Anda di halaman 1dari 5

Tinjauan Pustaka

Definisi dan karakteristik Ijarah

Al-ijarah berasal dari kata al-ajru, yang berarti al-iwadhu (ganti). Menurut
pengertian syara, al-ijarah merpakan suatu jenis akad untuk mengambil manfaat
dengan jalan pengganti. Al- ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang
atau jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan (ownership/milkiyyah) atas barang itu sendiri.1

Menurut Fatwa Dewan Syarah Nasional No.09/DSN/MUI/IV/2000, Ijarah


merupakan akad pemindahan hak guna (manfaat ) atas suatu barang atau jasa dalam
waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan barang itu sendiri, dengan demikian dalam akad ijarah tidak ada
perubahan kepemilikan, tetapi hanya pemindahan hak guna saja dari yang
menyewakan kepada penyewa.2

Landasan hukumnya adalah:3

 QS Al-Baqarah ayat 233


“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun
penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan
kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan
cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan
karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun
berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih (sebelum
dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka
tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan
oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan
pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan
ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan”

1
Rifki Muhammad, Akuntansi Keuangan Syariah (Konsep dan implementasi PSAK Syariah), P3EI, Yogyakarta,
2008, hlm. 357
2
Iharun santoso dan anik, 2015, anlisis pembiayaan ijarah pada perbankan syariah, jurnal ilmiah ekonomi islam
STIE-AAS Surakaerta Vol1 no 2, di akses pada pukul 22.41 WIB
3
Ibid
 Hadits
Diriwayatkan dari ibnu abbas, bahwa Rasulullah bersabda:
“Berbekamlah kamu, kemudian berikanlah olehmu upahnya kepada
tukang bekam itu” (HR. Bukhari dan Muslim).

Rukun dari akad ijarah yang harus dipenuhi dalam transaksi adalah 3 :4

1. Pelaku akad, yaitu mustajir (penyewa), merupakan pihak yang menyewa aset
dan mu‟jir/muajir (pemilik) merupakan pihak pemilik yang menyewakan aset.
2. Objek akad, yaitu ma‟jur (aset yang disewakan) dan ujrah (harga sewa).
3. Sighat yaitu ijab dan qabul.

Syarat ijarah yang harus ada agar terpenuhi ketentuan-ketentuan hukum Islam,
sebagai berikut:

1. Jasa atau manfaat yang akan diberikan oleh aset yang disewakan tersebut
harus tertentu dan diketahui dengan jelas oleh kedua belah pihak.
2. Kepemilikan aset tetap pada yang menyewakan yang bertanggung jawab
pemeliharaannya, sehingga aset tersebut harus nisamemberi manfaat kepada
penyewa.
3. Akad ijarah dihentikan pada saat aset yang bersangkutan berhenti.
4. Memberikan manfaat kepada penyewa.

Jika aset tersebut rusak dalam periode kontrak, akad ijarah masih tetap berlaku.

Penjelasan transaksi ijarah

1. Transaksi ijarah ditandai dengan adanya pemindahan manfaat. Jadi dasarnya


prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli. Namun perbedaan terletak
pada objek transaksinya adalah barang maka, pada ijarah objek transaksinya
adalah jasa.
2. Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang yang disewakan
kepada nasabah. Karena itu dalam perbankan syariah dikenal dengan al-
ijarah muntahiyah bit-tamlik ( sewa yang diikuti dengan perpindahan
kepemilikan).

4
Ascarya, Akad dan Produk Syari‟ah, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta , 2007, hal.99.
3. Harga sewa dan harga jual disepakatipada awal perjanjian antara bank dengan
nasabah

