Pengertian akad yang beredar di kalangan fuqaha ada 2 yaitu arti umum
dan arti khusus. Pengertian umum yang dekat dengan pengertian bahasa
berkembang dikalangan fuqaha Malikiyah, Syafiiyah, dan Hanabilah,
yaitu :
Akad adalah segala sesuatu yang diniatkan oleh seseorang untuk di
kerjakan, baik timbul karena satu kehendak, seperti wakaf, pembebasan
, talak dan sumpah, maupun yang memerlukan kepada kedua kehendak
di dalam menimbulkannya, seperti jual beli, sewa-menyewa, pemberian
kuasa dan gadai.
Pendapat kedua mengartikan akad dalam arti khusus, dikemukakan oleh
fuqaha Hanafiah. Mereka mengatakan :
Akad adalah pertalian antara ijab dengan qabul menurut ketentuan
syara yang menimbulkan akibat hukum pada obyeknya atau dengan
redaksi yang lain : keterkaitan antara pembicaraan salah seorang yang
melakukan akad dengan yang lainnya menurut syara pada segi yang
tampak pengaruhnya pada objek.
Syarat Terjadinya
Akad
Syarat Kelangsungan
Akad
Syarat Kepastian
Akad
Syarat terjadinya akad adalah segala sesuatu yang disyaratkan untuk terjadinya
akad secara syara. Syarat ini terbagi menjadi dua bagian yakni umum dan
khusus. Syarat akad yang bersifat umum adalah syaratsyarat akad yang wajib
sempurna wujudnya dalam berbagai akad. Syarat-syarat umum yang harus
dipenuhi dalam setiap akad adalah:
Akad dapat memberikan faidah sehingga tidak sah bila rahn dianggap
imbangan amanah.
Ijab itu berjalan terus, tidak dicabut sebelum terjadi kabul. Oleh karenanya
akad menjadi batal bila ijab dicabut kembali sebelum adanya kabul.
Ijab dan kabul harus bersambung, sehingga bila orang yang berijab berpisah
sebelum adanya qabul, maka akad menjadi batal.
Sedangkan syarat yang bersifat khusus adalah syarat-syarat yang wujudnya wajib
ada dalam sebagian akad. Syarat ini juga sering disebut syarat idhafi(tambahan
yang harus ada disamping syarat-syarat yang umum, seperti syarat adanya saksi
dalam pernikahan.
Dalam pelaksanaan akad, ada dua syarat yaitu kepemilikan dan kekuasaan.
Kepemilikan adalah sesuatu yang dimiliki oleh seseorang sehingga ia bebas
beraktivitas dengan apa-apa yang dimilikinya sesuai dengan aturan syara.
Adapun kekuasaan adalah kemampuan seseorang dalam ber-tasharuf sesuai
dengan ketentuan syara.
Dasar dalam akad adalah kepastian. Seperti contoh dalam jual beli, seperti
khiyar syarat, khiyar aib, dan lain-lain. Jika luzum Nampak maka akad batal atau
dikembalikan
Macam-Macam Akad
1) Berdasarkan ketentuan syara
2) Berdasarkan ada dan tidak adanya qismah
3) Berdasarkan zat benda yang diakadkan
4) Berdasarkan adanya unsur lain didalamnya
5) Berdasarkan disyariatkan atau tidaknya akad
6) Berdasarkan sifat benda yang menjadi objek dalam akad
7) Berdasarkan cara melakukannya
8) Berdasarkan berlaku atau tidaknya akad
9) Berdasarkan luzum dan dapat dibatalkan
10) Berdasarkan tukar menukar hak
11) Berdasarkan harus diganti dan tidaknya
12) Berdasarkan tujuan akad
13) Berdasarkan faur dan istimrar
14) Berdasarkan asliyah dan tabiiyah
1)
Akad shahih
Akad shahih adalah akad yang memenuhi unsur dan syarat yang ditetapkan oleh
syara. Dalam istilah ulama Hanafiyah, akad shahih adalah akad yang memenuhi
ketentuan syara pada asalnya dan sifatnya.
adalah akad yang tidak memenuhi unsur dan syarat yang ditetapkan oleh syara.
