Anda di halaman 1dari 11

Makalah Fiqih

Ariyah
(Pinjam Meminjam)
-Kelompok 3-

Nama Anggota Kelompok 3 :


1. Yuri Gagarin Rustan (31) 6. A. Ira Mayasari J (10)
2. Fayzah Falizah W. (16) 7. Zahra Febrianty S. (32)
3. Indira Tita Awaliah S. (19) 8. Adriana Mentari (07)
4. Firda Awalia (18) 9. A. Abdillah Batara (01)
5. A.Salsabila Nurul I. (04) 10. Rifki Fahdin (28)

IX RMBI
MTsN 1 BONE
Tahun 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT,


berkat rahmat serta karunia-Nya sehingga makalah dengan
berjudul "Ariyah (Pinjam Meminjam) dapat selesai.

Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas pada


bidang studi fiqih. Selain itu, penyusunan makalah ini
bertujuan menambah wawasan kepada pembaca tentang
Ariyah.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak


Muliadi, S.Ag, S.Pd.I selaku guru mata pelajaran fiqih. Berkat
tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis
berkaitan dengan topik yang diberikan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan


masih melakukan banyak kesalahan. Oleh karena itu penulis
memohon maaf atas kesalahan dan ketidaksempurnaan yang
pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap
adanya kritik serta saran dari pembaca apabila menemukan
kesalahan dalam makalah ini
DAFTAR ISI

Sampul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Identifikasi Masalah
3. Rumusan Masalah
4. Maksud dan Tujuan
BAB 2 PEMBAHASAN
1. Pengertian Ariyah
2. Dasar Hukum Ariyah
3. Hukum Ariyah
4. Rukun Ariyah
5. Syarat- syarat Ariyah
6. Macam-macam Ariyah
BAB 3 PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pinjam meminjam atau Ariyah adalah memilikibarang secara cuma-cuma dalam
waktu tertentu dan tanpa imbalan. Seperti yang kita ketahui bahwasetiap
permasalahan pasti memiliki hukum, rukundan syarat, dan bagaimana
pertanggungjawabannya. Dalam Ariyah memiliki beberapa rukun
diantaranyaadalah orang yang meminjamkan, orang yang meminjam, barang
yang dipinjam, dan lafaz dan sighat. Untuk pertanggungjawabannya, para ulama
memiliki perbedaan satu sama lain dalammenentukan, sebagian ulama
mengatakan bahwaAriyah merupakan bagian dari amanah. Maka apabilabarang
tersebut rusak di luar kuasa yang meminjammaka tidak wajib ganti rugi.
Sedangkan ulama lain mengatakan bahwa harus menggantinya dalamkeadaan
apapun.
Pinjam meminjam atau Ariyah merupakan salah satukegiatan ekonomi yang
sering ditemui dalamkehidupan sehari-hari. Pinjam meminjam seringterjadi di
masyarakat guna memenuhi kebutuhan - kebutuhan yang harus dipenuhi. Dari
permasalahandi atas, Islam memberi solusi dengan jalan Ariyah. Sebagaimana
dalam pembahasan lain yang terdapatdalam muamalah, Ariyah juga memiliki
hukum-hukum tertentu, rukun dan syarat, dan bentuk-bentuk.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Pengertian Ariyah
2. Dasar Hukum Ariyah
3. Hukum Ariyah
4. Rukun Ariyah
5. Syarat- Syarat Ariyah
6. Macam- macam Ariyah
7. Kewajiban Mu’ir dan Mutsa’ir
C. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Ariyah ?
2. Apa dasar hukum Ariyah ?
3. Bagaimana hukum Ariyah ?
4. Apa saja rukun Ariyah ?
5. Apa saja macam-macam Ariyah ?
6. Bagaimana kewajiban Mu’ir dan Mutsa’ir dalam Ariyah ?
D. MAKSUD dan TUJUAN
Maksud dari pembuatan makalah ini untuk menyampaikan dan menjelaskan
hal-hal yang berkaitan dengan Ariyah (Pinjam Meminjam) . Memaparkan
pengertian Ariyah, Macam- macam Ariyah, dan lain sebagainya.
BAB 2 PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ARIYAH
Ariyah artinya ganti mengganti pemanfaatansesuatu kepada orang lain.
Ada juga yang menyatakan bahwa ariyah berasal dari kata Ura yang berarti
kosong. Dinamakan Ariyah karena kosongnya /tidak ada ganti rugi. Sedangkan
ariyah menurut istilah adalah akad berupapemberian manfaat suatu benda
halal dari seseorangkepada orang lain tanpa ada imbalan dengan
tidakmengurangi atau merusak benda itu (menjagakeutuhan barang) dan
dikembalikan setelah diambilmanfaatnya. Menurut ahli fiqih Pinjam Meminjam
(Ariyah) adalah transaksi antara dua pihak. Misalnya orang menyerahkan uang
(barang) kepada orang lain secarasukarela, dan uang (barang) itu dikembalikan
lagikepada pihak pertama dalam waktu yang berbeda, dengan hal yang serupa.
Para ulama berpendapat bahwa ‘ariyah adalah suatuhak untuk memanfaatkan
suatu barang yang diterimanya dari orang lain tanpa imbalan denganketentuan
barang tersebut tetap utuh dan pada suatusaat harus dikembalikan kepada
pemiliknya.

