Anda di halaman 1dari 10

Agwa Daffa Rozzaki

18520110
Akuntansi Syariah ( C )

Akuntansi Sharf, Wadi'ah, Kafalah dan Asuransi Syariah

1. Sharf
Al-sharf secara etimologi artinya Al-Ziyadah (penambahan), Al-‘Adl (seimbang),
penghindaran, pemalingan penukaran, atau transaksi jual beli. Sharf adalah perjanjian
jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya. Atau sharf (money changing) adalah
menjual nilai sesuatu dengan nilai sesuatu yang lain, meliputi emas dengan emas,
perak dengan perak, dan emas dengan perak.
Rukun transaksi Sharf terdiri dari :
a) Orang yang melakukan terdiri atas pembeli dan penjual yang sepakat
b) Objek akad Sharf berupa mata uang
c) Ijab qobul (serah terima)

Sumber Hukum
" Juallah emasmu dengan emas, perak ditukar perak, gandum dengan gandum,
syair dengan syari, kurma dengan kurma, garam dengan garam yang memiliki
timbangan sama dan memiliki jenis yang sama secara tunai.Jika memiliki jenis yang
berbeda, maka juallah sesuai keinginanmu secara tunai. " ( HR Muslim )
"Rasulullah SAW mengharamkan umatnya untuk menjual perak dengan emas
secara utang piutang " ( HR Muslim )
Transaksi Valas yang Sesuai Syariah
 Transaksi “spot” yaitu transaksi pembelian dan penjualan valas dan
penyerahannya pada saat transaksi dilakukan atau penyelesaiannya maksimal
dalam jangka waktu 2 hari setelah akad dilakukan, transaksi diperbolehkan
secara syariah karena dianggap tunai.
 Transaksi “forward” yaitu transaksi pembelian dan penjualan valuta asing
yang nilainya ditetapkan pada saat sekarang dan diberlakukan untuk waktu
yang akan datang.Transaksi ini dilarang dan tidak sesuai dengan ketentuan
syariah dikarenakan tidak dilakukan secara langsung dan mengandung unsur
judi.
 Transaksi “swap” yaitu suatu kontrak pembelian atau penjualan valuta asing
yang memiliki kesamaan dengan transaksi foward, hukum transaksi ini
haram karena memiliki unsur spekulasi/judi.
 Transaksi “option” yaitu kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka
membeli (call option) atau hak untuk menjual (put option) yang tidak harus
dilakukan atas sejumlah unit valas pada harga dan jangka waktu atau tanggal
tertentu, hukumnya haram karena ada unsur spekulasi/judi/maisir.
Ketentuan Syariah
 Pelaku transaksi harus sah secara hukum dan aqil baligh
 Memiliki Objek akad, yaitu :
 Kurs mata uang yang diketahui oleh kedua belah pihak.
 Valuta yang diperjualbelikan telah dimiliki oleh pembeli maupun penjual
sebelum berpisah.
 Jika valuta yang diperjualbelikan itu dari jenis yang sama, maka jual beli
mata uang itu harus dilakukan dalam kuantitas yang sama.
 Akad sharf tidak terdapat hak khiyar syarat bagi pembeli.
 Akad sharf tidak terdapat tenggang waktu antara penyerahan mata
uang yang saling dipertukarkan, karena sharf dikatakan sah apabila
penguasaan objek akad dilakukan secara tunai atau dalam kurun waktu
2×24 jam
2. Wadi’ah
Kata wadi’ah berasal dari wada’asy syai-a, yaitu meninggalkan sesuatu. Sesuatu
yang seseorang tinggalkan pada orang lain agar dijaga disebut wadi’ah, karena dia
meninggalkannya pada orang yang sanggup menjaga. Secara harfiah, Al-wadi’ah
dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak yang lain, baik individu
maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip
menghendakinya. Dalam bidang ekonomi syariah, wadiah adalah titipan nasabah yang
harus dijaga dan dikembalikan setiap saat nasabah yang bersangkutan menghendaki.
