islam
BAB II
hukum islam
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perjanjian, kita melihat pasal
1313 KUHPdt. Menurut ketentuan pasal ini, perjanjian adalah suatu perbuatan
Perjanjian dalam arti luas suatu perjanjian berarti setiap perjanjian yang
dan lain-lain.
Perjanjian (akad) adalah kata aqad dalam istilah bahasa berarti ikatan dan tali
pengikat. Jika dikatakan aqadah al-hablah maka itu menggabungkan antara dua
ujung tali lalu mengikatnya, kemudian maknah ini berpindah dari hal yang
bersifat hissi (indra) kepada ikatan yang tidak tampak antara dua ucapan dari
kedua belah pihak yang sedang berdialog. Dari sinilah kemudian makna
diterjemahkan secara bahasa sebagai:menghubungkan dua perkataan, masuk
juga didalamnya janji dan sumpah, karena sumpah menguatkan niat, berjanji
Perjanjian (akad) dalam bahasa arab lafal akad berasal dari kata: aqada-
Akad dalam bahasa arab artinya ikatan (atau penguat dan ikatan) antara ujung-
ujung sesuatu, baik ikatan yang nyata maupun maknawi, dari satu segi maupun
dua segi.[3]
sedangkan hokum perikatan adalah bagian dari pada hokum kekayaan, maka
hubungan yang timbul antara para pihak didalam perjajian adalah hubungan
persoalan hidup dan kehidupan yang diatur didalamnya, dan salah satu diantara
khususnya dalama bidang muamalah maka disusunlah buku kecil yang diberi
jual beli, sewa-menyewa, bagi hasil, perseroan dan lain-lain, dengan demikian
Selain itu dalam buku ini juga dibahas tentang berbagai hal yang ada dalam lalu
lintas hukum masyarakat dewasa ini, seperti pembelian barang cicilan, asuransi
Perjanjian dalam hukum Islam dikenal dengan istilah al-aqd yang berarti
dengan :
objek perikatan
seluruh perikatan yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih tidak dianggap sah
melakukan transaksi riba, menipu orang lain, atau merampok kekayaan orang lain.
1. Rukun Akad
Terdapat perbedaan pendapat ulama fiqh dalam menentukan rukun suatu akad.
adalah sesuatu yang keabsahannya memerlukan kepada adanya sesuatu yang lain,
dan sesuatu yang lain itu merupakan bagian dari sesuatu. Dalam ibadah shalat
misalnya ruku, dan bacaan fatihah merupakan rukun shalat. Didalam muamalat,
ijab dan qabul termasuk rukun akad. Rukun akad adalah segalah sesuatu
2. Syarat-syarat Akad
- Kedua orang yang melakukan akad cakap bertindak (ahli), tidak sah orang yang
tidak cakap bertindak, seperti orang gila, orang yang berada dibawah pengampuan
- Akad diizinkan oleh syara, dilakukan oleh orang yang mempunyai hak
- Ijab itu berjalan terus, tidak dicabut sebelum terjadinya kabul. Maka bila seseorang
yang berijab menarik kembali ijabnya sebelum kabul, maka batallah ijabnya.
- Ijab dan kabul mesti bersambung sehingga bila seseorang yang berijab sudah
Pengertian syarat akad adalah sesuatu yang kepadanya tergantung sesuatu yang
lain, dan sesuatu itu keluar dari hakikat sesuatu yang lain itu. Secara gelobal,
a. Syarat syari yaitu suatu syarat yang ditetapkan oleh syara yang harus ada untuk
bisa terwujudnya suatu akad. Seperti syarat ahliyah, (kemampuan) pada si aqid
kehendak, untuk mewujudkan suatu maksud tertentu dari suatu akad. Syarat
Syarat sah adalah syarat yang ditetapkan oleh syarauntuk timbulnya akiabat-
akibat hukum dari suatu akad. Apabilah syarat tersebut tidak ada maka akadnya
suatu akad dalam zatnya sah menurut syaraapabila syarat tersebut tidak terwujud
Para ulama fiqh menetapkan bahwa akad yang telah memenuhi rukun dan
Setiap manusia memiliki kebebasan untuk mengikatkan diri pada suatu akad dan
wajib dipenuhi segala akibat hukum yang ditimbulkan akad itu. Hal ini sejalan
Ulama Hanafiah dan Syafiiyah berpendapat bahwa setiap orang yang melakukan
akad bebas untuk mengemukakan dan menentukan syarat, selama syarat itu tidak
bertentangan dengan kehendak syara dan tidak bertentangan pula dengan hakikat
4. Berakhirnya akad
- Berakhirnya masa berlaku akad tersebut, apabila akad tersebut memiliki tenggang
waktu.
