Anda di halaman 1dari 6

Pendahuluan

Harta yang dimiliki seseorang secara sah, belum dapat digunakan untuk bertransaksi ekonomi secara
hukum, apabila pemilk harta tersebut tidak melakukan akad (kontrak) dengan pihak kedua (mitra akad)
yang diwujudkan dengan ljab qabul, Oleh sebab itu, bahasan berikutnya adalah tentang pengertian
akad, asas-asas akad, macam-macam akad, rukun akad, dan syarat -syaratnya.

Tujuan pembelajaran dalam tahasan ini, mahasiswa dapat:

1. Menjelaskan tentang akad dan memahami rukun serta syarat-

syarat sah akad.

Memahami asas-asas akad dan membedakan macam-macam

akad.

A. Pengertian Akad

Akad dalam hukum Islarn indentik dengan perjaniian dalam hukum Indonesia. Kata akad berasal dari
kata al-'agd yang berarti lkatan, mengikat, meyambung atau menghubungkan (ar-rabt) (Moghul,tt.)
ikatan maksudnya adalah menghimpun atau mengumpulkan dua ujung tall dan mengikatkan salah
satunya pada yang lainnya hingga keduanya bersambung dan meniadi seperti seutas talli yang satu
(Moghul, tt.).

Pengertian akad secara terminologi fiqh (hukum Islam) adalah perikatan antara ljab (penawaran) dengan
kabul (penerimaan)1 secara yang dibenarkan syara, yang menetapkan keridhoaan (kerelaan) kedua belah
pihak (Farooq, 2006).

Para ahill hukum islam (Jumhur Ulama) memberl definisl akad sebagai pertalian antara jab dan qabul
yang dibenarkan oleh syara yang menimbulkan akbat hukum terhadap objekmya (Anwar, 20 마 7) Akad
adalah pertemuan ijab dan qabul sebagal pernyataan kshendak dua pihak atau lebih untuk melahirkan
suatu akibat hukum pada objeknya (Mas'ad, 2002). Akad merupakan keterkaitan antan keinginan atau
statemnen kedua pihak yang dibenarkan oleh syara' dan akan menimbulkan implikasi hukum tertentu
(Ash- Shiddieqy, 1974)

Berdasarkan definisi-definisi akad di atas menunjukkan bahwa;

Pertama, akad merupakan keterkaitan atau pertemuan ijab dan kabul yang berakibat timbulnya suatu
huikum. liab adalah penawaran yang diajukan oleh salah satu pihak, dan kabul adalah jawaban
persetujuan yang diberikan mitra sebagai tanggapan terhadap penawaran pilhak yang pertama. Akad

1
Hal 31
tidak terljadl apablla pernyataan kehendak masing msing pihak tidak terkait satu sama lain karena akad
adalah keterkaitan kehendak kedua pihak yang tercermin dalam ijab dan

kabul.

Kedus, akad merupakan tindakan hukum dua plhak karena akad adalah pertemuan fjab yang
mempresentasikan kehendak dari satu pihak dan kabul yang menyatakan kehendak lain. Tindakan
hukum satu pihak, seperti janji memberi hadiah, wasiat, wakaf bukanlah akad, karena tindakan-tindakan
tersebut tidak merupakan tindakan dua pihak dan karenanya tidak mernerlukan kabul.

Ketiga, tujuan akad adalah untuk melahirkan suatu akibat hukum. Lebih tegas lag tujuan akad adalah
maksud bersama yang dituju dan yang hendak divujudkan oleh para pihak meialui pernbuatan akad. Bila
maksud para pihak dalam akad juall beli adaiah untuk melakukars pemindahan millk atas suatu benda
dari penjual kepada pembell dengan imbalan yang diberikan oleh pembelil, maka teriadinya
perpindahan milk tersebut men.pakan alkibat hukum akad jual bell.

Akibat hukum akad calam hukum Islam dlbedakan meniadi dua macam yaitu akibat hukum pokok akad
dan akibat hukum tambahan akad.

