PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam lieratur ilmu hukum,terdapat istilah yang sering dipakai sebagai rujukan
disamping istilah hukum perikatan untuk menggambarkan ketentuan hukum yang mengatur
transaksi dalam masyarakat .ada yang menggunakan istilah hukum perjanjian,hukum
perutangan,hukum kontrak.masing-masing istilah tersebut memilki titik tekan yang
berbeda satu dengan lainnya.
Apabila dua orang atau pihak saling berjanji untuk melakukan atau memberikan
sesuatu berarti masing masing orang atau pihak mengikatkan diri kepada orang lain untuk
melakukan atau memberikan sesuatu yang mereka perjanjikan,dengan demikian timbul ikatan
serta hak dan kewajiban diantara keduanya.
Rumusan masalah
Tujuan
BAB II
Secara etimologis perjanjian (yang dalam bahasa Arab diistilahkan dengan Muahadah ittifa,
Akad) atau kontrak dapat diartikan sebagai :
perjanjian atau persetujuan adalah suatu perbuatan dimana seseorang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap seseorang lain atau lebih2. (Yan Pramadya Puspa, 1977 : 248)
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan kesepakatan
antara seseorang atau beberapa orang dengan seseorang atau beberapa orang lainnya untuk
melakukan suatu perbuatan tertentu3. Di dalam hukum kalau perbuatan itu mempunyai akibat
hukum maka perbuatan tersebut diistilahkan dengan perbuatan hukum.
Sedangkan yang dimaksud perbuatan hukum adalah segala perbuatan yang dilakukan oleh
manusia secara sengaja untuk menimbulkan hak dan kewajiban. Dalam hal perbuatan hukum
ini dapat dikemukakan sebagai berikut 4(
1. Perbuatan hukum sepihak, yaitu perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu pihak-
satu pihak saja dan menimbulkan hak dan kewajiban pada satu pihak pula. misalnya:
a. Pembuatan surat wasiat
b. Pemberian hadiah sesuatu benda (hibah)
2. Perbuatan hukum dua pihak, yaitu perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua pihak
dan menimbulkan hak-hak dan kewajiban kewajiban bagi pihak (timbal balik)
misalnya membuat persetujuan jual beli,sewa menyewa dan lain-lain.
Dari uraian diatas jelas terlihat bahwa perbuatan hukum itu juga meliputi perjanjian-
perjanjian yang diadakan oleh para pihak.
Dari ketentuan hukum diatas dapat dilihat,bahwa apapun alasannya merupakan suatu
perbuatan melanggar hukum,dan apabila seseorang itu telah melakukan sesuatu perbuatan
yang melanggar hukum,maka kepada pelakunya dapat dijatuhkan sesuatu sanksi.
Secara umum yang menjadi syarat sahnya suatu perjanjian adalah 5(sayyid sabiq,11.1987 :
178-179)
Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa rukun akad adalah ijab dan qabul.
Ulama selain Hanafiyah berpendapat bahwa akad memiliki tiga rukun,
yaitu :
maka selama mereka berlaku jujur (lurus, pen) terhadapmu, hendaklah kamu
berlaku lurus pula terhadap mereka. Sesungguhnya allah menyukai orang-orang
yang bertakwa.
(Dewan penyelenggara penerjamah/penafsiran Al-quran, 1990: 278)
4
Dan jika kamu khwatir akan (terjadinya) ada pengkhianatan dari suatu
golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan jujur.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat.
(Dewan Penyelenggara Penterjemah/ penafsir Al-qur,an, 1990 : 270)
E. PROSEDUR PEMBATALAN PERJANJIAN (AKAD)
PENUTUP
Kesimpulan
Dari paparan diatas bahwa arti dari sebuah perjanjian adalah perbuatan kesepakatan antara
satu pihak atau beberapa pihak dengan pihak atau beberapa pihak untuk melakukan perbuatan
tertentu.
Apabila seseorang telah terikat dalam suatu perjanjian maka wajiblah ia untuk memenuhi
ikatan tersebut.kecuali,seseuatu yang dibenarkan oleh syara,Allah SWT berfirman dalam al-
quran yang artinya:
Didalam perjanjian ada rukun-rukun dan syarat-syarat yang harus dipenuhi,dan sebuah
perjanjian tidak sah atau batal apabila jangka waktu telah berakhir,salah satu pihak
menyimpang atau penghianatan.untuk membatalkan sebuah perjanjian ada prosedur yang
harus dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
1) Drs.H.Chairuman Pasaribu,HUKUM PERJANJIAN DALAM ISLAM,Sinar
Grafika,Jakarta,1993