Anda di halaman 1dari 11

Rahn

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Mata Kuliah Fiqih Muamalah
Dosen Pengampu :
Hayaturrahman M.Pd

Oleh:
FAJAR ABDUL BASIT
NIM: 22.13.00.39
ROHMAT ROSYIDIN
NIM: 22.13.00.74

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini yang mencakup:
• Devinisi Akad Rahn
• Syarat rukun akad rahn
• Implementasi Akad Rahn Dalam Praktek Ekonomi Dan Lembaga Keuangan
Syariah
Kami mengharapkan makalah ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam mempelajari
agama Islam terutama pada bidang studi pendidikan agama Islam. Dan kami selaku
penulis menyadari masih banyak kekurangan yang ada pada makalah kami ini.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca khususnya
pada Dosen Bidang Studi ini. Demi kesempurnaan dalam membuat makalah (karya tulis)
pada waktu mendatang. Untuk itu saya selaku penulis mengucapkan terima kasih.

Parung, 9 Juni 2023

Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.........................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................1

C. Tujuan Penulisan....................................................................................1

BAB II. PEMBAHASAN

A. Definisi Akad Rahn................................................................................2

B. Dasar Hukum Rahn................................................................................2

C. Rukun dan Syarat Rahn..........................................................................2

D. Pengambilan Manfaat Barang Gadai.....................................................3

E. Riba dan Gadai.......................................................................................3

F. Berakhirnya Akad Rahn.........................................................................3

G. Implementasi Rahn................................................................................4

BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................6

B. Saran.......................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................7

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Islam agama yang lengkap dan sempurna telah meletakkan kaedah-kaedah
dasar dan aturan dalam semua sisi kehidupan manusia baik dalam ibadah dan
juga mu’amalah (hubungan antar makhluk). Setiap orang mesti butuh
berinteraksi dengan lainnya untuk saling menutupi kebutuhan dan saling
tolong menolong diantara mereka.

Hutang piutang terkadang tidak dapat dihindari, padahal banyak


bermunculan fenomena ketidakpercayaan diantara manusia, khususnya
dizaman kiwari ini. Sehingga orang terdesak untuk meminta jaminan benda
atau barang berharga dalam meminjamkan hartanya.

Dalam hal jual beli sungguh beragam, bermacam-macam cara orang untuk
mencari uang dan salah satunya dengan cara Rahn (gadai). Para ulama
berpendapat bahwa gadai boleh dilakukan dan tidak termasuk riba jika
memenuhi syarat dan rukunnya.Akan tetapi banyak sekali orang yang
melalaikan masalah tersebut senghingga tidak sedikit dari mereka yang
melakukan gadai asal-asalan tampa mengetahui dasar hukum gadai tersebut.
Oleh karena itu kami akan mencoba sedikit menjelaskan apa itu gadai dan
hukumnya.

B. Rumusan Masalah
Dari permasalahan diatas, maka makalah ini akan membahas mengenai Rahn.

C. Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan agar penulis maupun pembaca bisa lebih mengerti dan
memahami tentang Rahn.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Akad Rahn

Menurut bahasa,al-rahn berarti tetap dan lestari,seperti juga dinamakan al-


hasabu,artinya penahanan. Begitupun dikatakan “ni`matun rohinah”artinya:
karunia yang tetap dan lestari. Ar-rahnu juga berati al-tsubut dan al-habs, yaitu
penetapan dan penahan.
Gadai atau dalam bahasa arab rahn menurut arti bahasa berasal dari kata
rahana-rahnan yang sinonimnya:
a. tsabata yang artinya tetap
b. dama yang artinya kekal atau langgeng
c. habasa yang artinya menahan
Sedangkan dalam dalam dunia perbankan syari`ah biasa disebut dengan
agunan dan jaminan. Agunan adalah jamianan tambahan, baik berupa benda
bergerak menerima maupun tidak bergerak yang diserahkan oleh pemilik agunan
kepada bank syari`ah/UUS, gunah menjamin pelunasan kewajiban nasabah
penerima fasilitas, dari ketentuan pasal 1 angka 26 tersebut terdapat dua istilah,
yaitu”agunan dan jaminan.

B. Dasar hukum Rahn

Gadai/rahn ialah perjanjian(akad) pinjam meminjam barang dengan


menyerahkan barang sebagai tanggungan hutang.perjanjian gadai itu di benarkan
oleh islam,berdasarkan Q.S al baqarah ayat : 283

َ ‫َان َم ْقب‬
)۲۸۳ : ‫ (البقرة‬.… ٌ‫ُوضة‬ ٌ ‫َوِإ ْن ُك ْنتُ ْم َعلَى َسفَ ٍر َولَ ْم ت َِج ُدوا َكاتِبًا فَ ِره‬
“Apabila kamu dalam perjalanan dan bermuamalah tidak secar tunai, sedang
kamu tidak memperoleh seorang penulis hendaklah ada barang yang di pegang”
(Q.S. 2: 283)
Dari Assunah :
‫ طعاما ورهنه درعا من حديد‬u‫ أشتر ى من يهودي‬.‫م‬.‫ ان رسول هللا ص‬.‫ع‬.‫عن عائسة ر‬

