Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH FIQIH MUAMALAH

ARIYAH DAN QIRADH

Dosen Pengampu : Muhammad Salim Bajri,Lc,M.Si.

DI SUSUN OLEH

Nama: Nasywa Syakieb

NIM : 22.035.009

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MADINATUL ILMI DEPOK

TAHUN AJARAN 2022/2023

i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmatnyalah,
sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan. Penyusunan karya tulis ini dilakukan
sebagai salah satu syarat untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Fiqih muamalah.

Akhir kata, sebagaimana layaknya manusia biasa yang memiliki banyak


keterbatasan, apabila terdapat kesalahan. Saya mengharapkan adanya kritik dan
saran yang membangun agar selanjutnya dapat lebih baik. Harapan dan tujuan saya
dalam menyelesaikan karya tulis ini adalah agar dapat berguna dan dapat
menambah pengetahuan bagi yang membacanya. Atas segala perhatian, doa dan
dukungan semua rekan, saya mengucapkan terima kasih.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii

BAB I.................................................................................................................................1

PENDAHULUAN .............................................................................................................1

A. Latar Belakang .......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................................1

C. Tujuan ....................................................................................................................2

BAB II ...............................................................................................................................3

PEMBAHASAN ................................................................................................................3

A. Pinjaman (Ariyah) ..................................................................................................3

1. Pengertian pinjaman (Ariyah) ................................................................................3

2. Dasar Hukum ‘Ariyah ............................................................................................4

3. Rukun dan Syarat ‘Ariyah ......................................................................................4

4. Maca'm-Macam Ariyah ..........................................................................................5

B. Qiradh ....................................................................................................................6

1. Pengertian Qiradh...................................................................................................6

2. Hukum Qiradh........................................................................................................6

3. Qiradh Sebagai Salah Satu Bentuk Peduli Terhadap Orang Miskin .......................7

4. Rukun dan Syarat Qiradh .......................................................................................8

5. Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Qiradh ............................................8

6. Macam-Macam Qiradh ..........................................................................................9

7. Hikmah Qiradh ..................................................................................................... 10

BAB III ............................................................................................................................ 11

PENUTUP ....................................................................................................................... 11

A. KESIMPULAN .................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kegiatan ekonomi (muamalah) sering kita temui dalam kehidupan


sehari-hari bahkan tanpa kita sadari, seperti jual-beli, utang piutang, dan
pinjam-meminjam hal itu sering kita lakukan. Berbicara mengenai hal itu dalam
kesempatan ini kami akan mencoba membahas mengenai pinjam-meminjam yang
mana menerangkan mengenai Ariyah, Qiradh, Qaradh. Karena bagaimanapun juga
kami rasa sangat penting untuk mengetahui dan memahami mengenai
pinjam-meminjam. Meminjamkan sesuatu berarti memberikan pertolongan kepada
orang yang meminjam. Allah swt. Berfirman dalam surah al-ma’un yang
menegaskan bahwa di antara ciri orang yang mendustakan agama Allah, mereka
enggan(menolong dengan) barang berguna. untuk memberi pengetahuan kepada
pembaca umumnya dan saya khususnya tentang hal-hal yang berkaitan dengan
‘ariyah dan hukumnya, sehingga kita dapat mengaplikasikannya dalam kegiatan
kita sehari-hari. Akhirnya, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini
ialah:

1. Apa pengertian Ariyah , Qiradh?


2. Bagaimana dasar hukum serta rukun dan syarat Ariyah, Qiradh,?
3. Macam-macam ariyah dan qiradh?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa sebenarnya yang disebut dengan Ariyah, Qiradh,
2. Mengetahui landasan hukum serta rukun dan syaratnya Ariyah, Qiradh,
3. Mengetahui macam-macam ariyah dan qiradh

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pinjaman (Ariyah)

