Anda di halaman 1dari 12

Nama : Tika Sartika

NPM : 201810315097
Kelas : 6A123
Tugas : Akuntansi Syari’ah

1. Jelaskan apa yang disebut dengan pengertian ijarah?


Jawab :
Ijarah berasal dari kata Al Ajru yang berarti Al ‘Iwaḍu (ganti). Ijarah menurut arti
bahasa adalah nama upah. Menurut pengertian syara’, Al Ijarah ialah: Suatu jenis
akad untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian.
Dari pengertian di atas terlihat bahwa yang dimaksud dengan sewa menyewa itu
adalah pengambilan manfaat sesuatu benda, jadi dalam hal ini bendanya tidak kurang
sama sekali, dengan perkataan lain dengan terjadinya peristiwa sewa-menyewa, yang
berpindah hanyalah manfaat dari benda yang disewakan tersebut, dalam hal ini dapat
berupa manfaat barang seperti kenda- raan, rumah dan manfaat karya seperti pemusik,
bahkan dapat juga berupa karya pribadi seperti pekerja.
2. Apa yang menjadi landasan hukum akad transaksi ijarah, jelaskan?
Jawab :
Al-ijarah dalam bentuk sewa menyewa maupun dalam bentuk upah mengupah
merupakan muamalah yang telah disyariatkan dalam Islam. Hukum asalnya menurut
Jumhur Ulama adalah mubah atau boleh bila dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan oleh syara’ berdasarkan ayat al-Qur’an, hadis-hadis Nabi dan
ketetapan Ijma Ulama.
Adapun dasar hukum tentang kebolehan al-ijarah dalam al-Quran terdapat dalam
beberapa ayat diantaranya firman Allah antara lain:
1. Surat at-Thalaq ayat 6: “Jika mereka telah menyusukan anakmu, maka berilah
upah mereka”
2. surat al-Qashash ayat 26: “Salah seorang dari wanita itu berkata: wahai bapakku,
upahlah dia, sesungguhnya orang yang engkau upah itu adalah orang yang kuat
dan dapat dipercaya”.
Adapun dasar hukum dari hadits Nabi diantaranya adalah:
1. Al Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Nabi saw.
bersabda: “Rasulullah saw berbekam, kemudian beliau memberikan upah kepada
tukang-tukang itu”.
2. Riwayat Ibnu Maajah, Rasulullah bersabda: ”Berikanlah upah atau jasa kepada
orang yang diupah sebelum kering keringatnya”.
Adapun dasar hukum ijarah berdasarkan ijma’ ialah semua umat sepakat, tidak ada
seorang ulama pun membantah kesepakatan (ijma’) ini, sekalipun ada beberapa orang
diantara mereka yang berbeda pendapat, tetapi hal itu tidak dianggap. Umat Islam
pada masa sahabat telah berijma’ bahwa ijarah dibolehkan sebab bermanfaat bagi
manusia.
3. Jelaskan apa yang menjadi rukun dan syarat-syarat ijarah?
Jawab :
Rukun Ijarah
Rukun dari ijarah sebagai suatu transaksi adalah akad atau perjanjian kedua belah
pihak, yang menunjukkan bahwa transaksi itu telah berjalan secara suka sama suka.
Adapun unsur yang terlibat dalam transaksi ijarah itu adalah:
a. Orang yang menggunakan jasa, baik dalam bentuk tenaga atau benda yang
kemudian memberikan upah atas jasa tenaga atau sewa dari jasa benda yang
digunakan, disebut pengguna jasa (mūjir)
b. Orang yang memberikan, baik dengan tenaganya atau dengan alat yang
dimilikinya, yang kemudian menerima upah dari tenaganya atau sewa dari benda
yang dimilikinya, disebut pemberi jasa atau (musta’jir)
c. Objek transaksi yaitu jasa, baik dalam bentuk tenaga atau benda yang digunakan
disebut (ma’jur)
d. Imbalan atau jasa yang diberikan disebut upah atau sewa (ujrah).
Menurut ulama mazhab Hanafi rukun ijarah hanya ada satu, yaitu ijab dan qabul.
Sedangkan jumhur ulama berpendapat, bahwa rukun ijarah itu ada empat, sebagai
berikut:
a. ‘Aqid (orang yang akad)
