Anda di halaman 1dari 13

Selain shalat wajib, jg ada shalat sunnah.

Macamnya ada 15 shalat, yaitu:

1. Sholat Wudhu’
Shalat sunnah 2 rakaat yang bisa dikrjkan tiap selesai wudhu,

Niatnya:
Ushalli sunnatal wudlu-i rak’ataini lillahi Ta’aalaa

Artinya:
“Aku niat shalat sunnah wudhu 2 rakaat karena Allah”

2. Sholat Tahiyatul Masjid


Sholat sunnah 2 rakaat yang dikrjkan ketika masuk masjid, sebelum duduk untuk
menghormati masjid.

Rasulullah bersabda: “Apabila seseorg diantara kamu msk masjid, maka jgnlah


hendak duduk sblm shalat 2rakaat lbh dahulu” (H.R.Bukhari&Muslim).

Niatnya:
Ushalli sunnatal Tahiyatul Masjidi rak’ataini lillahi Ta’aalaa

Artinya:
“Aku niat shalat sunnah tahiyatul masjid 2 rakaat karena Allah”

3. Sholat Dhuha
Sholat sunnah yg dikrjkan ketika matahari br naik. Jumlah rakaatnya minimal 2
maksimal 12.

Dari Anas berkata Rasulullah: “Barang siapa shalat Dhuha 12rakaat, Allah akan
membuatkan utknya istana disurga” (H.R.Tarmiji&Abu Majah).

Niatnya:
Ushalli sunnatal Dhuha rak’ataini lillahi Ta’aalaa

Artinya:
“Aku niat shalat sunnah Dhuha 2 rakaat krn Allah”

4. Shalat Rawatib
Sholat sunnah yang dikerjakan mengiringi shalat fardhu. Shalat rawatib ada dua
macam, yaitu Qabliyah dan Ba’diyyah;

Shalat Rawatib Qabliyah adalah shalat sunnah rawatib yang dikerejakan


sebelum shalat wajib. Waktunya, 2 rakaat seblm shalat Subuh, 2 rakaat sebelum
sholat Dzuhur, 2 atau 4 rakaat sebelum shalat Ashar dan 2 rakaat sebelum
shalat Isya’.

Niatnya:
Ushalli sunnatadh Dzuhri* rak’ataini Qibliyyatan lillahi Ta’aalaa

Artinya:
“Aku niat shalat sunnah sebelum Dzuhur 2 rakaat karena Allah”

*) bisa diganti dengan shalat wajib yang akan dikerjakan.

Shalat Rawatib Qabliyah adalah shalat sunnah rawatib yang dikerjakan setelah


shalat fardhu. Waktunya, 2 atau 4 rakaat sesudah shalat Dzuhur, 2 rakaat
sesudah shalat Magrib dan 2 rakaat sesudah shalat Isya’.
Niatnya:
Ushalli sunnatadh Dzuhri* rak’ataini Ba’diyyatan lillahi Ta’aalaa

Artinya:
“Aku niat shalat sunnah sesudah dzuhur 2 rakaat karena Allah”

*) bisa diganti dengan shalat wajib yang akan dikerjakan.

5. Shalat Tahajud
Shalat sunnah pada waktu malam. Sebaiknya lewat tengah malam dan setelah
tidur. Minimal 2 rakaat maksimal sebatas kemampuan kita. Keutamaan shalat ini,
diterangkan dalam Al-Qur’an:

‫َو ِمنَ اللَّي ِْل فَتَهَ َّج ْد ِب ِه نَافِلَةً لَّكَ َع َس ٰى أَن يَ ْب َعثَكَ َربُّكَ َمقَا ًما َّمحْ ُمودًا‬
“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai
suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu
ke tempat yang terpuji” (QS. Al-Isra’ : 79).