Bla tujuan dalam akad juall beill, misainya adalah melakukan pemindahan milk atas suatu barang dar
penjual kepada pembel dengan imbalan darl pembell, maka akibat hukurn pukgk akad jual beli adal ah
teriadinya perpindahan millik atas barang yang dimaksud. Realisasi dari akibat hukur palkak akad jual
beli, penjual berkewaj ban menyeral kan barang yang merupakan hak pembell, dan pembell
berkewajiban menyerahkan harga yang merupakan hak penjual adalah sebagai akibat hukur tarmbahan
akad. Akibat hukum tambahan akad dibedakan menjadi dua, yaitu akibat hukum tambahan akad yang
ditentukan oleh pembuat syara' dan akibat

hukum tambahan alkad yang ditentukan oleh para pihak sendiri. Contoh yang dikemukakan di atas,
adalah akibat hukum tambahan akad yang ditentukan oleh pembuat syara'. Sedangkan akibat hulkum
tambahan akad yang ditentukan para pihak sendiri adalah klausul-klausul yang mereka buat sesuai
dengan kepentingannya, misalnya, penyerahan barang dirumah pembell dan diantar oieh dan atas biaya
penjual (Anwar, 10o7).2

c. Macam-Macam Akad

Akad dillhat dari segi ditentukan atau tidak ditentukan namanya, akad terbagi menjadi dua macam yaitu
akad bernama (al-uqud almusamma) dan. akad tidak bernama (al-uqud ghair al-musamma),

Alkad bernama (al-uqud al-musamma) adalah akad yang sudah ditentukan narnanya oleh pembuat
hukum (syara') dan ditentukan pulla ketentuan-ketentuan khusus yang berlaku terhadapnya dan tidak

2
Hal 32
berlaku terhadap akad lain (Haroen, zooo). Seperti jual beli (al buyu'), sewa menyewa (a jarah),
perkongsian (asy-syirkah) bagi hasil (al-mudharabah), gadai (ar-rahn), dan sebagainya. Akad tidak
bernama (al uqud ghair a musamma) adalah akad- akad yang tidak ditentukan namanya oleh syara',
tetapi ditentukan oleh masyarakat sesuai dengan keperluan mereka di sepaniang zaman dan termpat
(Anwwar, 2007).

Kebebasan untuk membuat akad tidak tertentu (tidak bernama) ini termasuk ke dalar apa yang disebut
sebagai asas kebebasan berkantrak. Jenis akad ini muncul akibat kebutuhan masyarakat yang terus
berkembang, seperti perjanjian penerbitan, perikJanan, termasuk di zaran sekarang ini muncul franchise
(warakaba).

Akad dillhat dari seg kedudukannya, dibedakan menladi akad pokok (al aqad al-ashir) dan akad asesoir
(al'aqad at-tab'i).

Akad pokok adalah akad yang berdir sendiri yang keberadaannya tidak tergantung kepada suatu hal lain
atau dangan kata lain semua akad yang keberadaannya karena dirinya sendirt. Misal, luall bell, sewa
menyewa, piriam meminjam, dan sebagainye.

Akad asesoir adalah akad vang keberdaannya tidak berdiri sendin, melainkan tergantung kepada suatu
hak yang meniadi dasar ada dan tidaknya atau sah dan tidak fahnya akad tersebut. Temasuk ke dalam
kategori ini adalah akad penanggungan (kafalah) dan akad gadai (arrahn).

Kedua akad inl merupakan penanjan untuk menjamin, karena itu keduanya tidak ada apabila hak-hak
yang diarnin tidak ada. Terhadap akad ini berlaku kaidah hukum islam "sesuatua yang mengikut(at- tabi'
tabi'), Maksud dan kaidah ini adalah sesuatu yang pada dzatnya mengikuti pada yang, Iain, maka hokum
pun mengkuti kepada yang dikuti. Berdasar kaidah ini, maka perjanijian asesoir ini yang menglkuti
kepada perjanjlan pokok, hukumnya mengkuti perjarijian pokok tersebut (Abdurrahman, 1974) 3

Akad dilhat darl seg unsur waktu atau termpo di dalam akad, terbagi menjadi akad bertempo (al-uqud
at-zamani) dan akad tidak bertempo (al uqud a-faur)

