Anda di halaman 1dari 4

1. Jelaskan pengertian sharf !

Jawab :
Al-sharf secara etimologi artinya Al-Ziyadah (penambahan), Al-‘Adl (seimbang), penghindaran,
pemalingan penukaran, atau transaksi jual beli. Kadang-kadang Al-Sharf dipahami berasal dari
kata Sharafa yang artinya membayar dengan penambahan.
Sharf adalah perjanjian jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya. Atau sharf (money
changing) adalah menjual nilai sesuatu dengan nilai sesuatu yang lain, meliputi emas dengan
emas, perak dengan perak, dan emas dengan perak. Dalam kamus istilah fiqh disebutkan bahwa
Ba'i Sharf adalah menjual mata uang dengan mata uang (emas dengan emas).

2. Jelaskan tentang ketentuan akad sharf yang sesuai dengan syariah !


Jawab :
A. Pelaku, harus cakap hokum dan baligh.
B. Objek akad
a. Nilai tukar atau kurs mata uang telah diketahui oleh kedua belah pihak, misalnya
$1=Rp9.000.
b. Valuta yang diperjualbelikan telah dikuasai, baik oleh pembeli maupun oleh penjual,
sebelum keduanya berpisah. Penguasaan bisa berbent
berbentuk
uk material maupun hukum.
Penguasaan secara material misalnya pembeli langsung menerima dolar Amerika Serikat
yang dibeli dan penjual langsung menerima
menerima uang rupiah. Adapun penguasaan secara
hukum, misalnya pembayaran dengan menggunakan cek.
c. Apabila mata uang atau valuta yang di perjualbelikan itu dari jenis yang sama, maka jual
beli mata uang itu harus dilakukan dalam kuantitas yang sama. Sekalipun model dari
mata uang itu berbeda. Misalnya, antara uang Rp5.000 sebanyak 10 lembar.
d. Dalam akad sharf tidak boleh ada hak khiyar syarat bagi pembeli. Hak yang dimaksud
khiyar syarat adalah hak pilih bagi pembeli untuk dapat melanjutkan atau tidak
melanjutkan jual beli mata uang tersebut setelah akadnya selesai dan syarat tersebut
diperjanjikan ketika transaksi jual beli berlangsun
berlangsung.
g. Alasan tidak diperbolehkann
diperbolehkannya
ya
khiyar syarat adalah untuk menghindari adanya ketidakpastian/gharar.
ketidakpastian/gharar.
e. Dalam akad sharf tidak boleh terdapat tenggang waktu
waktu antara penyerahan mata uang
yang saling dipertukarkan, Karena sharf dikatakan sah apabila penguasaan objek akad
dilakukan secara tunai atau dalam kurun waktu 2x24 jam dan perbuatan saling
menyerahkan itu harus telah berlangsung sebelum kedua belah pihak yang melakukan
 jual beli valuta itu berpisah.
C. Ijab Kabul : pernyataan dan ekspresi saling ridha/rela di antara pihak-pihak pelaku akad yang
dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara
komunikasi modern.

3. Jelaskan alasan transaksi forward dilarang oleh syariah !


Jawab :
Transaksi forward yaitu transaksi pembeli dan penjualan valas yang nilainya ditetapkan pada
saat sekarang dan diberlakukan untuk waktu yang akan dating. Jenis transaksi seperti ini tidak
diperbolehkan dalam syariah (ada unsur ketidakpastian/gharar), Karena harga yang
dipergunakan adalah harga yang diperjanjikan dan penyerahannya dilakukan dikemudian hari
dan harga pada waktu penyerahan belum tentu sama dengan harga yang disepakati.

4. Jelaskan pengertian dan jenis wadiah !


Jawab :

A. Pengertian Wadiah

 Secara Etimologi Al-Wadi’ah berarti titipan murni (amanah). Wadiah bermakna amanah. Wadiah


dikatakan bermakna amanah karena Allah menyebut wadiah dengan kata amanah dibeberapa
ayat Al-Qur’an

 Secara Terminologi
Hanafiayah : Memberikan wewenang kepada orang lain untuk menjaga hartanya.
Malikiyah, Syafi’iyah, Hanabilah : Mewakilkan orang lain untuk memelihara harta tertentu
dengan cara tertentu.