Niatnya:
Ushalli sunnatal tahajjudi rak’ataini lillahi Ta’aalaa

Artinya:
“Aku niat shalat sunnah tahajjud 2 rakaat karena Allah”

6. Shalat Istikharah
Shalat sunnah 2 rakaat untuk meminta petunjuk yang baik, bila kita menghadapi
2 pilihan kemudian ragu dalam mengambil keputusan. Sebaiknya dikerjakan
pada 2/3 malam terakhir.

Niatnya:
Ushalli sunnatal Istikharah rak’ataini lillahi Ta’aalaa

Artinya:
“Aku niat shalat sunnah Istikharah 2 rakaat karena Allah”

7. Shalat Hajat
Shalat sunnah 2 rakaat untuk memohon agar hajat kita
dikabulkan/diperkenankan oleh Allah SWT. Minimal 2 rakaat maksimal 12 rakaat
dengan salam setiap 2 rakaat.

Niatnya:
Ushalli sunnatal Haajati rak’ataini lillahi Ta’aalaa

Artinya:
“Aku niat shalat sunnah hajat 2 rakaat karena Allah”

8. Shalat Mutlaq
Shalat sunnah tanpa sebab dan tidak ditentukan waktunya, juga tidak dibatasi
jumlah rakaatnya.

Shalat itu suatu perkara yang baik, banyak/sedikit (AlHadis).

Niatnya:
Ushalli sunnatal rak’ataini lillahi Ta’aalaa
Artinya:
“Aku niat shalat sunnah 2 rakaat karena Allah”

9. Shalat Taubat
Shalat sunnah yang dilakukan setelah merasa berbuat dosa kepada Allah SWT,
agar mendapat ampunan-Nya.

Niatnya:
Ushalli sunnatal Taubati rak’ataini lillahi Ta’aalaa

Artinya:
“Aku niat shalat sunnah taubat 2 rakaat karena Allah”

10. Shalat Tasbih


Shalat sunnah yang dianjurkan dikerjakan tiap malam, jika tidak bisa 1 minggu
sekali/paling tidak seumur hidup sekali. Shalat ini sebanyak 4 rakaat, dengan
ketentuan jika dikerjakan pada siang hari cukup dengan 1 salam, jika dikrjkan
pada malam hari dengan 2 salam.

Cara mengerjakannya:

 Niat
Ushalli sunnatan tasbihi raka’ataini lilllahi ta’aalaa
(Aku niat shalat sunnah tasbih 2 rakaat karena Allah)
 Usai baca surat Al Fatehah, baca tasbih 15x
 Ruku’, usai baca do’a ruku’, baca tasbih 10x
 Itidal, usai membaca do’a ‘itidal, baca tasbih 10x
 Sujud, usai baca doa sujud, baca tasbih 10x
 Usai baca do’a duduk diantara 2 sujud, baca tasbi 10x
 Usai baca doa sujud kedua, baca tasbih 10x

Jumlah keseluruhan tasbih yang dibaca pada tiap rakaatnya sebnyk 75x. Lafadz
bacaan tasbih yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Subhanallah wal hamdu lillahi walaa ilaaha illallahu wallahu akbar

Artinya:
“Maha suci Allah yang Maha Esa. Segala puji bagi Allah, Dzat yang Maha
Agung”

11. Shalat Tarawih


Shalat sunnah sesudah shalat Isya’, pada bulan Ramadhan. Menegenai bilangan
rakaatnya disebutkan dlm hadis:

“Yang dikrjkan oleh Rasulullah SAW, baik pada bulan ramadhan/lainnya tidak


lebih dari 11 rakaat” (H.R.Bukhari).

Dari Jabir: “Sesungguhnya Nabi SAW telah shalat bersama mereka 8 rakaat,


lalu beliau shalat witir.” (H.R.Ibnu Hiban)

Niat shalat tarawih:


Ushalli sunnatan Taraawiihi rak’ataini (Imamam/makmuman) lillahi ta’aallaa

Artinya:
“Aku niat shalat sunat tarawih 2 rakaat (imamam/makmum) karena Allah”
12. Shalat Witir
Shalat sunnat Muakad (dianjurkan) yang biasanya dirangkaikan denga shalat
tarawih, Bilangan shalat witir 1, 3, 5, 7 sampai 11 rakaat.

