalam perjanjian. Dalam
perjanjian jual beli, sesuatu barang, mislnya, tidak ditetapkan kapan penjual harus
menyerahkan barang yang dijualnya kepada pembeli, dan kapan pembeli harus
membayar harga barang yang dibelinya kepada penjual.11

Lain hal dalam menetapkan kapan debitur wanprestasi pada perjanjian yang
prestasinya untuk tidak berbuat sesuatu, misalnya untuk tidak membangun tembok
yang tingginya lebih dari dua meter, sehingga begitu debitur membangun tembok
yang tingginya lebih dua meter, sejak itu debitur dalam keadaan wanprestasi.12

Perjanjian yang prestasinya untuk memberi sesuatu atau untuk berbuat


sesuatu, yang tidak menetapkan kapan debitur harus memenuhi prestasi tersebut,
sehingga untuk memenuhi prestasi tersebut, debitur harus lebih dahulu diberi
teguran (somasi) agar debitur memenuhi kewajibannya.

Jika dalam prestasi tersebut dapat seketika dipenuhi, misalnya penyerahan


barang yang dijual dan barang yang akan diserahkan sudah ada, pprestasi tersebut
dapat ditunut supaya dipenuhi seketika. Akan tetapi, jika prestasi dalam perjanjian
tersebut tidak dapat dipenuhi seketika, misalnya barang yang harus diserahkan

10
Abdul Rosyid Sulaiman, SH., MM. Hukum Bisnis Untuk Perusahaan: Teori dan Contoh Kasus.
(Jakarta: Prenada Media, 2005), hal. 44.
11
Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Alumni, Bandung, 2013, hlm.
218.
12
Ibid.
masih belum berada di tangan debitur, kepada debitur (penjual) diberi waktu yang
pantas untuk memenuhi prestasi tersebut.13

Tentang bagaimana cara memberikan teguran (somasi) terhadap debitur agar


jika debitur tidak memenhui teguran itu dapat dikatakan wanprestasi, diatur dalam
Pasal 1238 BW yang menentukan, bahwa teguran itu harus dengan surat perintah
atau dengan akta sejenis.14

Somasi adalah pemberitahuan atau pernyataan dari kreditur kepada debitur


yang berisi ketentuan bahwa kreditur menghendaki pemenuhan prestasi seketika
atau dalam jangka waktu seperti yang ditentukan dalam pemberitahuan itu dengan
kata lain somasi adalah peringatan agar debitur melaksanakan kewajibannya
sesuai dengan tegoran kelalaian yang telah disampaikan kreditur kepadanya.

Menurut pasal 1238 KUH Perdata yang menyatakan bahwa:

“Si berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah
akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatan sendiri, ialah jika ini
menetapkan bahwa si berutang harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang
ditentukan”.15

Dari ketentuan pasal tersebut dapat dikatakan bahwa debitur dinyatakan


wanprestasi apabila sudah ada somasi (in gebreke stelling).

Adapun bentuk-bentuk somasi menurut pasal 1238 KUH Perdata adalah:

a. Surat perintah

Surat perintah tersebut berasal dari hakim yang biasanya berbentuk


penetapan. Dengan surat penetapan ini juru sita memberitahukan secara lisan

13
Ibid. Hal.129
14
Ibid.

15
Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pradnya Paramita, Jakarta, 1999,hlm. 323
kepada debitur kapan selambat-lambatnya dia harus berprestasi. Hal ini biasa
disebut “exploit juru Sita”

b. Akta sejenis

Akta ini dapat berupa akta dibawah tangan maupun akta notaris.

c. Tersimpul dalam perikatan itu sendiri

Maksudnya sejak pembuatan perjanjian, kreditur sudah menentukan saat


adanya wanprestasi.

Dalam perkembangannya, suatu somasi atau teguran terhadap debitur yang


melalaikan kewajibannya dapat dilakukan secara lisan akan tetapi untuk
mempermudah pembuktian dihadapan hakim apabila masalah tersebut berlanjut
ke pengadilan maka sebaiknya diberikan peringatan secara tertulis.

Dalam keadaan tertentu, somasi tidak diperlukan untuk dinyatakan bahwa


seorang debitur melakukan wanprestasi yaitu dalam hal adanya batas waktu dalam
perjanjian (fatal termijn), prestasi dalam perjanjian berupa tidak berbuat sesuatu,
debitur mengakui dirinya wanprestasi.

