DI SUSUN OLEH
NIM : 22.035.009
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmatnyalah,
sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan. Penyusunan karya tulis ini dilakukan
sebagai salah satu syarat untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Fiqih muamalah.
ii
DAFTAR ISI
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN .............................................................................................................1
C. Tujuan ....................................................................................................................2
BAB II ...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN ................................................................................................................3
B. Qiradh ....................................................................................................................6
1. Pengertian Qiradh...................................................................................................6
2. Hukum Qiradh........................................................................................................6
3. Qiradh Sebagai Salah Satu Bentuk Peduli Terhadap Orang Miskin .......................7
PENUTUP ....................................................................................................................... 11
A. KESIMPULAN .................................................................................................... 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini
ialah:
1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa sebenarnya yang disebut dengan Ariyah, Qiradh,
2. Mengetahui landasan hukum serta rukun dan syaratnya Ariyah, Qiradh,
3. Mengetahui macam-macam ariyah dan qiradh
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pinjaman (Ariyah)
3
seseorang kepada orang lain secara cuma-cuma (gratis). Bila digantikan dengan
sesuatu atau ada imbalannya, hal itu tidak dapat disebut ‘ariyah.
4
berakal, orang tersebut tidak dimahjur, atau orang yang berada dibawah
perlindungan, seperti pemboros.
3. Benda yang diutangkan, pada rukun ketiga ini disyaratkan dua hal, yaitu:
Materi yang dipinjamkan dapat dimanfaatkan, maka tidak sah ariyah yang
materinya tidak dapat digunakan, seperti meminjam karung yang sudah hancur
sehingga tidak dapat digunakan untuk menyimpan padi. Pemanfaatan itu
dibolehkan, maka batal ariyah yang pengambilan manfaat materinya dibatalkan
oleh syara, seperti meminjam benda-benda najis.
4. Maca'm-Macam Ariyah
Ditinjau dari kewenangannya, akad pinjaman meminjam (‘ariyah) pada
umumnya dapat dibedakan menjadi dua macam :
1.‘Ariyah Muqayyadah
Yaitu bentuk pinjam meminjam barang yang bersifat terikat dengan batasan
tertentu. Misalnya peminjaman barang yang dibatasi pada tempat dan jangka waktu
tertentu. Dengan demikian, jika pemilik barang mensyaratkan pembatasan tersebut,
berarti tidak ada pilihan lain bagi pihak peminjam kecuali mentaatinya. ‘ariyah ini
biasanya berlaku pada objek yang berharta, sehingga untuk mengadakan
pinjam-meminjam memerlukan adanya syarat tertentu. Pembatasan bisa tidak
berlaku apabila menyebabkan musta’ir tidak dapat mengambil manfaat karena
adanya syarat keterbatasan tersebut. Dengan demikian dibolehkan untuk melanggar
batasan tersebut apabila terdapat kesulitan untuk memanfaatkannya. Jika ada
perbedaan pendapat antara mu’ir dan musta’ir tentang lamanya waktu meminjam,
berat/nilai barang, tempat dan jenis barang maka pendapat yang harus
dimenangkan adalah pendapat mu’ir karena dialah pemberi izin untuk mengambil
manfaat barang pinjaman tersebut sesuai dengan keinginannya.
2. ‘Ariyah Mutlaqah
5
Yaitu bentuk pinjam meminjam barang yang bersifat tidak dibatasi. Melalui
akad ‘ariyah ini, peminjam diberi kebebasan untuk memanfaatkan barang pinjaman,
meskipun tanpa ada pembatasan tertentu dari pemiliknya. Biasanya ketika ada
pihak yang membutuhkan pinjaman, pemilik barang sama sekali tidak memberikan
syarat tertentu terkait obyek yang akan dipinjamkan. Contohnya seorang
meminjamkan kendaraan, namun dalam akad tidak disebutkan hal-hal yang
berkaitan dengan penggunaan kendaraan tersebut, misalnya waktu dan tempat
mengendarainya. Namun demikian harus disesuaikan dengan kebiasaan yang
berlaku di masyarakat. Tidak boleh menggunakan kendaraan tersebut siang malam
tanpa henti. Jika penggunaannya tidak sesuai dengan kebiasaan dan barang
pinjaman rusak maka mu’ir harus bertanggung jawab
B. Qiradh
1. Pengertian Qiradh
Qiradh ialah kerja sama dalam bentuk pinjaman modal tanpa bunga dengan
perjanjian bagi hasil. Biasanya Qiradh dilakukan pemilik modal (bai\k perorangan
maupun lembaga) dengan orang lain yang memiliki kemampuan dan kemauan
untuk menjalankan suatu usaha. Besar atau kecilnya bagian tergantung pada ke
mufakatan kedua belah pihak, yang penting tidak ada pihak-pihak yang dirugikan.