Dari Abu Aiyub, berkata Rasulullah:

“Witir itu hak, maka siapa yang suka mengerjakan 5, kerjakanlah. Siapa yang
suka mengerjakan 3, kerjakanlah. Dan siapa yang suka 1, maka
kerjakanlah” (H.R. Abu Daud dan Nasai).

Niat:
Ushalli sunnatal witri rak’ atan lillahi ta’aalaa

Artinya:
“Aku niat shalat sunnat witir rakaat karena Allah”

13. Shalat Hari Raya


Shalat Idul Fitri pada 1 Syawal dan Idul Adha pada 10 Dzulhijah. Hukumnya
sunnah Muakad (dianjurkan).

“Sesungguhnya kami telah memberi engkau (yaa Muhammad) akan kebajikan


yang banyak, sebab itu shalatlah engkau dan berqurbanlah karena Tuhanmu
pada Idul Adha” (Q.S.AlKautsar.1-2)

Dari Ibnu Umar: “Rasulullah, Abu Bakar, Umar pernah melakukan shalat pd


2hari raya sblm berkhutbah.” (H.R. Jama’ah).

Niat Shalat Idul Fitri:


Ushalli sunnatal li, iidil fitri rak’ataini (imamam/makmumam) lillahi Taa’laa

Artinya:
“Aku niat shalat idul fitri dua rakaat (imam/makmum) karena Allah”

Niat Shalat Idul Adha:


Ushalli sunnatal li’iidil Adha rak’ataini (imamam.makmumam) lillahita’aalaa

Artinya:
“Aku niat shalat idul adha dua rakaat (imam/makmum) karena Allah”

Waktu shalat hari raya adalah setelah terbit matahari sampai condongnya
matahari. Syarat, rukun dan sunnatnya sama seperti shalat yang lainnya. Hanya
ditambah beberapa sunnat sebagai berikut:

 Berjamaah
 Takbir 7 kali pada rakaat pertama dan 5 kali pada rakat ke-2
 Mengangkat tangan setinggi bahu pada tiap takbir
 Setelah takbir yang ke-2 sampai takbir yang terakhir baca tasbih.
 Membaca surat Qaf di rakaat pertama dan surat Al-Ghasiyah pada rakaat
kedua
 Imam menyaringkan bacaannya
 Khutbah 2 kali setelah shalat sebagaimana khutbah Jum’at
 Pada khutbah Idul Fitri memaparkan tentang zakat fitrah dan pada Idul
Adha tentang hukum-hukum Qurban
 Mandi, berhias, memakai pakaian sebaik-baiknya
 Makan terlebih dahulu pada shalat Idul Fitri, pada Shalat Idul Adha
sebaliknya.
14. Shalat Khusuf
Shalat sunat sewaktu terjadi gerhana bulan/matahari. Minimal 2 rakaat.

Caranya mengerjakannya:

 Shalat 2 rakaat dengan 4x ruku’ yaitu pada rakaat pertama, setelah ruku’
dan i’tidal baca fatihah lagi kemudian ruku’ dan i’tidal kembali setelah itu
sujud sebagaimana biasa. Begitu pula pada rakaat ke-2.
 Disunatkan baca surat yang panjang, sedang membacanya pada waktu
gerhana bulan harus nyaring, sedangkan pada gerhana matahari
sebaliknya.

Niat shalat gerhana bulan:


Ushalli sunnatal khusuufi rak’ataini lillahita’aalaa

Artinya:
“Aku niat shalat gerhana bulan 2 rakaat karena Allah”

15. Shalat Istiqa’


Shalat sunat yang dikerjakan untuk memohon hujan kepada Allah SWT.