2
. (u‫والمسلم‬ ‫)روه البخارى‬
“Dari Siti Ai’sah r.a. bahwa rasulullah saw bersabda: pernah membeli makanan
dengan baju besi”. (H.R. Bukhari dan Muslim)
Dari ayat dan hadits di atas,jelaslah bahwa gadai hukumnya boleh,baik
baik bagi orang yang perjalanan atau tinggal di rumah.
Hukum hukum gadai dan dampaknya
Ada dua hal yang menjadi pembahasan hokum gadai(rahn):
1. Hukum gadai yang shahih
2. Hukum gadai yang ghair shahih
Gadai(rahn) yang shahih adalah akad gadai yang syarat syaratnya
terpenuhi,sedangkan gadai(rahn) ghair shahih adalah akad yang syarat syaratnya
tidak terpenuhi.
Dampak gadai(rahn) apabila akad gadai telah sempurna dengan di
serahkannya barang yang di gadaikan kepada murtahin,maka timbullah hukum
hukum sebagai berkut :
A. Adanya Hubungan Antara Utang dengan Borg
B. Hak untuk menahan borg
C. Menjaga borg
D. Pembiayaan atas borg.
C. Rukun dan syarat rahn
a. Rukun rahn
Para ulam fikih berbeda pendapat dalam menetapkan hokum rukun rahn,
namun bila di gabungkan menurut jumhur ulama,rahn ada lima :
1) Rahin(orang yang menggadaikan)
2) Murtahin(orang yang menerima gadai)
3) Marhun/rahn(objek/barang gadia)
4) Marhun bih(hutang)
5) Sighat(ijab kabul)
b. Syarat-syarat rahn
Para ulam fikih mengemukakan syarat-syarat ar rahn sesuai dengan rukun
ar-rahn itu sendiri yaitu :

1. Para pihak dalam pembiayaan rahn(rahin dan murtahin)para pihak yang


3
melakukan akad rahn harus cakap bertindak menurut hukum(ahliyyah).
2. Adanya kesepakatan(sighat)atau ijab Kabul
3. Marhun bih(utang),utang(marhun bih)wajib dibayar kembali oleh
debitur(rahin)kepada kreditur(murtahin).utang boleh di lunasi dengan
agunan,dan hutang harus jelas serta tertentu(dapat di kuantifikasikan atau di
hitung jumlahnya).
4. Marhun(barang).

D. Pengambilan manfaatan barang gadai

Dalam pemanfaatan barang gadai para ulama berbeda pendapat,


diantaranya Ulama Hanafiyah membolehkannya, sebab membolehkannya adalah
apabila orang yang berhutang tidak mampu melunasi hutangnya,barulah ia boleh
menjual barang itu untuk melunasi piutngnya,dan apabila ada kelebihan dalam
penjualan maka wajib di kembalikan pada pemilik.
Sedangkan ulama Hambali,Maliki,dan Syafi`i tidak membolehkanny
sebab,apabila barang jaminan itu di manfaatkan pemegang agunan,maka hal
tersebut masuk dalam kategori riba` yang dilarang oleh syara.
E. Riba` dan gadai

Perjanjian gadai pada dasarnya adalah perjanjian utang piutang,hanya saja


dalam gadai ada jaminannya,riba` akan terjadi dalam memberikan tambahan gadai
yang ditentukan,misalnya,rahin harus memberikan tambahan kepada murtahin ketika
membayar hutangnya atau ketika akad gadai di tentukan syarat-syarat,kemudian
syarat tersebut di laksanakan.bila rahin tidak mampu membayar hutangnya hingga
waktu yang telah di tentukan,kemudian rahin menjual marhun dengan tidak
mengembalikan kelebihan harga marhun pada rahin,maka disini telah berlaku
terjadinya riba.

F. Berakhirnya akad rahn

Berakhirnya akad rahn(gadai),adalah karena hal hal berikut :


a) Barang telah diserahkan kembali pada pemiliknya
b) Rahin(penggadai)membayar hutangnya
c) Dijual secara paksa
4
Maksudnya, yaitu apabila hutang telah jatuh tempo danrahin tidak mampu
melunasi maka atas permintaan hakim,rahin bisa menjual borg(barang
gadaian).apabila rahin tidak mau menjual hartanya maka hakim yang menjualnya
untuk melunasi utangnya(rahin).dengan telah di lunasinya hutang tersebut, maka
akad gadai telah berakhir. Pembatalan hutang dengan cara apapun sekalipun
dengan pemindahan oleh murtahin.
d) Pembatalan oleh murtahin,meskipun tidak ada persetujuan dari pihak rahin.
e) Rusaknya barang gadaian oleh tindakan/penggunaan murtahin.
f) Memanfatkan barang gadai dengan penyewaan,hibah,atau sedekah,baik dari
pihak rahin atau murtahin
g) Meningglnya rahin (menurut Malikiyah) atau murtahin (menurut Hanafiyah).
sedangkan syafi`iyah dan Hambali,menganggap kematian para pihak tidak
mengakhiri akad rahn.

