Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabaarakatuhu


Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Dan tak lupa
sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.
Kepada keluarganya dan para sahabatnya serta orang-orang yang mengikuti jejak
langkah mereka sampai hari kiamat.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pegadaian Syariah
dengan Dosen pengampu Muhammad Bahaur Rijal, Lc., M.H. Makalah ini
berisikan tentang materi Kepemimpinan dan Perilaku Karyawan.
Dengan selesainya pembuatan makalah ini, kami tidak lupa mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Dr.Maftuhin, M.Ag, selaku Rektor IAIN Tulungagung
2. Muhammad Bahaur Rijal, Lc., M.H selaku dosen pengampu mata kuliah
ini
3. Serta semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Semoga makalah ini berguna bagi mahasiswa-mahasiswi lain dan menjadi


buku untuk pembelajaran kuliah dan menambah pengetahuan bagi pembaca.

Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabaarakatuhu

Tulungagung, 09 September 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Cover ..........................................................................................................
Kata Pengantar ......................................................................................... i
Daftar Isi .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 1
C. Tujuan Pembahasan ........................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Hak dan Kewajiban para Pihak dalam Gadai Syariah ...................... 3


B. Persamaan dan Perbedaan antara Gadai dengan Rahn ..................... 4

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ..................................................................................... 8
B. Saran............................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era modern ini, dengan adanya perkembangan zaman yang
semakin pesat diimbangi dengan kebutuhan masyarakat juga semakin
meningkat. Dalam kegiatan sehari-hari uang sangat diperlukan oleh
masyarakat dalam bertransaksi untuk memenuhi kebutuhannya. Namun
yang sering menjadi masalah yaitu mengenai kebutuhan yang ingin dibeli
dengan uang yang dimilikinya. Dengan demikian masyarakat diberikan
alternatif dalam mencari sebuah sumber dana dengan proses yang cepat
dan mudah untuk memenuhi kebutuhannya melalui sebuah lembaga
keuangan yang biasa disebut dengan Pegadaian Syariah. Karena dalam
lembaga keuangan ini segala kegiatannya berlandaskan sesuai dengan Al-
quran dan Hadist, sehingga aman untuk masyarakat. Konsep inilah yang
di dalam Isalam disebut dengan Rahn.
Lembaga pegadaian merupakan salah satu kategori dari perjanjian
utang-piutang, dimana dalam kegiatan tersebut ada sebuah barang jaminan
(Marhun) dalam berhutang. Barang jaminan tersebut tetap menjadi milik
dari orang yang menggadaikan (Rahin) akan tetapi dikuasai oleh pihak
penerima gadai (Murtahin).
Dalam makalah ini kami sebagai penulis akan memaparkan berbagai
bab-bab yang meliputi masalah-masalah seperti: Hak dan Kewajiban para
Pihak dalam Gadai Syariah dan Persamaan dan Perbedaan antara Gadai
dengan Rahn yang dilandaskan dengan konsep pegadaian syariah, agar
mejadikan pembaca lebih memahami dan mendalami mengenai gadai
syariah serta mencegah terjadinya sebuah kerugian dari salah satu pihak
dengan pihak yang lainnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Hak dan Kewajiban para Pihak dalam Gadai Syariah?
2. Bagaimana Persamaan dan Perbedaan antara Gadai dengan Rahn?

1
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui Hak dan Kewajiban para Pihak dalam Gadai
Syariah.
2. Untuk mengetahui Persamaan dan Perbedaan antara Gadai dengan
Rahn.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hak dan Kewajiban para Pihak dalam Gadai Syariah
Menurut Abdul Aziz Dahlan bahwa pihak rahin dan murtahin
mempunyai hak dan kewajiban yang harus dipenuhi. Sedangkan hak dan
kewajibannya adalah sebagai berikut:
1. Hak dan Kewajiban Murtahin
a. Hak Pemegang Gadai
1) Pemegang gadai berhak menjual marhun, apabila rahin pada
saat jatuh tempo tidak dapat memenuhi kewajibannya sebagai
orang yang berhutang. Sedangkan hasil penjualan marhun
tersebut diambil sebagian untuk melunasi marhun bih dan
sisanya dikembalikan kepada rahin.
2) Pemegang gadai berhak mendapatkan penggantian biaya yang
telah dikeluarkan untuk menjaga keselamatan marhun.
3) Selama marhun bih belum dilunasi, maka murtahin berhak
untuk menahan marhun yang diserahkan oleh pemberi gadai
(hak retentie).
b. Kewajiban Pemegang Gadai
1) Pemegang gadai berkewajiban bertanggung jawab atas
hilangnya atau merosotnya harga marhun, apabila hal itu atas
kelalaiannya.
2) Pemegang gadai tidak dibolehkan menggunakan marhun untuk
kepentingan sendiri.
3) Pemegang gadai berkewajiban untuk memberi tahu kepada
rahin sebelum diadakan pelelangan marhun.
2. Hak dan Kewajiban Pemberi Gadai Syariah
a. Hak Pemberi Gadai