D. Akibat Adanya Wanprestasi

Tidak dipenuhinya perikatan yang diakibatkan oleh kelalaian debitur atau


wanprestasi sebagai akibat situasi dan kondisi yang resikonya ada pada diri
debitur menimbulkan beberapa akibat. Akibat-akibat wanprestasi adalah:16

1. Debitur harus membayar ganti rugi (Pasal 1279 BW);

2. Beban resiko bergeser ke arah kerugian debitur. Suatu halangan yang


timbul ke permukaan dapat dipertanggungjawabkan kepada kreditur setelah pihak
debitur melakukan wanprestasi, kecuali ada kesengajaan atau kelalaian besar
(culpa lata) pada pihak kreditur atau tidak dapat mengendalikan (overmacht).
16
Gr. Van der Burght, Buku Tentang Perikatan, Mandar Maju, Bandung 1999, hlm. 131.
3. Jika perikatan timbul dari suatu persetujuan timbal balik , maka pihak
kreditur dapat membebaskan diri dari kewajiban melakukan kontraprestasi
melalui cara Pasal 1302 BW atau melalui exceptio non adimpleti contractus
menangkis tuntutan debitur untuk memenuhi perikatan.

Adapun akibat yang diberikan kepada pihak yang melakukan wanprestasi


diancam beberapa sanksi atau hukuman, yaitu:17

1. Membayar kerugian yang diderita oleh kreditur atau dengan atau disebut
ganti rugil

2. Pembatalan perjanjian atau juga dinamakan pemecahan perjanjian;

3. Peralihan resiko;

4. Membayar biaya perkara, jika sampai diperkarakan di depan hakim.

E. Contoh Kasus Wan prestasi

Aktor Jefri Nichol dituntut Rp 4,2 miliar oleh Falcon Pictures karena diduga
melakukan wanprestasi. Menurut Pengadilan Negeri Jakarta, dalam kasus ini Jefri
dituduh melakukan pelanggaran kontrak. "Gugatan ini intinya tentang
wanprestasi, perjanjian untuk pembuatan film. Ada yang disepakati itu empat
judul film. Tapi rupanya perjanjian itu belum dilaksanakan," kata Humas
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Achmad Guntur saat ditemui di kantornya,
Rabu (26/2/2020). Jefri Nichol diduga melanggar kesepakatan dengan Falcon
Pictures dengan meneken kontrak di rumah produksi lain. Sementara, bintang film
Dear Nathan ini telah menandatangani kontrak eksklusif dan menerima
pembayaran atas itu. "Empat filmnya Dear Nathan Hello Salma, kemudian Elyas
Pical, Bebas dan Habibie & Ainun. Menurut penggugat begitu," ungkap Achmad
Guntur.

17
Subekti, Op. Cit.
Sidang lanjutan wanprestasi Jefri Nichol (21) digelar kembali di Pengadilan
Negeri Jakarta Selatan, Senin (8/6/2020). Agenda sidang mendengarkan kesaksian
tergugat tiga, yakni Ahmad Badawi alias Baetz Agagon. Baetz Agagon adalah
mantan manajer Jefri Nichol. Jefri Nichol tidak hadir di persidangan dan
kehadirannya diwakilkan Aris Marasabessy, kuasa hukumnya. Aris Marasabessy
mengatakan, Jefri Nichol sempat tidak percaya perkara dugaan wanprestasi
digelar sampai pengadilan. "Awal kaget sampai digugat. Setelah mendapatkan
gugatan, kami akan jawab gugatan itu," kata Aris Marasabessy di Pengadilan
Negeri Jakarta Selatan, Senin siang. Dalam gugatan perdata yang diajukan rumah
produksi Falcon Pictures itu, Jefri Nichol digugat sebesar Rp 4,2 miliar. Agenda
mediasi (upaya mediasi) akan berlangsung pada Senin (15/6/2020). Aris
Marasabessy berharap Falcon Pictures memiliki kerendahan hati dan
menyelesaikan masalah hukum secara kekeluargaan. "Seandainya bisa
didamaikan, ayo berdamai. Kalau memang sulit didamaikan, kami siap
memberikan jawaban atas gugatan itu di persidangan," ujar Aris Marasabessy.
Jefri Nichol digugat perdata Falcon Pictures setelah diduga melakukan
wanprestasi. Sebelumnya, Jefri Nichol dan Falcon Pictures sepakat bekerjasama
untuk memproduksi empat film.