Niatnya:
Ushalli sunnatal Istisqaa-i rak’ataini (imamam/makmumam) lillahita’aalaa

Artinya:
“Aku niat shalat istisqaa 2 rakaat (imam/makmum) karena Allah”

Syarat-syarat mengerjakana Shalat Istisqa:

 3 hari sebelumnya agar ulama memerintahkan umatnya bertaubat dengan


berpusa dan meninggalkan segala kedzaliman serta menganjurkan
beramal shaleh. Sebab menumpuknya dosa itu mengakibatkan hilangnya
rejeki dan datangnya murka Allah.
.
“Apabila kami hendak membinasakan suatu negeri, maka lebih dulu kami
perbanyak orang-orang yang fasik, sebab kefasikannyalah mereka
disiksa, lalu kami robohkan (hancurkan) negeri mereka sehancur-
hancurnya” (QS. Al-Isra’ : 16).
 Pada hari ke-4 semua penduduk termasuk yang lemah dianjurkan pergi
kelapangan dengan pakaian sederana dan tanpa wangi-wangian untuk
shalat Istisqa’
 Usai shalat diadakan khutbah 2 kali. Pada khutbah pertama hendaknya
baca istigfar 9x dan pada khutbah kedua 7x. Pelaksanaan khutbah istisqa
berbeda dengan khutbah lainnya, yaitu:
o Khatib disunatkan memakai selendang
o Isi khutbah menganjurkan banyak beristigfar, berkeyakinan bahwa
Allah SWT akan mengabulkan permintaan mereka.
 Saat berdo’a hendaknya mengangkat tangan setinggi-tingginya.
 Saat berdo’a pada khutbah kedua, khatib hendaknya menghadap kiblat
membelakangi makmumnya.

Niat shalat sesuai dengan sholat mana yang akan kita kerjakan.
DALIL WAJIBNYA MENGQADHA SHALAT FARDHU

Shalat yang kita tinggalkan itu adalah disebabkan kelalaian kita. Kepada manusia saja
hutang harus dibayar, kenapa hutang kepada Allah justru dipermudah? Walaupun kita tahu
Allah adalah Dzat Maha Pemaaf, tapi itu masalah lain.

Hal ini sebagaimana dalil sebagai berikut:

َ ‫ أنَّهُ لَي‬،‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬


‫ْس فِي‬ َ ِ‫صاَل ِة َوا ِجبٌ َعلَى النا َّ ِس ّي َو النّاَئِ ِم لِ َما تَقَ َّد َم ِم ْن قَوْ ِل َرسُوْ ِل هللا‬ َ َ‫أن ق‬
َّ ‫ضا َء ال‬ َ َ‫اتَّف‬
َّ ‫ق ال ُعلَ َما ُء َعلَى‬
َ َ َ ِّ
‫صل ْيهَا إذا ذك َرهَا‬ ْ َ ْ َ
َ ُ‫صالة أوْ نا َم َعنهَا فلي‬ ُ َ ٌ َ َ َ َ ْ ْ ُ ْ َّ َّ ٌ
َ ‫ فإذا نَ ِس َي أ َحد‬.‫ َو إن َما التف ِر ْيط فِ ْي اليَقظ ِة‬.‫َفريْط‬ ِ ‫النَّوْ ِم ت‬

Para ulama sepakat bahwa melunasi hutang shalat yang ditinggalkan itu wajib hukumnya,
baik karena lupa ataupun tertidur. Seperti pernah disampaikan Rasul: Tertidur itu bukan
kelengahan karena yang dikatakan lengah itu bila seseorang tidak tidur. Apabila ia lupa
atau tertidur dan tidak mengerjakan shalat, shalatlah ketika teringat. (Lihat dalam FIqhus
Sunnah, Juz II, hlm. 185)

Kita memang dapat membayarnya lain waktu yang senggang. Akan tetapi, lebih cepat
membayar, lebih baik. Misalnya, kita baru saja hutang shalat Subuh karena bangun
kesiangan maka waktu yang terbaik dapat dikerjakan jam tujuh atau jam delapan pagi
ketika kita bangun dari tidur, atau ketika kita sempat membayamya dan tidak perlu ditunda-
tunda. Meski pada dasarnya hutang (qadha) shalat Subuh dapat dikerjakan di
waktu shalat Zhuhur, Maghrib, Ashar, atau kapan saja.

