Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

AL-RAHN (Gadai)

OLEH:

M.Mirza Risaldi 11000119056


Asrul 1100118001
Ahmad Amrullah J 11000119051

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM ALAUDDIN MAKASSAR
2021
Kata Pengantar
Pertama Tama mari kita panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT.
Yang telah memberikan kita nikmat baik itu nikmat umur maupun nikmat
kesehatan dan paling utama nikmat iman sehingga pada saat ini kita masih dapat
diberikan kesempatan sehingga kita dapat menyusun dan menyelesaikan sebuah
makalah ini yang berjudul Ar-Rahn (Gadai).
Jadi makalah ini kami susun dengan sebaik baik mungkin dan mengambil
berbagai refrensi yang ada di buku agar bisa mempercepat dalam pembuatan
makalah ini sekaligus dapat meyakinkan sipembaca dalam membaca makalah ini.
Akan tetapi setelah makalah ini selesai pastinya didalam makalah tersebut
terdapat berbagai kekurangan seperti dalam hal penyusunan kalimat maupun tata
bahasanya, jadi kami dengan senang hati memberikan kesempatan buat sipembaca
agar memberikan saran dan kritik dalam makalah ini yang berjudul Ar-Rahn
(Gadai). Agar kami yang menulis makalah ini dapat memperbaiki segala
kekurangan yang ada dalam makalah kami.
Semoga dalam penulisan makalah yang berjudul Ar-Rahn (Gadai). Dapat
memberikan manfaat bagi sipembaca dan mengamalkan dengan sebaik baik
mungkin.

Gowa, 7 Mei 2021

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………............
KATA PENGAN ……………………………………………………................
DAFTAR ISI ………………………………………………………………
BAB I PENDAHLUAN ………………………………………………………………
A. Latar Belakang ………………………………………………………………
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………
C. Tujuan ..........……………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………


A. Hadits Atau Dalil tentang Al Rhan ( ghadai ) Dan kedudkanya………..……………..............
B. Biografi perawi Hadits …………………………………………………………………….
C. Pengartian Al Rahn (Gadai) …………………………………………………………………...
D. Jenis-jenis rahn ………………………………………………………………
E. Rukun dan Syarat Ar-Rahn (Gadai)……………………………………………………

BAB III PENUTUP ………………………………………………………………


A.    Kesimpulan   ………………………………………………………………
B.    Saran ………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA  ……………………………………………………………....


BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Dalam usaha mengembangkan harta benda, Islam melarang cara-cara yang


mengandung unsur-unsur penindasan, pemerasan, atau penganiayaan terhadap
orang lain. Begitu juga halnya dengan memberikan pinjaman uang kepada orang
lain yang amat membutuhkan. Tetapi dengan dibebani kewajiban tambahan
dengan membayarkannya kembali sebagai imbangan jangka waktu yang telah
diberikan memberatkan pihak peminjam. Tugas pokok dari pegadaian itu sendiri
adalah memberikan pinjaman kepada masyarakat atas dasar hukum gadai agar
masyarakat tidak dirugikan oleh kegiatan lembaga keuangan informal yang
cenderung memanfaatkan kebutuhan dana mendesak dari masyarakat.

B.Rumusan Masalah
1. Hadits tentang Ar rhan ( ghadai )
2. Biografi Perawi hadits Ar rhan (ghadai )
3. Pengertian Ar rhan (ghadai) secara
4. Jenis Jenis Rhan (gadai)
5. Rukun dan syarat Ar rhan (ghadai)
6. akibat hukum Gadai
7. Prinsip pokok dasar Ar rham
C.Tujuan Makalah
1. Mengetahui Hadits tentang Ar rhan ( ghadai )
2. Mengetahui Biografi Perawi hadits Ar rhan (ghadai )
3. Mengetahui Pengertian Ar rhan (ghadai) secara
4. Mengetahui Jenis Jenis Gadai (ar rhan)
5. Mengetahui Rukun dan syarat Ar rhan (ghadai)
6. Mengetahui akbit dari hukum gadai
7. Mengtahui Prinsip pokok dasar Ar rham

BAB II
PEMBAHASAN
A. Hadits Atau Dalil tentang Al Rhan ( ghadai ) Dan kedudkanya

ٍّ ‫ اِ ْشت ََرى َرسُو ُل هَّللا ِ صلى هللا عليه وسلم طَعا ًما ِمن يَهو ِد‬:‫عَن عَائِ َشةَ قَالَت‬
ُ‫ َو َرهَنَه ِدرْ عًا لَه‬،‫ى بِنَ ِسيئَ ٍة‬
‫ِمن َح ِديد‬
Artinya : Dari Aisyah ra. berkata : Rasulullah saw membeli makanan dari bahan
makanan dari seorang yahudi dengan pembayaran dihutang dan beliau juga
menggadaikan perisai kepadanya. HR. Bukhari

