Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MAKALAH HUKUM PERDATA

“PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM”

DISUSUN OLEH :

NAMA : Moh.Hidayat M

NO. STAMBUK : D10121142


KELAS/RUANG : D BT4

HUKUM PERDATA
ILMU HUKUM
UNIVERSITAS TADULAKO
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
tugas makalah yang berjudul “Pejanjian Pinjam Meminjam” dapat diselesaikan dengan baik
dan tepat waktu.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Perdata dan
berbagai wawasan serta acuan kepada pembaca. Saya menyadari adanya kekurangan dan
kesasalah dalam penulisan makalah ini karena keterbatasaan pengetahuan, dengan hal in
kami harap kritik dan saran dari pembaca dapat memperluas topik makalah ini bagi saya.

Terima kasih kepada Bapak selaku dosen mata kuliah Hukum Perdata yang telah
memeberikan tugas ini menjadikan pengetahuan yang bermanfaat bagi saya serta bagi
pembaca.

Palu, 23 April 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................

DAFTAR ISI .......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................

1.1 Latar Belakang .........................................................................................


1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................
1.3 Tujuan.......................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................

2.1 Pengertian Perjanjian Pinjam Meminjam .................................................


2.2 Hak Dan Kewajiban Para Pihak Pinjam Meminjam ................................
2.3 Syarat Syarat Perjanjian ...........................................................................
2.4 Resiko Pinjam Meminjam (wanprestasi) .................................................

BAB III PENUTUP ............................................................................................

3.1 Kesimpulan ...............................................................................................


3.2 Tujuan.......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Perjanjian ialah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada orang lain atau
dimana (2) orang itu saling berjanji buat melaksanakan sesuatu hal. Suatu perjanjian
artinya semata-mata untuk suatu persetujuan yang diakui oleh aturan. Persetujuan
ini artinya kepentingan yang pokok di pada dunia perjuangan dan menjadi dasar
bagi kebanyakan transaksi dagang mirip jual beli barang, tanah, hadiah kredit,
premi, pengangkutan barang, pembentukan organisasi usaha serta termasuk juga
menyangkut energi kerja. Perjanjian atau verbintenis mengandung pengertian suatu
hubungan hukum kekayaan/harta benda antara (2) atau lebih pihak yg memberi
kekuatan hak pada (satu) pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus
mewajibkan di pihak lain buat memberi prestasi. dari pengertian singkat tadi
dijumpai beberapa unsur yg memberi wujud pengertian perjanjian, antara lain:
hubungan hukum (rechsbetrekking) yg menyangkut hukum kekayaan antara (dua)
orang (persoon) atau lebih yg memberi hak di (satu) pihak serta kewajiban pada
pihak lain wacana suatu prestasi. Perjanjian ialah hubungan aturan
(rechsbetrekking) yang sang aturan itu sendiri diatur serta disahkan cara
penghubungannya.

Pasal 1313 KUH Perdata memberikan definisi perihal perjanjian sebagai suatu
perbuatan, dimana (satu) orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap (satu)
orang atau lebih. Suatu kontrak atau perjanjian wajib memenuhi kondisi sahnya
perjanjian, yaitu istilah putusan bulat, kecakapan, hal eksklusif dan suatu karena yg
halal sebagaimana dipengaruhi pada Pasal 1320 KUH Perdata. dengan dipenuhinya
(empat) syarat sahnya perjanjian tadi, maka suatu perjanjian menjadi sah dan
mengikat secara aturan bagi para pihak yg membuatnya. Perjanjian harus
dilaksanakan dengan itikad baik (good faith) yang telah dimulai sewaktu para pihak
akan membentuk perjanjian tadi. dengan demikian, pembuatan perjanjian wajib
dilandasi atas asas kemitraan. Asas kemitraan mengharuskan adanya perilaku
berasal para pihak bahwa yang berhadapan dalam pembuatan serta pelaksanaan
perjanjian tersebut merupakan (dua) kawan yang berjanji, terlebih lagi pada
pembuatan perjanjian kerjasama, asas kemitraan itu sangat diharapkan.
1.2 Rumusan masalah

1. Apa pengertian pinjam meminjam?


2. Mengapa harus ada pinjam meminjam!
3. Fungsi pinjam meminjam!
4. Bagaimana hak dan kewajiban para pihak pinjam meminjam!