- Dibatalkan oleh pihak-pihak yang berakad, apabila akad itu sifatnya tidak mengikat.
- Dalam akad yang bersifat mengikat, suatu akad dianggap berakhir jika :
jual beli itu fasad, seperti terdapat unsur-unsur tipuan, salah satu rukun atau
Berlakunya Khiyar
- Salah satu pihak yang berakad meninggal dunia untuk akad-akad tertentu
- Adanya akibat hukum yang ditimbulkan berupa hak dan kewajiban atau melakukan
suatu perbuatan.
- Objeknya diperkenankan
- Prestasinya dimungkinkan
Perdata, yaitu:
Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
Pasal 1330 KUH Perdata menyebutkan orang yang tidak cakap membuat perjanjian
adalah ;
Orang-orang yang belum dewasa;
Dibawah pengampuan;
Orang perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan UU, dan semua orang kepada
membuat perjanjian mengenai apa saja baik yang sudah ada ketentuan dalam UU
maupun yang belum ada ketentuannya, asalkan tidak melanggar UU, ketertiban
buku III KUH Perdata dapat dikesampingkan berlakunya manakala para pihak
4. Berakhirnya perjanjian
- Para pihak atau UU dapat menentukan bahwa dengan terjadinya peristiwa tertentu
tersebut.
Secara garis besar perbedaan yang sangat relevan dan signifikan tentang
Perjanjian menurut hukum Islam sah bila tidak bertentangan dengan syariat
dengan UU.
Subjek perjanjian menurut hukum Islam adalah mukalaf yang ahli (baik laki-laki
perjanjian selain disyaratkan dewasa dan dan tidak dalam pengampuan, wanita
yang menjadi istri tidak mempunyai hak untuk mengikatkan diri tanpa adanya izin
dari suami (pasal ini tidak berlaku di RI dengan SE MA no. 1 tahun 1963).
Dalam Islam secara tegas dinyatakan perjanjian tidak boleh mengandung riba,
ghoror dan maisyir. Dalam hukum eropa kontinental ini tidak diatur dengan rinci.
perjanjian yang memberikan kewajibannya kepada satu pihak dan hak kepada satu
2) Perjanjian percuma
a. Perjanjian Cuma-Cuma
tidak Undang-undang dalam pasal 1314. B.W. membedakan antara
berikut:
suatu perjanjian dengan Cuma-Cuma adalah suatu persetujuan dengan mana
pihak yang satu memberikan suatu keuntungan kepada pihak lain tanpa menerima
Kata memberikan keuntungan sebenarnya lebih tepat kalau diganti dengan kata
(onherroepelijk) memberikan suatu benda pada pihak yang lainnya, pihak mana
mengikat dan tak dapat ia di cabut kembali begitu saja menurut kehendak satu
pihak. Jadi berlainan sekali sifatnya dari suatu hibah wasiat atau pemberian dalam
suatu testament, yang baru memperoleh kekuatan mutlak, apabilah orang yang
kembali.[13]
Akad shahih
Definisi akad shahih : hanafiyah sebagaimana dikutip oleh wahbah zuhaili
Akad yang shahih adalah suatu akad yang disyariatkan dengan asalnya dan
sifatnya. Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa akad yang shahih adalah
suatu akad yang dipenuhi asalnya dan sifatnya. Yang dimaksud dengan asal dalam
definisi tersebut adalah rukun, yakni ijab dan qabul, para pihak yang melakukan
akad, dan objeknya. Sedangkan yang dimaksud dengan sifat adalah ahl-hal yang
Hokum akad yang shahih adalah timbulnya akibat hokum secara spontan antara
kedua bela pihak yang melakukan akad, yakni hak dan kewajiban.[14]
adalah, kedua belah pihak yang membuat perjanjian setuju mengenai hal-hal yang
perbuatan hukum, adalah setiap orang yang sudah dewasa dan sehat pikirannya.