‘Aqid adalah orang yang melakukan perjanjian/transaksi, yaitu orang yang
menyewakan (mu’jir) dan orang yang menyewa (musta’jir).
b. Sigat akad
Sigat akad adalah pernyataan yang menunjukkan kerelaan atau kesepakatan dua
pihak yang melakukan kontrak atau transaksi.
c. Ujrah (upah)
d. Ujrah adalah member imbalan sebagai bayaran kepada seseorang yang telah
diperintah untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan tertentu dan bayaran itu
diberikan menurut perjanjian yang telah disepakati bersama.
Syarat ijarah
Supaya transaksi ijarah itu bisa dianggap sah, maka ada beberapa syarat yang
mengiringi beberapa rukun yang harus dipenuhi. Syarat-syarat tersebut meliputi:
a. ‘Aqid
Kedua belah pihak yang melakukan akad disyaratkan memiliki kemampuan, yaitu
berakal dan dapat membedakan (baik dan buruk). Jika salah satu pihak adalah
orang gila atau anak kecil, akadnya dianggap tidak sah. Para penganut Mazhab
Syafi’i dan Hambali menambah syarat lain, yaitu baligh. Jadi, menurut mereka,
akad anak kecil meski sudah tamyiz, dinyatakan tidak sah jika belum balig.
Berbeda dengan kedua Mazhab di atas, Mazhab Hanafi dan Maliki mengatakan,
bahwa orang yang melakukan akad tidak harus mencapai usia baligh, tetapi anak
yang telah mumayyiz pun boleh melakukan akad ijarah dengan ketentuan disetujui
oleh walinya.
b. Sigat akad antara mu’jir dan musta’jir
SyaratZ sah sigat akad dapat dilakukan dengan lafad atau ucapan dengan tujuan
orang yang melakukan perjanjian atau transaksi dapat dimengerti. Berkaitan
dengan hal tersebut umum dilakukan dalam semua akad, karena yang dijadikan
pedoman dalam ijab qabul adalah sesuatu yang dapat dipahami oleh dua orang
yang melakukan akad sehingga tidak menimbulkan keraguan dan perten tangan.
Selain itu, ketentuan umum yang ada dan menjadi pedoman hukum apabila
perkataan yang dinyatakan adalah sesuai dengan niat dan kehendak dalam hati
yang dinamakan sigat yang dapat dilakukan dengan secara lisan, tulisan dan
isyarat yang memberikan yang jelas tentang adanya ijab qabul.
c. Ujrah (upah)
Para ulama telah menetapkan syarat upah, yaitu: pertama, berupa harta tetap yang
dapat diketahui. Kedua, tidak boleh sejenis dengan barang manfaat dari ijarah,
seperti upah menyewa rumah untuk ditempati dengan menempati rumah
tersebut.29 Upah (ujrah) dapat digolongkan menjadi 2, yaitu:
a. Upah yang telah disebutkan (ajr al-musamma), yaitu upah yang telah disebut kan
pada awal transaksi, syaratnya adalah ketika disebutkan harus disertai adanya
kerelaan (diterima oleh kedua belah pihak).
b. Upah yang sepadan (ajr al-miṭli) adalah upah yang sepadan dengan kerjanya serta
sepadan dengan kondisi pekerjaannya. Maksudnya adalah harta yang dituntut
sebagai kompensasi dalam suatu transaksi yang sejenis pada umum- nya.
Dengan demikian, persyaratan penetapan upah atas objek ijarah yang terdapat
dalam pasal 6 Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lem- baga
Keuangan Nomor: PER-04/BL/2007 tentang akad-akad yang digunakan dalam
kegiatan dalam kegiatan perusahaan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, wajib
memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
a. Besarnya harga ujrah atas objek ijarah dan cara pembayaran ditetapkan menurut
kesepakatan yang dibuat dalam akad secara tertulis.
b. Alat pembayaran ujrah atas objek ijarah adalah berupa uang atau bentuk lain yang
memiliki nilai yang sama yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

