Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH FIQH MUAMALAH

AKAD GADAI

Disusun oleh:
Rahmawati

Dosen pengampun: Tgk. Syibran Malasy

SEKOLAH TINGGI ILMU SYARIAH (STIS)


NAHDLATUL ULAMA ACEH
TAHUN 2023 M/ 1445 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadiarat Allah SWT. yang telah melimpahkan
Rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dan
kepada Nabi Muhammad dan keluarga dan al sahabat yang mulia.
Terima sekali kepada Dosen yang mengajar mata kuliah Fiqh Muamalah dan
kepada dosen lain yang mengajar di Sekolah Tinggi Syari’ah Nahdlatul Ulama
Aceh.Mohon maaf kalau ada kesalahan dalam makalah ini.

Penulis

RAHMAWATI
NIM:20230111
08

i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................i
BAB I: PENDAHULUAN.............................................................................ii
A. LATAR BELAKANG MASALAH.....................................................
B. RUMUS MASALAH...........................................................................
BAB II: AKAD GADAI................................................................................
A. Pengertian Akad Gadai.........................................................................
B. Landasasan Hukum Akad Gadai..........................................................
C. Sifat Akad Gadai...................................................................................
D. Rukun Akad Gadai...............................................................................
E. Syarat Akad Gadai................................................................................
F. Dampak Hukum Pada Akad Gadai.......................................................
G. Pemanfaatan Akad Gadai.....................................................................
H. Berakhir Akad Gadai............................................................................
I. Fatwa Dalam DSM MUI......................................................................
BAB III: PENUTUP......................................................................................
A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran.....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Jasa gadai masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Masyarakat


menggadaikan suatu barang karena terdesak kebutuhan dana, sementara barang
yang digadaikan tersebut masih sayang untuk dijual.
Pengertian gadai sendiri menurut Pasal 1150 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata: Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang kreditur atas suatu
barang bergerak yang diserahkan kepadanya oleh debitur atau orang lain atas
namanya untuk menjamin suatu hutang, dan yang memberikan kewenangan
kepada kreditur untuk mendapatkan pelunasan dari barang tersebut lebih dahulu
daripada kreditur-kreditur lainnya terkecuali biaya-biaya untuk melelang barang
tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk memelihara benda itu, biaya-
biaya mana harus didahulukan.

B. Rumus Masalah

- Bagaimana pengertian akad gadai ?


- Bagaimana landasan akad gadai?
- Apa saja rukun gadai?
- Apa syarat gadai ?
- Apa sifat gadai ?
- Bagaimana berakhir akad gadai tersebut ?
- Bagaimana fatwa DSN MUI tentang akad gadai?

1
BAB II
AKAD GADAI
A. Pengertian Aqad Gadai
Akad gadai adalah bentuk transaksi yang melibatkan peminjaman uang
dengan memberikan jaminan berupa barang berharga. Dalam akad gadai,
peminjam memberikan barang berharga kepada pemberi pinjaman sebagai
jaminan
atas pinjaman yang diberikan. Jika peminjam tidak dapat membayar
hutang sesuai dengan kesepakatan, maka pemberi pinjaman memiliki hak untuk
menjual barang jaminan tersebut guna melunasi hutang yang belum dibayar.
Menurut hukum Islam, akad gadai merupakan salah satu bentuk transaksi
yang diperbolehkan, asalkan dilakukan dengan syarat-syarat tertentu yang telah
ditetapkan. Hal ini berdasarkan pada prinsip keadilan dan saling menguntungkan
antara pemberi pinjaman dan peminjam.

B. Landasan hukum akad gadai

Dasar atau landasan hukum gadai syariah atau disebut dengan rahn
terdapat dalam Al-Quran. Para ulama fiqh mengemukakan bahwa akad ar-rahn
dibolehkan dalam Islam berdasarkan ketentuan di dalam Al-Quran surat Al-
Baqarah ayat 283, yaitu:

2
Artinya: "Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai)
sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada
barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi
jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah
yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah
ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi)
menyembunyikan persaksian. Dan Barang siapa yang
menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa
hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

C. Sifat akat Gadai


Ada beberapa sifat gadai sebagai beriku t:
a) Gadai adalah untuk benda bergerak. Artinya obyek gadai adalah benda
bergerak baik berwujud maupun tidak berwujud (hak tagihan).
b) Sifat kebendaan. Artinya memberikan jaminan bagi pemegang gadai
bahwa dikemudian hari piutangnya pasti dibayar dari nilai barang jaminan.
c) Benda gadai dikuasai oleh pemegang gadai. Artinya benda gadai harus
diserahkan oleh pemberi gadai kepada pemegang gadai.

d) Hak menjual sendiri benda gadai. Artinya hak untuk menjual sendiri bend
agadai oleh pemegang gadai.