B. DASAR HUKUM ARIYAH


A. Al- Qur’an
‫َو َتَع اَو ُنْو ا َع ىَل اْلِبِّر َو الَّتْق ٰو ۖى َو اَل َتَع اَو ُنْو ا َع ىَل اِاْلْثِم َو اْلُع ْد َو اِن‬
‫َهّٰللا ِۗاَّن َهّٰللا َش ِد ْيُد اْلِع َق اب‬
Artinya: "Dan tolong-menolong kamu dalam(mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangantolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.
Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksaan-Nya." (QS. Al-
Maidah [5] : 2)

‫َم ْن َذ ا اَّلِذ ْي ُيْق ِرُض َهّٰللا َق ْر ًض ا َحَس ًنا َف ُيٰض ِع َف ٗه َلٓٗه َاْض َع اًف اَك ِث ْي َرًة َۗو ُهّٰللا َيْق ِبُض َو َيْب ُۣص ُۖط َو ِاَلْي ِه‬
‫ُتْرَجُع ْو ن‬
Artinya : "Barang siapa meminjami Allah denganpinjaman yang baik maka Allah
melipat gandakanganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan
melapangkan (rezeki) dan kepada-Nyalah kamudikembalikan." (QS. Al-
Baqarah [2] : 245)

b. Hadist
‫ٌة‬ ‫ْل ُة‬
‫ا َع اِرَي ُم َؤ َّدا َو الَّزِع يُم َغ اِرٌم َو الَّد ْيُن َم ْق ِض ٌّي‬
Artinya: "Barang pinjaman itu harus dikembalikan, orang yang menjamin harus
membayar jaminannyaserta hutang harus dibayar." (HR. At-Tirmidzi).
C. HUKUM ARIYAH
Hukum pinjam meminjam dalam syariat Islam dibagimenjadi empat yaitu:
a. Mubah, artinya boleh. Ini merupakan hukum asaldari pinjam meminjam.
b. Sunnah, artinya pinjam meminjam yang dilakukanmemenuhi suatu
kebutuhan yang cukup penting, misalnya meminjamkan sepeda untuk
mengantarkananak ke sekolah, meminjamkan buku pelajaran dan sebagainya.
c. Wajib, artinya pinjam meminjam yang merupakankebutuhan yang sangat
mendesak dan kalau tidakmeminjam akan menemukan suatu
kerugian.Misalnya meminjamkan baju dan sarung untuk shalatwajib, apabila
tidak dipinjami maka orang tersebuttidak bisa shalat karena bajunya najis. Hal
ini wajibbagi peminjam dan juga orang yang meminjamkan.
d. Haram, artinya pinjam meminjam yang dipergunakan untuk kemaksiatan
atau untuk berbuatjahat. Misalnya seseorang meminjam pisau untukmencuri,
pinjam tempat (rumah) untuk berbuatmaksiat dan hal-hal lain yang dilarang
oleh agama. Hukum haram ini berlaku bagi peminjam dan orang yang
meminjamkan.

