PENGERTIAN AKAD
Akad (Bahasa Arab : al-’aqd) = perikatan, perjanjian, persetujuan & pemufakatan.
istilah fikih (Khusus) : keterkaitan antara ijab dan qabul dalam lingkup yang
disyariatkan dan berpengaruh pada sesuatu.
HUKUM AKAD
SYARAT-SYARAT AKAD
d. Prinsip ibadah.
1. Akad Shahih : Akad yang telah memenuhi rukun-rukun dan syarat-syaratnya.Hukum dari
akad shahih ini adalah berlakunya seluruh akibat hukum yang di timbulkan akad itu dan
mengikat pada pihak-pihak yang berakad.
a. Akad Nafiz (sempurna utk dilaksanakan) : Akad yang di langsungkan dengan memenuhi
rukun dan syaratnya dan tidak ada penghalang untuk melaksanakannya.
b. Akad Mawquf : Akad yang di lakukan seseorang yang cakap bertindak hukum, tetapi ia
tidak memiliki kekuasaan untuk melangsungkan dan melaksanakan akad ini, seperti akad
yang dilangsungkan oleh anak kecil yang mumayyiz.
2. Akad Tidak Shahih : Akad yang terdapat kekurangan pada rukun atau syarat-syaratnya,
(akibat hukum akad itu tidak berlaku & tidak mengikat pihak-pihak yang berakad.
a. Akad Bathil : Akad yang tidak memenuhi salah satu rukunnya atau ada larangan
langsung dari syara’ objek jual beli itu tidak jelas atau terdapat unsur tipuan) seperti
menjual ikan dalam lautan atau salah satu pihak yang berakad tidak cakap bertindak
hukum.
b. Akad Fasid : Akad yang pada dasarnya di syariatkan, akan tetapi sifat yang di akadkan
itu tidak jelas. Misalnya, menjual rumah atau kendaraan yang tidak di tunjukkan tipe,
jenis, dan bentuk rumah yang akan di jual, atau tidak di sebut brand kendaraan yang di
jual, sehingga menimbulkan perselisihan antara penjual dan pembeli.
HUKUM AKAD
JENIS-JENIS AKAD
Akad Wadi’ah
UU Perbankan Syariah : Akad penitipan barang atau uang antara pihak yang mempunyai
barang atau uang dan pihak yang diberi kepercayaan dan tujuan untuk menjaga
keselamatan, keamanan serta keutuhan barang atau uang.
Peraturan BI : Akad transaksi penitipan dana atau barang dari pemilik kepada penyimpan
dana atau barang dengan kewajiban bagi pihak yang menyimpan untuk mengembalikan
dana sewaktu-waktu.
Akad Mudharabah
UU Perbankan Syariah : Akad Mudharabah dalam menghimpun dana adalah akad kerja
sama antara pihak pertama (malik, shahibul mal, atau nasabah) sebagai pemilik dana dan
pihak keduan („amil, mudharib, atau bank syariah) yang bertindak sebagai pengelola dana
dengan membagi keuntungan usaha sesuai dengan kesepakatan.
Peraturan BI : Akad antara pihak pemilik modal (shahibul maal) dengan pengelola
(mudharib) untuk mendapatkan keuntungan. Mudharabah adalah transaksi penanaman
dana dari pemilik dana kepada pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu
yang sesuai syariah, dengan pembagian hasil usaha antara kedua belah pihak berdasarkan
nisbah yang telah disepakati sebelumnya.
HUKUM AKAD
JENIS-JENIS AKAD
Akad Musyarakah
UU Perbankan Syariah : Akad kerja sama di antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha
tertentu yang masing-masing pihak memberikan porsi dana dengan ketentuan bahwa
keuntungan akan dibagi sesuai kesepakatan dan kerugian sesuai dengan porsi dana
masing-masing.
Peraturan BI : Akad transaksi penanaman dana dari dua atau lebih pemilik dana dan/ atau
barang untuk menjalankan usaha tertentu sesuai syariah dengan pembagian hasil usaha
berdasarkan nisbah yang disepakati, sedangkan pembagian kerugian berdasarkan porsi
modal masing-masing.