4. Jelaskan apa pengertian Sigat akad ijarah?


Jawab :
Akad adalah suatu perikatan antara ijab dan qabul dengan cara yang dibenarkan
syara’ yang menetapkan adanya akibat-akibat hukum pada objeknya. Sedangkan
dalam bukunya Rachmat Syafe’i, akad adalah ikatan antara dua perkara, baik ikatan
secara nyata maupun ikatan secara maknawi, dari satu segi maupun dua segi. Rukun
akad menurut jumhur ulama terdiri dari:
1. Pernyataan untuk mengikatkan diri (sigah al-aqd)
2. Pihak-pihak yang berakad
3. Obyek akad.
Syarat-syarat akad yaitu setiap pembentukan akad mempunyai syarat yang ditentukan
syara’ yang wajib disempurnakan, syarat-syarat terjadinya ada dua macam:
1. Syarat-syarat yang bersifat umum, yaitu syarat-syarat yang wajib sempurna
wujudnya dalam berbagai akad.
2. Syarat-syarat yang bersifat khusus, yaitu syarat-syarat yang wujudnya wajib ada
dalam sebagian akad. Syarat khusus ini bisa juga disebut syarat iżafi (tambahan)
yang harus ada disamping syarat-syarat yang umum.
Berakhirnya akad yaitu suatu akad dipandang berakhir apabila telah ter- capai
tujuannya. Ulama fiqih menyatakan bahwa suatu akad dapat berakhir apabila terjadi
hal-hal seperti berikut:
1. Berakhir masa berlaku akad itu, apabila akad itu memiliki tenggang waktu.
2. Dibatalkan oleh pihak-pihak yang berakad, apabila akad itu mengikat.
3. Dalam suatu akad yang bersifat mengikat, akad dapat berakhir bila: akad itu fasid,
berlaku khiyar syarat dan khiyar ‘aib, akad itu tidak dilaksanakan oleh satu pihak
yang berakad, serta telah tercapai tujuan akad itu secara sempurna.
4. Wafat salah satu pihak yang berakad.
Dengan demikian, yang dimaksud sigat akad adalah dengan cara bagaimana ijab dan
qabul yang merupakan rukun-rukun akad itu dinyatakan.
5. Uraikan macam-macam dari akad ijarah?
Jawab :
Dilihat dari segi obyeknya ijarah dapat dibagi menjadi dua macam: yaitu ijarah
yang bersifat manfaat dan yang bersifat pekerjaan.
Pertama, Ijarah yang bersifat manfaat misalnya: sewa-menyewa rumah, toko,
kendaraan, pakaian (pengantin) dan perhiasan. Apabila manfaat itu merupa- kan
manfaat yang dibolehkan syara’ untuk dipergunakan, maka para ulama fiqih sepakat
menyatakan boleh dijadikan objek sewa-menyewa. Menurut ulama Hanafiyah,
ketetapan akad ijarah kemanfaatan yang sifatnya mubah. Menurut ulama Malikiyah,
hukum ijarah sesuai dengan keberadaan manfaat. Ulama Hanabilah dan Syafi’iyah
berpendapat bahwa hukum ijarah tetap pada keberada- annya, dan hukum tersebut
menjadikan masa sewa seperti benda yang tampak.
Kedua, ijarah yang bersifat pekerjaan adalah dengan cara mempekerjakan seseorang
untuk melakukan suatu pekerjaan. Ijarah semacam ini dibolehkan seperti buruh
bangunan, tukang jahit, tukang sepatu, dan lain-lain, yaitu ijarah yang bersifat
kelompok (serikat). Ijarah yang bersifat pribadi juga dapat dibenarkan seperti
menggaji pembantu rumah tangga, tukang kebun dan satpam.
6. Jelaskan secara rinci alur transaksi ijarah dan IMBT?
Jawab :
Transaksi ijarah dilakukan dengan alur sebagai berikut:
1. Nasabah mengajukan permohonan ijarah dengan mengisi formulir permoho- nan.
Berbagai informasi yang diberikan selanjutnya deverifikasi kebenarannya dan
dianalisis kelayakannya oleh bank syariah.
2. Sebagaimana difatwakan oleh DSN, bank selanjutnya menyediakan objek sewa
yang akan digunakan nasabah.
3. Nasabah menggunakan barang atau jasa yang disewakan sebagaimana yang
disepakati dalam kontrak.
4. Nasabah menyewa membayar fee sewa kepada bank syariah sesuai dengan
kesepakatan akad sewa.
5. Pada transaksi IMBT, setelah masa ijarah selesai, bank sebagai pemilik barang
dapat melakukan pengalihan hak milik kepada penyewa.

