Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TEORI, KONSEP DAN HUKUM RAHN(GADAI)

Diajukan guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fiqih Muamalah
Dosen Pengampu: Tenda Budiyanto., M.HI

Oleh:
Moh. Ega Maulana
Samsul Ma'arif
Teddy Ferdiansyah
Muhammad Rifqi Yudisthuro
Fajar Abdullah Yusman

STAI PANGERAN DHARMA KUSUMA


SEGERAN INDRAMAYU
TAHUN 2023

1
Kata Pengantar

Puja dan puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wata'ala yang telah nikmat dan
hidayah, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Fiqih
Muamalah yang berjudul "TEORI, KONSEP DAN HUKUM RAHN (GADAI)”
dengan tepat waktu.
Makalah ini telah kami selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama antar
anggota kelompok dan berbagai pihak. Oleh Karena itu, Kami sangat berterima
kasih atas kontribusinya yang telah membantu kami untuk menyelesaikan makalah
ini dengan maksimal.
Dengan demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat
memberikan khazanah ilmu pengetahuan, Aamiin.

Jum'at, 1 Desember 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………….…………………….……….….……. 2


DAFTAR ISI …………………………………………………………..………. 3
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………….….……. 4
A. Latar Belakang ……………………………………………....……….…. 4
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………. 4
C. Tujuan Penulisan ………………………………………………..………. 5
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………. 6
A. Pengertian Rahn(Gadai) …………………………………………………. 6
B. Hukum Rahn(Gadai) ………………………………………….…………. 8
C. Hukum dan Syarat Rahn(Gadai) …………………………………………. 9
BAB III PENUTUP ……………………………………………….…………….
11
A. Kesimpulan ………………………………………………………………. 11
B. Saran ……………………………………………………..………………. 11

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi di era globalisasi telah merambat ke dalam dunia
finansial. Tingginya kebutuhan masyarakat dalam hal finansial membuat teknologi
finansial semakin bertumbuh pesat. Masalah masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
pembiayaan semakin mendesak sehingga dibutuhkan alternatif sumber-sumber
pembiayaan seperti meminjam atau berhutang kepada orang lain. Keberadaan hutang
piutang cukup diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan
pokok, maupun untuk memenuhi kebutuhan lainnya. Namun dalam kenyataannya, untuk
memperoleh pinjaman berupa uang tidaklah mudah, hal ini dikarenakan pihak pemberi
pinjaman atau kreditur tidak bersedia memberi pinjaman tanpa adanya kepastian tentang
pelunasan pinjaman tersebut. Oleh karena itu, biasanya pihak kreditur akan meminta
jaminan kepada pihak peminjam atau kreditur, sehingga adanya kepastian untuk
pelunasan atau pinjaman yang telah diberikan. Salah satu bentuk hak kebendaan untuk
menjamin hutang yang obyeknya benda bergerak ialah gadai, dimana dana yang
dibutuhkan dapat dipenuhi tanpa menjual barang-barang berharga, maka masyarakat
dapat menjaminkan barang-barang ke lembaga tertentu dengan syarat tertentu yaitu syarat
Inbezitstelling dimana barang jaminan harus dibawa keluar dari kekuasaan si pemilik
barang. Barang yang dijaminkan tersebut pada waktu tertentu dapat ditebus kembali
setelah masyarakat melunasi pinjamannya. Kegiatan meminjamkan barang-barang
bergerak untuk memperoleh sejumlah uang dan dapat dilunasi kembali setelah jangka
waktu tertentu tersebut di lembaga jaminan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian rahn (gadai)?
2. Bagaimana hukum rahn (gadai)?
3. Apa rukun dan syarat Rahn (gadai)?

4
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian rahn (gadai)
2. Mengetahui hukum rahn (gadai)
3. Mengetahui rukun dan syarat Rahn (gadai)

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Rahn (Gadai)

