Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain, disinilah
manusia sebagai makhluk social. ratusan tahun sistem ekonomi didunia
didominasi oleh sitem bunga hampir setiap perjanjian menggunakan sitem bunga.
Sangat banyak lembaga keuangan syariah dalam mengatur keuangan masyarakat,
yang salah satunya adalah Pengadaian Syariah. Yang tidak semata-mata juga turut
serta dalam membantu kegitan ekonomi umat.
Pegadaian syariah juga dapat membantu masalah ekonomi dinegara indonesia.
dengan sistem pegadaian syariah secara cepat dan berjangka pendek. Dan
pegadaian syariah juga memberikan keamanan bagi semua penabung dan
pemegang deposito bahwa dananya tidak akan hilang begitu saja jika nasabah
peminjam ingkar janji karena ada suatu aset atau barang yang menjadi jaminan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Akad Rahn?
2. Apa itu Rahn Tajlisi?
3. Apa Sumber Hukum Akad Rahn?
4. Apa Rukun dan Ketentuan Syariah Akad Rahn?
5. Bagaimana perlakuan akuntansi Rahn?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Akad Rahn
2. Mengetahui Rahn Tajlisi
3. Mengetahui Sumber Hukum Akad Rahn
4. Mengetahui Rukun dan Ketentuan Syariah Akad Rahn
5. Mengetahui perlakuan akuntansi Rahn

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akad Rahn


Rahn secara harfiah adalah tetap, kekal, dan jaminan. Secara istilah rahn
adalah apa yang disebut dengan barang jaminan, angunan, cagar, atau
tanggungan. Rahn yaitu menahan barang sebagai jaminan atas utang. Akad
rahn juga diartikan sebagai sebuah perjanjian pinjaman dengan jaminan atau
dengan melakukan penahanan harta milik si peminjam sebagai jaminan atas
pinjaman yang diterimanya. Barang gadai baru dapat diserahkan kembali pada
pihak yang berutang apabila utangnya sudah lunas.
Akad rahn bertujuan agar pemberi pinjaman lebih memercayai pihak yang
berutang. Pemeliharaan dan penyimpanan barang gadaian pada hakekatnya
adalah kewajiban pihak yang menggadaikan (rahin), namun dapat juga
dilakukan oleh pihak yang menerima barang gadai (murtahin) dan biayanya
harus ditanggung rahin. Besarnya biaya ini tidak boleh ditentukan berdasarkan
jumlah pinjaman.
Apabila barang gadaian dapat diambil manfaatnya, misalnya mobil maka
pihak yang menerima barang gadaian boleh memanfaatkannya atas seizin
pihak yang menggadaikan sebaliknya ia berkewajiban memelihara barang
gadaian.
Untuk barang gadai berupa emas tentu tidak ada biaya pemeliharaan, yang
ada adalah biaya penyimpanan. Penentuan besarnya biaya penyimpanan
dilakukan dengan akad ijarah.
Pada saat jatuh tempo yang berutang berkewajiban untuk melunasi
utangnya. Apabila ia tidak dapat melunasinya maka barang gadaian dijual
kemudian hasil penjualan bersih digunaan untuk melunasi utang dan
biayapemeliharaan yang terutang. Apabila ada kelebihan antara harga jual
barang gadaian dengan besarnya utang maka selisihnya diserahkan kepada
yang berutang tetapi apabila ada kekurangan maka yang berutang tetap harus
membayar sisa utangnya tersebut.

2
Dalam rahn, barang gadaian tidak otomatis menjadi milik pihak yang
menerima gadai (pihak yang memberi pinjaman) sebagai pengganti
piutangnya. Dengan kata lain fungsi rahn di tangan murtahin (pemberi utang)
hanya berfungsi sebagai jaminan utang dari rahin (orang yang berhutang).
Namun, barang gadaian tetap milik orang yang berutang.