Akad bertempo adalah akad yang di dalamnya unsur waktu merupakan unsur asasi, dalarm arti unsur
waktu merupakan bagian dari isl perjanjian. Mlsalnya, dalam akad sewa mmenyewa, akad penitipan,
alkad pinjam pakai, akad pemberian kuasa, dan lain-ain. Akad-akad tersebut, tidak akan berlangsung
tanpa adanya unsur waktu (larnanya akad). Akad tidak bertempo adalah akad di mana unsur waktu tidak
menjadi isi dar perjanjian. Akad jual beli, misalnya, dapat terjadi seketika tanpa unsur tempo sebagai
bagian dari akad tersebut (Basyir, 1988).

Akad dillhat dari seg formalitasnya, dibedakan menjadi akad konsensual (a-aqd al-radha'l), akad
formalistic (al-aqd asy-syakll) dan akad rill (al- 'aqd al 'aini). Akad konsesual adalah akad yang untuk

3
Hal 38
terciptanya cukup berdasarkan pada kesepakatan para pihak tanpa perlu upacara atau formalitas
tertentu. Akad formalitas adalah akad yang tunduk apa syarat-syarat forrmalitas yang ditentukan

oleh syara', lika syareat syarat itu tidak diperuhi akad tidak sah. Mlisal, akad di luar bidang kekayaan
yaitu akad nikah, yang salah satu formalitas yang disyaratkan adalah kehaciran dan kesaksian dua orang
saksi, Akad rill adalah akad yang untuk terjadinya diharuskan adanya penyerahan tunal objek akad, dl
mana akad tersebut belum terjadi atau belum menimbulkan akibat hukum apabila belum dilaksanakan.
Termasuk ike dalam akad ini adalah hibah, pinjam pakai, penitipan, kredit (utang) dan gadal (az-Zargo A.,
1983) Akad

dilhat dari segi dilarang dan tidak dilarangn ya oleh syara, dibedakan menjadi akad masyru' dan akad
ghairu masyru'.

Akad masyru' adalah akad yang dibenarkan oleh syara' untuk dibuat dan tidak ada larangen untuk
melangsungkannye atau menutupnya. Akad yang ghairu masyru' adalah akad yang dilarang oleh syara'
untuk dibuat seperti akad jual beli janin, akad yang bertentangan degan akhlak Islam (kesusilaan) dan
ketertiban umum seperti sewa menyewa untuk melakukan kelahatan (az-?argo A., 1983).

Akad dil hat dan segi sah dan tidaknya, akad dibedakan menjadi akad sah dan akad tidak sah, Akad sah
adalah akid yang telah memenuhi rukun dan syarat syarat sebagaimana ditentukan oleh syar'. Ak.d udak
sah adalah .k.ad yang tidak memenuhi fukun dan syarat syarat yang ditentukan oleh syara'. Akad sah
meliputi akad lazim (akad mengikat), akad nafz dan akad maukuf. Akad tidak sah meliputi akad fasid dan
akad batil.4

Akad lazim (akad mengikat) adalah akad di mana apablla seluruh rukun dan syaratnya telah terpenuhil,
maka akad tersebut mengikat secara penuh dan masing:-masing pihak tidak dapat membatalkannya
tanpa persetujuan pilhalk lain. Akad ini dibedakan:

Pertama, ada yang menglkat kedua pihak sepert/ jual bell. Dalam jual bell masing-masing-masing pihak
tidak dapat membatalkannya kecuall ada persetujuan pihak lain.

Kedua, akad yang mengikat satu pihak, yaitu akad, di mana salah satu pihak tidak dapat membatalkan
perjanjian tanpa persetujuan pihak lain, tetapipihak lain dapat membatalkannya tanpa persetujuan
pilhak pertama seperti akad kajalah dan gadal, Akad yang tidak mengikat adalah akad pada masing-
masing pihak dapat membatalkan perjanjian tanpa persetujuan pilhak lain. Akad ini ada yang tidak
menglikat karena memang sifat aslinya seperti akad wakalah, akad hilbah, akad wadl'ah, dan akad
pinjam pakal, Juga ada akad yang tidak menglkat karena ada hak khiyar bagi pata pihak. 5

Akad nafiz adalah akad yang keabsahannys dan langsung menilmbulkan akibat hukummnya sejak saat
terljadinya akad tanpa bergatung pada pihalk lain yang bezkepntingan. Sedangkan akad maukuf adalah
akad yang keabsahannya dan akibat hukumnya masih tergantung (mauku) pada pihak lain yang
berkepentingan.