Gadai (Rahn) menurut arti bahasa: tetap. Sedangkan menurut istilah syara: ialah
menaruh barang (dijadikan) sebagai uang, untuk penguat perjanjian hutang, dan barang
tersebut akan menutup (hutang) ketika terhalang (tidak dapat) melunasinya. Gadai tidak
sah, kecuali dengan ijab-qabul, dan kedua belah pihak (yang menggadaikan barang dan
yang menerima barang tersebut) disyaratkan supaya melaksanakan secara murni.
Keterangan: syarat melaksanakan gadai secara murni (mutlak), dalam arti masing-masing
mempunyai hak menjalankan aturan dalam gadaimenjalankan aturan dalam gadai, yaitu
telah dewasa dan berakal sehat. Dalam istilah bahasa arab, gadai diistilahkan dengan rahn
dan dapat juga dinamai al-habsu, secara etimologi, arti rahn adalah tetap dan lama,
sedangkan al-habsu berarti penahanan terhadap suatu barang dengan hak sehingga dapat
dijadikan sebagai pembayaran dari pembayaran dari barang tersebut, sedangkan menurut
sabiq, rahn adalah menjadikan barang yang mempunyai nilai harta menurut pandangan
syara sebagai jaminan hutan,hingga orang yang bersangkutan boleh mengambil
hutangatau ia bisa mengambil sebagian (manfaat) barangnya itu. Pengertian ini
didasarkan pada praktek bahwa apabila seseorang ingin berhutang kepada orang lain, ia
menjadikan barang miliknya baik berupa barang tak bergerak atau berupa barang ternak
berdada dibawah penguasaan pemberi pinjaman sampai penerima pinjaman melunasi
hutangnya.

Selain itu beberapa perumusan tentang gadai juga dikemukakan oleh beberapa ahli
hukum sebagai berikut:

a. Frieda Husni Hasbullah


merumuskan bahwa gadai pada dasarnya adalah suatu hak kebendaan atas benda
bergerak milik orang lain dan bertujuan tidak untuk memberi kenikmatan atas benda

6
tersebut melainkan untuk memberi jaminan bagi pelunasan hutang orang yang
memberikan jaminan tersebut.
b. Susilo
merumuskan gadai adalah suatu hak yang diperoleh oleh seorang yang mempunyai
piutang atas suatu barang bergerak. Barang bergerak tersebut diserahkan kepada
orang yang berpiutang oleh seorang yang mempunyai utang atau oleh orang lain atas
nama orang yang mempunyai utang. Seorang yang berutang tersebut memberikan
kekuasaan kepada orang yang berpiutang untuk menggunakan barang bergerak yang
telah diserahkan untuk melunasi utang apabila pihak yang berutang tidak dapat
melunasi kewajibannya pada saat jatuh tempo.
c. Wirjono Prodjodikoro
mengartikan gadai sebagai suatu hak yang didapat oleh seorang berpiutang atas suatu
benda bergerak, yang kepadanya diserahkan oleh si berhutang atau seorang lain atas
namanya, untuk menjamin pembayaran hutang, dan yang memberi hak kepada si
berpiutang untuk dibayar lebih dulu daripada berpiutang lain, diambil dari uang
pendapatan-pendapatan barang itu.
d. Salim HS
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan gadai adalah suatu perjanjian yang dibuat
antara kreditur dengan debitur di mana debitur menyerahkan benda bergerak kepada
kreditur untuk menjamin pelunasan suatu hutang gadai, ketika debitur lalai
melaksanakan prestasinya. Dalam definisi ini, gadai dikonstruksikan sebagai
perjanjian accesoir (tambahan), sedangkan perjanjian pokoknya adalah perjanjian
pinjam meminjam uang dengan jaminan benda bergerak. Apabila debitur lalai dalam
melaksanakan kewajibannya, barang yang telah dijaminkan oleh debitur
kepadakrediturdapat dilakukan pelelangan untuk melunasi hutang debitur.

7
B. Hukum Rahn (gadai)
a. Dalam al-Qur’an dijelaskan
Berbagai ulama fiqh sepakat bahwa hukum akad rahn adalah praktik yang
diperbolehkan. Hal ini sesuai dengan ketentuan yang ada di dalam Al-Quran pada
Surah Al-Baqarah Ayat 283.

۞ ‫َو ِاْن ُكْنُت ْم َع ٰل ى َس َفٍر َّو َلْم َت ِجُدْو ا َك اِتًبا َف ِر ٰه ٌن َّم ْق ُبْو َض ٌة ۗ َف ِاْن َاِمَن َب ْع ُض ُك ْم َب ْع ًضا َفْلُي َؤ ِّد اَّلِذى اْؤ ُتِمَن َاَم اَنَت ٗه َو ْلَي َّت ِق َهّٰللا َر َّبٗه ۗ َو اَل‬
‫َت ْكُتُموا الَّش َه اَد َۗة َو َم ْن َّي ْكُتْم َه ا َف ِاَّنٓٗه ٰا ِثٌم َقْلُبٗه ۗ َو ُهّٰللا ِبَم ا َت ْع َم ُلْو َن َع ِلْي ٌم‬
Berikut adalah terjemahannya:

"Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak
memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang
(oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain,
maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia
bertaqwa kepada Allah Rabbnya dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan
persaksian. Dan siapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang
yang berdosa hatinya dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan". [Al-Baqarah : 283].

b. Al hadist

Sumber hukum kedua berasal dari amalan Rasulullah sallallahu alaihi wasallam
yang menjadi landasan para ulama fiqh bersepakat untuk mengatakan bahwa
akad rahn adalah hal yang diperbolehkan.

Anda bisa mengetahuinya melalui hadits riwayat Al Bukhari no. 2513 dan Muslim no.
1603 sebagaimana dikisahkan Umul Mukminin A'isyah Radhiyallahu 'anha.

"Sesungguhnya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam membeli dari seorang yahudi bahan
makanan dengan cara hutang dan menggadaikan baju besinya" [HR Al Bukhari dan
Muslim]

8
c. Ijma ulama

Kesepakatan para ulama mengenai akad rahn juga didasari pada tabiat manusia yang
tidak bisa hidup sendiri tanpa adanya pertolongan dan bantuan saudaranya, termasuk
dalam hal pinjam-meminjam.

Selain itu, fatwa Dewan Syari'ah Nasional No. 25/DSNMUI/III/2002 pada tanggal 26 Juni
2002 menyatakan bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan hutang
dalam akad rahn diperbolehkan.

Sebagian besar ulama juga sepakat bahwa akad rahn disyariatkan pada saat tidak
bepergian ataupun ketika sedang bepergian.

C. Rukun Dan Syarat Rahn (gadai)

a. Rukun Akad Rahn

Untuk bisa melaksanakan akad rahn, pihak pemberi dan penerima pinjaman harus
memastikan bahwa transaksi mereka memenuhi rukun-rukun berikut ini:

1. Marhun: harus ada barang yang digadaikan atau dijadikan sebagai jaminan.
2. Marhun bihi: rukun akad rahn dilakukan apabila terdapat utang yang belum dilunasi dan
menjadi sebab diberikannya barang jaminan.
3. Shighat: harus dilakukan akad atau ijab qabul.
4. Aqid: orang yang berakad, yaitu rahin (pemberi barang gadai) dan murtahin (penerima
barang gadai).

b. Syarat Akad Rahn

Sebagaimana yang dinyatakan oleh ulama fiqh, rukun akad rahn harus memenuhi beberapa
persyaratan. Adapun syarat-syarat akad rahn adalah:

1. Syarat terkait aqid: menurut jumhur ulama, orang yang berakad harus sudah balig dan
berakal.

9
2. Syarat Marhun Bih (pinjaman): utang harus dikembalikan oleh peminjam kepada
pemberi pinjaman dengan barang jaminan. Selain itu, jumlah utang harus jelas dan
terhitung.
3. Syarat marhun (barang gadai): Jelas dan dapat ditunjukkan.Milik sah si pemberi
agunan.Bisa dijual dan memiliki nilai yang sama besarnya dengan utang.Dapat
dimanfaatkan menurut ketentuan hukum Islam.Tidak terkait dengan pihak lain. Utuh.
Bisa diserahterimakan ke pihak lain secara materi atau manfaatnya. Akad rahn tidak
bisa dikaitkan dengan syarat tertentu atau dikaitkan dengan masa yang akan datang.
Sebab, akad ini sama seperti akad jual beli.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gadai (Rahn) menurut arti bahasa: tetap. Sedangkan menurut istilah syara:
ialah menaruh barang (dijadikan) sebagai uang, untuk penguat perjanjian hutang,
dan barang tersebut akan menutup (hutang) ketika terhalang (tidak dapat)
melunasinya.
Untuk hukum rahn (gadai) terdapat di dalam Al-Quran pada Surah Al-Baqarah
Ayat 283, hadits riwayat Al Bukhari no. 2513 dan Muslim no. 1603, dan Ijma.
Sementara untuk rukun dan syarat rahn(gadai) terbagi menjadi 4, yaitu Marhun,
Marhun bihi, Shighat, dan Aqid.

B. Saran
Pada saat pembuatan makalah, penulis menyadari bahwa banyak sekali
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis harapkan kritik
dan sarannya mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.

11

Anda mungkin juga menyukai