B. Rahn Tajlisi
Selain akad rahn, pada tahun 2008 MUI juga mengeuarkan fatwa tentang
Rahn Tajlisi (Fidusia). Fatwa ini dikeluarkan dalam rangka mengurangi
kendala yang timbul sehubungan masalah jaminan khususnya dalam masalah
pemeliharaan dan pemanfaatan jaminan.
Fidusia sendiri didefinisikan sebagai: pengalihan hak kepemilikan suatu
benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak
kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda,
(UU No. 42/1999). Fidusia sendiri dapat diterapkan untuk barang bergerakdan
barang tidak bergerak, baik berwujud maupun tidak berwujud, sehingga
menjadi lebih luas cakupannya. Jika perbankan syariah menggunakan akad
rahn yang ada, maka berarti yang melakukan penyimpanan jaminan adalah
bank syariah, tetapi dengan rahn tajlisi (fidusia) maka pihak yang
menggadaikan dapat memanfaatkan barang yang dijamin serta menanggung
biaya pemeliharaan.
Agar sesuai dengan syariah, maka akad rahn tajlisi harus memenuhi hal- hal
sebagai berikut :
1. Biaya pemeliharaan harus ditanggung oleh pihak yang menggadaikan,
namun jumlah biaya pemeliharaan tidak boleh dihubungkan dengan
besarnya pembiayaan;
2. Pihak penerima gadai dapat menyimpan bukti kepemilikkan sedangkan
barang yang digadaikan dapat digunakan pihak yang menggadaikan
dengan izin dari penerima gadai.
3. Jika terjadi eksekusi jaminan, maka dapat dijual oleh pihak penerima gadai
tetapi harus dengan izin dari pihak yang menggadaikan sebagai pemilik.

3
Berdasarkan persyaratan tersebut maka rahn tajlisi ini sama dengan rahn
biasa, yang membedakan hanya masalah pemanfaatan dan pemeliharaan saja.
Oleh sebab itu, dasar hukum dan ketentuan syariah akan sama dengan akad
rahn.
C. Sumber Hukum
1. Al-Quran
“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai),
sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada
barang tanggungan yang dipegang oleh yang berpiutang.” (QS 2:283)
2. As-Sunah
“Dari Aisyah r.a bahwa Rasulullah pernah membeli makanan dengan
berutang dari seorang Yahudi dan nabi menggadaikan sebuah baju besi
kepadanya.” (HR Bukhari, Nasa’i dan Ibnu Majah)
“Tidak terlepas kepemilikan barang gadai dari pemilik yang
menggadaikannya. Ia memperoleh manfaat dan menanggung risikonya.”
(HR Al Syafa’i, Al Daraquthni dan Ibnu Majah daro Abu Hurairah)
“ Tunggangan (kendaraan) yang digadaikan boleh dinaiki dengan
menanggung biayanya dan binatang ternak yang digadaikan dapat diperah
susunya dengan menanggung biayanya. Orang yang menggunakan
kendaraan dan memerah susu tersebut wajib menanggung biya perawatan
dan pemeliharaan.” (HR Jamaah kecuali Muslim dan Al Nasa’i).

D. Rukun Dan Ketentuan Syariah


Rukun al-rahn :
1. Pelaku, terdiri atas pihak yang menggadaikan (rahin) dan pihak yang
menerima gadai (murtahin)
2. Objek akad berupa yang digadaikan (marhun) dan utang ( marhun bih)
3. Ijab Kabul/serah terima

Ketentuan stariah, yaitu :


1. Pelaku, harus cakap hukum dan baligh

4
2. Objek yang digadaikan
a. Barang gadai (marhun)
 Dapat dijual dan nilainya seimbang
 Harus bernilai dan dapat dimanfaatkan
 Harus jelas dan dapat ditentukan secara spesifik
 Tidak terkait dengan orang lain
b. Utang (marhun bih), nilai utang harus jelas demikian juga tanggal
jatuh temponya.
3. Ijab Kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling ridha/rela diantara pihak-
pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui
korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.