D. SYARAT ARIYAH
a. Syarat bagi mu’ir (orang yang meminjamkan):
1) Berhak berbuat kebaikan tanpa ada yang menghalangi. Orang yang
dipaksa
atau anak kecil tidak sah untuk meminjamkanbarang.
2) Barang yang dipinjamkan itu milik sendiri ataumenjadi tanggung jawab
orang yang meminjamkannya.
b. Syarat bagi musta’ir (orang yang meminjam):
1) Mampu berbuat kebaikan. Oleh sebab itu, orang gila atau anak kecil tidak
sah meminjam barang.
2) Mampu menjaga barang yang dipinjamnyadengan baik agar tidak rusak.
3) Hanya mengambil manfaat dari barang daribarang yang dipinjam.
c. Syarat bagi musta’ar (barang yang akan dipinjam):
1) Barang yang dipinjamkan, benar-benar milikorang yang meminjamkan.
2) Ada manfaat yang jelas.
3) Barang itu bersifat tetap (tidak habis setelahdiambil manfaatnya). Oleh
karena itu, makanan yang setelah dimakan menjadi habis atau berkurang
zatnyatidak sah dipinjamkan.
d. Sighat ijab dan kabul, yaitu bahasa interaksi atauucapan rela dan suka atas
pemanfaatan barang yang dipinjam.
E. RUKUN ARIYAH
Menurut Ulama Hanafiyah, rukun ‘ariyah terdiri dariijab dan qabul. Ijab Qobul
tidak wajib diucapkan, tetapi cukup dengan menyerahkan pemilik
kepadapeminjam barang yang dipinjam, namun demikianjuga boleh ijab qobul
tersebut disampaikan.
Rukun ariyah merupakan hal pokok yang harusdipenuhi dalam akad ariyah itu
sendiri, apabila adabagian dari rukun tersebut yang tidak ada, maka akadpinjam
meminjam itu dianggap batal/tidak sah. Sedangkan yang dimaksud dengan syarat
adalah hal-hal yang harus dipenuhi (prosedur) dalam setiapakad.
Rukun pinjam meminjam (ariyah) ada empat yaitu:
1. Mu'ir (orang yang meminjami), dengan syarat :
a. Inisiatif sendiri bukan paksaan
b. Dianggap sah amal baiknya, bukan dari golongananak kecil, orang gila, budak
mukatab tanpa ijintuannya dan bukan dari orang yangmengalokasikannya
terbatasi dengan sebab bangkrutatau tidak ada kecakapan dalam mengelola
harta.
c. Memiliki manfaat barang yang dipinjamkanmeskipun tidak mempunyai hak
pada barang semisaldengan menyewanya bukan dengan hasil pinjamandari orang
lain karena manfaat barang yang di pinjambukan menjadi haknya melainkan
diperkenankanuntuk memanfaatkannya.
2. Musta'ir (orang yang meminjam),dengan syarat :
a. Telah ditentukan, maka tidak sah akad ‘ariyah padasalah satu dari dua musta’ir
yang tidak ditentukan.
b. Bebas dalam mengalokasikan harta benda, makatidak sah dari anak kecil,
orang gila atau orang yangmengalokasikannya terbatasi dengan sebab
tidakmemiliki kecakapan dalam mengelola harta kecualimelalui sebab tidak
memiliki kecakapan dalammengelola harta kecuali melalui wali masing-masing.
3. Musta'ar (barang yang akan dipinjam), dengansyarat :
a. Manfaatnya sesuai dengan yang dimaksud daribenda tersebut. Maka tidak sah
akad ‘ariyah pada koin emas atau perak dengan maksud untuk dijadikansebagai
hiasan, karena pada dasarnya manfaatdari koin tersebut bukan untuk hiasan.
b. Musta’ir dapat mengambil kemanfaatan musta ’aratau sesuatu yang dihasilkan
darinya sepertimeminjam kambing untuk diambil susu dan anaknyaatau
meminjam pohon untuk diambil buahnya. Makatidak sah akad ‘ariyah pada
barang yang tidak dapatdimanfaatkan seperti keledai yang lumpuh.
c. Musta ’ar dimanfaatkan dengan membiarkannyatetap dalam kondisi utuh,
Maka tidak sah akad‘ariyah pada makanan untuk dikonsumsi atau pada sabun
untuk mandi karena pemanfaat tersebut dapatmenghabiskan barang yang
dipinjamkan.
4. Sighat ijab Kabul
F. MACAM-MACAM ARIYAH
a. Ariyah Mutlaqah
Yaitu pinjam meminjam barang yang dalam akadnyatidak dijelaskan
persyaratan apapun atau tidakdijelaskan penggunaannya. Misalnya
meminjamsepeda motor di mana dalam akad tidak disebutkanhal-hal
yang berkaitan dengan penggunaan sepedamotor tersebut. Meskipun
demikian, penggunaanbarang pinjaman harus disesuaikan dengan
adatkebiasaan dan tidak boleh berlebihan.

