Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

FIQIH II ( MU’AMALAH )
ARIYAH, HIBAH, SIDQAH, HADIAH, WADI’AH, LUQATHAH
Dosen Pengampu : Drs. H. Ece Sulaeman, M.Ag

Disusun Oleh ;
1. Dhiya almas
2. Anwar majid
3. Ismatul khoeriah
4. Muhammad reza
5. Nurkhaliza

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) YAPERI CIBINONG


TAHUN AKADEMIK 2023/2024
Jl. Raya Jakarta Bogor Km. 45, Kel. Pakansari
Kec. Cibinong – Gogor 1615
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan anugerahnya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Fiqih II ( Muamalah ) yang
berjudul Ariyah, Hibah, Sidqoh, Hadiah, Wadiah, dan inqoda .

Penulisan makalah merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata
pelajaran Fiqih II ( Muamalah ). Dalam Penulisn makalah ini kami merasa
masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi,
mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari
semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini. Dan tak lupa menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada
pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Akhirnya kami
berharap semoga tugas ini bermanfaat, dan dapat memberikan ilmu yang baik
dan bermanfaat bagi para pembaca aamiin ya rabbal aalamiin.Terima kasih
banyak

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Cibinong, 18 oktober 2023

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. i
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 1
1.3. Tujuan Masalah ............................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................... 2
2.1. Ariyah ........................................................................................................................... 2
2.2. Hibah ............................................................................................................................. 3
2.3. Sidqah ............................................................................................................................ 4
2.4. Hadiah ........................................................................................................................... 4
2.5. Wadiah ........................................................................................................................... 5
2.6. Luqathah ........................................................................................................................ 5
BAB III KESIMPULAN ...................................................................................................... 7
3.1. Kesimpulan .................................................................................................................... 7
3.2 Saran ............................................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia hidup tidaklah lepas dari kecintaan terhadap harta sebagai
motivasi hajat hidupnya di dunia. Islam sebagai agama yang mutlak akan segala ke-
benaran memperbolehkan manusia untuk mencari dan memperoleh harta benda se-
banyak-banyaknya, yaitu dengan tata cara yang baik dan tidak bentangan.Penguasaan
harta benda terjadi dengan adanya suatu bentuk akad atau perjanjian pemindahan
milik dari seseorang kepada orang lain, seperti persetujuan timbal balik, yaitu persetu-
juan yang menimbulkan kewajiban pokok kepada kedua belah pihak, seperti jual beli
dan sewa menyewa. Adapun persetujuan sepihak adalah persetujuan di mana hanya
terdapat kewajiban pada salah satu pihak saja misalnya hibah. Di dalam hukum Islam,
hibah berarti akad yang pokoknya adalah pemberian harta milik seseorang kepada
orang lain di waktu ia masih hidup tanpa adanya imbalan apa pun. Dari segi sosial bu-
daya, hibah adalah hal yang terpuji dan pelakunya mendapat tempat yang terhormat
dalam strata sosial kemasyarakatan.

1.2. Rumusan Masalah


1. apa pengertian ariyah, rukun, syarat, dan hukum hukumnya?
2. apa pengertian hibah, rukun , hukum serta macam macamnya?
3. Apa pengertian sidqoh, dasar hukum, serta tatacaranya?
4. Apa pengertian hadiah, hukum, serta hikmahnya?
5. Apa pengertian wadiah, rukun-rukun, jenis akad, serta syaratnya?
6. Apa pengertian luqathah, hukum, serta macam-macamnya?

1.3. Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui pengertian, Rukun, Syarat, dan Hukum Ariyah
2. Untuk mengetahui pengertian, Rukun, Hukum, dab macam macam hibah
3. Untuk mengetahui pengertian, dasar hukum, dan tatacara sidqoh
4. Untuk mengetahui pengertian, hukum, dan hikmah hadiah
5. Untuk mengetahui pengertian, rukun, jenis akad, dan syarat wadiah
6. Untuk mengetahui pengertian, hukum, dan macam macam luqathah