E. Skema Akad Al-Rahn

Prosedur pinjaman rahn


 Untuk dapat memperoleh pinjaman dari pegadaian syariah,
masyakrakat hanya cukup menyerahkan harta geraknya
(mas,berlian,kendaraan,dll).

5
 Kemudian staf taksir akan menentukan nilai taksiran barang bergerak
tersebut yang akan dijadikan sebagai patokan perhitunganpengeneen
biaya sewa simpan ( jasa simpanan) dan plafon uang pinjaman yang
dapat diberikan.
 Taksiran barang ditentukan berdasarkan nilai intrinsik dan harga pasar
yang telah ditetapkan oleh forum pegadaian.
 Maksimum uang pinjaman yang diberikan adalah sebesar 90% dri nilai
taksiran barang.
Setelah melalui tahap tadi, pegadaian syariah dan nasabah melalui akad
dengan kesepakatan :
1. Jangka waktu penyimpanan barang dan pinjaman ditetapkan selama
maksimal 4 bulan.
2. Nasabah bersedia membayar jasa simpan sebesar RP 80,- dari
kelipatan taksiran RP10.000,- per 10 hari yang dibayar bersamaan
pada saat melunasi pinjaman.
𝑇𝑎𝑘𝑠𝑖𝑟𝑎𝑛
𝑅𝑃 80 𝑋
𝑅𝑃 10.000
3. Membayar biaya adm yang besarnya di tetapkan oleh pegadsian pada
saat pencairan uang pinjaman.
Dengan ketentuan sbb :
Tabel beban biaya adm pada pegadaian syariah
Golongan Pinjaman Biaya adm
Gol A Rp 20.000 – 150.000 Rp 1.000
Gol B Rp 151.000 – 500.000 Rp 5.000
Gol C Rp 501.000 – 1.000.000 Rp 8.000
Gol D Rp 1.005.000 – 5jt Rp 16.000
Gol E Rp 5.010.000 – 10jt Rp 25.000
Gol F Rp 10.050.000 – 20jt Rp 40.000
Gol G Rp 20.100.000 – 50jt Rp 50.000
Gol H Rp 50.100.000 – 200jt Rp 60.000

6
Nasabah dalam hal ini diberikan kelonggaran untuk:
 Melakukan penebusan/pelunasan pinjaman kapan pun sebelum
jangka waktu 4 bulan
 Mengansur uang pinjaman terlebih dahulu jasa simpan yang sudah
berjalan ditambah biaya administrasi
 Atau hanya membayar jasa simpanan saja terlebih dahulu jika saat
jatuh tempo nasabah belum mampu melunasi pinjaman uangnya.
 Jika nasabah sudah tidak mampu melunasi hutang atau hanya
membayar jasa simpan, maka pegadaian syariah melakukan
eksekusi barang jaminan dengan cara dijual
 Selisih antara nilai penjualan dengan pokok pinjaman,jasa simpan
dan pajak merupakan uang yang menjadi hak nasabah.
 Nasabah diberik kesempatan selama 1 tahun untuk mengambil
kelebihan uang, dan jika dalam 1 tahun ternyata nasabah tia
mengambil uang kelebihan tersebut, pegadaian syariah akan
menyerahkan kelebihan uang kepada badan amil zakat sebagai ZIS.
Perhitungan Rahn
 biaya sewa (BS) : Rp 1.500/gram/bulan
 berat emas ditaksir (BED) : 20 gram
 karatase emas ditaksir (KED) : 22 karat
 harga standar emas 24 karat (HSE) : Rp 250.000/gram
 jangka waktu sewa (JW) : 4 bulan
Dari data di atas di peroleh perhitungan :
 biaya tempat penyimpanan emas perhitungannya :
BED x JW Rp1.500,- 20gram x 4 bln x Rp 1.500
=Rp 120.000,-
 harga taksir emas:
BED x HSE x KED x 24 karat 20gram x Rp 250.000 x 22/24
=RP4.583.333,-
 maxsimal pinjaman :