b. Ariyah Muqayyadah
Ariyah muqayyadah adalah meminjamkan suatubarang yang dibatasi dari
segi waktu dan kemanfaatannya, baik disyaratkan oleh kedua orang yang
berakad maupun salah satunya. Oleh karena itu, peminjam harus menjaga
barang dengan baik, merawat, dan mengembalikannya sesuai
denganperjanjian.
G. KEWAJIBAN MU’IR DAN MUTSA’IR
Dalam akad ariyah, ada kewajiban bagi pemberipinjaman dan peminjam, yakni:
a. Kewajiban pemberi pinjaman (mu’ir):
1) Menyerahkan atau memberikan benda yang dipinjam dengan ikhlas dan
suka rela.
2) Barang yang dipinjam harus barang yang bersifattetap dan memberikan
manfaat yang halal.
3) Tidak didasarkan atas riba.
b. Kewajiban peminjam (musta’ir):
1) Harus memelihara benda pinjaman dengan rasa tanggung jawab.
2) Dapat mengembalikan barang pinjaman tepatwaktu.
3) Biaya ditanggung peminjam, jika harusmengeluarkan biaya.
4) Bertanggung jawab terhadap barang yang dipinjam.
• Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Ariyah
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalamakad ariyah, antara lain:
a. Pinjam meminjam barang harus dimanfaatkanuntuk hal-hal yang halal dan
tidak melanggar normaagama. Pinjam meminjam barang untuk
perbuatanmaksiat atau melanggar norma agama makahukumnya haram.
b. Orang yang meminjam barang hanya bolehmenggunakan barang pinjaman
sebatas yang diizinkan oleh pemilik barang atau kurang daribatasan yang
ditentukan oleh pemilik barang. Misalnya, seseorang meminjamkan buku
denganakad hanya untuk dibaca maka buku tersebut tidakboleh difotocopy.
c. Menjaga dan merawat barang pinjaman denganbaik seperti miliknya
sendiri.Hal ini selaras denganhadis Rasulullah Saw:
d. Jika dalam proses mengembalikan barang itu memerlukan biaya maka yang
menanggung adalah pihak peminjam.
e. Akad pinjam-meminjam boleh diputus denganca
tatan tidak merugikan salah satu pihak.
f. Akadpinjam-meminjam dihukumi batal/selesai jika salah seorang dari kedua
belah pihak meninggal dunia, atau karena gila. Jika hal itu terjadi, maka ahli
waris wajib mengembalikannya dan tidak boleh memanfaatkan barang
pinjaman tersebut.
g. Jika terjadi perselisihan antara pemberi pinjaman dan peminjam, misalnya
pemberi pinjaman mengatakan bahwa barangnya belum
dikembalikan,sedangkan peminjam mengatakan bahwa barangnya sudah
dikembalikan, maka pengakuan yang diterima adalah pengakuan pemberi
pinjaman dengan catatan disertai sumpah.
h. Peminjam wajib mengembalikan barang pinjaman jika waktunya telah
berakhir dan tidak boleh memanfaatkan barang itu lagi.
BAB 3 PENUTUP
A. KESIMPULAN
Menurut bahasa ‘ariyah berarti pinjaman. Menurutistilah artinya adalah
mengambil manfaat barangkepunyaan orang lain secara halal dengan
jangkawaktu tertentu untuk dikembalikan lagi tanpamengurangi atau merusak
zatnya. Kemudian untukterciptanya proses ‘ariyah, terdapat beberapa
rukunyang harus ada didalamnya, yaitu orang yang meminjamkan, orang yang
meminjam, shighat, sertabarang yang dipinjamkan. Tidak sampai kepadarukun
saja, ada beberapa syarat yang harusdisanggupi demi terwujudnya proses
ariyah yang benar, yaitu orang-orang yang meminjamkan sesuatuharus
memiliki kemampuan tabarru’ (pemberiantanpa imbalan), yang meliputi:
Baligh, berakal, bukan orang yang boros atau pailit, dan orang yang
meminjamkan harus pemilik atas barang yang manfaat akan dipinjamkan.
Selanjutnya yaitu orang yang meminjam harus jelas dan orang yang meminjam
harus memiliki hak nafkah atau memilikiwali yang memiliki sumber nafkah.
Tak kalahpenting, barang yang dipinjamkan memiliki kriteriasyarat yaitu
barang tersebut bisa diambil manfaatnya, baik pada waktu sekarang maupun
nanti, barangyang dipinjamkan apabila diambil menfaatnya tetaputuh, barang
yang dipinjamkan harus berupa barangyang mubah, yakni barang yang
diperbolehkan untukdiambil manfaatnya menurut syara’ bukan barangyang
diharamkan. Maka sudah jelaslah perbedaanantara qardh dan ariyah yang
dimana qardh adalahpemberian barang yang dipinjamkan ke orang lain dan
dikembalikan dengan jenis yang serupa, terjadipemindahan kepemilikan.
Sedangakan ariyah tidakterjadi pemindahan kepemilikan, yang
dikembalikanbarang yang dipakai.

B. SARAN
Semakin berkembangnya ilmu teknologi, maka kita harus berhati-
hati dalam pinjam meminjam terutama secara online, di luar itu
dalam pinjam meminjam kita harus memenuhi beberapa hukum,
syarat, rukun dalam Ariyah ( Pinjam Meminjam ) agar Ariyah sah.

DAFTAR PUSTAKA
Hendi Suhendi. FIQH MUAMALAH, PT Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2011,
Lihat Sayyid Sabiq, dalam; Fikh al-sunnah,
Karim, Helmi. 1997. Fiqh Muamalah. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulugh Al Maram Min Adillat Al Hakam, (Jakarta : Akbar,
2007)

Anda mungkin juga menyukai