1. Pengertian pinjaman (Ariyah)


Pinjaman atau ‘ariyah menurut bahasa adalah pinjaman. Sedangkan menurut
istilah, ‘ariyah ada beberapa pendapat, yaitu:
a. Menurut Hanafiyah, ‘ariyah adalah:
“Memilikkan manfaat secara cuma-cuma.”
b. Menurut Malikiyah, ‘ariyah adalah:
‫تمليك منفعة مؤ قتة ال بعو ض‬
“Memilikkan manfaat dalam waktu tertentu dengan tanpa imbalan.”
c. Menurut Syafi’iyah, ‘ariyah adalah:
‫ليرده على المتبرع عينه ابا حة اال نتفا ع من شخص فيه اهلية التبر ع بما يحن اال نتفا ع به مع بقاء‬
“Kebolehan mengambil manfaat dari dari seseorang yang membebaskannya,
apa yang mungkin dimanfaatkan, serta tetap zat barangnya supaya dapat
dikembalikan kepada pemiliknya.”
d. Menurut Hanabilah, ‘ariyah ialah:
“Kebolehan memanfaatkan suatu zat barang tanpa imbalan dan peminjam atau
yang lainnya.”
e. Ibnu Rif’ah berpendapat bahwa yang dimaksud dengan ‘ariyah adalah:
“Kebolehan mengambil manfaat suatu barang dengan halal serta tetap zatnya
supaya dapat dikembalikan.”
Dengan dikemukakannya definisi-definisi menurut para ahli Fiqh di atas,
kiranya dapat dipahami bahwa meskipun menggunakan redaksi yang berbeda,
namun materi permasalahannya dari definisi tentang ‘ariyah tersebut sama. Jadi,
yang dimaksud dengan ‘ariyah adalah memberikan manfaat suatu barang dari

3
seseorang kepada orang lain secara cuma-cuma (gratis). Bila digantikan dengan
sesuatu atau ada imbalannya, hal itu tidak dapat disebut ‘ariyah.

2. Dasar Hukum ‘Ariyah


Menurut Sayyid Sabiq, tolong menolong (‘Ariyah) adalah sunah.
Sedangkan menurut al-Ruyani, sebagaimana dikutip oleh Taqiy al-Din, bahwa
ariyah hukumnya wajib ketika awal islam. Adapun landasan hukumnya dari nash
Alquran ialah: “dan tolong-menolonglah kamu untuk berbuat kebaikan dan Taqwa
dan janganlah kamu tolong-menolong untuk berbuat dosa dan permusuhan.”
(Al-Maidah:2) “Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu agar menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya.” (An-Nisa:58) Selain dari Al-Quran,
landasan hukum yang kedua adalah Al-Hadis, ialah: “barang peminjaman adalah
benda yang wajib dikembalikan” (Riwayat Abu Daud) “orang kaya yang
memperlambat (melalaikan) kewajiban membayar utang adalah zalim (berbuat
aniaya)” (Riwayat Bukhari dan Muslim).

3. Rukun dan Syarat ‘Ariyah


Menurut Hanafiyah, rukun ‘ariyah satu, yaitu ijiab dan Kabul, tidak wajib
diucapkan tetapi cukup dengan menyerahkan pemilik kepada peminjam barang
yang dipinjam dan boleh hukum ijiab Kabul dengan ucapan. Menurut Syafiiyah,
rukun ariyah adalah sebagai berikut:

1. Kalimat mengutangkan (lafazh), seperti seseorang berkata, “saya utangkan


benda ini kepada kamu” dan yang menerima berkata “ saya mengaku berutang
benda anu kepada kamu.” Syarat bendanya adalah sama dengan syarat
benda-benda dalam jual beli.
2. Mu’ir yaitu orang yang mengutangkan (berpiutang) dan Mus’tair yaitu orang
yang menerima utang. Syarat bagi mu’ir adalah pemilik yang berhak
menyerahkannya, sedangkan syarat-syarat bagi mus’tair adalah: baligh,

4
berakal, orang tersebut tidak dimahjur, atau orang yang berada dibawah
perlindungan, seperti pemboros.
3. Benda yang diutangkan, pada rukun ketiga ini disyaratkan dua hal, yaitu:
Materi yang dipinjamkan dapat dimanfaatkan, maka tidak sah ariyah yang
materinya tidak dapat digunakan, seperti meminjam karung yang sudah hancur
sehingga tidak dapat digunakan untuk menyimpan padi. Pemanfaatan itu
dibolehkan, maka batal ariyah yang pengambilan manfaat materinya dibatalkan
oleh syara, seperti meminjam benda-benda najis.