7
Rp 4.583.333 x 80% = Rp 3.666.666,- (dibulatkan ke bawah) menjadi
RP 3.600.000,-

F. Perlakuan Akuntansi Rahn


Bagi pihak yang Menerima Gadai (Murtahin)
Pada saat ,emerima barang gadai tidak dijurnal tetapi membuat tanda
terima atas barang.
1. Pada saat menyerahkan uang pinjaman
Jurnal:
Dr. Piutang xxx
Kr.Kas xxx
2. Pada saat menerima uang untuk biaya pemeliharaan dan penyimpanan
Jurnal :
Dr.Kas xxx
Kr.Pendapatan xxx
3. Pada saat mengeluarkan biaya untuk memelihara dan pemyimpanan
Jurnal :
Dr.Beban xxx
Kr.Kas xxx
4. Pada saat pelunasan uang pinjaman, barang gadai dikembalikan
dengan membuat tanda serah terima barang
Jurnal :
Dr.Kas xxx
Kr.Piutang xxx
5. Jika pada saat jatuh tempo, utang tidak dapat dilunasi dan kemudian
barang gadai dijual oleh pihak yang menggadaikan.
Penjualan barang gadai, jika nilainya sama dengan piutang
Jurnal :
Dr.kas xxx
Kr.Piutang xxx

8
Bagi pihak yang Menggadaikan
Pada saat mnyerahkan asset tidak ada jurnal, tetapi menerima tanda
terima atas penyerahan asset serta membuat penjelasan atas catatan
akuntansi atas barang yang digadaikan.
1. Pada saat menerima uang pinjaman
Jurnal :
Dr.kas xxx
Kr.utang xxx
2. Bayar utang untuk biaya pemeliharaan dan penyimpanan
Jurnal:
Dr.Beban xxx
Kr.kas xxx
3. Ketika dilakukan pelunaan atas utang
Jurnal :
Dr.utang xxx
Kr.Kas xxx
4. Jika pada saat jatuh tempo utang tidak dapat dilunasi sehingga barang
gadai dijual
Pada saat penjualan barang gadai
Jurnal:
Dr.kas xxx
Dr.Akumulasi penyusutan (apabila asetb tetap) xxx
Dr.Kerugian (apabila rugi) xxx
Kr.Keuntungan (apabila untung) xxx
Kr.Aset xxx
Pelunasan utang atas barang yang dijual pihak menggadai
Jurnal:
Dr.Utang xxx
Kr.Kas xxx

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pegadaian adalah lembaga yang mendasarkan diri pada hukum gadai.
Dalam menjalankan usahanya. Pegadaian syariah atau Pegadaian Islam adalah
suatu sistem pergadaian yang dikembangkan berdasarkan syariah (hukum)
islam. Dan memberikan keamanan bagi semua penabung dan pemegang
deposito bahwa dananya tidak akan hilang begitu saja jika nasabah peminjam
ingkar janji karena ada suatu aset atau barang yang dipegang oleh
bank. Barang yang digunakan sebagai jaminan utang atau gadai dalam proses
pegadaian adalah barang yang memiliki nilai ekonomis.resiko yang
didapatkan dalam proses pegadaian adalah penurunan nilai aset yang ditahan
atau rusaknya barang yang digadaikan.

B. Kritik dan Saran


Dalam penyusun makalah ini penulis menyadari masih banyak kesalahan
yang harus diperbaiki untuk menambah pengetahuan penulis dalam
penyusunan makalah. Jadi penulis dengan senang hati menerima kritik dan
saran yang membangun dari pembaca untuk menambah kesempurnaan
makalah ini dan juga sekaligus memperbaiki setiap kesalahan yang tertulis
dalam makalah ini.

10
Daftar Pustaka

Nurhayati, Sri dan Wasilah. 2015. Akuntansi Syariah di Indonesia, Jakarta:


Salemba Empat.

11

Anda mungkin juga menyukai