4
Perbedaan akad terlarang dengan akad tidak sah (Anwar, 2007)
5
Hal 39
Misalnya, akad yang dilakukan oleh anak yang mumayls keabsahannya dan akibat hukurnnya sangat
tergantung dari ratifkasi dariwalinya (Basyir, 1988).

Akad dilihat dari segi lain, ada akad tanggungan, akad kepercayaan, akad bersifat ganda, akad
mudwadhch, akad tabarru', akad muawadhah, dan tabaru' sekallgus. Akad tanggungan adalah akad yang
mengallhkan tanggungan risiko barang atas kerusakan barang tersebut kepada pihak penerima
pengalthan sebagal konsekuensi dari pelaksanaan akad tersebut.

Conton dalam dunia perbankan syan'ah adalah akad wadf'ah yad al- dhamandh (Anwar, 2007). Dalam
aktivitas perekonomian modern, si penerima titipan mendiamkan aset tersebut, tetapi barang tidak
mungkin akan mempergunukannya dalamn kegiatan ckonomi tertentu. 6

Karena itu iua harus minta zin kepuda yang menitipkan untuk mempergunakan harta tersebut dengan
catatan ia menjamin akan mengemballkan aset tersebut secara utulh dan alkan mennggung segala riallio
kerusakan maupun kehilangwn wset itu (Antonilg, 200m

Akad kepercyaan adalah akad di mane barang yang dialhkan lewat akad tensebut merupakan amanah di
tangin punerima barang tersebut, sehingga ia tidak menanggung risilko atas barang tersebut, kecuall
kallau ada unsur lkesengajaan dan melawan hukum (Anwwar, 2007). Contoh dalam produk Banik
Syar?'ah adalah akad wadr'ah yad afl amanah (Antonio, 2001).

Akad bersifat ganda adalah alkad yang satu sisl merupakan alkad tanggungan dan sisl lain merupakan
akad kepercayaan. Sepert akad sewa manyewa, barang yang disewa merupakan amanah bagi penyewa,
tetapi di sisi lain, manfaat barang yang disewanya merupakan tanggungannya sehingga apablla la
memblarkan barang sewaannya dan tanpa la menfaatkan, maka mantaat barang yang tidak dinikmati
adalah tetap dalam tanggungannya, artinya ia harus membayar uang sewa kepada yang menyewakan
(Anwar, 2oo7)

Akad muawadhah adalah akad di mana terdapat priestasi yang timbul balik sehingga masing-masing
pihak menerima sesuatu sebagai imbalan prestasi yang dibenikannya. Akad tabarru' adalah akad cuma-
cuma, artinya prestas harya dari salah satu pihak demi kebalikan serata.

Akad muawadah dan tabaru' sekaligus adalah akad pada awalnya tabaru' (cuma-cuma), tetapi apa
akhimya merjadi muawadah, Misainya, akad peminjamam, pada awainya sl pemberl pinjaman
menolong

kepada si peminiam (akad tabaru'), tetapi pada akhimya, ketika sipemberi pinjaman menagh barang
yang dipiniamkannya, maka akadnya menjadi akad tanggungan (muawadhah) (Anwar, 2007)

D. Rukun Akad dan Syarat-Syaratnya

Rukun akad ada empat macarm, yaitu (1) para pihak yang membuat akad (al'aqidain), (2) pernyataan
kehendak para pihak (shighotul 'aqd), (3) cbjek akad (mahdlul 'aqd), (4) tujuan akad (maudhu'al aad) 7
6
Hal 40
7
Hal 41
Empat unsur yang meniadi ruikun akad dl atas memerukan syarat-syarat aiar unsur itu dapat bertungs
membertuk akad.