Jefri Nichol bahkan sudah menerima uang muka dan honor awal sebesar Rp 280
juta, namun tidak membintangi empat film sesuai kesepakatan. Saat belum ada
satu film yang dibintangi Jefri Nichol digarap Falcon Pictures, bintang film muda
itu diketahui menerima kontrak kerja dengan pihak lain. Falcon Pictures
menggugat Jefri Nichol dan Junita Eka Putri, ibunya, serta Baetz Agagon sebesar
Rp 4,2 Miliar. Sidang kasus wanprestasi yang digugat rumah produksi Falcon
Pictures terhadap aktor Jefri Nichol kembali digelar di Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan, hari ini, Senin (8/6/2020). Berdasarkan pantauan Suara.com dalam sidang
kali ini Jefri tak hadir.

Jefri Nichol hanya diwakili oleh pengacaranya, Aris Marasabessy. Menurut Aris,
sidang kali ini beragendakan klarifkasi dari pihak tergugat. "Hari ini agendanya
masih klarifikasi sama pihak tergugat lainnya, teman-teman juga hadir tadi. Poin
dari pihak tergugat tiga, Achmad Baidhowi itu sudah hadir. Jadi sidangnya di
lanjutkan kemudian untuk minggu depan terjadwalkan jam 9 pagi itu mediasi,"
kata Aris Marasabessy.

Menurut Aris, Jefri Nichol tak hadir dalam sidang tersebut lantaran telah
menyerahkan seluruh kasus itu kepada tim kuasa hukumnya. "Poinnya nggak
mesti harus dateng. Yang penting ada menghadiri yaitu kuasa hukumnya. Tapi
kalau seandainya Jefri Nichol hadir ya terserah dia sih, kalau mau hadir juga
nggak apa-apa," jelasnya. Lebih lanjut, sayangnya Aris enggan membeberkan
lebih detail akan gugatan yang dilayangkan oleh Falcon Picture. Sebab, masih ada
agenda mediasi ke depannya. "Kalau kami sih sebenarnya siap untuk menjawab.
Tapi saya belum bisa sampaikan poin-poin jawabannya seperti apa. Karena di sini
masih ada mediasi, makanya kita hormati mediasinya," jelas Aris. "Yah kalau
seandainya sudah damai, nanti saya akan sampaikan poin per poinnya gimana,
untuk menjawab gugatan dari pihak penggugat," kata Aris. Seperti diketahui,
rumah produksi Falcon Pictures telah melayangkan gugatan perdata pada aktor
Jefri Nichol. Dalam gugatan tersebut, aktor 21 tahun ini dianggap melalaikan
kewajiban untuk berperan dalam film produksi Falcon. Jefri Nichol juga dianggap
tidak menjaga nama baik penggugat terkait kasus narkoba. Sehingga sang aktor
dituntut mengganti kerugian sebesar Rp 4,2 miliar.

ANALISIS : Ini merupakan murni kesalahan dari tergugat, dimana ketika dia
melakukan perjanjian bersama Rumah produksi falcon daam hal ini penggugat
berarti tergugat siap menerima semua resiko yang tertulis dalam perjanjian
tersebut, untuk masalah manajemennya aatau sebelum semua kontrak tersebut
terpenuhi itu merupakan urusan tergugat dengan mantan manajemennya, karena
kontrak tersebut di tandatangani oleh tergugat maka tanggungjawab penuh untuk
memenuhi perjanjian yang tertuang dalam kontrak tersebut. Untuk perkembangan
kasusnya sedang sementara berjalan, karena masih dalam masa persidangan, maka
kita tinggal mengikuti perkembangan kasus tersebut, dan tindakan mediasi yang
di ajukan merupakan tindakan yang baik agar tergugat merasa meringankan. Atau
karena jumlah ganti rugi yang diminta oleh pihak penggugat sebesar 4,2 M.
Menurut saya mediasi yang diminta oleh pihak tergugat dalam hal ini J.N hanya
kurang menunggu, dam mediasi tersebut akan dilakukan pada tanggal 15 juni
2020. Jika pun tergugat diputuskan bersalah bila mediasi tidak mencapai
kesepakatan maka penggugat harus mengganti kerugian yang diakibatkan oleh
kelalaian dari pihak tergugat, menurut saya putusan pengadilan harus adil, agar
supaya tidak akan terjadi hal – hal seperti ini.

BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Perikatan merupakan salah satu hubungan hukum dalam harta kekayaan antara
dua orang atau lebih, di mana pihak yang satu berhak atas sesuatu barang dan
pihak lain berkewajiban atas sesuatu barang . Hubungan hukum dalam harta
kekayaan ini merupakan suatu akibat hukum, akibat hukum dari suatu perjanjian
atau peristiwa hukum lain yang menimbulkan perikatan atau perjanjian.

Seringnya hal-hal yang menjadi persoalan dalam hukum perjanjian adalah


pengingkaran atau kelalaian seorang debitur kepada kreditur, atau pemenuhan
janji yang dilakukan oleh debitur. Dalam hukum perdata, keduanya disebut
dengan prestasi bagi yang memenuhi janji dan wanprestasi bagi yang tidak
memenuhi janji. Riduan Syahrani mendefinisikan bahwa prestasi adalah suatu
yang wajib dan harus dipenuhi oleh debitur dalam setiap perikatan. Wanprestasi
berasal dari bahasa Belanda, yang berarti prestasi buruk. Wanprestasi artinya tidak
memenuhi kewajiban yang telah disepakati dalam perikatan.

Kasus Wanprestasi yang diangkat dalam makalah ini adalah sebuah contoh
dari berbagai macam kasus wanprestasi yang terjadi di indonesia. Ini menunjukan
bahwa masih banyak masyarakat indonesia yang meremehkan ketentuan –
ketentuan dalam perjanjian yang di sepakati oleh kedua belah pihak. Kasus ini
sesungguhnya belum memiliki putusan yang tetap karena para pihak yang terkait
masih berusaha melakukan mediasi terhadap gugatan yang yang dilayangkan pada
tergugat dan akan dilaksanakan pada tanggal 15 juni 2020 mendatang, dengan
jalannya mediasi ini diharapkan mendapatkan jalan keluar yang terbaik yang tidak
merugikan pihak manapun.

B. SARAN

Sebagai masyarakat, seharusnya kita harus mematuhi segala macam perjanjian


yang kita buat bersama agar menjadi masyarakat yang taat akan hukum, dimana
masalah ini adalah masalah yang banyak kali terjadi dalam masyarakat indonesia.
Karena kasus seperti yang ini mengakibatkan kerugian yang cukup besar terhadap
pihak yang lain maka kasus seperti ini harus kita hindari. Diharapkan juga proses
pelaksanaan persidangan maupun proses mediasi yang akan dilakukan tidak
merugikan pihak yang tergugat ataupun pihak yang menggugat. Hakim harus
memutuskan perkara ini secara terbuka dan secara adil. Hanya saja kita harus
mengikuti perkembangan kasus ini, karena kasus yang diangkat dalam makalah
ini belum memiliki kekuatan hukum yang tetap, karena masih dilaksanakan
tahapan – tahapan pengadilan, salah satunya adalah tahapan mediasi yang
dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :
Abdul Rosyid Sulaiman, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan: Teori dan Contoh
Kasus. Prenada Media, Jakarta, 2005.

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung,


2014.

Gr. Van der Burght, Buku Tentang Perikatan, Mandar Maju, Bandung 1999.

Neng Yani Nurhayani, Hukum Perdata, Pustaka Setia, Bandung, 2015.

Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Alumni, Bandung,
2013, hl m. 218.

Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 1991

Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pradnya Paramita, Jakarta, 1999.

Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Perjanjian, Sumur, Bandung, 1981.

Sumber Internet :

https://www.suara.com/entertainment/2020/06/08/134000/jefri-nichol-siap-
menjawab-tuntutan-falcon-pictures di akses pada 6 Juni 2020

Rohmadi Jawi, Ketentuan-Ketentuan Umum dalam Hukum Kontrak, melalui:


https://rohmadijawi.wordpress.com/hukum-kontrak/.html, diunduh 3 juni 2020
Pukul 08:56 WITA.

Yogi Ikhwan. Wanprestasi Sanksi Ganti Kerugian dan Keadaan,melalui:


http://yogiikhwan.wordpress.com/2008/03/20/wanprestasi-sanksi-ganti-kerugian-
dan-keadaan-memaksa/.html. . Diunduh 4 juni 2020 Pukul 16:00 WITA

Anda mungkin juga menyukai