3
1) Pemberi gadai berhak untuk mendapatkan kembali marhun
setelah pemberi gadai melunasi marhun bih.
2) Pemberi gadai berhak menuntut ganti kerugian dari kerusakan
dan hilangnya marhun apabila hal itu disebabkan oleh kelalaian
murtahin.
3) Pemberi gadai berhak untuk mendapatkan sisa dari penjualan
marhun setelah dikurangi biaya pelunasan marhun bih dan
biaya lainnya.
4) Pemberi gadai berhak meminta kembali marhun apabila
murtahin telah jelas menyalahgunakan marhun.
b. Kewajiban Pemberi Gadai
1) Pemberi gadai berkewajiban untuk melunasi marhun bih yang
telah diterimanya dari murtahin dalam tenggang waktu yang
telah ditentukan, termasuk biaya lain yang telah ditentukan
murtahin.
2) Pemberi gadai berkewajiban merelakan penjualan harta benda
gadainya (marhun), apabila dalam jangka waktu yang telah
ditentukan pemberi gadai tidak dapat melunasi uang
pinjamannya (marhun bih) kepada murtahin.

B. Persamaan dan Perbedaan antara Gadai dengan Rahn


Merinci persamaan dan perbedaan antara rahn dan gadai diuraikan
sebagai berikut.
1. Persamaannya antara rahn dan gadai meliputi:
a. Hak gadai berlaku atas pinjaman uang
b. Adanya agunan (barang jaminan) sebagai jaminan utang
c. Tidak boleh mengambil manfaat barang yang digadaikan1
d. Biaya barang yang digadaikan ditanggung oleh para pemberi gadai

1
Sasli Rais, Pegadaian Syariah: Konsep dan Sistem Operasional (Suatu Kajian Kontemporer),
(Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), 2006), hlm.44-46

4
e. Apabila batas waktu pinjaman uang telah habis, barang yang
digadaikan boleh dijual atau dilelang.2
2. Perbedaan antara rahn dan gadai meliputi:
a. Rahn dalam hukum Islam dilakukan secara sukarela atas dasar
tolong-menolong tanpa mencaari keuntungan, sedangkan gadai
menurut hukum perdata, disamping berprinsip tolong-menolong
juga menarik keuntungan dengan cara menarik bunga atau sewa
modal yang ditetapkan.3
b. Dalam hukum perdata hak gadai hanya berlaku pada benda yang
bergerak, sedangkan dalam hukum Islam rahn berlaku pada
seluruh harta, baik harta yang bergerak maupun yang tidak
bergerak. Pada hukum perdata positif penjaminan dengan harta
tidak bergerak seperti tanah, kapal laut dan pesawat udara disebut
dengan hak tanggungan seperti diatur dalam UU No.4 Tahun
1996.4
c. Dalam rahn, menurut hukum Islam tidak ada istilah bunga uang.5
d. Gadai menurut hukum perdata, dilaksanakan melalui suatu
lembaga yang di Indonesia disebut Perum Pegadaian, sedangkan
rahn menurut hukum Islam dapat dilaksanakan tanpa melalui suatu
lembaga.6
Adapun keabsahan prinsip syariahnya dapat dilihat pada keputusan
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSNMUI)
No:09/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan Ijarah dan Fatwa lainnya
yang berkaitan dengan gadai. Selain perbandingan diatas, perlu di
ungkapkan jasa perbandingan antara gadai syariah dengan jasa gadai
konvensional sebagai berikut.
2
Jeni Susyanti, Operasional Keuangan Syariah, (Malang: Badan penerbit Fakultas Ekonomi,2016),
hlm.174
3
Sasli Rais, Pegadaian Syariah, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), 2006), hlm.47
4
Abdul Ghofur Anshori, Gadai Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
2011), hlm.126
5
Sasli Rais, Pegadaian Syariah, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), 2006), hlm.47
6
Muhammad dan Sholikul Hadi, Pegadaian Syariah: Suatu Alternatif Konstruksi Sistem Pegadaian
Nasional, (Jakarta: Salemba Diniyah,2003), hlm.42

