Anda di halaman 1dari 35

FIQH MUAMALAH 1

Pengertian Fikih Muamalah dan Akad


dalam Muamalah
MATERI PEMBAHASAN
1. Pengertian Fiqh Muamalah
2. Ruang Lingkup Fiqh Muamalah
3. Muamalah dan Perubahan Sosial
4. Prinsip-prinsip Muamalah
5. Pembagian Muamalah
6. Norma dan Etika dalam Bermuamalah
7. Sumber Fiqh Muamalah
Pengertian Fiqh Muamalah
 Fiqh secara etimologi al-fahmu (faham),
secara estimologi berarti “ilmu tentang
hukum-hukum syara yang bersifat amaliyah
yang digali dan ditemukan dari dalil-dalil
yang tafsili”
 Menurut Imam Haramain, Fiqh merupakan

pengetahuan hukum syara dengan jalan


ijtihad.
 Al-Amidi berpendapat, fiqh adalah ilmu hasil

kajian penalaran.
Makna Muamalah
 Muamalah semakna dengan kata mufa’alah (saling
berbuat), kata ini menggambarkan suatu aktivitas yang
dilakukan oleh seseorang dengan orang lain atau
beberapa orang dalam memenuhi kebutuhan masing-
masing
 Muamalah yaitu hukum syara yang berhubungan dengan
urusan dunia untuk melanjutkan eksistensi kehidupan
seseorang, seperti jual beli, sewa menyewa, dsb.
 Fiqh Muamalah adalah hukum-hukum syara yang
bersifat praktis yang diperoleh dari dalil-dalil terperinci
yang mengatur keperdataan seseorang dengan orang
lain dalam hal persoalan ekonomi.
RUANG LINGKUP FIQH MUAMALAH
 Ruang lingkup yang bersifat adabiyah ialah
ijab dan kabul, saling meridhai, tidak ada
keterpaksaan dari salah satu pihak, hak dan
kewajiban, kejujuran pedagang, penipuan,
pemalsuan, penimbunan dan segara sesuatu
yang bersumber dari indra manusia yang ada
kaitannya dengan peredaran harta dalam
hidup bermasyarakat
Ruang Lingkup Fiqh Muamalah
 Ruang lingkup yang bersifat madiyah, yaitu
mencakup segala aspek kegiatan ekonomi
manusia sebagai berikut:
1. Harta, hak milik, fungsi uang, dan ‘uqud
(akad-akad)
2. Buyu (jual-beli)
3. Ar-Rahn (tentang pegadaian)
4. Hiwalah (Pengalihan hutang)
5. Ash-Shulhu (perdamaian bisnis/arbitase)
6. Syirkah (tentang pengkongsian)
Ruang Lingkup Fiqh Muamalah
7. Ad-Dhoman (Jaminan, asuransi)
8. Wakalah (perwalian)
9. Wadi’ah (penitipan)
10. ‘Ariyah (peminjaman)
11. Ghasab (rampasan harta orang lain dengan tidak
sah)
12. Syuf’ah (hak diutamakan dalam syirkah atau
sepadan dengan tanah)
13. Mudharabah (syirkah modal dan tenaga)
14. Musaqat (Syirkah dalam pengairan kebun)
15. Muzaraah (Kerjasama pertanian)
Ruang Lingkup Fiqh Muamalah
16. Kafalah (penjaminan/ agunan utang)
17. Taflis (jatuh bagkrut)
18. Al-Hajru (batasan bertindak)
19. Ji’alah (sayembara, pemberian fee)
20. Qardh (pinjaman)
21. Bai’ Murabahah
22. Bai Salam
23. Bai Istisna
24. Bai Muajjal dan Bai Taqsith
.
25. Bai Syarf (jual beli valas)
26. Urbun (panjer/ DP)
27. Ijarah (sewa-menyewa)
28. Riba, konsep uang dan kebijakan moneter
29. Shukuk (surat utang dan obligasi)
30. Faraidh (Warisan)
31. Luqhatah (barang tercecer/ barang temuan)
32. Wakaf
33. Hibah
34. Wasiat
.
35. Iqrar (Pengakuan)
36. Qismul Fai wal Ghanimah (pembagian fai dan
harta rampasan perang)
37. Qism ash-Shodaqat (pembagian zakat)
38. Ibrak (pembebasan hutang)
39. Muqasah (discount)
40. Kharaj, Jizyah, Dharibah, Ushur (pajak)
41. Baitul Maal dan Jihbiz (Perbankan)
42. Kebijakan Fiksal Islam
43. Prinsip dan Prilaku Konsumsi
.
44. Prinsip dan Prilaku Produsen
45. Keadilan distribusi
46. Perburuhan (upah)
47. Jual beli gharar, bai Najasi, bai al-Inah, bai wafa,
mu’athah, fudhuli dll
48. Ihtikar dan monopoli
49. Pasar modal Islam dan reksadana
50. Asuransi Islam, Bank Islam, Pegadaian, MLM
51. Barang Tambang (Ma’din)
52. Ihyaul mawat (menhidupkan tanah mati)
53. Sabq (perlombaan)
Muamalah dan perubahan Sosial
 Dalam persoalan muamalah syariat Islam lebih
banyak memberikan pola-pola, prinsip-prinsip
dan kaidah-kaidah umum dibandingakan dengan
jenis dan bentuk muamalah secara terperinci.
(Hukum asal dalam bermuamlah adalah boleh
kecuali ada dalil yang melarangnya). Taaquliyat
(nalar sehat) atau ma’kuliyatul makna (logika)
 Berubah dan berbedanya fatwa sesuai dengan

