Anda di halaman 1dari 19

Ekonomi Syariah

JAROT MARYONO, S.H., M.H., CTA.


089 505 399 399
adv.jarot@gmail.com
www.pengacarabekasi.net
www.pengacaramurahprofesional.com
Pertemuan Ke-5
HUKUM AKAD

PENGERTIAN AKAD
Akad (Bahasa Arab : al-’aqd) = perikatan, perjanjian, persetujuan & pemufakatan.

Akad/perjanjian/kesepakatan atau transaksi yang dapat diartikan sebagai


1. Komitmen yang terbingkai dengan nilai-nilai syariah.
2. Pertalian ijab (ungkapan tawaran di satu pihak yang mengadakan kontrak)
dengan qabul (ungkapan penerimaan oleh pihak pihak lain) yang memberikan
pengaruh pada suatu kontrak. (QS. Al-Maidah: 1)
istilah fikih (Umum) : sesuatu yang menjadi tekad seseorang untuk melaksanakan,
baik yang muncul dari satu pihak seperti wakaf, talak dan sumpah, maupun yang
muncul dari dua pihak seperti jual beli, sewa, wakalah dan gadai.

istilah fikih (Khusus) : keterkaitan antara ijab dan qabul dalam lingkup yang
disyariatkan dan berpengaruh pada sesuatu.
HUKUM AKAD

PENGERTIAN AKAD (UU Perbankan Syariah)


Akad : Kesepakatan tertulis antara bank syariah atau Unit Usaha Syariah dan pihak lain
yang memuat adanya hak dan kewajiban masing-masing pihak sesuai dengan prinsip
syariah. Berbagai jenis akad yang diterapkan oleh bank syariah dapat dilihat pada gambar
berikut:
HUKUM AKAD

UNSUR-UNSUR AKAD (sesuatu pembentuk akad)

a. Orang yang Berakad/Pelaku (Al-’Aqid )


yaitu orang yang melakukan akad. Keberadaannya adalah sangat penting sebab tidak
dapat dikatakan akad jika tidak ada „aqid. Begitu pula tidak akan terjadi ijab dan qabul
tanpa adanya ‘aqid.
b. Objek Akad (Al-Ma’qud Alaih)
Yaitu benda-benda yang akan di akadkan (objek akad), seperti benda-benda yang di
jual dalam akad jual beli, dalam akad hibah atau pemberian, gadai, dan utang.
c. Tujuan/Maksud Akad (Maudhu al-’Aqid)
Tujuan atau maksud mengadakan akad, dimana berbeda akad maka berbedalah
tujuan pokok akad. Dalam akad jual beli misalnya, tujuan pokoknya yaitu
memindahkan barang dari penjual kepada pembeli dengan di beri ganti.
d. Ijab & Qabul (Shighat al-Aqid)
yaitu sesuatu yang disandarkan dari dua belah pihak yang berakad yang menunjukkan
atas apa yang ada di hati keduanya tentang terjadinya suatu akad yang dapat
diketahui dengan ucapan, perbuatan, isyarat dan tulisan.
HUKUM AKAD

SYARAT-SYARAT AKAD

a. Cakap bertindak/Cakap hukum;


b. Yang di jadikan objek akad dapat menerima hukumnya;
c. Akad itu di izinkan oleh syara‟, di lakukan oleh orang yang mempunyai hak
melakukannya, walaupun dia bukan ‘aqid yang memiliki barang;
d. Janganlah akad itu akad yang di larang oleh syara‟, seperti jual beli
mulasamah. Akad dapat memberikan faedah, sehingga tidaklah sah bila
rahn (gadai) di anggap sebagai imbalan amanah (kepercayaan);
e. Ijab itu berjalan terus, tidak di cabut sebelum terjadi qabul. Maka apabila
orang berijab menarik kembali ijabnya sebelum qabul maka batallah
ijabnya;
f. Ijab dan qabul harus bersambung, sehingga bila seseorang yang berijab
telah berpisah sebelum adanya qabul, maka ijab tersebut menjadi batal.
HUKUM AKAD

PRINSIP-PRINSIP AKAD (ISLAM)

a. Prinsip kebebasan berkontrak.

b. Prinsip perjanjian itu mengikat.

c. Prinsip kesepakatan bersama.

d. Prinsip ibadah.

e. Prinsip keadilan dan kesemimbangan prestasi.

f. Prinsip kejujuran (amanah).