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Ariyah
A. pengertian Ariyah
Ariyah artinya ganti mengganti pemanfaatan sesuatu kepada orang lain. Ada juga
yang menyatakan bahwa Ariyah berasal dari kata Ura yang berarti kosong. Dinamakan
Ariyah karena kosongnya / tidak ada ganti rugi.
Sedangkan Ariyah menurut istilah adalah akad berupa pemberian maanfaat suatu
benda halal dari seseorang kepada orang lain tanpa ada imbalan dengan tidak
mengurangi atau merusak benda itu (menjaga keutuhan barang) dan dikembalikan
setelah diambil manfaatnya.
B. Rukun Ariyah
Menurut ulama Hanafiyyah, rukun ariyah terdiri dari ijab dan qabul. Ijab qabul
tidak diwajibkan untuk diucapkan, namun cukup dengan menyerahkan pemilik kepada
peminjam barang yang dipinjam.
C. Dasar Hukum Ariyah dan Hukum Ariyah
1. Al-Qur’an
Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan
dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.
Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksa-Nya.” (QS.
Al-Maidah [5]: 2).
2. Hadis
Rasulullah Saw. bersabda: Artinya: “Pinjaman itu wajib dikembalikan dan
orang-orang yang menanggung sesuatu harus membayar dan hutang harus
ditunaikan.” (HR. At-Tirmizi).
Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Abu Daud dengan sanad
yang jayyid dari Shafwan bin Umayyah, dinyatakan bahwa Rasulullah Saw.
pernah meminjam perisai kepada Shafwan bin Umayyah pada waktu perang
Hunain. Shafwan bertanya: “Apakah Engkau merampasnya wahai
Muhammad? Nabi Saw. menjawab:” Cuma meminjam dan aku yang
bertanggung jawab”.
D. Hukum ariyah
1. Mubah, artinya Ini merupakan hukum asal dari pinjam meminjam.
2. Sunnah, artinya pinjam meminjam yang dilakukan memenuhi suatu kebutuhan
yang cukup penting, misalnya meminjamkan sepeda untuk mengantarkan anak ke
sekolah, meminjamkan buku pelajaran dan sebagainya.
3. Wajib, artinya pinjam meminjam yang merupakan kebutuhan yang sangat
mendesak dan kalau tidak meminjam akan menemukan suatu Misalnya
meminjamkan baju dan sarung untuk shalat wajib, apabila tidak dipinjami maka
orang tersebut tidak bisa shalat karena bajunya najis. Hal ini wajib bagi peminjam
dan juga orang yang meminjamkan.

2
4. Haram, artinya pinjam meminjam yang dipergunakan untuk kemaksiatan atau
untuk berbuat Misalnya seseorang meminjam pisau untuk mencuri, pinjam tempat
(rumah) untuk berbuat maksiat dan hal-hal lain yang dilarang oleh agama. Hukum
haram ini berlaku bagi peminjam dan orang yang meminjamkan.
2.2. Hibah
A. pengertian Hibah
Hibah adalah pemberian sesuatu kepada orang yang dikehendaki saat masih
hidup yang mana berbeda dengan konsep.
Sedangkan dikutip dari KBBI, pengertian hibah adalah pemberian (sukarela)
dengan mengalihkan hak atas sesuatu kepada orang lain. Dalam pemberian hibah, ada
yang namanya dana hibah. Dana hibah adalah sebuah pemberian untuk orang lain
dalam bentuk uang, barang, atau jasa.
B. Rukun Hibah
1. Pemberi
Pemberi adalah orang yang memberikan hibah kepada pihak lain.
2. Penerima
Penerima adalah pihak yang menerima hibah tersebut.
3. Barang yang dihibahkan
Barang yang dihibahkan bisa dalam berbentuk uang, barang, atau jasa.
4. Tanda serah terima
Setelah melakukan proses hibah, perlu diketahui bahwa harus ada tanda serah
terima sebagai bukti.
C. Hukum Hibah
Hukum hibah dalam Islam sangat dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW. Hal ini
dikarenakan hibah merupakan salah satu cara untuk pendekatan ke sesama umat
manusia. Selain itu, dengan adanya hibah juga bisa memberikan banyak manfaat
kepada si penerima.
D. Macam-macam Hibah
1. Hibah Barang
Hibah barang adalah ketika pemberi memberikan harta maupun barang
yang memiliki manfaat atau nilai kepada penerima dengan tanpa tendensi harapan
apapun. Contohnya, seseorang menghibahkan sepeda motor, mobil, pakaian, dan
sebagainya.
2. Hibah Manfaat
Hibah manfaat adalah ketika pemberi hibah memberikan harta atau barang
kepada penerima, namun barang tersebut masih menjadi milik si pemberi.
Dengan harapan, barang yang diberikan akan dimanfaatkan oleh penerima.
Dalam hal ini, penerima hanya memiliki hak guna atau hak pakai saja.

3
2.3. Sidqah
A. Pengertian Sidqah
Sedekah atau sadaqah adalah pemberian sesuatu yang bersifat kebaikan dari
seseorang kepada orang lain atau dari satu pihak kepada pihak lain tanpa menharapkan
imbalan apa-apa kecuali rida Alah.
Pengertian sedekah ini sangat luas, sebab semua yang kita berikan berupa
kebaikan atau yang bermanfaat, baik kepada manusia maupun binatang adalah sedekah.
Tidak harus berwujud benda atau materi, bahkan senyum yang kita berikan pada orang
lain adalah dianggap sebagai sedekah.
B. Dasar Hukum
Dasar hukum sedekah ini adalah firman Allah berikut.