4. Maca'm-Macam Ariyah
Ditinjau dari kewenangannya, akad pinjaman meminjam (‘ariyah) pada
umumnya dapat dibedakan menjadi dua macam :
1.‘Ariyah Muqayyadah
Yaitu bentuk pinjam meminjam barang yang bersifat terikat dengan batasan
tertentu. Misalnya peminjaman barang yang dibatasi pada tempat dan jangka waktu
tertentu. Dengan demikian, jika pemilik barang mensyaratkan pembatasan tersebut,
berarti tidak ada pilihan lain bagi pihak peminjam kecuali mentaatinya. ‘ariyah ini
biasanya berlaku pada objek yang berharta, sehingga untuk mengadakan
pinjam-meminjam memerlukan adanya syarat tertentu. Pembatasan bisa tidak
berlaku apabila menyebabkan musta’ir tidak dapat mengambil manfaat karena
adanya syarat keterbatasan tersebut. Dengan demikian dibolehkan untuk melanggar
batasan tersebut apabila terdapat kesulitan untuk memanfaatkannya. Jika ada
perbedaan pendapat antara mu’ir dan musta’ir tentang lamanya waktu meminjam,
berat/nilai barang, tempat dan jenis barang maka pendapat yang harus
dimenangkan adalah pendapat mu’ir karena dialah pemberi izin untuk mengambil
manfaat barang pinjaman tersebut sesuai dengan keinginannya.
2. ‘Ariyah Mutlaqah

5
Yaitu bentuk pinjam meminjam barang yang bersifat tidak dibatasi. Melalui
akad ‘ariyah ini, peminjam diberi kebebasan untuk memanfaatkan barang pinjaman,
meskipun tanpa ada pembatasan tertentu dari pemiliknya. Biasanya ketika ada
pihak yang membutuhkan pinjaman, pemilik barang sama sekali tidak memberikan
syarat tertentu terkait obyek yang akan dipinjamkan. Contohnya seorang
meminjamkan kendaraan, namun dalam akad tidak disebutkan hal-hal yang
berkaitan dengan penggunaan kendaraan tersebut, misalnya waktu dan tempat
mengendarainya. Namun demikian harus disesuaikan dengan kebiasaan yang
berlaku di masyarakat. Tidak boleh menggunakan kendaraan tersebut siang malam
tanpa henti. Jika penggunaannya tidak sesuai dengan kebiasaan dan barang
pinjaman rusak maka mu’ir harus bertanggung jawab
B. Qiradh
1. Pengertian Qiradh
Qiradh ialah kerja sama dalam bentuk pinjaman modal tanpa bunga dengan
perjanjian bagi hasil. Biasanya Qiradh dilakukan pemilik modal (bai\k perorangan
maupun lembaga) dengan orang lain yang memiliki kemampuan dan kemauan
untuk menjalankan suatu usaha. Besar atau kecilnya bagian tergantung pada ke
mufakatan kedua belah pihak, yang penting tidak ada pihak-pihak yang dirugikan.
Apabila Qiradh menyangkut uang yang cukup besar, sebaiknya diadakan perjanjian
tertulis dan dikuatkan dua orang saksi yang disetujui dua belah pihak.