5
1. Jasa Gadai Syariah
Pegadaian memiliki banyak produk yang mungkin cocok buat
seseorang yang membutuhkan dana dalam jangka pendek. tak
kenal maka tak sayang demikian kata pepatah, sehingga ada
baiknya sebelum seseorang membutuhkan uang yang mendesak,
seseorang benar-benar kepepet membutuhkan modal maka tidak
ada salahnya untuk meluangkan waktu sebentar ke kantor pegadaian
terdekat dari tempat tinggal seseorang untuk menanyakan syarat-
syarat dan prosedur yang ada serta daftar barang yang diterima
sebagai jaminan gadai7. Tetapi prinsipnya, jangan terkungkung
dengan alternatif pendanaan yang biasa digunakan. Ada baiknya
buka mata dan buka telinga sehingga semakin banyak informasi
yang didapat serta semakin mengetahui beberapa alternatif sumber
pendanaan yang diperlukan.
Selain itu ditemukan bahwa pegadaian konvensional menarik
bunga 10%-14% untuk jangka waktu empat bulan, plus asuransi
sebesar 0,5% dari jumlah pinjaman. Jangka waktu empat bulan itu
dapat terus diperpanjang, selama nasabah mampu membanyar
bunya. Lain halnya pegadaian syariah hanya memungut biaya
(termasuk asuransi barang) sebesar 4% untuk jangka waktu dua
bulan. Apabila lewat dua bulan nasabah tidak mampu menebus
barangnya, masa gadai bisa diperpanjang dua periode. Jadi total
waktu maksimalnya enam bulan. tidak ada tambahan pungutan
biaya untuk perpanjangan waktu. Tetapi jika melewati masa enam
bulan, BSM akan langsung mengeksekusi barang gadai.
Dalam jaringan pemasaran, gadai emas syariah memang jauh
tertinggal dari perum pegadaian. Perusahaan milik pemerintah itu
telah memiliki 722 cabang yang tersebar di berbegai pelosok
nusantara; sementara gadai emas syariah baru bisa dilayani disatu
tempat : BSM cabang Masjestik, jakarta. Rencananya, diakhir tahun

7
Zainuddin Ali, Hukum Gadai Syariah, (Jakarta : Sinar Grafika, 2008), hlm.79

6
2002 jumlah cabang yang melayani gadai syariah ini akan ditambah
menjadi sembilan gerai. Gadai emas syariah versi Bank Syariah
Mandiri (BSM) dalam hal ini, merupakan hal baru. Prinsip
kesyariahan yang diterapkan dalam produk ini pun masih
dipertanyakan banyak orang. BSM sendiri mendasari Produk ini
atas prinsip ar-rahn yang tercantum dalam QS. Al-Baqarah (2) ayat
283.

...


Artinya : jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak
secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis,
maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang
berpiutang)
2. Jasa Gadai Konvensional
Pegadaian konvensioanal memberikan pinjaman kepada warga
masyarakat mulai dari Rp 10.000,00 sampai Rp 20 juta per surat
gadai. Namun demikian, pegadaian juga memiliki produk untuk
pinjaman diatas Rp 20 juta. Dan perhitungan bunga dilakukan setiap
15 hari. Yang unik dan mungkin sedikit merugikan bagi nasabah
pegadaian adalah bila seseorang ingin melunasi, misalnya dalam
jangka waktu 17 hari maka orang itu akan dikenakan bunga untuk
30 hari. Karena pegadaian menghitung bunga setiap 15 hari dan
untuk setiap kelebihannya akan dibulatkan menjadi 15 hari
sehingga nasabah harus benar-benar menaati jadwal pembayaran
bunga sesuai dengan waktunya.8
Bila nasabah ingin menebus kembali barang yang digadaikan,
sebaiknya sesuai dengan pola waktu 15 hari itu. Jangka waktu
pinjaman diberikan oleh pegadaian selama 4 bulan. Apabila telah
melewati batas punjaman, nasabah dapat memperpanjang dengan
membayar sewa modal (bunga) atau dapat menebus barang