Hadits di atas secara jelas menggambarkan fakta sejarah bahwa pada zaman
Rasulullah SAW gadai telah dipraktekkan secara luas. yang dimana dalam
haditsmenegaskan Rasulullah SAW pernah melakukan hutang piutang dengan
orang Yahudi untuk sebuah makanan. Kemudian beliau menggadaikan
(menjaminkan) baju besinya sebagai penguat kepercayaan transaksi tersebut

Kedudukan Hadits ini Mittafaqun illaih dimana Hadits ini juga di temukan di
sahih bukhari no 2513 dan di sahih muslilm no 1603 Yang dimana di riwayatkan
oleh saiyyidana aisya radiallahu anhu

B. Biografi perawi Hadits


Aisyah adalah putri dari Abu Bakar (khalifah pertama), hasil dari pernikahan
dengan isteri keduanya yaitu Ummi Ruman yang telah melahirkan Abd al
Rahman dan Aisyah.yah Aisyah, Abu Bakar merasa Aisyah sudah cukup umur
untuk menikah, karena hal itu, Aisyah akan dinikahkan dengan Jubayr bin Mut'im,
tetapi pernikahan tersebut tidak terjadi disebabkan Ayah Jubair, Mut‘im bin ‘Adi
menolak aisyah dikarenakan Abu Bakar telah masuk Islam pada saat itu. Istri
Mut'im bin Adi mengatakan tidak mau keluarganya mempunyai hubungan dengan
para muslim, yang dapat menyebabkan Jubair menjadi seorang Muslim Menurut
Tabari (juga menurut Hisham ibn `Urwah, Ibn Hunbal and Ibn Sad), Aisyah
dipinang 2-3 tahun sebelum berumah tangga dengan Rasulullah di mana Aisyah
menjadi istri ketiga Muhammad setelah Khadijah dan Saudah binti Zam'ah.
Terdapat berbagai pendapat mengenai pada umur berapa sebenarnya Rasulullah
menikahi Aisyah. Sebagian besar referensi (termasuk sahih Bukhari dan sahih
Muslim) menyatakan bahwa upacara perkawinan tersebut terjadi di usia enam
tahun, dan Aisyah diantarkan memasuki rumah tangga Muhammad sejak umur
sembilan tahun.
Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan Ghulam Nabi Muslim Sahib,
dengan berdasarkan referensi dari Kitab Ahmal fi Asma’ al-Rijjal karangan al-
Khatib al-Tibrizi di mana dalam kitab tersebut disebutkan Setidaknya Aisyah
berumur 19 tahun saat menikah dengan Rasulullah
Aisyah wafat di rumahnya di Madinah pada tanggal 17 Ramadhan 58 H (16 Juli
678 M).[butuh rujukan] Beberapa periwayat seperti Sibt ibn al-Jawzi, Hakim
Sanai, dan Khwaja Mahbub Qasim Khishti Muhsarafi Qadiri menyatakan bahwa
ia dibunuh Muawiyah.[butuh rujukan] Sahabat nabi, Abu Hurairah memimpin
penguburannya setelah salat tahajud dan ia dikuburkan di Jannat al-Baqi.

C. Pengartian Al Rahn (Gadai)


Secara Bahasa Gadai Berasal Dari kata Bahasa arab ‫ ره{ان‬- ‫ ره{ون‬- ‫ رهن‬Yang
Berarti Gadai, ketetapan dan kekekalan,
Sedangkan menurut istilahi Ar-rahn adalah menahan salah satu harta milik si
peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya, dan barang tersebut
memiliki nilai ekonomis.
Berdasarkan hukum Islam, pegadaian merupakan suatutanggungan atas utang
yang dilakukan apabila pengutang gagalmenunaikan kewajibannya dan semua
barang yang pantas sebagaibarang dagangan dapat dijadikan jaminan. Barang
jaminan itu baru boleh
dijual/dihargai apabila dalam waktu yang disetujui kedua belah pihak, utang tidak
dapat dilunasi oleh pihak yang berutang. Oleh sebab itu, hak pemberi piutang
hanya terkait dengan barang jaminan, apabila orang yang berutang tidak mampu
melunasi utangnya
Dalam kitab Fiqh Sunnah Sayyid Sabiq para ulama mendefenisikan
penggadaian ialah: Penetapan sebuah barang yang memiliki nilai finansial dalam
pandangan syari‟at sebagai jaminan bagi utang-utang, dimana utang tersebut atau
sebagian darinya dapat dibayar dengannya. Apabila seseorang berutang kepada
orang lain dan sebagai kompensasinya dia
menyerahkan kepada orang itu sebuah rumah atau seekor binatang yang terikat,
misalnya sampai dia melunasi utangnya maka ini penggadaian secara syar‟i;