7. Buatlah satu contoh teknis perhitungan dan penjurnalan transaksi ijarah bagi bank
syariah?
Jawab :
Kasus: Transaksi ijarah
PT. Namira membutuhkan sebuah mobil untuk keperluan usahanya. Pada bulan
januari 20XA, PT Namira mengajukan permohonan ijarah kepada bank syariah.
Adapun informasi tentang penyewaan tersebut adalah sebagai berikut:

Harga perolehan barang : Rp 125.000.000


Umur ekonomis barang : 5 tahun (60 bulan)
Masa Sewa : 24 bulan
Nilai sisa umur ekonomis : Rp 5.000.000
Sewa per bulan : Rp 2.400.000
Uang muka sewa : Rp 7.200.000
Biaya administrasi : Rp 480.000

1. Teknis Perhitungan Transaksi Ijarah


Beberapa hal yang perlu dilakukan perhitungan terkait transaksi ijarah
adalah perhitungan penentuan keuntungan dan fee ijarah, perhitungan uang muka
sewa, dan biaya administrasi ijarah.

2. Perhitungan biaya administrasi ijarah


Biaya administrasi bisa diterapkan dengan menggunakan persentase
tertentu dari modal yang digunakan untuk persewaan. Misalkan dalam kasus di
atas, bank syariah menggunakan kebijakan 1% dari modal persewaan. Maka
biaya administrasinya adalah sebagai berikut:

Biaya administrasi ijarah = n% x modal persewaan per bulan x jumlah bulan


= 1% x Rp 2.000.000 x 24
= 1% x Rp 48.000.000
= Rp 480.000
8. Susunlah sebuah contoh tentang perjurnalan transaksi ijarah, ilustrasi Anda buat
sendiri?
Jawab :
Misalkan untuk keperluan transaksi ijarah PT Namira di atas, pada tanggal 5 juni 20XA
bank syariah membeli aset pada perusahaan yang mensuplai barang yang diperlukan.
Pembelian dilakukan via rekening pemasok tersebut adalah sebagai berikut:

Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)


5/6/XA Db Persediaan ijarah 120.000.000
Kr. Kas/Rekening supplier 120.000.000
a. Transaksi pada saat akad disepakati
Pada saat akad disepakati, terdapat beberapa transaksi yang harus diakui oleh
bank syariah. Transaksi tersebut adalah (1) konversi persediaan untuk ijarah
menjadi aset ijarah, sebagai bentuk pengakuan atas adanya pengalihan hak guna
kepada penyewa (2) Penerimaan biaya administrasi.
Misalkan pada tanggal 10 Juni, PT. Namira menandatangani akad ijarah untuk
sebuah mesin. Maka jurnal yang diperlukan pada waktu itu adalah:

TanggalRekening Debit (Rp) Kredit(Rp)

10/6/XA Db. Aset yang diperoleh untuk 120.000.000


ijarah 120.000.000
Kr. Persediaan ijarah
10/6/XA Db. Rekening nasabah – PT. 480.000
Namira 480.000
Kr. Pendapatan administrasi

Sebelum akad ijarah dilakukan, bank syariah terlebih dahulu melakukan


pengadaan aset ijarah. Berdasarkan PSAK no 59 paragraf 108 disebutkan
bahwa objek sewa diakui sebesar biaya perolehan pada saat perolehan.
Misalkan untuk keperluan transaksi ijarah PT Namira di atas, pada tanggal
5 juni 20XA bank syariah membeli aset pada perusahaan yang mensuplai
barang yang diperlukan. Pembelian dilakukan via rekening pemasok tersebut
adalah sebagai berikut:

b. Transaksi Pengakuan Pendapatan Ijarah


Misalkan rencana dan realisasi pembayaran sewa oleh PT. Namira adalah sebagai
berikut:
No. Tanggal Jatuh Sewa per bulan Tanggal Jumlah yang
Tempo (Rp) Pembayara dibayar
n
1. 10 Juli XA 2.400.000 10 Juli XA 2.400.000
2. 10 Agt XA 2.400.000 10 Agt XA 2.400.000
3. 10 Sept XA 2.400.000 10 Sept XA 2.400.000
4. 10 Okt XA 2.400.000 10 Okt XA 2.400.000
5. 10 Nov XA 2.400.000 5 Des XA 2.400.000
6. 10 Des XA 2.400.000 10 Des XA 1.400.000
3 Jan XA 1.000.000