e) Hak yang didahulukan

f) Hak accessoir. Artinya hak gadai tergantung pada perjanjian pokok

D. Rukun Akad Gadai

3
Rukun adalah unsur-unsur yang wajib ada dalam setiap transaksi/akad. Jika
ada salah satu unsur tidak ada, maka akad itu menjadi fasad/rusak. Rukun gadai
ada empat, yaitu:

1. Dua orang yang melakukan akad gadai (al-aqidan).


2. Barang yang digadaikan/diagunkan (al-marhun).
3. Hutang (al-marhum bih).

4. Shigat ijab dan Kabul.


E. Syarat Akat Gadai

syaratkan dalam transaksi gadai sebagai berikut:

 Syarat dua pihak yang berakad, yaitu baligh, berakal dan rusyd (memiliki
kemampuan mengatur dan mampu membedakan antara baik dan buruk).
 Syarat barang gadai (al-Marhun) ada tiga:
1. Barang gadai itu berupa barang berharga yang dapat menutupi
hutangnya, baik barang atau nilainya ketika penggadai tidak
mampu melunasinya.
2. Barang gadai tersebut adalah milik orang yang menggadaikan
atau yang di izinkan baginya untuk menjadikannya sebagai
jaminan gadai.
3. Barang gadai tersebut harus diketahui ukuran, jenis dan
sifatnya, karena gadai adalah transaksi atas harta sehingga hal
ini disyaratkan.
 Syarat berhubungan dengan hutang (al-marhun bih) adalah hutang yang
wajib atau yang akhirnya menjadi wajib.

E . Dampak Hukum Pada Akad Gadai

adalah hal yang perlu dipahami dengan baik oleh semua pihak yang
terlibat dalam transaksi keuangan, terutama dalam konteks pemberian
jaminan atas suatu hutang Perjanjian gadai merupakan salah satu bentuk
jaminan kebendaan yang umum digunakan di Indonesia untuk
meminimalisir risiko gagal bayar atau pembiayaan yang tidak terbayarkan.

4
G. Pemanfaatan Akad Gadai

 Barang kesayangan tidak akan hilang


 Mendapatkan dana dadakan dalam jumlah besar
 Menghindari kredit dan modal
 Kepemilikan barangtidak akan berpindah tangan

H. Berakhir Akat Gadai

Akad gadai berakhir ketika pihak yang meminjam mengembalikan pinjaman


yang telah diberikan beserta bunga dan biaya administrasi yang telah disepakati.
Biasanya, akad gadai memiliki jangka waktu tertentu, misalnya 3 bulan atau 6
bulan. Jika pihak yang meminjam tidak dapat melunasi pinjaman tersebut, maka
barang jaminan akan dilelang oleh pihak yang memberikan pinjaman.

I. Fatwa Akat Gadai Dalam DSM MUI

Fatwa DSN MUI tentang gadai adalah keputusan resmi yang di keluarkan oleh
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia mengenai hukum gadai dalam
Islam .Fatwa ini merupakan hasil dari kajian mendalam terhadap aspek-aspek
syariah yang terkait dengan gadai, baik dari segi pemahaman Al-Qur’an maupun
hadis-hadis Nabi Muhammad SAW.
Praktek gadai sendiri merupakan kegiatan yang umum dilakukan oleh
sebagian besar masyarakat Indonesia. Gadai adalah proses pemberian barang
berharga kepada pihak lain sebagai jaminan untuk mendapatkan pinjaman uang.
Pada umumnya, barang yang digadaikan adalah perhiasan emas, sertifikat tanah,
atau kendaraan bermotor. Penetapan fatwa DSN MUI tentang gadai bertujuan
untuk memberikan pedoman dan arahan bagi umat Islam dalam menjalankan
praktek gadai secara sesuai dengan ajaran agama. Dalam fatwa ini, DSN MUI
menetapkan beberapa hal terkait dengan syarat, ketentuan, dan implikasi hukum
dari praktek gadai dalam Islam.

5
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Gadai adalah bentuk transaksi yang melibatkan peminjaman uang dengan


memberikan jaminan berupa barang berharga. Gadai di perbolekan dalam Islam
berdasarkan ketentuan dalam Al-quran , hadis dan ijma

Rukun gadai ada empat


 Dua orang yang melakukan akad gadai (al-aqidan).
 Barang yang digadaikan/diagunkan (al-marhun).
 Hutang (al-marhum bih).
 Shigat ijab dan Kabul
Syarat gadai
 Dua orang yang melakukan akad berakal,baligh dan memiliki kemampuan
mengatur dan mampu membedakan antara baik dan buruk.
 Barang yang hendak gadai.
 Hutang .
 Serah terima.

B .Saran

Pembahasan tentang akad gadai merupakan topik yang sangat luas cakupan
dan masalahnya . Maka Ketika melakukan akad gadai usahakan secara hukum
Syariah agar tidak terjadi unsur-unsur ribawi .

Anda mungkin juga menyukai