Apabila Qiradh menyangkut uang yang cukup besar, sebaiknya diadakan perjanjian
tertulis dan dikuatkan dua orang saksi yang disetujui dua belah pihak.
2. Hukum Qiradh
Hokum Qiradh adalah mubah atau jaiz, Rasulullah Saw, sendiri pernah
mengadakan Qiradh kepada siti khodijah (sebelum menjadi istri beliau) sewaktu
berniaga ke Syam. Dalam kenyataan hidup, ada beberapa orang yang memiliki
modal, tetapi tidak mampu atau tidak sempat mengembangkannya. Sementara itu,
ada yang memiliki kesempatan dan kemampuan berusaha, tetapi tidak memiliki
6
modal. Islam memberi kesempatan kepada keduanya untuk mengadakan kerjasama
dalam bentuk Qiradh.
Tidaklah seorang muslim memberi pinjaman kepada muslim (yang lain) dengan
dua kali pinjaman, kecuali perbuatan seperti sedekah satu kali. (H.R. Ibnu Majah:
2421)
Maksud hadis di atas ialah apabila seseorang memberikan pinjaman kepada orang
lain sebanyak dua kali, pahalanya seperti sedekah sekali kepada orang tersebut.
7
4. Rukun dan Syarat Qiradh
Qiradh bisa berlangsung apabila terpenuhi rukun dan syarat sebagai berikut
Rukun Syarat
a. Pemilik dan penerima modal Dewasa, sehat akal dan sama-sama rela
8
d. Jika terjadi kehilangan atau kerusakan di luar kesengajaan penerima
modal, hendaknya ditanggung oleh pemilik modal.
e. Jika terjadi kerugian, hendaknya ditutup dengan keuntungan yang lalu.
Jika tidak ada, hendaknya kerugian tersebut ditanggung oleh pemilik modal.
6. Macam-Macam Qiradh
Qiradh dapat dilakukan oleh perorangan, dapat pula dilakukan oleh organisasi
atau lembaga lain dengan nasabahnya. Dalam kehidupan modern, qiradh dapat
berupa kredit candak kulak, KPR, dan KMKP.
b. KPR
KPR (kredit pemilikan rumah) bertujuan membantu masyarakat yang belum
memiliki rumah. Bank menyediakan fasilitas berupa perumahan, dari yang bertipe
sederhana hingga mewah. Masyarakat yang berniat untuk memiliki rumah terssebut
diwajibkan membayar uang muka yang besarnya bervariasi, sesuai dengan tipe
rumah yang diinginkan. Selanjutnya, pada jangka waktu tertentu orang itu
membayar angsuran sesuai dengan perjanjian yang dibuat kedua belah pihak.
9
Dengan demikian, diharapkan masyarakat tidak terlalu berat untuk memiliki
rumah.
c. KMKP
KMKP (kredit modal karya permanen) dilaksanakan baik oleh negara maupun
bank swasta. Pada saat ini, kredit jenis ini sudah tidak ada, yang ada sekarang
adalah KUK (kredit usaha kecil). Kredit ini hanya melayani masyarakat yang sudah
mampu sehingga lebih bersifat pengembangan usaha yang sudah ada. Oleh karena,
itu sasaran yang dibina juga terbatas.
7. Hikmah Qiradh
A. Membantu kaum yang lemah yang tiada modal namun mampu menggunakan
modal untuk suatu usaha yang hasilnya bias dipetik oleh kedua belah pihak.
A. Menyenangkan kedua belah pihak, pihak pemilik modal bias mendapat
keuntungan dari modalnya, pihak yang menjalankan modal mampu
mengembangkan usahanya lebih maju.
B. Menjunjung nilai tolong-menolong yang sangat dianjurka oleh islam.
C. Mengurangi pengangguran, karena dengan dibukanya usaha secara otomatis
membutuhkan tenaga kerja yang cukup banyak.
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
‘Ariyah (pinjaman) adalah memberikan manfaat suatu barang dari
seseorang kepada orang lain secara Cuma-Cuma (gratis). Apabila digantikan
dengan sesuatu atau ada imbalannya, hal itu tidak dapat disebut ¸’Ariyah. Dalam
‘ariyah ada rukun dan syarat yang harus dipenuhi, rukun ‘ariyah yaitu adanya akad
(ijab dan qabul), Orang-orang yang berakad, dan barang yang dipinjamkan.
11
DAFTAR PUSTAKA
12