Akad Murabahah
UU Perbankan Syariah : Akad pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga
belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga lebih sebagai
keuantungan yang disepakati.
Peraturan BI : Akad transaksi jual beli suatu barang sebesar harga perolehan barang
ditambah dengan margin yang disepakati oleh para pihak, dimana penjual
menginformasikan terlebih dahulu harga perolehan kepada pembeli.
HUKUM AKAD
JENIS-JENIS AKAD
Akad Salam
UU Perbankan Syariah : Akad pembiayaan suatu barang dengan cara pemesanan dan
pembayaran harga yang dilakukan terlebih dahulu dengan syarat tertentu yang disepakati.
Peraturan BI : Akad transaksi jual beli barang dengan cara pemesanan dengan syarat-
syarat tertentu dan pembayaran tunai terlebih dahulu secara penuh.
Akad Istishna’
UU Perbankan Syariah : Akad pembiayaan barang dalam bentuk pemesanan pembuatan
barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan
atau pembeli (mustashni’) dan penjual atau pembuat (shani’).
Peraturan BI : Akad transaksi jual beli barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang
disepakati dengan pembayaran sesuai kesepakatan.
Akad Ijarah
UU Perbankan Syariah : Akad penyediaan dana dalam rangka memindahkan hak guna atau
manfaat dari suatu barang atau jasa berdasarkan transaksi sewa, tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.
Peraturan BI : Akad transaksi sewa menyewa atas suatu barang dan/jasa antara pemilik
objek sewa termasuk kepemilikan hak pakai atas objek sewa dengan penyewa untuk
mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakan.
HUKUM AKAD
BERAKHIRNYA AKAD
2. Dibatalkan oleh pihak-pihak yang berakad, apabila akad tersbeut sifatnya tidak
mengikat.
3. Dalam akad sifatnya mengikat, suatu akad dapat dianggap berakhir jika :
a. Jual beli yang di lakukan fasad, seperti terdapat unsur-unsur tipuan salah satu
rukun atau syaratnya tidak terpenuhi;
c. Akad tersebut tidak di lakukan oleh salah satu pihak secara sempurna;
PRESTASI :
- terlaksana
- tidak terlaksana :
- WANPRESTASI atau
- KEADAAN MEMAKSA (DARURAT) /
FORCE MAJEUR
HUKUM AKAD
WANPRESTASI
Wanprestasi menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (Pasal 36)
Para pihak dapat dianggap ingkar janji (wanprestasi) apabila karena kesalahannya;
1. Tidak melaksanakan apa yang dijanjikan untuk melakukannya;
2. Melaksanakan apa yang dijanjikan tetapi tidak sebagaimana dijanjikan;
3. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat;
4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.
Akibat Wanprestasi menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (Pasal 38)
Pihak dalam akad yang melakukan ingkar janji dapat dijatuhi sanksi :
1. Membayar ganti rugi;
2. Pembatalan akad;
3. Peralihan risiko;
4. Denda; dan/atau
5. Membayar biaya perkara
HUKUM AKAD
SOMASI / TEGURAN
Bentuk SOMASI :
- Suatu akta yang berisi peringatan agar
debitur segera melaksanakan kewajiban-
nya.
HUKUM AKAD
HAPUSNYA AKAD
Akad dapat terhapus karena adanya fasakh (melepaskan ikatan kontrak/menghilangkan
atau menghapuskan ikatan kontrak secara menyeluruh seakan-akan kontrak tidak pernah
terjadi.
1. Terminasi akad berdasarkan kesepakatan bersama (al-iqalah)
-- Agar pemutusan akad sah harus dipenuhi beberapa syarat sebagai berikut:
a. Iqalah terjadi atas akad yang termasuk jenis akad yang dapat difasakh.
b. Adanya persetujuan (kesepakatan) kedua belah pihak.
c. Bahwa objek masih utuh dan ada ditangan salah satu pihak, yang berarti bila objek
telah musnah, iqalah tidak dapat dilakukan terhadap bagian yang masih utuh
dengan memperhitungkan harga secara proporsional.
d. Tidak boleh menambah harga dari harga pokok, karena iqalah adalah suatu
pembatalan; nmaun biaya pembatalan dibebankan kepada yang meminta
pembatalan.
HUKUM AKAD