perubahan tempat, zaman, kondisi sosial, niat,


dan adat kebiasaan.
 Transaksi lewat ATM, internet, telephon dll
PRINSIP-PRINSIP MUAMALAH
1. Prinsip Tauhidi
2. Prinsip Halal
3. Prinsip Mashlahah
4. Prinsip Ibahah
5. Prinsip Kebebasan Bertransaksi
6. Prisnip Kejasama
7. Prinsip Membayar Zakat
8. Prinsip Keadilan
9. Prinsip Amanah
10. Prinsip Komitmen dan Berakhlak Mulia
11. Terhindar dari Transaksi yand Dilarang
TERHINDAR DARI YANG DILARANG
1. Terhindar dari ihtikar (monopoli)
2. Terhindar dari Iktinaz (menimbun)
3. Terhindar dari Tas’ir (penetapan harga secara paksa)
4. Terhindar dari Melambungakan harga (najashi)
5. Terhindar dari Riba (Riba Qiradh, Jahiliyah, Fadhl, dan Nasi’ah)
6. Terhindar dari Maisir (perjudian)
7. Terhindar dari Gharar (ketidakpastian dalam kuantitas,
kualitas, harga dan waktu penyerahan)
8. Terhindar dari Syubhat
9. Terhidar dari Tadlis (menyembunyikan informasi kualitas dan
kuantitas barang)
10. Terhindar dari Riswah (suap-menyuap)
11. Terhindar dari Bathil
JENIS-JENIS MUAMALAH
1. Jenis muamalah yang jenisnya ditunjuk
langsung oleh nash (Al-Quran dan As-Sunnah)
dengan memberikan batasan tertentu. Seperti
keharaman riba. Ketentuan haram riba
berbentuk permanen tidak dapat diubah dan
tidak menerima perubahan
2. Jenis muamalah yang tidak ditunjuk langsung
oleh nash, tetapi diserahkan sepenuhnya
kepada hasil ijtihad ulama, sesuai dengan
kondisi masyarakat, tempat, waktu, dan sesuai
dengan pemenuhan kemaslahatan
Pembagian Muamalah
1. Muamalah Adabiyah, yaitu muamalah yang
ditinjau dari segi cara tukar menukar benda
yang bersumber dari pancaindra manusia,
yang unsur penegakannya adalah hak-hak
dan kewajiban-kewajiban, seperti jujur,
ridha, ijab kabul dsb
2. Muamalah Madiyah, muamalah yang bersifak
kebendaan, yaitu objek fiqh muamalah,
adalah benda/barang yang dihalalkan dan
mendatangkan kemaslahantan bagi manusia
Norma dan Etika Bermuamalah
1. Berketuhanan, Bermuamalah adalah ibadah,
Islam tidak membedakan antara ibadah
mahdhoh dengan ibadah sosial atau
muamalah)
2. Sistem Ekonomi Berlandaskan Etika,
Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya aku
diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia”
3. Sistem Ekonomi Bercirikan Kemanusiaan
4. Asas Tatanan Ekonomi Islam: Pertengahan
dan Keseimbangan yang Adil
ASAS HUKUM MUAMALAH DALAM
ISLAM
1. Asas Ilahiyah
2. Asas Kebebasan
3. Asas Persamaan dan Kesetaraan
4. Asas Keadilan
5. Asas Kerelaan (Ar-Ridha)
6. Asas Kejujuran dan Kebenaran (Ash-Shidq)
7. Asas Tertulis dan Kesaksian
SUMBER FIQH MUAMALAH
 AL-QURAN
 AS-SUNNAH
 IJTIHAD (Ijma’, qiyas, istidlal, almaslahah

