Anda di halaman 1dari 4

Tugas Akuntansi Syariah

Nama : Enisa Ayu Putri

NIM : 12030120140303

Kelas :B

BAB 13

1. Jelaskan pengertian akad sharf.

Jawab: Sharf adalah transaksi jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya.
Transaksi jual beli atau pertukaran mata uang, dapat dilakukan baik dengan mata
uang yang sejenis (misalnya rupiah dengan rupiah) maupun yang tidak sejenis
(misalnya rupiah dengan dolar, atau sebaliknya). Tidak boleh ada hak khiyar
syarat bagi pembeli.

2. Jelaskan tentang ketentuan akad sharf yang sesuai dengan syariah.

Jawab: 1. Pelaku, harus cakap hukum dan baligh.

2. Objek akad, yang terdiri dari:

a. Nilai tukar atau kurs mata uang telah diketahui oleh kedua belah pihak.

b. Valuta yang diperjualbelikan telah dikuasai, baik oleh pembeli maupun oleh
penjual, sebelum keduanya berpisah.

c. Apabila mata uang atau valuta yang diperjualbelikan itu dari jenis yang sama,
maka jual beli mata uang itu harus dilakukan dalam kuantitas yang sama,
sekalipun model dari mata uangnya berbeda.

d. Dalam akad sharf tidak boleh ada hak khiyar syarat bagi pembeli.

e. Dalam akad sharf tidak boleh terdapat tenggang waktu antara penyerahan mata
uang yang saling dipertukarkan karena, sharf dikatakan sah apabila penguasaan
objek akad dilakukan secara tunai atau dalam kurun waktu 2 x 24 jam dan
perbuatan saling menyerahkan itu harus telah berlangsung sebelum kedua belah
pihak yang melakukan jual beli valuta itu berpisah.
3 Ijab kabul, pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-
pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui
korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.

3. Jelaskan alasan transaksi forward dilarang oleh syariah.

Jawab: Transaksi forward tidak diperbolehkan dalam syariah adanya unsur riba
dimana harga yang dipergunakan adalah harga yang diperjanjikan (muwa'adah)
dan penyerahannya dilakukan di kemudian hari dengan harga pada waktu
penyerahan yang belum tentu sama seperti harga yang disepakati.

4. Jelaskan pengertian dan jenis akad wadiah.

Jawab: Wadiah adalah akad penitipan dari pihak yang mempunyai uang/barang
kepada pihak yang menerima titipan dengan catatan kapan pun titipan diambil
pihak penerima titipan wajib menyerahkan kembali uang/barang titipan tersebut
sehingga pihak yang dititipi menjadi penjamin pengembalian barang titipan.

5. Apakah penggunaan wadiah yad adh dhamanah oleh pihak yang


menerima titipan mewajibkan penitip menerima komisi?

Jawab: Hasil dari pemanfaatan barang dari akad ini tidak wajib dibagihasilkan
dengan pemberi titipan. Namun demikian, penerima titipan boleh saja
memberikan bonus dan tidak boleh dijanjikan sebelumnya kepada pemilik barang.
Contohnya yaitu, tabungan dan giro tidak berjangka dengan akad wadiah.

Hal ini dipertegas oleh Ibnu Utsaimin yang menyatakan bahwa,"Para ahli fikih
menjelaskan bahwa bila orang yang menitipkan (uang) memberikan izin kepada
yang dititip untuk menggunakannya maka akad wadiah berubah menjadi akad
qardh". Jika berubah menjadi akad qardh maka, tidak diperbolehkan adanya
tambahan/bonus (Tarmizi, 2013).

6. Jelaskan pengertian akad qardh hasan.

Jawab: Qardhul hasan adalah pinjaman tanpa dikenakan biaya dimana peminjam
hanya wajib membayar sebesar pokok utangny. Pinjaman uang seperti inilah yang
sesuai dengan ketentuan syariah karena tidak ada unsur riba di dalamnya. Akad
ini memperlihatkan betapa indahnya ajara islam dimana adanya
prinsip saling tolong menolong antar kita sesama manusia dengan itikad baik
tanpa mengharapkan balasan yang lebih.

7. Apakah dana dan penyaluran qardh hasan boleh digabung dengan


pengelolaan perusahaan secara umum?