‫لَن تَنَالُواْ ۡٱل ِب ﱠر َحت ﱠ ٰى تُن ِفقُواْ ِم ﱠما ت ُ ِحبﱡونَ ۚ َو َما تُن ِفقُواْ ِمن ش َۡى ۬ ٍء فَإِ ﱠن ٱ ﱠ َ ِب ِهۦ‬
(٩٢) ‫َع ِلي ۬ ٌم‬
Artinya : Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaikan [yang sempurna],
sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang
kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. (Q.S. Ali Imran:92)
Ayat di atas memerintahkan kepada manusia agar saling mencintai terutama
kepada kaum duafa dengan cara menafkahkan sebagian harta yang kita cintai. Adapun
waktunya tidak terbatas, yaitu kapan saja kita bersedia. Tentu pemberian seperti ini
sangat disukai Allah dan berpahala.
C. Tatacara sidqoh/sodaqoh
1. Orang yang bersedekah denga ikhlas akan mendapatkan perlindungan dan
naungan Arsy di hari kiamat.
2. Sebagai obat bagi berbagai macam penyakit, baik penyakit jasmani maupun
rohani.
3. Allah akan melipatgandakan pahala orang yang bersedekah, (QS. Al-
Baqarah: 245)
4. Shadaqah merupakan indikasi kebenaran iman seseorang.
5. Sebagai penghapus kesalahan
6. Shadaqah merupakan pembersih harta dan mensucikannya dari kotoran.
7. Shadaqah juga merupakan tanda ketaqwaan, (QS. Al-Baqarah: 2-3)
8. Shadaah adalah perisai dari neraka
9. Sebagai pelindung di Padang Mahsyar
10. Orang yang bersedekah termasuk kedalam tujuh orang yang dinaungi di
akhirat nanti.
2.4. Hadiah
A. Pengertian Hadiah
Hadiah adalah akad pemberian harta milik seseorang kepada orang lain tanpa
adanya imbalan sebagai penghormatan atas suatu prestasi.

4
B. Hukum hadiah
Hukum hadiah adalah mubah artinya boleh dilakukan dan boleh di tinggalkan.
Sabda rasulullah saw . telah bersabda sekiranya saya di undang untuk makan sepotong
kaki binatang, undangan itu pasti akan saya kabulkan, begitu juga kalau potongan
kaki binatang di hadiahkan kepada saya tentu saya terima (HR.Bukhori).
C. Hikmah Hadiah
1. Menjadi unsur bagi suburnya kasih sayang
2. Menghilangkan tipu daya dan sifat kedengkian.
Sabda Nabi Muhammad Saw. : “saling hadiah-menghadiahkan kamu,
karena dapat menghilangkan tipu daya dan kedengkian.’’ ( HR. Abu Y’a’la )
2.5. Wadiah
A. Pengertian Wadiah
Dari bahasa Arab, al-wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak
ke pihak lainnya. Jadi, jika kita kaitkan dengan perbankan Syariah, maka al-wadi’ah
merupakan titipan murni dari seorang/sekelompok nasabah ke pihak bank.
B. Rukun wadiah
 muaddi: depositor/orang yang menitipkan harta
 wadi’i/mustauda: kustodian/orang yang dititipkan harta
 wadiah: aset yang dititipkan
 shigot (ijab qabul)
C. Jenis akad wadiah
 Wadi’ah yad Amanah, di mana pihak yang menerima titipan tidak boleh me-
manfaatkan barang titipan tersebut.
 Wadi'ah yad Dhamanah, di mana pihak yang menerima titipan boleh meman-
faatkan barang titipan tersebut.
D. Syarat wadi’ah
 orang yang menitipkan dan yang dititipkan harus berakal
 harta atau barang yang dititipkan harus bisa diberikan secara fisik
 kedua belah pihak harus sudah balig (cukup umur) dan mumayiz (dapat mem-
bedakan sesuatu yang baik dan buruk)
2.6. Luqathah
A. Pengertian Luqathah
luqathah adalah barang yang ditemukan. Menurut buku, secara terminologi syara’
sebagaimana yang dituturkan oleh Ibnu Qudamah Al-Hanbali, luqathah adalah, harta
yang hilang dari pemiliknya yang ditemukan dan dipungut oleh orang lain.
B. Hukum Luqathah
 Hukumnya wajib untuk mengambil barang bila seseorang percaya diri bahwa
ia bisa merawat barang tersebut, lalu ada kemungkinan bahwa bila tidak
diambil maka akan menjadi sia-sia dan diambil orang yang tidak bertanggung
jawab, apalagi bila tempat tersebut tidak aman.