Bank bertanggungjawab atas pengembalian titipan tersebut.
Wadiah sendiri dibagi menjadi dua yaitu:
 Wadi’ah Yad Dhamanah, wadiah di mana si penerima titipan dapat
memanfaatkan barang titipan tersebut dengan seizin pemiliknya dan menjamin
untuk mengembalikan titipan tersebut secara utuh setiap saat kala si pemilik
menghendakinya.
 Wadi’ah Yad Amanah, wadiah di mana si penerima titipan tidak
bertanggungjawab atas kehilangan dan kerusakan yang terjadi pada barang titipan
selama hal ini bukan akibat dari kelalaian atau kecerobohan penerima titipan
dalam memelihara titipan tersebut.
Hukum Wadi’ah
 “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.” (4 : 58).
 “Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka
hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan
hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya.” (2: 283).
 “Tunaikanlah amanah yang dipercayakan kepadamu dan janganlah kamu
mengkhiatani terhadap orang yang telah mengkhianatimu” . H. R. Abu Dawud
dan Tirmidzi.
Rukun Wadi’ah
 Muwaddi’ ( Orang yang menitipkan).
 Wadii’ ( Orang yang dititipi barang).
 Wadi’ah ( Barang yang dititipkan).
 Shighot ( Ijab dan qobul).
3. Kafalah
Akad Kafalah, yaitu Jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafiil) kepada
pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung (makfuul
‘anhu, ashil). Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan usaha tersebut, Lembaga
Keuangan Syariah (LKS) berkewajiban untuk menyediakan satu skema penjaminan
(kafalah) yang berdasarkan prinsip-prinsip syar’iah. DSN memandang perlu
menetapkan fatwa tentang kafalah untuk dijadikan pedoman oleh LKS. Sehingga
dikeluarkanlah Fatwa Dewan Syariah Nasional No.11/DSN-MUI/IV/2000 tentang
kafalah.
Ketentuan Umum Kafalah
 Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk
menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad).
 Dalam akad kafalah, penjamin dapat menerima imbalan (fee) sepanjang tidak
memberatkan.
 Kafalah dengan imbalan bersifat mengikat dan tidak boleh dibatalkan secara
sepihak.
Rukun :
 Sighat Kafalah (ijab qabul), adalah kata atau ucapan yang harus diucapkan
dalam praktek kafalah
 Makful bih (obyek tanggungan), adalah barang atau uang yang digunakan
sebagai tanggungan.
 Kafiil (penjamin/penanggung), adalah orang atau barang yang menjamin
dalam hutang.
 Makful’anhu (tertanggung), adalah Pihak atau Orang yang Berpiutang.
 Makful lahu (Penerima tanggungan), adalah Pihak Orang yang berutang.
Syarat :
 Sighat diekspresikan secara konkrit dan jelas.
 Makful bih (Obyek tanggungan) bersifat mengikat terhadap tertanggung dan
tidak bisa dibatalkan secara syar’i.
 Kafiil berjiwa filantropi (suka berbuat baik demi kemaslahatan orang lain).
 Makful’anhu memiliki kemampuan untuk menerima obyek tanggungan baik
atas dirinya atau yang mewakilinya. Makful ‘anhu harus dikenal baik oleh
kafil.
 Makful lahu juga harus dikenal dengan baik oleh kafil.
Berakhirnya Akad Kafalah
1. Ketika utang telah diselesaikan,
2. Kreditor melepaskan utangnya kepada orang yang berutang, tidak pada
penjamin. Maka penjamin juga bebas untuk tidak menjamin utang tersebut.
Namun, jika kreditor melepaskan jaminan dari penjamin, bukan berarti orang
yang berutang telah terlepas dari utang tersebut.
3. Ketika utang tersebut telah dialihkan (transfer utang/hawalah).
4. Ketika penjamin menyelesaikan ke pihak lain melalui proses arbitrase dengan
kreditor.