Dengan demikian, akad ini tidak berdampak hukum atau tidak sah. Jumhur ulama
selain Hanafiyah menetapkan akad bathil dan fasid termasuk kedalam jenis akad
tidak shahih, sedangkan ulama Hanafiyah membedakan antara fasid dengan batal.
Menurut ulama Hanafiyah, akad batal adalah akad yang tidak memenuhi
memenuhi rukun atau tidak ada barang yang diakadkan seperti akad yang dilakukan
oleh salah seorang yang bukan golongan ahli akad. Misalnya orang gila, dan lainlain. Adapun akad fasid adalah akad yang yang memenuhi persyaratan dan rukun,
tetapi dilarang syara seperti menjual barang yang tidak diketahui sehingga dapat
menimbulkan percekcokan.
Akad musamah, yaitu akad yang telah ditetapkan syara dan telah ada hukum-hukumnya,
seperti jual beli, hibah, dan ijarah.
Ghair musamah yaitu akad yang belum ditetapkan oleh syara dan belum ditetapkan
hukumnya.
Akad munjiz yaitu akad yang dilaksanakan langsung pada waktu selesainya akad.
Pernyataan akad yang diikuti dengan pelaksaan akad adalah pernyataan yang disertai
dengan syarat-syarat dan tidak pula ditentukan waktu pelaksanaan adanya akad.
Akad mualaq adalah akad yand didalam pelaksaannya terdapat syarat-syarat yang telah
ditentukan dalam akad, misalnya penentuan penyerahan barang-barang yang diakadkan
setelah adanya pembayaran.
Akad mualaq ialah akad yang didalam pelaksaannya terdapat syarat-syarat mengenai
penanggulangan pelaksaan akad, pernyataan yang pelaksaannya ditangguhkan hingga
waktu yang ditentukan. Perkataan ini sah dilakukan pada waktu akad, tetapi belum
mempunyai akibat hukum sebelum tidanya waktu yang ditentukan.
Akad musyaraah ialah akad-akad yang debenarkan syara seperti gadai dan jual
beli.
Akad mamnuah ialah akad-akad yang dilarang syara seperti menjual anak
kambing dalam perut ibunya.
Akad ainniyah ialah akad yang disyaratkan dengan penyerahan barang seperti
jual beli.
Akad ghair ainiyah ialah akad yang tidak disertai dengan penyerahan barangbarangg karena tanpa penyerahan barangpun akad sudah sah.
Akad yang harus dilaksanakan dengan upacara tertentu seperti akad pernikahan
dihadiri oleh dua saksi, wali, dan petugas pencatat nikah.
Akad ridhaiyah ialah akad yang dilakukan tanpa upacara tertentu dan terjadi
karena keridhaan dua belah pihak seperti akad-akad pada umumnya.
Akad nafidzah, yaitu akad yang bebas atau terlepas dari penghalang-penghalang
akad
Akad lazim yang menjadi hak kedua belah pihak yang tidak dapat dipindahkan
seperti akad nikah. Manfaat perkawinan, seperti bersetubuh, tidak bisa
dipindahkan kepada orang lain. Akan tetapi, akad nikah bisa diakhiri dengan
dengan cara yang dibenarkan syara
Akad lazim yang menjadi hak kedua belah pihak, dapat dipindahkan dan dapat
dirusakkan seperti akad jual beli dan lain-lain.
Akad lazimah yang menjadii hak kedua belah pihak tanpa menunggu persetujuan
salah satu pihak. Seperti titipan boleh diambil orang yang menitip dari orang yang
dititipi tanpa menungguu persetujuan darinya. Begitupun sebalikanya, orang yang
dititipi boleh mengembalikan barang titipan pada orang yang menitipi tanpa harus
menunggu persetujuan darinya.