HUKUM AKAD

MACAM-MACAM AKAD (KEABSAHAN)

1. Akad Shahih : Akad yang telah memenuhi rukun-rukun dan syarat-syaratnya.Hukum dari
akad shahih ini adalah berlakunya seluruh akibat hukum yang di timbulkan akad itu dan
mengikat pada pihak-pihak yang berakad.
a. Akad Nafiz (sempurna utk dilaksanakan) : Akad yang di langsungkan dengan memenuhi
rukun dan syaratnya dan tidak ada penghalang untuk melaksanakannya.
b. Akad Mawquf : Akad yang di lakukan seseorang yang cakap bertindak hukum, tetapi ia
tidak memiliki kekuasaan untuk melangsungkan dan melaksanakan akad ini, seperti akad
yang dilangsungkan oleh anak kecil yang mumayyiz.

2. Akad Tidak Shahih : Akad yang terdapat kekurangan pada rukun atau syarat-syaratnya,
(akibat hukum akad itu tidak berlaku & tidak mengikat pihak-pihak yang berakad.
a. Akad Bathil : Akad yang tidak memenuhi salah satu rukunnya atau ada larangan
langsung dari syara’ objek jual beli itu tidak jelas atau terdapat unsur tipuan) seperti
menjual ikan dalam lautan atau salah satu pihak yang berakad tidak cakap bertindak
hukum.
b. Akad Fasid : Akad yang pada dasarnya di syariatkan, akan tetapi sifat yang di akadkan
itu tidak jelas. Misalnya, menjual rumah atau kendaraan yang tidak di tunjukkan tipe,
jenis, dan bentuk rumah yang akan di jual, atau tidak di sebut brand kendaraan yang di
jual, sehingga menimbulkan perselisihan antara penjual dan pembeli.
HUKUM AKAD

JENIS-JENIS AKAD

Akad Wadi’ah
UU Perbankan Syariah : Akad penitipan barang atau uang antara pihak yang mempunyai
barang atau uang dan pihak yang diberi kepercayaan dan tujuan untuk menjaga
keselamatan, keamanan serta keutuhan barang atau uang.
Peraturan BI : Akad transaksi penitipan dana atau barang dari pemilik kepada penyimpan
dana atau barang dengan kewajiban bagi pihak yang menyimpan untuk mengembalikan
dana sewaktu-waktu.

Akad Mudharabah
UU Perbankan Syariah : Akad Mudharabah dalam menghimpun dana adalah akad kerja
sama antara pihak pertama (malik, shahibul mal, atau nasabah) sebagai pemilik dana dan
pihak keduan („amil, mudharib, atau bank syariah) yang bertindak sebagai pengelola dana
dengan membagi keuntungan usaha sesuai dengan kesepakatan.
Peraturan BI : Akad antara pihak pemilik modal (shahibul maal) dengan pengelola
(mudharib) untuk mendapatkan keuntungan. Mudharabah adalah transaksi penanaman
dana dari pemilik dana kepada pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu
yang sesuai syariah, dengan pembagian hasil usaha antara kedua belah pihak berdasarkan
nisbah yang telah disepakati sebelumnya.
HUKUM AKAD

JENIS-JENIS AKAD

Akad Musyarakah
UU Perbankan Syariah : Akad kerja sama di antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha
tertentu yang masing-masing pihak memberikan porsi dana dengan ketentuan bahwa
keuntungan akan dibagi sesuai kesepakatan dan kerugian sesuai dengan porsi dana
masing-masing.
Peraturan BI : Akad transaksi penanaman dana dari dua atau lebih pemilik dana dan/ atau
barang untuk menjalankan usaha tertentu sesuai syariah dengan pembagian hasil usaha
berdasarkan nisbah yang disepakati, sedangkan pembagian kerugian berdasarkan porsi
modal masing-masing.