(1) Pembayaran sewa oleh nasabah dilakukan saat jatuh tempo

Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)


10/7/XA Db. Kas/rekening nasabah 2.400.000
Kr. Pendapatan sewa 2.400.000

10/8/XA Db. Kas/rekening nasabah 2.400.000


Kr. Pendapatan sewa 2.400.000

10/9/XA Db. Kas/rekening nasabah 2.400.000


Kr. Pendapatan sewa 2.400.000

(2) Pembayaran sewa oleh nasabah dilakukan setelah tanggal jatuh tempo
Misalkan untuk pembayaran sewa bulan Nopember, pada tanggal 10
Nopember 20XA, nasabah belum membayar sewa kepada bank. Pembayaran
baru dilakukan pada tanggal 5 Desember 20XA. Maka jurnal atas transaksi
tanggal 10 Nopember dan 5 Desember tersebut adalah:

Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)


10/11/XA Db. Piutang pendapatan sewa 2.400.000
Kr. Pendapatan sewa – akrual 2.400.000

5/12/XA Db. Kas/rekening nasabah 2.400.000


Kr. Piutang pendapatan sewa 2.400.000
Db. Pendapatan sewa – akrual 2.400.000
Kr. Pendapatan sewa 2.400.000

(3) Pembayaran sewa oleh nasabah dilakukan sebagian pada saat jatuh tempo dan
sebagian lagi setelah tanggal jatuh tempo
Misalkan tanggal 10 Desember 20XA, nasabah membayar sebesar Rp
1.400.000. Sisanya dibayar kemudian pada tanggal 3 Januari 20XB. Maka
jurnal atas transaksi tanggal 10 Desember 20XA dan 3 Januari 20XB tersebut
adalah sebagai berikut:

Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)


10/12/XA Db. Kas/rekening nasabah 1.400.000
Db. Piutang pendapatan sewa 1.000.000
Kr. Pendapatan sewa 1.400.000
Kr. Pendapatan sewa – akrual 1.000.000

03/01/XB Db. Kas/rekening nasabah 1.000.000


Kr. Piutang pendapatan sewa 1.000.000
Db. Pendapatan sewa – akrual 1.000.000
Kr. Pendapatan sewa 1.000.000

c. Pengakuan penyusutan aset yang diperoleh untuk ijarah


Dengan menggunakan teknik perhitungan penyusutan yang telah dibahas pada
sub bab 12.5.1a, jurnal untuk pengakuan penyusutan aset yang diperoleh ijarah
untuk enam bulan pertama adalah sebagai berikut.

Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)


10/7/XA Db. Beban penyusutan aset ijarah 2.000.000
Kr. Akumulasi penyusutan aset ijarah 2.000.000

10/8/XA Db. Beban penyusutan aset ijarah 2.000.000


Kr. Akumulasi penyusutan aset ijarah 2.000.000

Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)


10/9/XA Db. Beban penyusutan aset ijarah 2.000.000
Kr. Akumulasi penyusutan aset ijarah 2.000.000

10/10/XA Db. Beban penyusutan aset ijarah 2.000.000


Kr. Akumulasi penyusutan aset ijarah 2.000.000

10/11/XA Db. Beban penyusutan aset ijarah 2.000.000


Kr. Akumulasi penyusutan aset ijarah 2.000.000

10/12/XA Db. Beban penyusutan aset ijarah 2.000.000


Kr. Akumulasi penyusutan aset ijarah 2.000.000

d. Perlakuan akuntansi beban perbaikan dan pemeliharaan


Biaya perbaikan dan pemeliharaan, jika tidak material berdasarkan PSAK no
59 paragraf 112, dibebankan pada periode terjadinya. Akan tetapi jika biaya
perbaikan diperkirakan material dan berbeda jumlahnya dari tahun ke tahun, maka
sisitem pencadangan perbaikan harus ditetapkan.
Misalkan pada tanggal 23 Desember 20XA dilakukan perbaikan aset ijarah
sebesar Rp 500.000. Perbaikan tersebut dilakukan atas tanggungan Bank Syariah
sebagai pemilik objek sewa dengan sistem pembayaran langsung pada perusaha-
an jasa ruko maka jurnal atas transaksi tersebut adalah:

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

23/12/XA Db. Beban perbaikan aset ijarah 500.000


Kr. Kas/rekening
500.000
e. Penyajian pada laporan laba rugi dan laporan perhitungan bagi hasil
Pendapatan sewa, dilaporkan baik pada laporan laba rugi maupun laporan
perhitungan bagi hasil. Pada kedua laporan, pendapatan yang disajikan adalah
pendapatan bersih yaitu pendapatan sewa dikurangi beban-beban yang terkait
dengan ijarah antara lain beban penyusutan dan beban perbaikan dan peme-
liharaan. Pada laperan laba rugi biasanya dibuat pada akhir tahun, sedangkan
laporan perhitungan bagi hasil biasanya disajikan setiap bulan untuk keperluan
perhitungan bagi hasil dengan pemilik dana pihak ketiga.

f. Laporan Laba Rugi


Pendapatan sewa, dilaporkan baik pada laporan laba rugi maupun laporan
perhitungan bagi hasil. Pada kedua laporan, pendapatan yang disajikan adalah
pendapatan bersih yaitu pendapatan sewa dikurangi beban-beban yang terkait
dengan ijarah antara lain beban penyusutan dan beban perbaikan dan pemeli-
haraan. Pada laperan laba rugi biasanya dibuat pada akhir tahun, sedangkan
laporan perhitungan bagi hasil biasanya disajikan setiap bulan untuk keperluan
perhitungan bagi hasil dengan pemilik dana pihak ketiga.
g. Laporan Perhitungan Bagi Hasil
Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Total
Pendapatan sewa 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 - 3.800.000 13.400.000
(hanya
yang telah
berwujud kas
saja)
(beban (2.000.000) (2.000.000) (2.000.000) (2.000.000) (2.000.000) (2.000.000) (12.000.000)
penyusutan)
(beban - - - - - (500.000) (500.000)
perbaikan)
(beban lain) - - - - - - -

(pendapatan 400.000 400.000 400.000 400.000 (200.000) 1.300.000 900.000


sewa bersih)

9. Bagaimana menyelesaikan teknik perhitungan dan penjurnalan transaksi IMBT bagi


bank syariah, buatlah berdasarkan sebuah kasus?
Jawab :
Kasus: Tansaksi IMBT
Dengan mengacu pada transaksi kasus PT Namira yang telah dibahas pada bagian
terdahulu, misalkan akad yang disepakati adalah IMBT dengan informasi tentang
penyewaan sebagai berikut:
Biaya perolehan barang : Rp 120.000.000
Umur barang : 5 tahun (60 bulan)
Masa Sewa (umur ekonomis) : 24 bulan
Waktu Pembelian Barang : Setelah bulan ke-24

Teknis Perhitungan Transaksi IMBT


Perhitungan penyusutan aset IMBT
Berdasarkan PSAK no 59 paragraf 108b, objek sewa disusutkan sesuai dengan masa
sewa jika merupakan transaksi ijarah muntahiya bittamlik.
Berdasarkan kasus diatas maka beban penyusutan perbulan barang IMBT adalah:
Penyusutan IMBT per bln =
Biaya perolehan
Jumlah bulan masa sewa

Penyusutan IMBT per bln =


Rp. 120.000.000 = Rp. 5.000.000
24

Penentuan Pendapatan IMBT

Selanjutnya dengan kebijakan keuntungan sewa 20% dari modal barang yang
disewakan, pendapatan IMBT per bulan adalah sebagai berikut:
Pendapatan IMBT perbulan = modal penyewaan + n% modal penyewaan
= Rp 5.000.000 + (20% x 5.000.000)
= Rp 5.000.000 + 1.000.000
= Rp 6.000.000
Total pendapatan IMBT selama masa sewa = 24 x Rp 6.000.000
= Rp 144.000.000

Penjurnalan Transaksi IMBT


1. Penjurnalan transaksi IMBT pada dasarnya sama dengan penjurnalan pada
transaksi ijarah.
2. Perbedaan mendasar hanya terdapat pada konsep perhitungan penyusutan yang
tidak dikaitkan dengan umur ekonomis melainkan dikaitkan dengan masa sewa.
3. Perpindahan hak milik IMBT dapat dilakukan dengan beberapa alternatif, yaitu
melalui (1) hadiah, (2) pembayaran sisa sewa sebelum berakhirnya masa sewa dan
(3) pembayaran sekedarnya.