Akad muawadhah, yaitu akad yang berlaku atas dasar timbal balik seperti
akad jual beli
Akad tabarruat, yaitu akad-akad yang berlaku atas dasar pemberian dan
pertolongan seperti akad hibah.
Akad yang tabaruat pada awalnya namun menjadi akad muawadhah pada
akhirnya seperti akad qarad dan kafalah.
Akad dhaman, yaitu akad yang menjadi tanggung jawab pihak kedua setelah
benda-benda akad diterima seperti qarad.
Akad amanah, yaitu tanggung jawab kerusakan oleh pemilik benda bukan,
bukan oleh yang memegang benda, seperti titipan.
Akad yang dipengaruhi oleh beberapa unsur, salah satu seginya adalah
dhaman dan segi yang lain merupakan amanah, seperti rahn.
Akad fauriyah, yaitu akad-akad yang tidak memerlukan waktu yang lama,
pelaksaaan akad hanya sebentar saja seperti jual beli.
Akad istimrar atau zamaniyah, yaitu hukum akad terus berjalan, seperti Iarah.
Akad asliyah yaitu akad yang berdiri sendiri tanpa memerlukan adanya sesuatu yang
lain seperti jual beli dan Iarah.
Akad tahiiyah, yaitu akad yang membutuhkan adanya yang lain, seperti akad rahn
tidak akan dilakukan tanpa adanya hutang.
Telah jatuh tempo atau berakhirnya masa berlaku akad yang telah
disepakati, apabila akad tersebut memiliki proses waktu. Seperti pada
akad ijarah yang telah habis masa kontraknya.
Berakhirnya akad karena fasakh atau digugurkan oleh pihak-pihak yang berakad.
Prinsip umum dalam fasakh ialah masing-masing pihak kembali kepada keadaan
seperti sebelum terjadi akad atau seperti tidak pernah berlangsung akad.
Berakhirnya akad karena fasakh ada kalanya bersifat muntanad (berlaku surut),
ada kalanya bersifat mughtashar (tidak berlaku surat). Pada kasus pencabutan
pemberian kuasa. Maka segala tasharrufnya yang telah dilakukan sebelum fasakh
tetap berlaku, karena pencabutan kuasa tidak berlaku surut tetapi berlaku
semenjak fasakh. Akad dipandang berakhir juga apabila terjadi fasakh, fasakh
terjadi dengan sebab-sebab sebagai berikut:
Salah satu pihak yang berakad meninggal dunia. Dalam hubungan ini para
ulama fiqh menyatakan bahwa tidak semua akad otomatis berakhir dengan
wafatnya salah satu pihak yang melaksanakan akad. Akad yang bisa berakhir
dengan wafatnya salah satu pihak yang melaksanakan akad, di antaranya
adalah akad sewa menyewa, ar-rahn, al-kafalah, ays-syirkah, al-wakalah, dan
al-muzaraah. Akad juga akan berakhir dalam baial-fudhuli (suatu bentuk
jual beli yang keabsahan akadnya tergantung pada persetujuan orang lain)
apabila tidak mendapat persetujuan dari pemilik modal. Mengenai Para
fuqaha tidak sependapat menurut ulama mazdhab hanafi akad sewa-menyewa
akan berakhir apabila salah satu meninggal, sedangkan menurut syafiI tidak
dalam akad gadai juga kematian pihak pemegang gadai tidak mengakinatkan
berakhirnya akad, tetapi dilanjutkan oleh ahli warisnya,guna mnjamin hak
atas piutangnya.
Berakhirnya akad dengan sebab tidak adanya kewenangan dalam akad yang
mawquf. Akad mauquf akan berakhir jika yang berwenang wilaya al akad
tidak mengizinkan. Demikian juga pada akad fuduli yaitu akad yang dilakukan
oleh orang yang bertindak pada hak orang lain tanpa disuruh atau diminta
melakukannya seketika berakhir jika tidak adanya izin dari yang berwenang
SEKIAN
TERIMA KASIH