Sekarang, bagaimana jika hutang shalat satu minggu karena sakit belum bisa


membayarnya keburu meninggal, siapa yang harus membayar?

Hutang shalat tadi bisa dibayar lewat dua cara. Cara pertama, dilunasi keluarganya; dan
cara kedua, bisa melunasinya dengan membayar fidyah (denda), yaitu 1 waktu shalat yang
ditinggalkan sama dengan 6 ons beras atau makanan pokok lainnya. Berarti, keluarga
harus membayarkan 6 ons beras x 5 x 7 dan diberikan kepada tetangga yang miskin.

‫ َو ِم ْن ثَ َّم‬.‫اري َو َغي ِْر ِه‬ َ ‫ْن أنَّهَا تَ ْق‬Tَ ‫ َو فِ ْي قَوْ ٍل َك َج ْم ِع ْال ُمجْ تَ ِه ِدي‬.َ‫ضا َء َو الَ فِ ْديَة‬
ِ ‫ضى َع ْنهَا لِ َخبَ ِر البُ َخ‬ َ َ‫صالَةٌ فَال ق‬
َ ‫َو َم ْن َماتَ َو َعلَ ْي ِه‬
َ َ
‫ْض أقا ِربِ ِه‬ ْ ْ َ َ ْ
ِ ‫اختا َ َرهُ َج ْم ٌع ِم ْن أئِ َّمتِنا َو ف َع َل بِ ِه ال ُسب ِكي عَن بَع‬

ٍSiapa meninggal dunia sedang ia punya hutang shalat, baginya tak perlu diqadha. Tetapi
menurut sebagian besar ulama Mujtahidin: bagi keluarganya tetap terkena kewajiban
membayar karena ada hadits riwayat Imam Bukhari, dll. Rupanya pendapat terakhir ini
cenderung diikuti ulama-ulama, Syafi’iyah, antara lain Imam Subki dan sebagian
sahabatnya. (Lihat Ahkamul Fuqoha, Juz II, hal 50)

‫ت‬ ِ ‫ت ْال َم ْكتُوْ بَ ِة ثَ َمانِيَةَ أَي ٍَّام فِ ْي َخ ْم‬


ٍ َ ‫س َم ْكتُوْ با‬ ِ ‫صلَ َوا‬ ِ ْ‫اج ْالفِ ْديَ ِة أرْ بَ ِع ْينَ ُم ًّدا لِتَر‬
َّ ‫ك ال‬ ْ ِ‫ص ِح ْي ُح هَ َو اإل ْفتا َ ُء األ َّو ُل ب‬
ِ ‫إخ َر‬ َّ ‫ال‬
... yang benar adalah fatwa pertama yang mengatakan: harus mengeluarkan fidyah (denda)
40 mud (1 mud = 6 ons) bagi yang telah meninggalkan shalat selama 8 hari, yang
seharusnya dia mengerjakan shalat 5 kali sehari. (Lihat dalam I’anatut Thalibin, Juz II, hal
229)

BACAAN NIAT QADHA SHALAT MAGHRIB, SUBUH, ZUHUR, ASHAR DAN ISYA

Untuk itu kami disini akan menyajikan niat qadha shalat secara lengkap semoga dikala
nanti siapapun mau mengerjakannya tidak kebingungan mencari bacaan tersebut ,
sementara untuk tata cara shalat qadha akan kami sajikan di halaman lainnya , oke lansung
saja simak di bawah ini dengan teliti.