2. Hukum Qiradh
Hokum Qiradh adalah mubah atau jaiz, Rasulullah Saw, sendiri pernah
mengadakan Qiradh kepada siti khodijah (sebelum menjadi istri beliau) sewaktu
berniaga ke Syam. Dalam kenyataan hidup, ada beberapa orang yang memiliki
modal, tetapi tidak mampu atau tidak sempat mengembangkannya. Sementara itu,
ada yang memiliki kesempatan dan kemampuan berusaha, tetapi tidak memiliki

6
modal. Islam memberi kesempatan kepada keduanya untuk mengadakan kerjasama
dalam bentuk Qiradh.

3. Qiradh Sebagai Salah Satu Bentuk Peduli Terhadap Orang Miskin


Dalam kenyataan hidup sehari-hari, Qiradh dapat membantu sebagian
masyarakat miskin dalam upaya mencukupi kebutuhan hidupnya. Modal yang
dipinjam tersebut dapat digunakan untuk usaha sesuai bakat dan kemampuan
peminjam. Bagi pemilik modal, Qiradh merupakan bukti kepedulian kepada
masyarakat miskin.

Rasulullah saw. Bersabda yang artinya:

Tidaklah seorang muslim memberi pinjaman kepada muslim (yang lain) dengan
dua kali pinjaman, kecuali perbuatan seperti sedekah satu kali. (H.R. Ibnu Majah:
2421)

Maksud hadis di atas ialah apabila seseorang memberikan pinjaman kepada orang
lain sebanyak dua kali, pahalanya seperti sedekah sekali kepada orang tersebut.

Pada lain kesempatan, Rasulullah saw, bersabda yang artinya

Barang siapa melonggarkan terhadap seorang mukmin satu kesulitan dari


beberapa kesulitan di dunia, niscaya Allah akan melonggarkan orang tersebut satu
kesulitan dari beberapa kesulitan di hari kiamat. Barang siapa memberi
kemudahan terhadap orang yang susah, Allah akan memudahkan urusannya di
dunia dan akhirat. Barang siapa yang menutup aib saudaranya (muslim), Allah
akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Allah memberi pertolongan kepada
hamba-Nya selama hamban (mau) memberi pertolongan kepada saudaranya. (H.R.
Muslim: 4867)

7
4. Rukun dan Syarat Qiradh
Qiradh bisa berlangsung apabila terpenuhi rukun dan syarat sebagai berikut

Rukun Syarat

a. Pemilik dan penerima modal Dewasa, sehat akal dan sama-sama rela

b. Modal Harus diketahui secara jelas (jumlahnya)


baik oleh pemilik maupun penerima modal

c. Pekerjaan Jenis pekerjaan ditentukan sendiri oleh


penerima modal, sesuai bakat dan
kemampuannya. Pemilik modal perlu
mengetahui jenis pekerjaan tersebut

d. Keuntungan Besar atau kecilnya bagian keuntungan


hendaknya dibicarakan saat mengadakan
perjanjian. misalnya, pemilik modal
memperoleh 40%, sedangkan penerima
modal 60%.

5. Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Qiradh


Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam masalah Qiradh antara lain sebagai
berikut:

a. Penerima dan pemilik modal harus saling mempercayai dan dipercaya.


b. Penerima modal harus bekerja secara hati-hati. Dalam mencukupi
kebutuhan pribadi, hendaknya tidak menggunakan modal.
c. Perjanjian antara pemilik dan penerima modal hendaknya dibuat sejelas
mungkin. Jika dipandang perlu, dicarikan saksi yang disetujui oleh kedua belah
pihak.

8
d. Jika terjadi kehilangan atau kerusakan di luar kesengajaan penerima
modal, hendaknya ditanggung oleh pemilik modal.
e. Jika terjadi kerugian, hendaknya ditutup dengan keuntungan yang lalu.
Jika tidak ada, hendaknya kerugian tersebut ditanggung oleh pemilik modal.
6. Macam-Macam Qiradh
Qiradh dapat dilakukan oleh perorangan, dapat pula dilakukan oleh organisasi
atau lembaga lain dengan nasabahnya. Dalam kehidupan modern, qiradh dapat
berupa kredit candak kulak, KPR, dan KMKP.