para Ulama mengenai pengertian dari gadai (rahn):

a. Ulama Syafi’iyah
Menjadikan suatu barang yang biasa dijual sebagai jaminan utang dipenuhi dari
harganya, bila yang utang tidak sanggup membayar utangnya

b. Ulama Hanabilah
Suatu benda yang dijadikan keprcayaan suatu utang,untuk dipenuhi dari harganya,
bila yang berutang tidak sanggup membayar utangnya

c.Ulama Malikiyah
Suatu benda yang bernilai harta yang diambil dari pemiliknyauntuk dijadikan
pengikat atas utang yang tetap (mengikat)

Adapun menurut Pasal 1150 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata:


Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang kreditur atas suatu barang
bergerak yang diserahkan kepadanya oleh debitur atau orang lain atas namanya
untuk menjamin suatu hutang, dan yang memberikan kewenangan kepada kreditur
untuk mendapatkan pelunasan dari barang tersebut lebih dahulu daripada kreditur-
kreditur lainnya terkecuali biaya-biaya untukmelelang barang tersebut dan biaya
yang telah dikeluarkan untuk memelihara
benda itu, biaya-biaya mana harus didahulukan.
Dari beberapa pengertian rahn tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa rahn
merupakan suatu aqad utang piutang dengan menjadikanbarang yang mempunyai
nilai harta menurut pandangan syara‟ sebagai jaminan, hingga orang yang
bersangkutan boleh mengambil utang

D. Jenis - Jenis Ar-Rhan (Gadai)


Gadai Dalam ilmu Fiqhi di Kenal Dalam 2 istilah
● Rahn Ju’li: ialah aqad gadai yang menjadikan barang rahn sebagai
jaminan atas utang . Ghadai jenis ini merupakan Ghadai Yang Kebanyakan
Masyarakat kita melakukan nya
● Rahn Syar’i: ialah rahn yang berkaitan dengan harta warisan, seperti
orang meninggal yang meninggalkan utang yang belum dibayar, maka
harta warisan orang tersebut secara hukum menjadi jaminan untuk
melunasi utang-utangnya, sehingga ahli waris tidak diperbolehkan
mempergunakan untuk kepentingan lain termasuk untuk membaginya

Dalam Pelaksanaan Gadai Ar rhan Mempuanyai beberapa jenis aqad


1. Rahn ‘Iqar/Rasmi (Rahn Takmini/Rahn Tasjily):
Merupakan bentuk gadai, dimana barang yang digadaikan hanya
dipindahkan kepemilikannya, namun barangnya sendiri masih tetap dikuasai dan
dipergunakan oleh pemberi gadai;
Contoh:
Si A memiliki hutang kepada si B sebesar Rp.10.000.000,- (Sepuluh juta rupiah),
sebagai jaminan atas pelunasan hutang tersebut, si A tersebut menyerahkan BPKB
Mobilnya kepada si B secara Rahn „Iqar. Walaupun surat-surat kepemilikan atas
Mobil tersebut diserahkan kepada si B, namun mobil tersebut tetap berada di
tangan si A dan dipergunakan olehnya untuk keperluannya sehari-hari. Jadi, yang
berpindah hanyalah kepemilikan atas mobil di maksud;Konsep ini dalam hukum
positif lebih mirip kepada konsep pemberian jaminan secara fidusia atau
penyerahan hak milik secara kepercayaan atas suatu benda, dalam konsep fidusia
ini, dimana yang diserahkan hanyalah kepemilikan atasbenda tersebut, sedangkan
fisiknya masih tetap dikuasai oleh pemberi fidusia dan masih dapat dipergunakan
untuk keperluan sehari-hari;
2. Rahn Hiyazi
Bentuk Rahn Hiyazi inilah yang sangat mirip dengan konsep gadai baik dalam
hukum adat maupun dalam hukum positif, jadi berbeda dengan Rahn „Iqar yang
hanya menyerahkan hak kepemilikan atas barang, maka pada Rahn Hiyazi
tersebut, barangnya pun dikuasai oleh Kreditur;Jika dilihat dalam contoh pada
point 1 di atas, jika aqad yang digunakan
adalah Rahn Hiyazi, maka Mobil milik si A tersebut diserahkan kepada
si B sebagai jaminan pelunasan hutangnya. Dalam hal hutang si A
kepada si B sudah lunas, maka si A bisa mengambil kembali mobil
tersebut;