Jenis Transaksi Ijarah

Dilihat dari sisi obyeknya, akad ijarah dibagi menjadi dua, yaitu:5

1. Ijarah manfaat (Al-Ijarah ala al- Manfa‟ah)


Hal ini berkaitan dengan sewa jasa, yaitu memperkerjakan jasa seseorang
dengan upah sebagai bentuk jasa yang disewa. Pihak yang mempekerjakan
disebut musta‟jir, pihak pekerja disebut ajir, upah yang dibayarkan disebut
ujrah. Misalnya, sewa menyewa rumah, kendaraan, pakaian dll. Dalam hal ini
mu‟jir mempunyai benda-benda tertentu dan musta‟ji butuh benda tersebut dan
terjadi kesepakatan antara keduanya, di mana mu‟jir mendapatkan imbalan
tertentu dari musta‟jir dan musta‟jir mendapatkan manfaat dari benda tersebut.
2. Ijarah yang bersifat pekerjaan (Al- Ijarah ala Al-„Amal)
Hal ini berkaitan dengan sewa aset atau properti, yakni memindahkan hak
untuk memakai dari aset atau properti tertentu kepada orang lain dengan
imbalan biaya sewa. Bentuk ijarah ini serupa dengan leasing (sewa) di bisnis
konvensional. Artinya, ijarah ini berusaha mempekerjakan seseorang untuk
melakukan sesuatu. Mu‟jir adalah orang yang mempunyai keahlian, tenaga,
jasa dan lain-lain, kemudian musta‟jir adalah pihak yang membutuhkan
keahlian, tenaga atau jasa tersebut dengan imbalan tertentu. Mu‟jir
mendapatkan upah (ujrah) atas tenaga yang ia keluarkan untuk musta‟jir dan
musta‟jir memperoleh tenaga atau jasa dari mu‟jir. Misalnya, yang mengikat
bersifat pribadi adalah menggaji seorang pembantu rumah tangga, sedangkan
yang bersifat serikat, yaitu sekelompok orang yang menjual jasanya untuk
kepentingan orang banyak. (Seperti; buruh bangunan, tukang jahit, buruh
pabrik, dan tukang sepatu.

Bentuk Pelanggaran Ijarah

Salah satu bentuk dari pelanggaran ijarah menurut beberapa pandangan imam
mahdzab ahlusunnah wal jamaah. Menurut ulama syafi’iyah, jika ajir bekerja ditempat
yang dimilki oleh penyewa,ia tetap memperoleh upah. Sebaliknya, apabila

5
Harun santoso , Opcit.
barang berada ditangannya, ia tidak mendapatkan upah. Pendapat tersebut
senada dengan ulama Hanabilah. Ulama Hanafiyah juga hampir senada dengan
pendapat ulama Syafiiyah. Hanya saja mereka mengurai lebih detail lagi, yaitu:6
a. Jika benda ada di tangan ajir
1. Jika ada bekas pekerjaan, ajir berhak mendapat upah sesuai bekas
pekerjaan tersebut.
2. Jika tidak ada bekas pekerjaannya, ajir berhak mendapatkan upah atas
pekerjaannya upah atas pekerjaanya sampai akhir.
b. Jika benda berada ditangan penyewa, pekerja berhak mendapat upah selesai
kerja
Pengekang barang lama Hanafiyah membolehkan ajir untuk
m e n g e k a n g b a r a n g y a n g telah ia kerjakan. Sampai ia mendapatkan upah. Akan
tetapi, jika dalam masa pengekangan, barang tersebut rusak, ia harus bertanggung
jawab.

Berakhirnya Ijarah
Para ulama menyatakan bahwa akad ijârah akan berakhir apabila :7
1. Obyek hilang atau musnah, seperti rumah sewaan terbakar dan lain
sebagainya.
2. Waktu perjanjian berakhir. Apabila yang disewakan itu rumah, maka rumah itu
dikembalikan ke pemiliknya. Apabila yang disewa itu adalah jasa seseorang,
maka ia berhak menerima upahnya.
3. Karena pembatalan oleh kedua pihak yang berakad, sebagaimana pembatalan
dalam akad jual beli.
4. Menurut ulama Hanâfiyah berakhirnya akad ijârah karena salah satu pihak
yang berakad meninggal sebab akad ijârah tidak dapat diwariskan.
Sedangkan menurut jumhur ulama, akad ijârah tidak batal/berakhir dengan
wafatnya salah seorang berakad, karena manfaat boleh diwariskan dan ijârah
sama dengan jual-beli, yaitu mengikat kedua belah pihak yang berakad.

6
https://www.academia.edu/26104795/Makalah_Fiqih_Muamalah_1_Akad_Sewa-menyewa. Diakses pada
23.20 WIB
7
Al-Zuhaili. 2004. Al-fiqh al-islâmi ... Juz 5. hal 3862-3863
5. Merujuk pada Buku 2 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Bab X tentang Ijarah
pasal 253 dinyatakan bahwa: “Akad ijarah dapat diubah, diperpanjang, dan
atau dibatalkan berdasarkan kesepakatan.”

Anda mungkin juga menyukai