Jawab: Pada prinsipnya, dana qardh hasan tidak boleh digabung dengan
pengelolaan perusahaan secara umum. Hal ini karena dana qardh hasan memiliki
karakteristik yang berbeda dengan dana perusahaan. Dana perusahaan merupakan
modal atau aset yang dimiliki oleh perusahaan untuk menjalankan operasionalnya,
sedangkan dana qardh hasan merupakan pinjaman yang harus dikembalikan
kepada pemberi pinjaman. Penggabungan dana qardh hasan dengan pengelolaan
perusahaan secara umum dapat menimbulkan masalah transparansi, akuntabilitas,
dan kebingungan dalam mengelola sumber daya keuangan perusahaan.

8. Jelaskan pengertian akad wakalah.

Jawab: Akad wakalah adalah akad pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak kepada
pihak lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan. Sebabnya adalah tidak semua hal
dapat diwakilkan contohnya salat, puasa, bersuci, qishash, talak, dan lain
sebagainya.

9. Jelaskan pengertian akad hiwalah beserta jenisnya.

Jawab: Hawalah/Hiwalah secara harfiah berarti pengalihan, pemindahan,


perubahan warna kulit atau memikul sesuatu di atas pundak. Objek yang dialihkan
dapat berupa utang atau piutang. Jenis akad ini pada dasarnya adalah akad tabarru'
yang bertujuan untuk saling tolong-menolong untuk menggapai rida Allah.

Jenis Akad Hiwalah yaitu:

 Ditinjau dari segi objek akad, hiwalah dapat dibagi menjadi 2 (dua)
sebagai berikut:
1. Apabila yang dipindahkan merupakan hak menagih piutang maka,
pemindahan itu disebut hiwalah al haqq (pemindahan hak)/anjak piutang).
2. Apabila dipindahkan itu kewajiban untuk membayar utang maka,
pemindahan itu disebut hiwalah ad-dain (pemindahan utang).
 Ditinjau dari sisi persyaratan, hiwalah terbagi menjadi 2 (dua) yaitu
sebagai berikut:
1. Hawalah al-muqayyadah (pemindahan bersyarat) yaitu, hawalah dimana
muhil adalah pihak yang berutang sekaligus berpiutang kepada
muhal'alaih.
2. Hawalah al-muthlaqah (pemindahan mutlak) adalah hawalah di mana
muhil adalah pihak yang berutang, tetapi tidak berpiutang kepada
muhal'alaih.

10. Berdasarkan ilustrasi di awal bab, berikan tanggapan Anda dengan


uraian yang jelas.

Jawab: Menurut pendapat saya, Pak Ahmad diperbolehkan untuk datang ke


pegadaian asalkan pegadaian yang didatangi adalah pegadaian syariah. Pada
pegadaian syariah, dikenal adanya akad rahn.

Berdasarkan akad ini, apabila barang gadaian dapat diambil manfaatnya, seperti
dalam kasus ini ialah sebidang sawah Pak Ahmad, maka pihak yang menerima
barang gadaian boleh memanfaatkannya atas seizin pihak yang menggadaikan.
Sebaliknya, penerima gadai berkewajiban memelihara barang gadaian. Penentuan
besarnya biaya penyimpanan dilakukan dengan akad ijarah. Pada saat jatuh tempo,
pihak yang berutang berkewajiban untuk melunasi utangnya. Apabila ia tidak dapat
melunasinya maka barang gadaian akan dijual dan hasil penjualan bersihnya
digunakan untuk melunasi utang dan biaya pemeliharaan yang terutang. Apabila
terdapat kelebihan antara harga jual barang gadaian dengan besarnya utang maka,
selisihnya diserahkan kepada yang berutang.

Sebaliknya, jika terdapat kekurangan maka, yang berutang tetap harus membayar
sisa utangnya tersebut. Dalam akad rahn, barang gadaian tidak otomatis menjadi
milik penerima gadai (pihak yang memberi pinjaman) sebagai pengganti
piutangnya. Dengan kata lain, fungsi rahn di tangan pemberi utang (murtahin)
hanya sebagai jaminan utang dari orang yang berutang (rahin). Barang gadaian
tetap milik orang yang berutang

Anda mungkin juga menyukai