5. Kreditor dapat mengakhiri kontrak kafalah walaupun penjamin tidak
menyetujuinya.
Aplikasi Akad Kafalah pada Lembaga Keuangan Syariah
a. Kafalah bin-Nafs, Merupakan akad jaminan dari kafil (penjamin) untuk
menghadirkan diri seseorang pada waktu tertentu di tempat tertentu.
b. Kafalah bit-Taslim. Jenis pemberian jaminan ini dapat di laksanakan oleh bank
untuk kepentingan nasabahnya dalam bentuk kerjasama dengan perusahaan
penyewaan (leasing company).
c. Kafalah al-Munjazah, Pemberian jaminan dalam bentuk performance bonds
“jaminan prestasi”, suatu hal yang lazim di kalangan perbankan dan hal ini sesuai
dengan bentuk akad.
d. Bank Garansi, merupakan jaminan pembayaran yang di berikan oleh bank
kepada suatu pihak, baik perorangan, perusahaan, badan, atau lembaga keuangan
lainnya dalam bentuk surat jaminan.
e. Sharia Card. Kafalah dapat di aplikasikan dalam syariah card di samping
menggunakan akad qardh, ariyah atau ijarah. Kafalah dalam hal penerbit kartu
adalah penjamin (kafil) bagi pemegang kartu terhadap Merchant atas semua
kewajiban bayar (dayn) yang timbul dari transkasi antara pemegang kartu dengan
Merchant, dan/atau penarikan tunai dari selain bank atau ATM bank penerbit
kartu.
f. Pembukaan L/C (Letter of Credit) Impor. Pembukaan L/C akan menimbulkan
kewajiban bagi issuing bank untuk melakukan pembayaran kepada beneficiary
(eksportir/penjual), karena issuing (bank pembuka L/C) bank mengambil alih
kewajiban importir untuk membayar barang yang di bayar kepada eksportir.
g. Standby L/C, adalah suatu janji tertulis bank yang bersifat irrevocable (tidak
dapat di batalkan) yang di terbitkan atas permintaan pemohon untuk membayar
kepada beneficiary (eksportir/penjual) atau bank yang mewakili beneficiary untuk
melakukan penagihan, apabila dokumen yang di serahkan telah sesuai dengan
persyaratan dokumen yang tercantum dalam standby L/C.
h. Asuransi Syariah (Takaful). Perusahaan asuransi merupakan pihak penanggung
atau penjamin, sedangkan peserta asuransi adalah pihak tertanggung atau yang di
jamin. Sehingga dalam suatu asuransi terdapat perjanjian antar kedua belah pihak,
dimana pihak yang terjamin diwajibkan membayar premi asuransi dalam masa
tertentu, lalu pihak yang menjamin akan mengganti kerugian jika terjadi sesuatu
pada diri si terjamin.
4. Asuransi Syariah
Takaful atau dikenal juga sebagai Asuransi Syariah atau Ta'min atau Tadhamun
adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong diantara sejumlah orang/pihak
melalui investasi dalam bentuk aset dan /atau tabarru' yang memberikan pola
pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai
syariah. Asuransi merupakan cara atau metode untuk memelihara manusia dalam
menghindari resiko (ancaman) bahaya yang beragam yang akan terjadi dalam
hidupnya, dalam perjalanan kegiatan hidupnya atau dalam aktivitas ekonominya.
Dalam pengertian asuransi di atas, menunjukkan bahwa asuransi mempunyai
unsur-unsur sebagai berikut :
 Adanya pihak tertanggung.
 Adanya pihak penanggung.
 Adanya perjanjian asuransi.
 Adanya pembayaran premi.
 Adanya kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan (yang diderita
tertanggung)
 Adanya suatu peristiwa yang tidak pasti terjadinya.
Dasar Hukum Asuransi Syariah
 Al-Quran
 “Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
taqwa, dan jangan tolong menolong dalam perbuatan dosa dan
pelanggaran. Bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat
berat siksa-Nya”. (5:2)
 “… Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu…”. (2:185)
 Hadits
 “Diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, Nabi Muhammad bersabda:
Barangsiapa yang menghilangkan kesulitan duniawinya seorang mukmin,
maka Allah SWT akan menghilangkan kesulitanya pada hari kiamat.