Akad Murabahah
UU Perbankan Syariah : Akad pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga
belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga lebih sebagai
keuantungan yang disepakati.
Peraturan BI : Akad transaksi jual beli suatu barang sebesar harga perolehan barang
ditambah dengan margin yang disepakati oleh para pihak, dimana penjual
menginformasikan terlebih dahulu harga perolehan kepada pembeli.
HUKUM AKAD

JENIS-JENIS AKAD
Akad Salam
UU Perbankan Syariah : Akad pembiayaan suatu barang dengan cara pemesanan dan
pembayaran harga yang dilakukan terlebih dahulu dengan syarat tertentu yang disepakati.
Peraturan BI : Akad transaksi jual beli barang dengan cara pemesanan dengan syarat-
syarat tertentu dan pembayaran tunai terlebih dahulu secara penuh.
Akad Istishna’
UU Perbankan Syariah : Akad pembiayaan barang dalam bentuk pemesanan pembuatan
barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan
atau pembeli (mustashni’) dan penjual atau pembuat (shani’).
Peraturan BI : Akad transaksi jual beli barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang
disepakati dengan pembayaran sesuai kesepakatan.
Akad Ijarah
UU Perbankan Syariah : Akad penyediaan dana dalam rangka memindahkan hak guna atau
manfaat dari suatu barang atau jasa berdasarkan transaksi sewa, tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.
Peraturan BI : Akad transaksi sewa menyewa atas suatu barang dan/jasa antara pemilik
objek sewa termasuk kepemilikan hak pakai atas objek sewa dengan penyewa untuk
mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakan.
HUKUM AKAD

BERAKHIRNYA AKAD

1. Berakhirnya masa berlaku akad tersebut, apabila akad tersebut tidak


mempunyai tenggang waktu.

2. Dibatalkan oleh pihak-pihak yang berakad, apabila akad tersbeut sifatnya tidak
mengikat.

3. Dalam akad sifatnya mengikat, suatu akad dapat dianggap berakhir jika :

a. Jual beli yang di lakukan fasad, seperti terdapat unsur-unsur tipuan salah satu
rukun atau syaratnya tidak terpenuhi;

b. Berlakunya khiyar syarat, aib, atau rukyat;

c. Akad tersebut tidak di lakukan oleh salah satu pihak secara sempurna;

d. Salah satu pihak yang melakukan akad meninggal dunia.


HUKUM AKAD

WANPRESTASI DAN KEADAAN MEMAKSA (DARURAT)

PRESTASI :

- terlaksana
- tidak terlaksana :

- WANPRESTASI atau
- KEADAAN MEMAKSA (DARURAT) /
FORCE MAJEUR
HUKUM AKAD

WANPRESTASI
Wanprestasi menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (Pasal 36)
Para pihak dapat dianggap ingkar janji (wanprestasi) apabila karena kesalahannya;
1. Tidak melaksanakan apa yang dijanjikan untuk melakukannya;
2. Melaksanakan apa yang dijanjikan tetapi tidak sebagaimana dijanjikan;
3. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat;
4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.
Akibat Wanprestasi menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (Pasal 38)
Pihak dalam akad yang melakukan ingkar janji dapat dijatuhi sanksi :
1. Membayar ganti rugi;
2. Pembatalan akad;
3. Peralihan risiko;
4. Denda; dan/atau
5. Membayar biaya perkara
HUKUM AKAD