G. Implementasi Rahn
Implementasi operasional pegadaian syariah hampir bermiripan dengan
pegadaian konvensional. Seperti halnya pegadaian konvensional, pegadaian
syariah juga menyalurkan uang pinjaman dengan jaminan barang
bergerak. Prosedur untuk memperoleh kredit gadai syariah sangat sederhana,
masyarakat hanya menunjukkan bukti identitas diri dan barang bergerak sebagai
jaminan, uang pinjaman dapat diperoleh dalam waktu yang tidak relatif lama
(kurang lebih 15 menit saja). 

Begitupun untuk melunasi pinjaman, nasabah cukup dengan menyerahkan


sejumlah uang dan surat bukti rahn saja dengan waktu proses yang juga singkat.
Namun disamping beberapa kemiripan dari beberapa segi, jika ditinjau dari aspek
landasan konsep, teknik transaksi, dan pendanaan, pegadaian syariah memiliki ciri
tersendiri yang implementasinya sangat berbeda dengan pegadaian konvensionsal.
Sesuai dengan landasan konsep rahn, pada dasarnya pegadaian syariah
berjalan di atas dua akad transaksi syariah yaitu:
 Akad Rahn. Rahn yang dimaksud adalah menahan harta milik si peminjam
sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya, pihak yang menahan
memperoleh jaminan untuk mengambil kembali seluruh atau sebagian
piutangnya. Dengan akad ini pegadaian menahan barang bergerak sebagai
5
jaminan atas utang nasabah.
 Akad Ijarah, yaitu akad pemindahan hak guna atas barang dan atau jasa
melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan atas barangnya sendiri. Melalui akad ini dimungkinkan bagi
pegadaian untuk menarik sewa atas penyimpanan barang bergerak milik
nasabah yang telah melakuakan akad (Nugrahaa, 2004).

Adapun teknis pelayanan dalam pegadaian syariah adalah sebagai berikut:


1. Nasabah menjaminkan barang kepada pegadaian syariah untuk mendapatkan
pembiayaan. Kemudian pegadaian menaksir barang jaminan untuk dijadikan
dasar dalam memberikan pembiayaan.
2. Pegadaian syariah dan nasabah menyepakati akad gadai. Akad ini meliputi
jumlah pinjaman, pembebanan biaya Jasa Simpan dan biaya Administrasi, dan
jatuh tempo pengembalin pinjaman, yaitu 120 hari (4 bulan).
3. Pegadaian syariah menerima biaya Administrasi dan biaya Jasa Simpan oleh
nasabah.
4. Nasabah menebus barang yang digadaikan setelah jatuh tempo. Apabila pada
saat jatuh tempo nasabah belum dapat mengembalika uang pinjaman, dapat
diperpanjang 1(satu) kali masa jatuh tempo, demikian seterusnya.

6
BAB III
PENUTUP

Dari pembahasan di atas dapat kita ambil sebuah kesimpulan yaitu:


1. Menurut bahasa,al-rahn berarti tetap dan lestari.
2. Dasar hokum rahn adalah Q.S al baqarah ayat : 283 dan Assunnah
3. Hokum gadai ada 2 yaitu :Gadai(rahn) yang shahih adalah akad gadai yang syarat
syaratnya terpenuhi,sedangkan gadai(rahn) ghair shahih adalah akad yang syarat
syaratnya tidak terpenuhi.
4. Rukun dan syarat rahn,dalam hal ini beberapa ulama berbeda pendapat dalam
menentukan rukun dan syarat rahn menurut jumhur ulama ada 5
5. Dalam pemanfaatan barang gadai para ulam berbeda pendapat,diantaranya : ulama
hanafiyah yang membolehkan dan ualama hambali,maliki,dan syafi`tidak membolehkan
6. bila rahin tidak mampu membayar hutangnya hingga waktu yang telah di
tentukan,kemudian rahin menjual marhun dengan tidak mengembalikan kelebihan harga
marhun pada rahin,maka disini telah berlaku terjadinya riba
7. Berakhirnya akad rahn(gadai),adalah karena hal hal berikut :
a) Barang telah diserahkan pada pemiliknya
b) Rahin(penggadai)membayar hutangnya
c) Dijual paksa
d) Pembebasan hutang dengan cara apapun,sekalipun pemindahan oleh murtahin
e) Pembatalan oleh murtahin meskipun tidak ada persetujuan dari pihak rahin
f) Rusaknya barang gadaian oleh tindakan/penggunaan murtahin
g) Memanfaatkan barang gadai dengan penyewaan,hibah,atau sedekah,baik dari pihak
rahin atau murtahin
h) Meningglnya rahin(menurut Mlikiyah) dan/atau murtahin(menurut
Hanafiyah).sedangkan syafi`iyah dan Hambali,menganggap kematian para pihak tidak
mengakhiri akad rahn.

7
DAFTAR PUSTAKA

https://textayang.blogspot.com/2017/09/makalah-tentang-rahn.html
https://www.kompasiana.com/adikurniasandy8065/5afc3bcbdd0fa85d541479c4/
implementasi-rahn-dalam-penggadaian-syariah

Anda mungkin juga menyukai