Pelepasan Sebagai Hadiah


Berdasarkan PSAK no 107, perpindahan kepemilikan objek ijarah dari pemilik
kepada penyewa dalam ijarah muntahiya bittamlik dengan cara:
1. Hibah,
2. Penjualan sebelum berakhirnya masa, sebesar sisa cicilan sewa atau jumlah yang
disepakati,
3. Penjualan setelah selesai masa akad.

Pelepasan Melalui Penjualan Objek Sewa Sebelum Berakhirnya Masa Sewa


Berdasarkan PSAK no 107 disebutkan bahwa pada penjualan objek ijarah
sebelum berakhirnya masa sewa, sebesar sisa cicilan sewa atau jumlah yang disepa-
kati, maka selisih antara harga jual dan jumlah tercatat objek ijarah diakui sebagai
keuntungan atau kerugian.
a. Jika harga jual di atas nilai buku aset ijarah
Misalkan setelah penerimaan pendapatan sewa bulan ke 20, bank syariah
menjual mesin yang menjadi aset ijarah tersebut sebesar sisa cicilan sewa kepada
nasabah penyewa yaitu Rp 24.000.000 (4 x Rp 6.000.000), Adapun nilai buku aset
di neraca pada bulan ke 20 adalah:
penyajian di neraca (bulan ke 20)
Aset Ijarah 120.000.000
Akumulasi penyusutan (100.000.000)
Nilai bersih 20.000.000

Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)


Db. Kas 24.000.000
Db. Akumulasi penyusutan aset ijarah 100.000.000
Kr. Aset ijarah 120.000.000
Kr. Keuntungan penjualan aset ijarah 4.000.000

Pelepasan Melalui Penjualan Objek Sewa sebelum Berakhirnya Masa Sewa


b. Jika harga jual dibawah nilai buku aset ijarah
Misalkan setelah penerimaan pendapatan sewa bulan ke 20, bank syariah
menjual mesin yang menjadi aset ijarah tersebut sebesar Rp 15.000.000. Adapun
nilai buku aset di neraca pada bulan ke 20 adalah:

penyajian di neraca (bulan ke 20)


Aset Ijarah 120.000.000
Akumulasi penyusutan (100.000.000)
Nilai bersih 20.000.000

Jurnal untuk transaksi tersebut adalah:


Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)
Db. Kas 15.000.000
Db. Akumulasi penyusutan aset ijarah 100.000.000
Db. Kerugian penjualan aset ijarah 5.000.000
Kr. Aset ijarah 120.000.000

Pelepasan Melalui Penjualan Objek Sewa setelah Berakhirnya Masa Sewa


Berdasarkan PSAK no 107 disebutkan bahwa pada penjualan setelah selesai
masa akad, maka selisih antara harga jual dan jumlah tercatat objek ijarah diakui
sebagai keuntungan atau kerugian.

Pelepasan Melalui Penjualan Objek Sewa Setelah Berakhirnya Masa Sewa


Penyajian di neraca (bulan ke 24)
Aset Ijarah 120.000.000
Akumulasi penyusutan (120.000.000)
Nilai bersih 0

Maka jurnal untuk transaksi tersebut adalah:

Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)


Db. Kas 2.000.000
Db. Akumulasi penyusutan aset ijarah 120.000.000
Kr. Aset ijarah 120.000.000
Kr. Keuntungan penjualan aset ijarah 2.000.000

