Anda di halaman 1dari 91

Abdullah Athiyyah Ramadhan, Al-Mausuah al-Qawaid al-Fiqhiyyah al-Munazhzhamah lil Muamalat al-Maliyah al-Islamiyah wa Dauruha Fi Taujihi al-Nazhm al-Muashirah,

2008

LAMPIRAN

QAIDAH-QAIDAH FIQH LAINNYA YANG TIDAK TERDAPAT DI AL-MAJALLAH AL-AHKAM

Pada dasarnya, segala bentuk muamalat boleh dilakukan, kecuali ada dalil yang mengharamkannya.

Pada dasarnya, segala bentuk ibadah haram dilakukan, kecuali ada dalil yang membolehkannya.

Dimana terdapat kemaslahatan, di sana terdapat syariah Allah

Banyak produk dan ketentuan dalam perbankan syariah didasarkan pada maslahah

Seperti agunan, revenue sharing, hedging, asuransi syariah, dll

Kaedah tentang Perumusan Fatwa dan Pengembangan Fikih Muamalat

Memelihara (pendapat/tradisi) lama yang masih relevan/baik dan mengambil sesuatu yang baru yang lebih baik

Kaedah Fiqh tentang : Pengembangan LKS secara Gradual

Sesuatu yang tidak bisa dicapai semuanya, Jangan ditinggalkan semuanya Contoh : Pengembangan bank syariah bersifat gradual, Tidak harus 100 persen full syariah (perfecsionis), Melainkan secara bertahap

Kaedah Fiqh ttg Unifikasi Hukum

Keputusan hakim (pemerintah) menghilangkan perbedaan pendapat, Ketika waqaf uang, diundangkan maka segala masalah khilafiyah ulama menjadi hilang

Keluar dari khilaf disunnatkan

Kaedah Fiqh tentang Urf dan Perubahannya

Setiap hukum yang didasarkan pada adat kebisaan apabila adat itu berubah, maka hukum itu berubah, seperti uang. Penerimaan syariah terhadap jenis uang yang berlaku didasarkan pada urf masing2 negara/regional

Kaedah Fiqh tentang


Sumber Permodalan Bank Syariah dari B Konvensional/UUS

Tafriq

anil

Memisahkan yang halal dari yang haram (pendirian UUS pada perbankan)

Dari Buku Ensiklopedi Qaedah Fiqhiyyah Keuangan Islam Karangan Ahmad An-Nadawi Siapa yang dalam hartanya bercampur yang halal dan haram, Dikeluarkan dari harta itu sejedar yang haram, Yang tersisa adalah halal (Memisahkan yang halal dari yang haram) (Sumber modal bank pada pendirian UUS pada perbankan)

Akad Formal vs Maqashid


(Formalistis vs Substantif) .

Yang dilihat dalam akad-akad itu adalah maqashidnya dan makna (hakikat/substansi)nya, bukan pada bentuk formalnya. Bay wafa dan Rahn,

.
Maqashid-lah yang dilihat dalam akad-akad itu

Kaedah Fiqh tentang Hukum Kartu Kredit Syariah

Sesuatu yang haram karena sadd zariah, bisa dibolehkan karena maslahah yang kuat Contoh : Kartu Kredit

Kaedah denda keterlamba tan

Menunda-nunda pembayaran hutang bagi orang yang mampu adalah kezaliman Maka boleh denda (gharamah) bagi orang yang Mampu, tapi menunda cicilan

Kaedah denda keterlamba tan

Menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan Oleh orang yang mampu, menghalalkan Harga diri dan pemberian sanksi kepadanya

Kaedah ttg Qardh

Setiap hutang piutang yang mendatangkan Manfaat (bagi yang berpiutang/muqridh), adalah riba

.
Setiap Qardh yang disyaratkan padanya suatu manfaat, maka manfaat itu riba

Kaedah Besaran Fee Ijarah pada Qardh

Boleh mengambil ujrah (fee) pada pelayanan (service) qaradh, asalkan ujrahnya dalam batasan biaya riil operasional. Jika ada kelebihan dari biaya operasional hukumnya haram, karena termasuk riba

Hutang hanya dibayar sejumlah (sebesar) hutrang yang ada.


Hak Kreditur hanyalah pokok harta saja, tidak menzalimi dan tidak dizalimi.