a. Kredit Candak Kulak


Kredit candak kulak ialah pinjaman modal yang diberikan kepada para
pedagang kecil dengan sistem pengembalian sekali dalam seminggu dan tanpa
tanggungan atau jaminan. Biasanya kredit candak kulak dilakukan oleh KUD
(koperasi unit daerah). Kredit jenis itu bertujuan untuk membantu masyarakat kecil
agar dapat memiliki jenis usaha tertentu, misalnya berjualan makanan ringan,
membuat tempe kedelai, atau usaha lain yang memerlukan biaya relatif ringan.
Dengan cara seperti ini, diharapkan mereka pada saatnya nanti dapat terangkat dari
masyarakat prasejahtera menjadi sejahtera dan tidak menggantungkan nasibnya
kepada orang lain.

b. KPR
KPR (kredit pemilikan rumah) bertujuan membantu masyarakat yang belum
memiliki rumah. Bank menyediakan fasilitas berupa perumahan, dari yang bertipe
sederhana hingga mewah. Masyarakat yang berniat untuk memiliki rumah terssebut
diwajibkan membayar uang muka yang besarnya bervariasi, sesuai dengan tipe
rumah yang diinginkan. Selanjutnya, pada jangka waktu tertentu orang itu
membayar angsuran sesuai dengan perjanjian yang dibuat kedua belah pihak.

9
Dengan demikian, diharapkan masyarakat tidak terlalu berat untuk memiliki
rumah.

c. KMKP
KMKP (kredit modal karya permanen) dilaksanakan baik oleh negara maupun
bank swasta. Pada saat ini, kredit jenis ini sudah tidak ada, yang ada sekarang
adalah KUK (kredit usaha kecil). Kredit ini hanya melayani masyarakat yang sudah
mampu sehingga lebih bersifat pengembangan usaha yang sudah ada. Oleh karena,
itu sasaran yang dibina juga terbatas.

7. Hikmah Qiradh
A. Membantu kaum yang lemah yang tiada modal namun mampu menggunakan
modal untuk suatu usaha yang hasilnya bias dipetik oleh kedua belah pihak.
A. Menyenangkan kedua belah pihak, pihak pemilik modal bias mendapat
keuntungan dari modalnya, pihak yang menjalankan modal mampu
mengembangkan usahanya lebih maju.
B. Menjunjung nilai tolong-menolong yang sangat dianjurka oleh islam.
C. Mengurangi pengangguran, karena dengan dibukanya usaha secara otomatis
membutuhkan tenaga kerja yang cukup banyak.

10
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
‘Ariyah (pinjaman) adalah memberikan manfaat suatu barang dari
seseorang kepada orang lain secara Cuma-Cuma (gratis). Apabila digantikan
dengan sesuatu atau ada imbalannya, hal itu tidak dapat disebut ¸’Ariyah. Dalam
‘ariyah ada rukun dan syarat yang harus dipenuhi, rukun ‘ariyah yaitu adanya akad
(ijab dan qabul), Orang-orang yang berakad, dan barang yang dipinjamkan.

Qiradh dapat membantu sebagian masyarakat miskin dalam upaya


mencukupi kebutuhan hidupnya. Modal yang dipinjam tersebut dapat digunakan
untuk usaha sesuai bakat dan kemampuan peminjam. Biasanya Qiradh dilakukan
pemilik modal (baik perorangan maupun lembaga) dengan orang lain yang
memiliki kemampuan dan kemauan untuk menjalankan suatu usaha. Besar atau
kecilnya bagian tergantung pada ke mufakatan kedua belah pihak.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ariyah (Pinjam Meminjam) | Almanhaj

BAB II.pdf (radenfatah.ac.id)

Fiqh I: Ariyah atau Pinjam-meminjam (kaffahku.com)

Qiradh: Pengertian, Syarat-syarat, dan Dasar Hukumnya | kumparan.com

12

Anda mungkin juga menyukai