1.3 Tujuan

1. Untuk memahami tujuan pinjam meminjam


2. Untuk memenuhi tugas yang diberikan
3. Untuk menyelesaikan masalah pinjam meminjam
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian perjanjian pinjam meminjam

Pinjam meminjam adalah suatu perbuatan denga mana pihak kreditur mempunyai
kewajiban untuk menyerahkan barang yang habis karena dipergunakan sama hal
nya uang, dan pihak debitur mempunyai kewajiban untuk mengembalikan barang
berupa uang yang dipinjamnya dalam jumlah dan waktu yang telah ditentukan
dalam pinjam meminjam.
Pinjam meminjam artinya salah satu bentuk perjanjian pinjam meminjam antara
pihak yg satu dengan pihak yg lainnya serta objek yg diperjanjikan pada umunya
barang atau uang. Kedudukan pihak yg satu sebagai pihak yang memberikan
pinjaman, sedang pihak yg lain mendapatkan pinjaman barang atau uang kegiatan
pinjam-meminjam sudah dilakukan sejak lama dalam kehidupan masyarakyat.
Hampir seluruh warga telah menjadikan aktivitas pinjam-meminjam barang atau
uang menjadi suatu yg sangat diharapkan buat mendukung perkembangan aktivitas
perekonomianya dan buat menaikkan taraf kehidupannya.
Setiap pemberi pinjaman yang meminjama kan pada debitur harus menerapkan
prinsip kehati-hatian dalam memberikan pinjaman. Pemberi pinjaman memberikan
syarat kepada peminjam ketika melakukan perjanjian pinjam-meminjam. Salah satu
syarat yang penting adalah peminjam diwajibkan menyerahkan jaminan utang atas
pinjaman uang yang telah dilakukan. Kegiatan pinjam-meminjam yang dikaitkan
dengan persyaratan penyerahan jaminan utang banyak dilakukan oleh perorangan
atau badan usaha. Badan usaha umumnya secara tegas menyaratkan kepada pihak
peminjam untuk menyerahkan suatu barang (benda) sebagai objek jaminan utang
pihak peminjam. Jaminan utang ditawarkan oleh pihak peminjam umumnya akan
dinilai oleh badan usaha tersebut sebelum diterima sebagai objek jaminan atas
pinjaman yang diberikan.

2.2 Hak dan kewajiban para pihak pinjam meminjam

Perjanjian pinjam meminjam sebagaimana diatur dalam KUHper kewajibankewajiban


kreditur tidak banyak diatur, pada pokoknya kreditur wajib menyerahkan sesuai perjanjian
yang dipinjamkan kepada debitur setelah terjadinya perjanjian.
Selanjutnya, pasal 1759 hingga pasal 1761 KUH perdata, menentukan sebagai
berikut:
a. Uang/barang yang telah diserahkan kepada debitur sebagai pinjaman. Sebelum
lewat waktu yang ditentukan dalam perjanjian tidak dapat diminta oleh kreditur.
b. Aabila dalam perjanjian pinjam meminjam tidak ditentukan jangka waktu, dan
kreditur menutut pengembalian utang, caranya dengan mengajukan gugatan perdata
ke pengadilan, dan berdasarkan pasal 1760 KUH perdata hakim diberi kewenangan
untuk menetapkan jangka waktu pengembalian utang, dengan memepertimbangkan
keadaan debitur serta memeberi kelonggaran kepadanya untuk membayar untang.

c. Jika dalam perjanjian tersebut, ditentukan pihak debitur akan mengembelikan


utang setelah ia mampu membayarnya, kreditur juga harus menuntut pengembalian
utang melalui pengadilan, hakim setelah mempertimbangkan keadaan debitu, akan
menentukan waktu pengembalian tersebut (pasal 1761 KUHper).

Kewajiban debitur dalam perjanjian pinjam meminjam sebenarnya tidak banyak,


pada pokoknya mengembalikan utang dalam jumlah yang sama, disertai dengan
pembayaran bunga yang telah diperjanjikan, dalam jangka waktu yang telah
diperjanjikan, dalam jangka waktu yang telah ditentukan (pasal 1763 KUHper).

Pembayar utang tergantung perjanjiannya, ada yang diperjanjikan pembayarannya


cukup sekali langsung lunas, biasanya jika utangnya tidak begitu besar seperti kredit
bank, pada umumnya pembayaran utang dilakukan debitur secra mengangsur tiap
bulan selama waktu yang diperjanjikan disertai dengan bunganya.