mursalah, istihsan, istihab, urf, mazhab


sahabat, syariat sebelum kita (Nabi terdahulu)
AKAD
 Akad secara etimologi, yaitu ar-rabtu yang
berarti ‘menghubungkan atau mengaitkan,
atau mengikat antara beberapa ujung sesutu’
1. Mengikat, atau mengumpulkan dalam dua
ujung tali dan mengikat salah satunya
dengan jalan lain sehingga tersambung.
2. Sambungan (aqdatun), sambungan yang
memegang kedua ujung dan mengikatnya
3. Janji (al-’ahdu)
Ayat-ayat tentang Akad
QS. Ali Imron/3: 76

“Sebenarnya siapa yang menepati janji


(yang dibuat)nya dan bertakwa, Maka
Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang bertakwa”
 QS. Al-Maidah/5: 1

“Hai orang-orang yang beriman,


penuhilah aqad-aqad itu”.
Lanjutan…
 Aqdun dalam Al-Quran mengacu pada
pernyataan seseorang untuk mengerjakan
sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu,
dan tidak ada keterkaitan dengan orang lain.
Janji mengikat pada orang yang
membuatnya.
 Setiap akad mencakup tiga hal:
1. Perjanjian (‘Ahdun)
2. Persetujuan 2 perjanjian atau lebih
3. Perikatan (‘Aqdun)
Akad Dalam Istilah Syariah
 Menurut Az-Zuhaily akad adalah hubungan atau
keterkaitan antara ijab dan qobul yang
dibenarkan oleh syariah dan memiliki implikasi
hukum tertentu
 Menurut Ibnu Taymiyah pengertian akad secara
luas adalah segala sesuatu yang dikerjakan oleh
seseorang berdasarkan keinginan sendiri,
seperti wakaf, jual-beli, dll
 Secara khusus adalah ikatan yang ditetapkan
dengan ijab qobul berdasarkan ketentuan
syariah yang berdampak pada hukum tertentu
Pembentukan Akad
 Dalam pelaksanaannya akad harus memenuhi
syarat dan rukunnya
 Syarat Akad dapat dikatagorikan dalam 3