wanita.Acuan hukum yang kita pakai adalah KUHPerdata karena berlaku secara
umum.
3. Adanya Obyek: Sesuatu yang diperjanjikan dalam suatu perjanjian
tidak memakai suatu sebab yang halal, atau dibuat dengan suatu sebab yang palsu
Dalam hukum perjanjian dapat dijumpai beberapa asas penting yang perlu
system terbuka (open system), setiap orang boleh mengadakan perjanjian apa
saja, walaupun belum atau tidak diatur dalam Undang-undang. Sering disebut asas
kebebasanbertindak.
perjanjiansendiri.
Bersifat konsensual, artinya perjanjian itu terjadi sejak adanya kata sepakat antara
pihak-pihak.
Bersifat obligatoir, artinya perjanjian yang dibuat oleh pihak- pihak itu baru
dalam taraf menimbulkan hak dan kewajiban saja, belum memindahkan hak milik.
Akad yang shahih adalah suatu akad yang disyariatkan dengan asalnya dan
sifatnya. Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa akad yang shahih adalah
suatu akad yang dipenuhi asalnya dan sifatnya. Yang dimaksud dengan asal dalam
definisi tersebut adalah rukun, yakni ijab dan qabul, para pihak yang melakukan
akad, dan objeknya. Sedangkan yang dimaksud dengan sifat adalah ahl-hal yang
Hokum akad yang shahih adalah timbulnya akibat hokum secara spontan antara
kedua bela pihak yang melakukan akad, yakni hak dan kewajiban.[16]
Perjanjian yang sah artinya perjanjian yang memenuhi syarat yang telah
Isi Perjanjian
ketentuan dan syarat- syarat yang telah diperjanjikan oleh pihak- pihak.
Ketentuan- ketentuan dan syarat- syarat ini berisi hak dan kewajiban pihak- pihak
Dalam hal ini tercermin asas kebebasan berkontrak, yaitu berapa jauh pihak-
pihak dapat mengadakan perjanjian, hubungan hubungan apa yang terjadi antara
mereka itu, dan beberapa jauh hukum mengatur hubungan antara mereka itu.[17]
Pembatalan Perjanjian
Pengertian pembatalan dalam uraian ini mengandung dua macam
Timbulnya perikatan dalam hal ini bukan dikarenakan karena adanya suatu
Perikatan yang timbul karena undang- undang ini ada dua sumbernya, yaitu
diklasifikasikanlagi menjadi dua, yaitu perbuatan yang sesuai dengan hukum dan
perbuatan yang tidak sesuai dengan hukum (pasal 1352 dan 1353 KUHPdt).
Perikatan yang timbul dari perbuatan yang sesuai dengan hukum ada dua, yaitu
wakil tanpa kuasa (zaakwarneeming) diatur dalam pasal 1354 sampai dengan
dalam pasal 1359 sampai dengan 1364 KUHPdt. Sedangkan perikatan yang
timbul dari perbuatan yang tidak sesuai dengan hukum adalah perbuatan yang
Perbuatan melawan hukum dapat ditujukan kepada harta kekayaan orang laindan
dapat ditujukan kepada diri pribadi orang lain, perbuatan mana
Untuk mengetahui apakah perbuatan hukum itu disebut wakil tanpa kuasa, maka
perlu dilihat unsure- unsure yang terdapat didalamnya, unsure- unsure tersebut
adalah :[18]
1) Perbuatan itu dilakukan dengan sukarela, artinya atas kesadaran sendiri tanpa
imbalannya.
bertindak atas inisiatif sendiri tanpa ada pesan, perintah, atau kuasa dari pihak
3) Mewakili urusan orang lain, artinya yang melakukan perbuatan itu bertindak
sendiri.