1. Pelaku akad memilk tingkat kacakapan bertindak hukum Kecakapan bertindak hukum adalah
kelaryalkan seseorang untuk perkataan dan perbuatannya dlanggap sah secara hukum syari'ah.Artinya
kemarpuan seseorang untukmelahirkan aldbat hukum melalul permyataan kehendaknya dan
bertanggung jawab atas perbuatannya. Apabila ia membuat perjanjian, maka perjanjian itu dinyatakan
sah secara hukum syar?'ah, dan apabilla ia melakukcan perbuatan melawan hukum, perbuatan itu dapat
dipertanggungjawabkan kepadanya (Anwar, 2007)- Kelayakan adalah sifat yang menunjulkkan seseorang
itu talah sempurna jasmani dan akalinya, sehingg seluruh tindakannya dapat dinilal oleh syara' (Haroen,
2000)-

Kecakapan bertindak hukum ada dua tingkat, yaitu kecakapan bertindak hukum tidak sempurna dan
kecakapan bertindak hukum sempurna. Orang yang memilkl kecakapan bertindak hukum didak
sempurna (tarnyiz)," tidak semua tindakan hukurnnya dipandang sah.

Tindakan hukum yang sifatnya menguntungkan seperti menerima hibah, wasiat, menarina hasill wakaf
dipandang sah tanpa tergantunng pursctujuan wall. Tindakan hukumn yang sitatnya merugikan seperti
meberi hibah, melakukan wakaf dan merberikan hadiah adalah tidak sah dan tidak dapat diratifkssi olch
wall. Tinduakan hukurn yang menyangkut transaksi muamalat yang sifatrya timbal bailik seperti jual beli
adalah sah, (karena anak sudah memiliki kecakapan bertindak hukum), hanya akibat hukumnya belum
dapat dillaksanakan (terhenti-maukuf) melainkan masih tergantung kepada ratifikasi wali. Wali, jika
meratifikasinya, maka akibat hukumnya dapat dilaksanakan sejak dibuatnya akad. Wall, lika menolak
meratiflkasi, tindakan hukurn itu batal demi hukum (Zahrah,1996), terkecuali transaksi-transaksi yang
sifatrya kecil-kecilan yang menjadi kebutuhan sehari-hari. Orang yang telah memilliki kecakapan
bertinddk hukum sempurna, (dewase) apabila melakukan transaksi (perjarjian) muamalat, maka
tindakannya dipandang sah dan dapat dillaksanakan aklbat hukumnya tanpa bergantung pada pihak lin
(seperti dalam akad nafx) 8

Indicator kedewasan, dalam hal kehartaan (muamalat kedunlawlyan), di samping ditandai dengan aqil
baligh rang ditandai dengan "ihtilam") Juga setelah ada rusyd yraitu kematangan dalam mengendallkan
harta (Efend, 2oo8). Pandapat ibnu al Jauzl dalam idtabnya "at-Tahqiq fi al-Hadits al-Khila?" yang dikutip

oleh Syamsul Anwar bahwa Ukuran kedewasaan, dari segi usia dalam kehartaan menurut pendapat ahll
hukum Hanafi, ketika seseorang itu genap berusia 18 tahun dan memasuki 19 tahun, karena pada usia in
anak telah matang secara fisiolog's dan psikolologis, tanpa membedakan lak-laki atau perempuan
(Anwar, 2007) Pandangan fukoha Hanaf dirasa lebih relevan dengan adat kebiasaan yang berlaku dalam
masyarakat sekarang yang menganggap kematangan itu tercapai pada usia 18 tahun (Anwar, 2007)
Pendapat Hanaf ini disemangat olch ayat 6 surat an-Nisa', dalam ayat ini dijelaskan bathwa anak anak
yatim yang dibawah umur hartanya dibawah kekuasaan walinya, dan untuk dapat diserahkannya
diperlukan syarat baligh untuk menikah dan matang atau rusyd (Anwar, 2007).

8
Hal 42

Anda mungkin juga menyukai