Akad tidak boleh gharar (jahalah)

Segala (akad) yang mengandung ketidakjelasan yang dapat membawa kepada perselisihan maka ia merusak akad Misalnya akad bagi hasil tanpa menentukan Siapa pihak yang menanggung biaya operasional

Kaedah Fiqh tentang hukum Jual Beli dan Gadai Saham

Boleh menjual saham atau menjaminkannya dengan tetap memperhatikan peraturan yang berlaku pada perseroan

Penjamin itu adalah orang yang berhutang


Orang yang menjamin itu dianggap berhutang Contoh : pembiayaan multijasa yang menggunakan akad kafalah, talangan haji yang menggunakan kafalah, juga kredit card syariah yang menggunakan akad kafalah


Orang yang menjamin itu, dipandang berhutang, bertanggung jawab membiayai. Misalnya, bank menjamin untuk membayarkan biaya kuliah seorang mahasiswa S2 untuk kuliah di sebuah Perg.Tinggi, Ketika bank menjamin mahasiswa maka bank berhutang kepada kampus tersebut, dan bank harus membayarnya sebesar biaya kuliah, umpamanya 1 semester Rp 15 juta.

Keseimbangan Hasil dengan Resiko (biaya)


Hasil yang diperoleh, harus sesuai dengan resiko (biaya) yang ditanggung Maka seseorang tidak boleh menerima hasil, sementara dia tidak menanggung resiko jika terjadi kerugian. Contohnya bunga deposito bank konvensional

Siapa yang menjamin (menanggung resiko) suatu harta, maka ia berhak mendapat keuntungan


Biaya yang ditangggung harus sepadan dengan keuntungan. Seseorang yang menanggung biaya atau resiko kerugian, berhak mendapatkan bagi hasil jika usaha beruntung.


Orang yang diberi amanah, tidak menjamin (mengganti), selama ia tidak melampaui batas, menyimpang Penerima titipan amanah (wadiah amanah) tidakbertanggung jawab atas kerusakan barang titipan, kecuali ia melampaui batas. Mudharib/syarik tidak bertangggung jawab mengganti harta selama tidak menyimpang

Setiap harta yang rusak di tangan orang yang diberi amanah (rusaknya bukan karena lalai) Maka ia tidak wajib menggantinya.

Siapa yang menjamin (menanggung resiko) suatu harta, maka ia berhak mendapat keuntungan

.
Barang yang tidak dihormati secara syariah, maka jika merusakkannya, tidak mengganti seperti merusakkan miras


Hadiah (dari pejabat) harus ditolak, Pinjaman harus di dibayar (ditunaikan), Hutang harus dibayar.
Seorang pejabat (negara, perusahaan, pendidikan) tidak boleh menerima hadiah, karena posisinya sedang menjabat


Tidak boleh menjual sesuatu hingga Kamu memilikinya (H.R.Baihaqy dari Hakim Bin Hizam)

Berdasarkan qaidah itu, maka diharamkan short selling

.
Suatu kewajiban yang tidak sempurna, kecuali dengannya, maka hukumnya wajib.

Segala sesuatu yang tidak bisa sampai kepada yang dituntut, kecuali dengannya maka sesuatu itu dituntut adanya

Mensyaratkan mudharib untuk menyimpan sejumlah dana setiap bulan di bank Islam, dimana ketika jumlah simpanan mencapai nilai modal, maka Semua aset usaha menjadi milik mudharib

Mensyaratkan mudharib untuk tidak meminjam di bank lain, kecuali izin bank (Shahibul Mal)

Mensyaratkan keharusan menjual kembali sebuah asset kepadanya di masa tertentu.

Contoh : Aku jual barang ini kpd anda sekarang, dengan Syarat 5 tahun depan anda jual kembali kepada saya, dengan harga yang sama. Ini bay wafa.

Segala sesuatu yang ada padanya riba berupa kelebihan, termasuk di dalamnya riba yang sedikit maupun banyak Artinya : Riba yang sedikit maupun banyak, tetap riba

Kaedah Fikih tentang Gharar

Kaedah Fiqh tentang Gharar


Gharar yang besar (banyak) merusak akad sedangkan gharar yang sedikit tidak.