8
Ibid, hlm.81

7
jaminannya. Apabila kedua hal tersebut tidak dilaksanakan maka
pegadaian berhak untuk melelang barang barang yang
digadaiakannya.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hak dan Kewajiban para Pihak dalam Gadai Syariah
a. Hak dan kewajiban pemberi gadai
1) Hak pemberi gadai meliputi: pemegang gadai berhak menjual
marhun, berhak mendapatkan penggantian biaya yang telah
dikeluarkan untuk menjaga keselamatan marhun dan Selama
marhun bih belum dilunasi, maka murtahin berhak untuk
menahan marhun.
2) Kewajiban pemegang gadai meliputi: berkewajiban bertanggung
jawab atas hilangnya atau merosotnya harga marhun yang
disebabkan oleh kelalaiannya, tidak dibolehkan menggunakan
marhun untuk kepentingan sendiri dan berkewajiban untuk
memberi tahu kepada rahin sebelum diadakan pelelangan
marhun.
b. Hak dan kewajiban penerima gadai
1) Hak penerima gadai meliputi: berhak untuk mendapatkan
kembali marhun setelah pemberi gadai melunasi marhun bih,
berhak menuntut ganti kerugian dari kerusakan dan hilangnya
marhun yang disebabkan oleh murtahin, berhak untuk
mendapatkan sisa dari penjualan marhun setelah dikurangi
biaya pelunasan marhun bih dan biaya lainnya, dan berhak
meminta kembali marhun apabila murtahin telah jelas
menyalahgunakan marhun.

8
2) Kewajiban penerima gadai meliputi: berkewajiban untuk
melunasi marhun bih yang telah diterimanya dari murtahin dan
berkewajiban merelakan penjualan harta benda gadainya
(marhun) apabila tidak bisa melunasi utang pada saat jatuh
tempo.
2. Persamaan dan Perbedaan antara Gadai dengan Rahn
a. Persamaanya meliputi: hak gadai berlaku atas pinjaman uang,
adanya agunan sebagai jaminan utang, tidak boleh mengambil
manfaat barang yang digadaikan, biaya barang yang digadaikan
ditanggung oleh para pemberi gadai dan apabila batas waktu
pinjaman uang telah habis barang yang digadaikan boleh dijual
atau dilelang.
b. Perbedaanya meliputi: rahn dilakukan dengan sukarela atas
asas tolong menolong namun gadai dilakukan atas pencarian
keuntungan (laba), hak gadai hanya berlaku pada benda
bergerak dan rahn berlaku untuk semua harta, gadai dalam
hukum perdata dilaksanakan melalui Perum Pegadaian,
sedangkan rahn menurut hukum Islam dapat dilaksanakan
tanpa melalui suatu lembaga dan perbedaan lain biasanya
terletak pada sistem akad dan produknya.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini kami yakin masih banyak terdapat
kekurangan, baik dari segi penulisan makalah sampai kurang sempurnanya
materi. Atas segala kekurangannya tersebut kami mengharapkan kritik
yang membangun dari pembaca untuk pembenahan makalah di kemudian
hari.

9
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zainuddin. 2008. Hukum Gadai Syariah. Jakarta: Sinar Grafika.


Ghofur Anshori, Abdul. 2006. Gadai Syariah di Indonesia. Jakarta: Gadjah Mada
University Press.
Muhammad dan Sholikul Hadi. 2003. Pegadaian Syariah: Suatu Alternatif
Konstruksi Sistem Pegadaian Nasional. Jakarta: Salemba Diniyah.
Rais, Sasli. 2005. Pegadaian Syariah Konsep dan Sistem Operasional. Jakarta:UI-
Press.
Susyanti, Jeni. 2016. Operasional Keuangan Syariah. Malang: Badan penerbit
Fakultas Ekonomi

10

Anda mungkin juga menyukai