Pelepasan Melalui Penjualan Objek Sewa Secara Bertahap


Berdasarkan PSAK no 107, disebutkan bahwa penjualan objek ijarah secara
bertahap, maka: (i) selisih antara harga jual dan jumlah tercatat sebagian objek ijarah
yang telah dijual diakui sebagai keuntungan atau kerugian; sedangkan (ii) bagian
objek ijarah yang tidak dibeli penyewa di akui sebagai aset tidak lancar atau aset
lancar sesuai dengan tujuan penggunaan aset tersebut.
10. Buatlah satu contoh teknis perhitungan dan penjurnalan transaksi ijarah untuk multi
jasa?
Jawab :
Kasus : Transaksi Ijarah untuk multijasa
Ibu Ani melakukan transaksi ijarah dengan BPRS Anugerah Makmur untuk keperluan
biaya sekolah anaknya selama 1 semester di Universitas Indonesia (UI). Adapun
informasi tentang transaksi untuk penyediaan jasa tersebut adalah sebagai berikut:
Biaya perolehan jasa : Rp 9.000.000 (dibayar ke UI tanggal 1 feb 20XA
Masa Sewa : 6 bulan (mulai 1 feb 20XA s/d 1 Agustus 20XA)
Sewa per bulan : Rp 1.700.000 (setiap tanggal 1 mulai bulan Maret)
Penyusutan per bulan : Rp 1.500.000 (setiap tanggal 1 mulai bulan Maret)
Biaya administrasi 0,5% : Rp 45.000 (diterima tanggal 1 Feb 20XA)

Jurnal untuk transaksi di atas meliputi jurnal pengadaan aset ijarah, jurnal pada saat
akad, jurnal penyusutan aset ijarah dan jurnal penerimaan pendapatan sewa ijarah.
a. Pengadaan aset ijarah
Jurnal pengadaan aset ijarah jasa adalah sebagai berikut:

Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)


1/2/XA Db. Aset ijarah 9.000.000
Kr. Rekening UI 9.000.000

Ket: Pengadaan aset ijarah

b. Saat akad disepakati


Jurnal pada saat akad adalah sebagai berikut:

Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)

1/2/XA Db. Rekening Nasabah/Kas 45.000


Kr. Pendapatan administrasi 45.000

Ket: Penerimaan biaya administrasi pembiayaan

c. Saat pengakuan penyusutan aset ijarah dan pembayaran sewa ijarah Berikut
adalah tabel penyusutan aset ijarah dan pembayaran sewa ijarah:

No Biaya penyusutan Pembayaran Sewa Keterangan Tanggal


(Rp) (Rp) penyusutan dan pembayaran
1 1.500.000 1.700.000 1 Maret 20XA
2 1.500.000 1.700.000 1 April 20XA
3 1.500.000 1.700.000 1 Mei 20XA
4 1.500.000 1.700.000 1 Juni 20XA
5 1.500.000 1.700.000 1 Juli 20XA
6 1.500.000 1.700.000 1 Agustus 20XA

Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)


1/3/XA Db. Beban penyusutan aset ijarah 1.500.000
Kr. Akumulasi penyusutan aset 1.500.000
ijarah
1/3/XA Db. Rekening Nasabah/Kas 1.700.000
Kr. Pendapatan sewa 1.700.000
Ket. Pengakuan penerimaan
pendapatan sewa
1/4/XA Db. Beban penyusutan aset ijarah 1.500.000
Kr. Akumulasi penyusutan aset 1.500.000
ijarah
1/4/XA Db. Rekening nasabah/kas Kr. 1.700.000
Pendapatan sewa 1.700.000

1/5/XA Db. Beban penyusutan aset ijarah 1.500.000


Kr. Akumulasi penyusutan aset 1.500.000
ijarah
1/5/XA Db. Rekening nasabah/kas Kr. 1.700.000
Pendapatan sewa 1.700.000

1/6/XA Db. Beban penyusutan aset ijarah 1.500.000


Kr. Akumulasi penyusutan aset 1.500.000
ijarah
1/6/XA Db. Rekening nasabah Kr. 1.700.000
Pendapatan sewa 1.700.000

1/7/XA Db. Beban penyusutan aset ijarah 1.500.000


Kr. Akumulasi penyusutan aset 1.500.000
ijarah
1/7/XA Db. Rekening nasabah Kr. 1.700.000
Pendapatan sewa 1.700.000

1/8/XA Db. Beban penyusutan aset ijarah 1.500.000


Kr. Akumulasi penyusutan aset 1.500.000
ijarah
1/8/XA Db. Rekening nasabah/kas Kr. 1.700.000 1.700.000
Pendapatan sewa

Anda mungkin juga menyukai