..." : ".
Tidak setiap gharar menyebabkan keharaman. Apabila gharar itu kecil dan sulit dihindarkan, maka gharar itu tidak menghalangi sahnya akad.

: " ..."
Setiap Gharar yang sulit dihindari dalam akad, maka syariah membolehkannya, seperti menjual biji-bijian dalam tanah

.
Agaknya, orang pertama yang merumuskan tema qaidah fiqh tentang gharar ini adalah Imam Asy-Syatibi, ketika dia membahas masalah mandi di tempat pemandian di mana kunatitas air tidak jelas jumlahnya.

Contoh Gharar yang dimaafkan


Jual beli valas yang qabathnya 2 hari. Menjual valas yang belum diterima secara fisik atau belum masuk ke rekening (masih proses) Makan di restoran all you can eat. Jual Beli Juzaf yang barangnya sudah dipandahkan ke tempat lain. Mandi di tempat pemandian tertentu seperti stasiun kereta, kolam renang, rumah makan di perjalanan jauh (luar kota) Pencatatan (accounting) material


Banyak bentuk jual beli yang mengandung gharar yang kecil, dimaafkan dalam syariah

Kaidah Fiqh Ekonomi tentang Gharar Gharar yang kecil dimaafkan

Setiap ghahar yang sulit dijauhi dalam akad, maka hukum syara memberikan toleransi (kemudahan) terhadapnya

Riba tidak boleh sedikit atau banyak, Riba tidak seperti gharar, Gharar kecil dibolehkan, gharar besar dilarang

.
Segala asset yang boleh dijual, boleh digadaikan, Jika tidak, maka tidak

Kaedah tentang Status Barang Gadai



Barang yang digadaikan itu tidak terlepas kepemilikannya dari orang yang menggadaikannya. Dia berhak atas keuntungan dari marhun dan tanggung jawabnyalah bila ada biaya (kerugian) atas marhun tsb. (HR. Syafii dan Daruquthni)

Segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan, boleh menjual dan menyewakannya

Kaedah tentang Istishna

Segala sesuatu yang dapat dimuamalahkan secara i istishna (minta dibuatkan sesuatu/pemesanan pembuatan suatu barang ), maka boleh padanya istisna secara mutlak. Seperti minta buatkan pakaian, sepatu, rumah, bangunan, website, kenderaan, cincin, Maka pembelian buah di pohon atau padi di sawah tidak bisa secara istisna, tetapi harus dengan akad salam

Setiap akad yang memang harus ada masanya Maka ia tidak terwujud kecuali ditentukan waktunya Seperti ijarah dan musaqat.

Kaedah tentang Qabath .


Siapa yang membeli sesuatu, maka tidak boleh menjualnya, sebelum ia menerimanya.

Kaedah Fikih tentang Kafalah dan Hawalah

.
Setiap hutang yang dapat dijamin (dikafalah), maka boleh padanya dihiwalahkan. Maka, pembiayaan multi jasa bisa menggunakan akad hawalah dan akad kartu kredit juga boleh dihiwalahkan

.
Hajat (kebutuhan) menduduki posisi dharurat (maha penting), baik bersifat umum atau khusus

.
Jadi murabahah emas dibolehkan

Apabila barang ribawi diperjual-belikan, maka kuantitasnya wajib sama dan wajib taqabuth (spot). Jika berbeda jenis barang ribawinya, maka yang wajib taqabuth saja. (Sedangkan keharusan sama kuantitasnya tidak diharuskan,red) Jika berbeda illatnya, maka kuantitasnya tidak wajib sama dan tidak wajib taqabuth

Illat emas sebagai mata uang dinar adalah muthlaquts tsamaniyah, yaitu mutlak sebagai alat pengukur harga. Emas perhiasan dan emas batangan boleh dibeli dengan cara berhutang, artinya tidak taqabutuh. Tidak pernah ada larangan berhutang membeli emas perhiasan, emas perhiasaan adalah komoditas bukan alat tukar (mata uang)

Asbabul wurud hadits riba fadhal (pada 6 barang ribawi), adalah praktek para sahabat yang menukar dinar dengan perhiasan setelah mendapat ghaninah dalam suatu peperangan. Nabi mengingatkan agar pertukaran dinar dengan perhiasan harus sama, misalnya 1 dinar dengan 4,25 gram perhiasan. Keharusan taqabuth, karena ada dinar emas yang menjadi alat tukar. Jadi taqabutuh itu menjadi keharusan dalam pertukaran itu.