E. Rukun Dan syarat Ar rhan (gadai)


a. Rukun
1. Adanya ‘aqid (orangyang berakad).
2. Sighat
3. Adanya marhun (barang gadaian)
4. Adanya marhun bih (hutang)
b. Syarat Rhan
1. ‘aqid (rahin dan murtahin)
Pihak-pihak yang melakukan perjanjian rahn, yaknira>hin
dan
murtahin harus mempunyai kemampuan yaitu berakal sehat
dan baligh.
2. syarat shighat
Sighat tidak boleh terikat dengan syarat tertentu dan juga
dengan
waktu dimasa mendatang. Rahn mempunyai sisi pelepasan
barang
dan pemberian hutang seperti halnya akad jual beli.
3. Syarat marhun
Menurut ulama Syafi’iyah, gadai bisa sah dengan
dipenuhinya tiga syarat. Pertama, haruslah berupa barang.
Kedua, penetapan kepemilikan penggadai atas barang yang
digadaikan tidak terhalang. Ketiga, barang yang digadaikan
bisa dijual manakala sudah tiba masa pelunasan hutang
gadai.
4. Marhun bih
Harus merupakan hak wajib diberikan dan diserahkan
kepada pemiliknya. Memungkinkan pemanfaatannya. Bila
sesuatu yang menjadi hutang tidakbisa dimanfaatkan, maka
tidak sah. Harus dikuantifikasikan atau dapat dihitung
jumlahnya
C.Syarat dan ketentuan marhun bih (Barang yang di Gadaikan)
1. Harus bisa diperjualbelikan.
2. Harus berupa harta yang bernilai.
3. Barang gadaian harus mal mutaqawwim, barang yang boleh
diambil manfaatnya menurut syara’ sehingga memungkinkan
untuk dapat digunakan untuk melunasi hutangnya.
4. Barang yang digadaikan harus diketahui atau jelas keadaan
fisiknya, seperti halnya dalam jual-beli.
5. Harus dimiliki oleh rahin, setidaknya harus atas izin pemiliknya.

6. akibat Hukum Ghadai


Apabila akad gadai telah sempurna dengan diserahkannya barang
yang digadaikan (marhun) kepada murtahin, maka timbullah hukum-
hukum sebagai berikut

a. Adanya hubungan antara utang dengan jaminan Utang tersebut hanya sebatas
utang yang diberikan jaminan,bukan utang-utang yang lain.

b. Hak untuk menahan jaminan


Adanya hubungan antara utang dan jaminan memberikan hak kepada murtahin
untuk menahan jaminan di tangannya atau di tangan orang lain yang disepakati
bersama yang disebut dengan ‘adl dengan tujuan untuk mengamankan utang.
Apabila utang telah jatuh tempo maka jaminan bisa dijual untuk membayar
utangnya.

c. Menjaga barang jaminan (marhun)


Dengan adanya hak menahan jaminan, maka murtahin wajib menjaga jaminan
tersebut seperti ia menjaga hartanya sendiri, karena jaminan tersebut merupakan
titipan dan amanah.

d. Pembiayaan atas barang jaminan (marhun)


Para Ulama sepakat bahwa pembiayaan atas jaminan dibebankan kepada
ra>hin. Akan tetapi, mereka berbeda pendapat tentang jenis pembiayaan yang
wajib dikeluarkan oleh rahin.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada konsep dasarnya Gadai merupakan salah satu sistem muamalah yang di
lakukan berbagai kalangan mesyarakat untuk memenuhu perekonomian agar tetap
stabil. pengadain dalam konsep islam ialah taawun di mana tolong menolong ini
akan memperkuat ukhuwah antara sesama dan akan di balas pula pada Allah
subehana wataala selam pada saat transaksi tersebut tidak terjadi kecurangan di
dalamnya

B. Saran
Dalam Penulis tentunya akan menyadari bahwa dalam makalah ini terdapat
banyak kekurangan didalamnya maka dari itu penulis tidak akan melihat lihati
makalahnya tersebut jika terdapat kekurang dan penulis akan menutupi segala
kekurangan tersebut dan menambahkan lagi refrensi yang ada.

Daftar pustaka
M. Hasbi, 2001, Pengantar Hukum Islam, Semarang: Pustaka Rizki Putra,

Muhammad Sholikul Hadi, 2003, Pegadaian Syariah, Edisi Pertama, Jakarta:


Salemba
Diniyah,

MUI, 2006, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, Cet.3, Jakarta: Gaung
Persada
Press

Abdul Ghofur Anshori, 2005, Gadai Syariah di Indonesia: Konsep, Implementasi,


dan
Institusionalisasi, Cet. Pertama, Yogyakarta: Gadjah Mada University

Gadai syari’ah (rahn) dalam perspektif ekonomi islam dan fiqh muamalah
oleh mardanis

Anda mungkin juga menyukai