4) Dengan atau tanpa pengetahuan orang itu, artinya orang yang berkepentingan
perbuatan untuk kepentingan orang lain itu, ia harus mengerjakan sampai selesai,
sehingga orang yang diwakili kepentingannya itu dapat menikmati manfatnya atau
Menurut ketentuan pasal 1338 KUHPdt, perjanjian yang dibuat secara sah,
yaitu memenuhi syarat- syarat pasal 1320 KUHPdt berlaku sebagai undang-
undang bagi mereka yang membuatnya, tidak dapat ditarik kembali tanpa
persetujuan kedua belah pihak atau karena alasan- alasan yang cukup menurut
Pelaksanaan Perjanjian
Yang dimaksud dengan pelaksanaan disini adalah realisasi atau pemenuhan hak
dan kewajiban yang telah diperjanjikan oleh pihak- pihak supaya perjanjian itu
PEMBAHAS/ANALISIS
filosofi hukum, istilah yang digunakan, sumber hukum dan proses pencarian
perjanjian KUHperdata bersumber dari Statue Law (hukum tertulis) yang sangat
hukumnya terkodifikasi dalam suatu hukum tertulis (UU) tapi khusus untuk
perjanjian UU hanya sebagai pelengkap dari perjanjian, atau berlaku isi perjanjian
tersebut dan UU. Berlaku pula, bahwa perjanjian berlaku laksana UU bagi mereka
yang membuat. Hal ini serupa dengan sifat kebebasan menentukan syarat dalam
akad pada hukum Islam, bahwa setiap orang yang melakukan akad bebas untuk
dengan kehendak syara dan tidak bertentangan pula dengan hakikat akad, pihak-
pihak yang berakad bebas mengemukakan persyaratan dalam suatu akad selama
melindungi kesusilaan dan kepentingan umum sedang hukum Islam juga berusaha
agama, jiwa, akal, kehormatam dan harta), karena aspek melindungi agama ini
menurut hemat penulis hukum Islam berbeda dengan hukum lainnya termasuk
juga dalam hukum perjanjian, makanya dalam perikatan Islam tidak boleh
Dalam perjanjian ini ada yang membatalkan perjanjian antara orang yang
beraakad, kareana ada beberapa antara orang yang berjanji tidak termasuk dalam
KUHperdata pasal 1320 berlaku sebagai undang- undang bagi mereka yang
membuatnya, tidak dapat ditarik kembali tanpa persetujuan kedua belah pihak
atau karena alasan- alasan yang cukup menurut undang- undang, dan harus
hubungan yang timbul antara pihak didalam perjanjian adalah hubungan hukum
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
perjanjian dalam islam merupakan salah satu ikatan antara dua orang atau lebih,
jadi tidak ada perbedaan antara perjanjian KUHperdata dengan hukum perjanjian
dalam islam.
belah pihak yang membuat perjanjian setuju mengenai hal-hal yang pokok dalam
kontrak.
hukum, adalah setiap orang yang sudah dewasa dan sehat pikirannya.
Dan beberapa jenis yang terdapat dalam hokum perjanjian yaitu sebagai berikut:
perjanjian yang memberikan kewajibannya kepada satu pihak dan hak kepada satu
B. SARAN
Ikutilah dengan apa yang telah kamu janjikan, dan jangan sekali-kali kamu
membatalkan suatu perjanjian maka akan menimbulkan suatu akibat bagi orang