Barangsiapa yang mempermudah kesulitan seseorang, maka Allah SWT
akan mempermudah urusannya di dunia dan di akhirat”. (HR. Muslim)
 “Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra, bertanya seseorang kepada
Rasulullah saw, tentang (untanya) :”Apa (unta) ini saya ikat saja atau
langsung saya bertawakal pada Allah SWT. “Bersabda Rasulullah saw. :
pertama ikatlah unta itu kemudian bertaqwalah kepada Allah SWT. (HR.
at-Tirmizi).
Prinsip-Prinsip Asuransi Syariah
 Tauhid (Unity)
 Keadilan (Justice)
 Tolong-menolong (Ta’awun)
 Kerja sama (Cooperation)
 Amanah (Trustworthy)
 Kerelaan (Al-ridha)
 Larangan riba, maysir, dan gharar
Rukun dan Syarat Asuransi Syariah
1. Kafiil (orang yang menjamin), dimana persyaratannya adalah sudah
baligh, berakal, tidak dicegah membelanjakan hartanya dan dilakukan
dengan kehendaknya sendiri.
2. Makfullah (orang yang berpiutang), syaratnya adalah bahwa yang
berpiutang diketahui oleh orang yang menjamin. Disyaratkan dikenal
oleh penjamin karena manusia tidak sama dalam hal tuntutan, hal ini
dilakukan demi kemudahan dan kedisiplinan.
3. Makful ’anhu, adalah orang yang berutang.
4. Makful bih (utang, baik barang maupun orang), disyaratkan agar dapat
diketahui dan tetap keadaannya, baik sudah tetap maupun akan tetap.
Jenis-Jenis Asuransi Syariah
i. Takaful Keluarga (Asuransi Jiwa) adalah bentuk asuransi syariah yang
memberikan perlindungan dalam menghadapi musibah kematian dan
kecelakaan atas diri peserta asuransi takaful.
Produk asuransi takaful keluarga meliputi :
1. Takaful berencana
2. Takaful pembiayaan
3. Takaful pendidikan
4. Takaful dana haji
5. Takaful berjangka
6. Takaful kecelakaan siswa
7. Takaful kecelakaan diri
8. Takaful khairat keluarga
ii. Takaful Umum (asuransi Kerugian) adalah bentuk asuransi syariah yang
memberikan perlindungan finansial dalam menghadapi bencana atau
kecelakaan atas harta benda milik peserta takaful.
Produk-produk Asuransi Takaful umum adalah :
1. Takaful kebakaran
2. Takaful kendaran bermotor
3. Takaful pengangkutan
4. Takaful Resiko Pembangunan
5. Takaful Resiko Pemasangan
6. Takaful Penyimpanan Uang
7. Takaful Gabungan
8. Takaful Aneka
9. Takaful rekayasa/Engineering
SUMBER
https://jagoakuntansi.com/2016/09/10/akad-sharf/
https://docplayer.info/29777448-Akuntansi-dan-keuangan-syariah.html
https://qazwa.id/blog/akad-wadiah/
http://iaiglobal.or.id/v03/files/file_publikasi/E-BOOK%20-%20AKUNTANSI%20PE
RBANKAN%20SYARIAH%20(Sofyan,%20Wiroso,%20Yusuf,%20LPFE%20Usakt
i,%202010).pdf
https://jagoakuntansi.com/2016/10/31/kafalah/#:~:text=Aplikasi%20Akad%20Kafala
h%20pada%20Lembaga%20Keuangan%20Syariah&text=Merupakan%20akad%20ja
minan%20dari%20kafil,ketokohan%20seseorang%20atau%20pemuka%20masyaraka
t.
http://digilib.uinsby.ac.id/11254/7/bab2.pdf

Anda mungkin juga menyukai