 Wadiah secara istilah adalah akad seseorang kepada pihak lain dengan menitipkan suatu barang
untuk dijaga secara layak (menurut kebiasaan).

 Dalam Ensiklopedi Hukum Islam Wadiah secara bahasa bermakna meninggalkan atau
meletakkan, yaitu meletakkan sesuatu pada orang lain untuk dipelihara atau dijaga. Sedangkan
secara istilah adalah Memberikan kekuasaan kepada orang lain untuk menjaga hartanya atau
barangnya dengan secara terang-terangan atau dengan isyarat yang semakna dengan itu.
Singkatnya, Wadiah juga bisa diartikan titipan.
Dari pengertian ini maka dapat dipahami bahwa apabila ada kerusakan pada benda titipan, padahal
benda tersebut sudah dijaga sebagaimana layaknya, maka si penerima titipan tidak wajib menggantinya,
tapi apabila kerusakan itu disebabkan karena kelalaiannya, maka ia wajib menggantinya. Dengan demikian
akad wadi’ah ini mengandung unsur amanah, kepercayaan (trusty ).

 Dengan demikian, prinsip dasar wadi’ah adalah amanah, bukan dhamanah.

 Wadiah pada dasarnya akad tabarru’, (tolong menolong), bukan akad tijari.

B. Jenis Wadiah :

Berdasarkan sifat akadnya, wadiah dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu :
Ø Wadiah yad amanah : adalah akad penitipan barang di mana pihak penerima titipan tidak
diperkenankan menggunakan barang uang yang dititipkan dan tidak bertanggung jawab atas
kerusakan atau kehilangan barang titipan yang bukan diakibatkan perbuatan atau kelalaian
penerima.
Ø Wadiah yad dhamanah: Akad penitipan barang di mana pihak penerima titipan dengan
atau tanpa izin pemilik barang dapat memanfaatkan barang titipan dan harus bertanggung
 jawab terhadap kehilangan atau kerusakan barang. Semua manfaat dan keuntungan yang
diperoleh dalam penggunaan barang tersebut menjadi hak penerima titipan.

5. Apakah penggunaan wadiah yadh dhamanah itu oleh pihak yang menerima titipan mewajibkan
penitip menerima komisi ?
Jawab :

6. Jelaskan pengertian qard hasan !


Jawab :
Qardhul Hasan yaitu jenis pinjaman yang diberikan kepada pihak yang sangat memerlukan untuk
 jangka waktu tertentu tanpa harus membayar bunga atau keuntungan. Penerima Qardhul Hasan
hanya berkewajiban melunasi jumlah pinjaman pokok tanpa diharuskan memberikan tambahan
apapun. Namun penerima pinjaman boleh saja atas kebijakannya sendiri membayar lebih dari
uang yang dipinjamnya sebagai tanda terima kasih kepada pemberi pinjaman. Tetapi hal
tersebut tidak boleh diperjanjikan sebelumnya di muka.
9. Jelaskan pengertian hiwalah dan jenis hiwalah !
Jawab :

 Pengertian Hiwalah

Secara etimologi, al Hiwalah berarti pengalihan, pemindahan, perubahan warna kulit, memikul
sesuatu diatas pundak. Sedangkan secara terminologi al hawalah didefinisikan dengan :
Pemindahan kewajiban membayar hutang dari orang membayar hutang (al Muhil) kepada orang
yang berhutang lainya (al muhtal alaih).
Menurut Idris Ahmad, Hiwalah adalah “Semacam akad (ijab qobul) pemindahan utang dari
tanggungan seseorang yang berutang kepada orang lain, dimana orang lain itu mempunyai
utang pula kepada yang memindahkan.
Sedangkan menurut Fuqaha bahwa Hiwalah (perpindahan utang) merupakan suatu muamalah
yang memandang persetujuan dari kedua belah pihak

 Jenis Akad Hiwalah :

Ditinjau dari segi objek akad, hiwalah dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Apabila yang dipindahkan itu merupakan hak menagih piutang, maka pemindahan itu disebut
hiwalah al haqq (pemindahan hak/anjak piutang ).
b. Apabila yang dipindahkan itu kewajiban untuk membayar utang, maka pemindahan itu disebut
hiwalah ad-dain (pemindahan hutang).

10. Berdasarkan ilustrasi diatas, bagaimana tanggapan anda dan berikan uraian yang jelas. !
Jawab :

Anda mungkin juga menyukai