KEADAAN MEMAKSA (DARURAT)


Keadaan Memaksa/Darurat menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (Pasal 40)
Keadaan memaksa atau darurat adalah keadaan dimana salah satu pihak yang
mengadakan akad terhalang untuk melaksanakan prestasinya

Syarat Keadaan Memaksa/Darurat menurut KHES (Pasal 41)

Syarat keadaan memaksa atau darurat adalah seperti:


1. Peristiwa yang menyebabkan terjadinya darurat tersebut tidak terduga oleh para
pihak;
2. Peristiwa tersebut tidak dapat dipertanggung jawabkan kepada pihak yang harus
melaksanakan prestasi;
3. Peristiwa yang menyebabkan darurat tersebut di luar kesalahan pihak yang
harus melakukan prestasi;
4. Pihak yang harus melakukan prestasi tidak dalam keadaan beritikad buruk
HUKUM AKAD

SOMASI / TEGURAN

→Untuk menyatakan debitur wanprestasi,


harus dilakukan SOMASI (TEGURAN)
terlebih dahulu kepada debitur.

Bentuk SOMASI :
- Suatu akta yang berisi peringatan agar
debitur segera melaksanakan kewajiban-
nya.
HUKUM AKAD

SOMASI tidak diperlukan jika :

a. Adanya batas waktu (fataal termijn) dalam


perjanjian
b. Prestasi yang diperjanjikan adalah “tidak
berbuat sesuatu”
c. Pihak Terkait mengakui dirinya
wanprestasi
HUKUM AKAD

HAPUSNYA AKAD
Akad dapat terhapus karena adanya fasakh (melepaskan ikatan kontrak/menghilangkan
atau menghapuskan ikatan kontrak secara menyeluruh seakan-akan kontrak tidak pernah
terjadi.
1. Terminasi akad berdasarkan kesepakatan bersama (al-iqalah)
-- Agar pemutusan akad sah harus dipenuhi beberapa syarat sebagai berikut:
a. Iqalah terjadi atas akad yang termasuk jenis akad yang dapat difasakh.
b. Adanya persetujuan (kesepakatan) kedua belah pihak.
c. Bahwa objek masih utuh dan ada ditangan salah satu pihak, yang berarti bila objek
telah musnah, iqalah tidak dapat dilakukan terhadap bagian yang masih utuh
dengan memperhitungkan harga secara proporsional.
d. Tidak boleh menambah harga dari harga pokok, karena iqalah adalah suatu
pembatalan; nmaun biaya pembatalan dibebankan kepada yang meminta
pembatalan.
HUKUM AKAD

Terminasi akad berdasarkan kesepakatan bersama (al-iqalah)

-- Ketentuan mengenai kesepakatan bersama (al-iqalah), antara lain:


Agar pemutusan akad sah harus dipenuhi beberapa syarat sebagai berikut:
a. Karena akad terjadi dengan ijab dan kabul para pihak, maka dilakukan oleh para
pihak yang bersangkutan.
b. Hapusnya akad yang telah dibuat berikut akibat hukumnya dan para pihak
dikembalikan kepada status semula seperti sebelum terjadi akad. Karena itu untuk
dapat dilakukan iqalah disyaratkan bahwa objek akad masih ada.
c. Segala yang berkaitan dengan akad juga bubar, seperti akad penanggungan yang
mengikuti akad pokok.
d. Bagi pihak ketiga, iqalah merupakan suatu akad baru dalam rangka memberikan
perlindungan terhadap pihak ketiga tersebut.
e. Bagi iqalah berlaku khiyar syarat dan khiyar syarat, misalnya penjual menemukan
cacat yang terjadi di tangan pembeli pada barang yang dikembalikan pembeli yang
tidak diketahui oleh penjual saat melakukan iqalah, maka ia berhak
mengembalikan barang tersebut kepada pembeli (tidak jadi melakukan iqalah).

Anda mungkin juga menyukai