Ketika dinar emas tidak ada, maka tidak taqabuth dibolehkan, seperti menukar komoditi perhiasan emas dengan uang kertas. Emas sebagai perhiasan adalah komoditas, maka boleh berhutang membeli emas tersebut.

Kaedah Fikih dalam menentukan Harga


.

.
Intervensi harga (menurunkan harga) tergantung kepada maslahah. Jika ada maslahahnya boleh, jika tidak ada, maka tidak boleh.

Setiap upaya penahanan barang yang menimbulkan kemudratan bagi masyarakat umum, maka ia disebut ihtikar, Sekalipun yang ia tahan/simpan itu Emas, perak atau pakaian

Hybrid Contract

Tidak ada larangan dalam syariah tentang penggabungan dua akad dalam satu transaksi, baik akad pertukaran (bisnis) maupun akad tabarru. Hal ini berdasarkan keumuman dalil-dalil yang memerintahkan untuk memenuhi (wafa) syarat-syarat dan akad-akad (Fiqh Muamalah Al-Maliyah al-Muqaran : Aliudin Zatary)

.
Akaf Qardh tidak boleh Taalluq (dan hybrid) dengan akad mua\wadhat.

.
Tidak halal Hybrid Contract (menggabungkan) akad qardh dan jual beli).

Kaedah Syirkah

Pada dasarnya segala bentuk syirkah dibolehkan.

.
Para mitra dalam syirkah mendapatkan keuntungan berdasarkan nisbah masingmasing

.
Keuntungan dalam syirkah didasarkan pada syarat-syarat yang disepakati (dalam kesepakatan nisbah), sedangkan kerugian berdasarkan persentase kontribusi modal.


Transaksi yang dilakukan mitra dalam syirkah harus didasarkan pada maslahah syirkah.

.
Misalnya : waralaba Multi Nisbah, kesepakatan nisbah, Nisbah Spesial ????? dll.

.
Segala bentuk syirkah, dasarnya adalah wakalah dan amanah. Dalam syirkah terdapat unsur wakalah untuk mengelola usaha. Usaha kerjasama syirkah adalah amanah (kepercayaan).

. Mitra dalam Syirkah adalah amanah, dia tidak dituntut bertanggung jawab (mengganti kerugian), kecuali ia melampaui batas.


Segala sesuatu yang dapat diwakilkan, maka boleh syirkah padanya. Jika tidak bisa diwakilkan, maka tidak boleh syirkah padanya.

Transaksi yang dilakukan mitra, seperti transaksi yang dilakukan wakil.

. Setiap

Segala sesuatu yang boleh ditransaksikan oleh seseorang, maka orang itu boleh dapat diwakilkan, maka boleh diwakilkan kpd orang lain. Contoh : Kalau seseorang boleh menjual barang, maka dia boleh mewakilkan kpd orang lain

Mitra dalam syirkah secara mutlak boleh melakukan transaksi, karena statusnya telah mendapat izin dari mitra lainnya, berdasarkan urf dan maslahah syirkah

Kaedah Fikih Tentang Mudharabah

.
Pengusaha (mudharib) adalah orang yang memegang amanah,yang tidak dituntut mengganti kerugian, kecuali ia melampaui batas atau melaukan penyimpangan.

.
Transaksi yang dilakukan mudharib (pengusaha) dalam qiradh haruslah dimaksudkan untuk mengembangkan (menginvestasikan) modal agar produktif.

.
Tidak boleh bagi mudharib atau mitra syirkah, kecuali melaukan tasharruf (transaksi dan membuat keputusan2 bisnis) secara hati-hati (pruden)


Keuntungan mudaharah untuk memelihara pokok (modal)

Kaedah tentang Keizinan dalam Transaksi

.
Menentukan keizinan tergantung pada adat (urf)

.
Izin secara urf seperti izin hakiki

.
Siapa yang mendapatkan keuntungan dari jalan yang haram, maka ia wajib mensedeqahanya ke jalan sosial (jalan raya, jembatan, WC umum, lampu jalan utk penerangan).

Sekian

Anda mungkin juga menyukai