5
 Hukumnya sunnah untuk mengambil barang bila seseorang percaya diri bahwa
ia bisa merawat barang tersebut, tapi bila tidak diambil pun maka barang
tersebut tidak dikhawatirkan.
 Hukumnya makruh untuk mengambil barang bila seseorang tidak percaya diri
bahwa ia bisa merawat barang tersebut, yakni ia khawatir akan berbuat yang
tidak baik terhadap barang itu.
 Hukumnya haram untuk mengambil barang bila seseorang yakin ia akan mela-
kukan hal buruk terhadap barang yang ia ambil.
E. Macam-macam luqathah
 Barang yang sengaja ditinggalkan oleh pemiliknya karena tidak dibutuhkan
lagi.
 Barang sepele yang jika hilang, maka biasanya si pemilik tidak menghiraukan
dan tidak mencari-carinya.
Berdasarkan hadits dari Anas bin Malik radhiyalllahu’anhu bahwasannya
Nabi ‫ ﷺ‬pernah melewati sebutir kurma di jalan kemudian beliau bersabda :
‫صدَقَ ِة َﻷ َ َك ْلت ُ َها‬
‫َاف أَ ْن تَ ُك ْونَ ِمنَ ال ﱠ‬
ُ ‫لَ ْو َﻻ أَ ِنّي أَخ‬
“Seandainya aku tidak khawatir kurma ini dari shadaqah niscaya aku me-
makannya.”
 Barang yang jika hilang, maka biasanya dicari-cari oleh pemilknya. Barang
temuan seperti ini, jika dipungut, maka harus diumumkan selama setahun pe-
nuh.
 Hewan yang sengaja ditinggalkan oleh pemiliknya karena tidak dibutuhkan
lagi, maka hewan tersebut boleh langsung dimiliki oleh orang yang menemu-
kan tanpa harus mengumumkannya.

6
BAB III
KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
1) Ariyah artinya ganti mengganti pemanfaatan sesuatu kepada orang lain.
2) Hibah adalah pemberian sesuatu kepada orang yang dikehendaki saat masih
hidup yang mana berbeda dengan konsep.
3) Sedekah atau sadaqah adalah pemberian sesuatu yang bersifat kebaikan dari
seseorang kepada orang lain atau dari satu pihak kepada pihak lain tanpa
menharapkan imbalan apa-apa kecuali rida Alah.
4) Hadiah adalah akad pemberian harta milik seseorang kepada orang lain tanpa
adanya imbalan sebagai penghormatan atas suatu prestasi.
5) Wadiah merupakan titipan murni dari seorang/sekelompok nasabah ke pihak
bank.
6) luqathah adalah barang yang ditemukan.
3.2. Saran
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menyadari masih banyak kekurangan
yang perlu di perbaiki. Penyusun menerima kritik dan saran yang membangun untuk
kemajuan penyusunan makalah berikutnya. Dengan selesai nya makalah ini,baik
pembaca maupun penyusun mampu mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari dalam
ajaran Islam.

7
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, B., & Saebani, B. A. (2014). Metode Penelitian Ekonomi Islam (Muamalah). CV
Pustaka Setia.
Djuwaini, D. (2015). Pengantar Fiqh Muamalah. Pustaka Pelajar.
Febriyanti, I. (2017). Al-Ariyah Menurut Hukum Ekonomi Syariah (Studi Kasus Pada Petani
Singkong di Desa Labuhan Ratu IX,Labuhan Ratu, Lampung Timur). Institusi Agama
Islam Negeri (IAIN) Metro.
Fiqih Islam wa Adilatuhu Jilid 6 oleh Prof. Dr. Wahbab az-Zuhaili (2021:1090)
Ghazaly, A. R., Ihsan, G., & Shidiq, S. (2010). Fiqh Muamalat. Kencana Prenada Media.
Jamaluddin, J. (2018). Konsekuensi Akad Al-Ariyah Dalam Fiqh Muamalah Maliyah
Perspektif Ulama Madzahib Al-Arba’ah. Qawãnïn: Journal of Economic Syaria Law,
2(2). https://doi.org/10.30762/q.v2i2.1038
Kementerian Agama Republik Indonesia. (2017). Al-Qur’an dan Terjemahan.
Yaqin, A. (2018). Fiqh Muamalah: Kajian Komprehensif Ekonomi Islam. Duta Media
Publishing.
https://an-nur.ac.id/pengertian-ariyah-dasar-hukum-rukun-dan-syarat-macam-kewajiban-
muir-dan-mustair-hal-hal-yang-harus-diperhatikan/
https://mtsn1kotaserang.sch.id/download/get_file/18#:~:text=Sedangkan%20menurut%20istil
ah%2C%20sedekah%20atau,secara%20sukarela%20tanpa%20ditentukan%20jumlahny
a.
https://www.cimbniaga.co.id/id/inspirasi/perencanaan/apa-itu-hibah-ini-rukun-jenis-dan-
dasar-hukumnya

Anda mungkin juga menyukai