Disusun oleh :
FAKULTAS HUKUM
Puji syukur kepada Allah SWT atas karunia, hidayah, dan nikmatNya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi
salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Hukum Perdata.
Makalah ini ditulis oleh penulis yang bersumber dari Buku dan Jurnal sebagai
refrensi. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada rekan rekan mahasiswa yang
telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.
bagi kita semua.Makalah ini secara fisik dan substansinya diusahakan relevan
dengan pengangkatan judul makalah yang ada, Keterbatasan waktu dan
kesempatan sehingga makalah ini masih memiliki banyak kekurangan yang
tentunya masih perlu perbaikan dan penyempurnaan maka penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju ke arah yang lebih baik.
Demikian makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi penulis dan yang
membacanya, sehingga menambah wawasan dan pengetahuan tentang bab ini.
Amin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN:
1.3 . Tujuan................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN:
3.1 . Kesimpulan......................................................................... 9
3.2 . Saran.................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA................................................................. 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan gadai secara hukum maupun agama
2. Menjelaskan tentang subjek dan objek gadai
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
pemilikan atau penguasaan dan biaya penyelamatan barang itu yang dikeluarkan
setelah barang itu sebagai gadai dan yang harus didahulukan.
Hak gadai yang definisinya diberikan, adalah sebuah hak atas benda bergerak
milik orang lain, yang maksudnya bukanlah untuk memberikan kepada orang yang
berhak gadai itu (disebut : penerima gadai atau pemegang gadai) manfaat dari benda
tersebut, tetapi hanyalah untuk memberikan kepadanya suatu jaminan tertentu bagi
pelunasan suatu piutang (yang bersifat apapun juga) dan itu ialah jaminan yang lebih
kuat dari pada jaminan yang memilikinya.
B. Hukum Gadai
Sebagaimana halnya dengan jual beli, gadai diperbolehkan, karena segala sesuatu
yang boleh dijual boleh juga digadaikan. Dalil yang melandasinya telah ditetapkan dalam
Al-Qur’an, Al-Sunnah dan ijma’. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah befirman:
"Dan jika kalian dalam perjalanan (dan bermu ’amalah tidak secara tunai) sedang kalian
tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tangggungan yang
dipegang. " (Al-Baqarah: 283) Ayat tersebut di atas bermakna bahwa Allah Subahanahu
wa Ta’ala memerintahkan orang yang melakukan suatu transaksi dengan orang lain,
sedang bersamanya tidak ada juru tulis, maka hendaklah dia memberikan suatu barang
sebagai jaminan (gadai) kepada orang yang memberikan hutang kepadanya supaya
merasa tenang dalam melepaskan uangnya tersebut. Selanjutnya hendaklah peminjam
menjaga uang atau barang-barang hutangan itu agar tidak hilang atau dihamburkan tanpa
ada manfaat. Sedangkan dalam hadits lain disebutkan, "Nabi Shallallahu Alaihi wa
Sallampernah menggadaikan baju besinya kepada seorang Yahudi, (bernama Abu
Syahm) dengan tiga puluh sha’ gandum untuk keluarganya. " (Muttafaqun ‘Alaih)
Dalam hadits di atas terdapat pengertian yang membolehkan mu’amalah dengan ahlul
kitab. Dan para ulama telah melakukan ijma’ yang membolehkan gadai.
C. Dasar Hukum Gadai
Dasar hukum gadai terdapat pada Kitap Undang Undang Hukum Perdata,
pasal 1150 sampai pasal 1160
D. Rukun dan Syarat Gadai
Adapun yang menjadi rukun dan syarat gadai menurut hukum positif adalah :
4
1) Rukun gadai antara lain:
a) Adanya orang yang melakukan perjanjian yaitu :penggadai dan
penerima gadai.
b) Adanya barang jaminan.
c) Ada perjanjian, baik melalui lisan maupun tulisan.
d) Adanya utang.
2) Syarat gadai antara lain:
a) Syarat yang berkaitan dengan perjanjian, yaitu kreditur dan debitur tidak
saling merugikan.
b) Syarat yang berkaitan dengan yang menggadaikan dan penerima
gadai, yaitu kedua belah pihak yang berjanji masing-masing dari
mereka sudah dewasa dan berakal.
3) Syarat yang berkaitan dengan benda yang digadaikan, yaitu:
a) Penggadai punya hak kuasa atas benda yang digadaikan.
b) Benda gadai bukan benda yang mudah rusak.
c) Benda gadai dapat diambil manfaatnya.
d) Syarat yang berkaitan dengan perjanjian yaitu tidak di syaratkan apa-
apa, oleh karenanya bentuk perjanjian gadai itu dapat bebas tidak
terikat oleh suatu bentuk yang tertentu artinya perjanjian bisa diadakan
secara tertulis ataupun secara lisan saja, dan yang secara tertulis itu bisa
diadakan dengan akte notaris, bisa juga diadakan dengan akte dibawah
tangan saja.
e) Syarat yang berkaitan dengan hutang-piutang, yaitu hutangnya
keadaan tetap, keadaan pasti dan keadaan jelas.10
Sedangkan dalam KUHper pasal 1320, syarat-syarat dalam melakukan perjanjian
antara lain :
a) Sepakat mereka yang mengikatkan diri
Maksudnya bahwa kedua belah pihak yang mengadaikan perjanjian mempunyai
kemauan bebas tanpa ada paksaan dari pihak lain untuk mengikatkan dirinya, dan
kemauan tersebut harus dinyatakan.