1. Syarat Shahih, adalah syarat yang sesuai dengan


substansi akad, mendukung dan memperkuat
substansi akad dan dibenarkan oleh syara,
sesuai dengan kebiasaan masyarakat (‘urf)
2. Syarat Fasid, adalah syarat yang tidak sesuai
dengan salah satu kreteria yang ada dalam
syarat shahih, misalnya membeli mobil dengan
uji coba dulu dalam satu tahun.
Lanjutan…
 Syarat Bathil adalah syarat yang tidak
mempunyai kreteria syarat sahih dan tidak
memberi nilai manfaat bagi salah satu pihak
atau lainnya, akan tetapi malah menimbulkan
dampak negatif. Misalnya penjual mobil tidak
boleh mengendarai mobilnya selama satu
tahun
Syarat Pembentukan Akad
 Syarat pembentukan akad dibedakan menjadi
1. Syarat terjadinya akad
2. Syarat sahnya akad
3. Syarat pelaksanaan akad
4. Syarat kepastian hukum
Syarat terjadinya akad
 Syarat terjadinya akad merupakan segala sesuatu
yang dipersyaratkan untuk terjadinya akad secara
syariah. Jika tidak memenuhi akad tersebut maka
akadnya batal.
a. Syarat umum adalah syarat yang harus ada pada
setiap akad.
b. Syarat khusus adalah akad yang harus ada pada
sebagian akad dan tidak disyariatkan pada bagian
lain. Syarat khusus ini bisa disebut akad tambahan
(idhofi) yang harus ada di samping syarat-syarat
umum, seperti adanya saksi dalam pernikahan
Syarat Umum yang Harus Ada
Dalam Akad
1. Kedua pelaku akad cakap bertindak
2. Yang dijadikan akad menerima objek hukumnya
3. Akad itu diizinkan oleh syariah selama dilakukan oleh
orang yang mempunyai hak melakukan walaupun dia
bukan aqid yang memiliki barang
4. Tidak boleh melakukan akad yang dilarang oleh
syariah, seperti jual beli mulamasah
5. Akad harus memberikan faidah
6. Ijab tidak boleh dicabut sebelum terjadinya kabul
7. Ijab dan kabul mesti bersambung sehingga bila orang
yang berijab sudah berpisah sebelum adanya qabul
Lanjutan…
 Syarat sahnya akad adalah segala sesuatu
yang disyaratkan syariah untuk menjamin
dampak keabsahan akad.
 Syarat pelaksanaan akad. Pemilikan dan

kekuasaan terhadap barang yang diakadkan


 Syarat kepastian hukum. Diantara syarat

luzum dalam jual beli adalah terhindarnya


dari beberapa khiyar dalam jual beli, seperti
khiyar syarat dan khiyar aib.
Rukun Akad
1. Subjek/ Pelaku akad, penjual dan pembeli
atau pihak lain yang bertransaksi
2. Objek akad (ma’qud alihi) ialah benda-
benda yang dijual dalam akad jual beli atau
hibah dll
3. Substansi akad, ialah tujuan atau maksud
pokok dari pengaduan akad
4. Serah terima (ijab dan kabul)
Yang Harus Diperhatikan dalam
Shighah Al-aqad
1. Shighah harus jelas pengertiannya
2. Harus bersesuaian antara ijab dan qabul
3. Menggambarkan kesungguhan dari pihak-
pihak yang bersangkutan, tidak dipaksa atau
diancam, karena ijab harus saling ridha.
4. Satu majlis akad, bisa merupakan suatu
kondisi yang memungkinkan kedua belah
pihak untuk membuat kesepakatan atau
pertemuan untuk membicarakan dalam satu
objek transaksi
Akad Selain dengan Ucapan Lidah
1. Dengan tulisan (kitabah), misalnya bila dua akad
berjauhan tempatnya.
2. Dengan Isyarat, bagi orang-orang tertentu,
seperti bagi orang bisu
3. Saling memberi (ta’athi’), seperti seseorang yang
melakukan pemberian kepada seseorang dan
orang tersebut memberikan imbalan kepada
yang membeli tanpa ditentukan dasar
imbalannya
4. Dengan lisanul hal (perbuatan) yang
menunjukan kuat kepada terjadinya ijab qobul
BATALNYA IJAB QABUL
1. Penjual menarik kembali ungkapannya sebelum
terjadi kabul dari pembeli
2. Adanya penolakan ijab dari pembeli
3. Berakhirnya majlis akad, jika kedua belah pihak
belum mendapatkan kesepakatan, namun
keduanya berpisah dalam satu majlis
4. Kedua belah pihak atau salah satu
menghilangnya salah satu syarat kecapakan
dalam transaksi sebelum terjadinya kesepakatan
5. Rusaknya objek transaksi sebelum terjadinya
kabul atau kesepakatan
Kebebasan Melakukan Akad
(Kerelaan dan Keridhaan)

Anda mungkin juga menyukai