2.3 Syarat sahnya perjanjian

Suatu perjanjian yang dibuat oleh para pihak, agar perjanjian itu menjadi sah, maka
harus memenuhi syarat sahnya perjanjian. Syarat sahnya yang harus dipenuhi dalam
membuat suau perjanjian tersebut diatur dalam pasal 1320 KUH perdata, yang
menentukan:

1. Sepakat mereka yang mengikat dirinya adalah bahwa dalam mebuat suatu
perjanjian, kedua belah pihak saling menyetujui apa yang diperjanjikan, tanpa
adanya paksaan dari pihak manapun.

2. Kecakapan, maksudnya adalah bahwa pihak-pihak yang membuat perjanjian


merupakan pihak yang mampu melakukan perbuatan hukum sendiri tanpa tanpa
bantuan orang lain, serta mampu mempertanggungjawabkan segala akibat yang
timbul dari perbuatannya. Dalam hal ini kriteria cakap adalah pihka pihak telah
mencapai batas usia dewasa, serta tidak terganggu ingatannya.
3. Yang dimaksud dengan suatu hal yang tertentu adalah bahwa barang yang
diperjanjikan merupakan barang yang jelas baik mengenai ukuran, jumlah, nilai,
harganya dan sebaginya mengenai barang tersebut.

4. Suatu sebab yang halal adalah bahwa objek dari perjanjian yang dibuat oleh para
pihak merupakan barang yang tidak dilarang oleh undang-undang, atau tidak
betentangan dengan asas kepatutan yang berlaku dalam kehidupan masyarakat.

Salah satu syarat pokok dalam membuat suatu perjanjian adalah sepakat mereka
yang mengikatkan dirinya. Maksud sepakat mereka yang mengikatkan dirinya
adalah, “izin kedua bela pihak berdasarkan persetujuan kehendak mereka masing
masing, artinya pada waktu perjanjian itu diadakan tidak terdapat paksaan,
penipuan atau kekeliruan”.

2.4 Resiko pinjam meminjam (wanprestasi)

Prestasi adalah kewajiban yang harus dipenuhi oleh debitur dalam dalam setiap
perjanjian. Prestasi adalah objek perikatan. Dalam hukum perdata kewajiban
memenuhi presasi adalah selalu disertai jaminan harta kekayaan debitur. Dalam
pasal 1131 dan 1132 KUH perdata dinyatakan bahwa harta kekayaan debitur baik
bergerak maupun tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan ada,
menjadi jaminan pemenuhan hutangnya terhadap kreditur. Tetapi jaminan umum
ini dapat dibatasi dengan jaminan khusus berupa benda tertentu yang ditetapkan
dalam perjanjian antar pihak-pihak.

Apabila debitur tidak melakukan apa yang dijanjikannya, maka ia dikatakan


melakukan wanprestasi.
Wanprestasi seseorang debitur dapat berupa empat macam, yaitu:

1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilaksanakaannya


2. Melakasanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana yang dijanjikan
3. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat
4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.

Akibat wanprestasi:

1. Membayar kerugian yang diderita oleh kreditur (ganti-rugi)


2. Pembatalan perjanjian
3, Peralihan reiko
4. Membayar biaya perkara, kalau sampai diperkarakan di depan Hakim.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pinjam meminjam ialah perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan
kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang habis karena
pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang terakhir ini akan mengembalikan
sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula. Pasal 1 Angka 7
Peraturan pemerintah Nomor 9 Tahun 1995, menentukan: “Pinjaman adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antar koperasi dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi hutangnya setelaha jangka
waktu tertentu disertai pembayaran sejumlah imbalan”. Kegiatan usaha pinjaman
yang dilakukan oleh koperasi sangat erat. Dan jika debitur tidak menepati janjianya
maka akan ada sanksi tersendiri.

3.2 Saran

Dalam pinjam meminjam kita harus melihat seberapa mampu kita dalam membayar
apa yang kita telah pinjam, jangan meminjam tanpa memikirkan bagaimana nanti
kedepannya, dalam meminjam sendiri kita bisa tau ada kelebihan dan
kekurangannya juga, kalian bisa baca dibagian akibat wanprestasi. Jadi teman
teman meminjamlah sesuai kebutuhan.
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.unissula.ac.id/19125/5/bab%201.pdf

https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/2082/05.1%20bab%201.pdf?sequ
ence=7&isAllowed=y

Subekti, Hukum Perjanjian, op.cit, hlm.1

http://repository.untag-sby.ac.id/1528/3/Bab%20II.pdf

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/6924/f.%20BAB%20II.pdf?se
quence=6&isAllowed=y

http://e-journal.uajy.ac.id/10575/2/1HK10992.pdf

Anda mungkin juga menyukai