5
b) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.
Maksudnya adalah kedua belah pihak harus cakap hukum dalam melakukan
perjanjian, jadi telah mencapai umur 21 tahun lebih atau telah kawin terlebih dahulu
sebeum mencapai umur 21 tahun.
c) Mengenai suatu hal tertentu.
Menurut pasal 1131 BW, yang menjelaskan bahwa segala kebendaan milik yang
berhutang, baik yang bergerak maupun yang tak bergerak, baik yang sudah ada maupun
yang akan baru ada dikemudian hari, menjadi jaminan hutangnya. Tetapi jaminan secara
umum ini kurang bisa memuaskan, sehingga diperlukan barang tertentu sebagai
jaminan.
d) Mengenai suatu sebab yang sah (halal).
Bahwa dalam suatu perjanjian harus ada tujuan yaitu apa yang dimaksudkan
kedua belah pihak mengadakan perjanjian.Dalam hal barang jaminan, barang yang
digadaikan itu harus dilepaskan atau berada diluar kekuasaan pemberi gadai.
Barang tersebut harus berada dalam kekuasaan pemegang gadai. Penyerahan
kekuasaan ini menurut undang-undang dianggap sebagai syarat mutlak untuk lahirnya
perjanjian gadai. Perlu kiranya dijelaskan bahwa undang-undang mengizinkan barang
tanggungan itu ditaruh dibawah kekuasaan pihak ketiga atas persetujuan kedua
belah pihak yang berkepentingan (pasal 1152 ayat 1). Jadi sebetulnya yang
dikehendaki undang-undang adalah berpindahnya barang tersebut dari kekuasaan
pemberi gadai. Bahwa ada ketentuan dalam pasal 1152 ayat 2 bahwa gadai tidak sah
jika bendanya dibiarkan tetap berada dalam kekuasaan pemberi gadai.
E. Subjek Perjanjian Gadai
Perjanjian timbul, disebabkan oleh adanya hubungan hukum kesepakatan antara
dua orang atau lebih. Pendukung hukum perjanjian sekurang-kurangnya harus ada dua
orang tertentu, masing-masing orang itu menduduki tempat yang berbeda. Satu
orang menjadi pihak kreditur dan yang seorang lagi sebagai pihak debitur. Kreditur
dan debitur itulah yang menjadi subjek perjanjian, kreditur mempunyai hak atas
prestasi dan debitur wajib memenuhi pelaksanaan prestasi.
6
Maka sesuai dengan teori dan praktek hukum, kreditur terdiri dari:
7
6) Karena lenyapnya benda yang digadaikan.
7) Karena hilangnya benda yang digadaikan.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari makalah di atas dapat kita simpulkan bahwa gadai adalah tanggung jawab
karena adanya unsur-unsur timbulnya hak debitur yang disebabkan karena adanya
perikatan utang piutang dank arena adanya penyerahan benda bergerak baik berwujud
mapun tiak berwujud sebagai jaminan yang diberikan oleh kreditur.
Obyek dari gadai adalah benda bergerak berwujud dan tidak berwujud
dan yang menjadi subyek dari hak gadai adalah penerima hak gadai (debitur) dan
pemberi hak gadai (kreditur), dan secara hukum orang yang tidak cakap dalam
perbuatan hukum tentu saja tidak bisa melakukan hubungan hukum gadai.
Untuk menjaminnya agar gadai bisa dilaksanakan secara benar, sehingga tidak
terjadi sengketa di kemudian hari tentu saja si peneri ma gadai harus memahami dan
melaksanakan kewajibannya, dan sipemberi gadai harus juga mengerti apa yang manjadi
hak si penerima gadai.
3.2 SARAN
Jadi lebih mengerti tentang apa itu yang dimaksud dengan gadai dan penjelasan
lainnya seperti pengertian gadai dari segi sisi hukum atau dilihat dari segi sisi agama,
syarat-syarat gadai, subjek objek gadai dan juga dijelaskan bahwa ada sebab-sebab
dihapuskannya gadai. Jadi gadai itu di perbolehkan dari agama maupun dari segi hukum.
9
DAFTAR PUSTAKA
H.Riduan Syahrani, S.H., Seluk-Beluk Dan Asas-Asas Hukum Perdata, Cet. 1-Bandung :
Alumni, 2006
Prof. R. Subekti, S.H. dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang- Undang Hukum Perdata
(KUHPerd), - Cet. 38-Jakarta : Pradnya Paramita, 2007
http://pegadaian.co.id
http://id.wikipedia.org/wiki /Pegadaian
http://www.pustaka.abatasa.co.id/pustaka/detail/fiqih/allsub/972/pengertian-gadai-hukum-gadai-
dan-rukunnya.html./%5B13-01-2017
10