Niat Qadha Shalat Magrib

َ َ‫ت ُم ْستَ ْقبِ َل ْالقِ ْبلَ ِة ق‬


‫ضا ًء هَّلِل ِ تَ َعالَى‬ ِ ‫ض ْا ْل َم ْغ ِر‬
َ َ‫ب ثَال‬
ٍ ‫ث َر َك َعا‬ َ ُ‫ا‬
َ ْ‫صلِّ ْي فَر‬

Usholli Fardlol maghribi tsalaasa raka'aatin mustaqbilal qiblati qadaan lillaahi ta'aalaa.

Artinya : Aku sengaja melakukan shalat fardhu maghrib 3 rakaat , sambil menghadap


qiblat , Qadha , karena Yang Mahakuasa ta'ala

Niat Qadha Shalat Dzuhur

َ َ‫ت ُم ْستَ ْقبِ َل ْالقِ ْبلَ ِة ق‬


‫ضا ًء هَّلِل ِ تَ َعالَى‬ ُّ ‫ض‬
ٍ ‫الظه ِْر اَرْ بَ َع َر َك َعا‬ َ ُ‫اُا‬
َ ْ‫صلِّ ْي فَر‬

Usholli Fardhod zhuhri arba'a raka'aatin mustaqbilalqiblati adaa , an lillaahi ta'aalaa.

Artinya : Aku sengaja melakukan shalat fardu zuhur 4 rakaat , sambil menghadap qiblat ,


Qadha , karena Yang Mahakuasa ta'ala.

Niat Qadha Shalat Subuh

َ َ‫ن ُم ْستَ ْقبِ َل ْالقِ ْبلَ ِة ق‬Tِ ‫ْح َر ْك َعتَ ْي‬


‫ضا ًء هَّلِل ِ تَ َعالَى‬ َ ُ‫ا‬
َ ْ‫صلِّ ْي فَر‬
ِ ‫ض الصُّ ب‬

Usholli Fardhos subhi rak'ataini mustaqbilal qiblati adaa , an lillaahi ta'aalaa.

Artinya : Aku sengaja melakukan shalat fardu subuh 2 rakaat , sambil menghadap qiblat ,


Qadha , karena Yang Mahakuasa ta'ala.

Niat Qadha Shalat Isya
َ َ‫ض ال ُج ْم َع ِة َر ْك َعتَ ْي ِن ُم ْستَ ْقبِ َل ْالقِ ْبلَ ِة ق‬
‫ضا ًء هَّلِل ِ تَ َعالَى‬ َ ُ‫ا‬
َ ْ‫صلِّ ْي فَر‬

Usholli Fardhol 'isyaa , i arba'a raka'aatin mustaqbilal qiblati adaa , an lillaahi ta'aalaa.

Artinya : Aku sengaja melakukan shalat fardu isya 4 rakaat , sambil menghadap qiblat ,


Qhada , karena Yang Mahakuasa ta'ala.

Niat Qadha Shalat Ashar

َ َ‫ت ُم ْستَ ْقبِ َل ْالقِ ْبلَ ِة ق‬


‫ضا ًء هَّلِل ِ تَ َعالَى‬ ٍ ‫ض ْالَ َعصْ ِر اَرْ بَ َع َر َك َعا‬ َ ُ‫ا‬
َ ْ‫صلِّ ْي فَر‬

Usholli Fardhol 'asri arba'a raka'aatin mustaqbilal qiblati adaa , an lillaahi ta'aalaa.

Artinya : Aku sengaja melakukan shalat fardu ashar 4 rakaat , sambil menghadap qiblat ,


Qadha , karena Yang Mahakuasa ta'alaa.

Hampir sama dengan niat shalat qadha hanya ada satu lafadz (kata) saja yang di rumbah
yaitu:

Lafadz ‫ اداء‬Menjadi ‫قضاء‬

Mudah-mudahan niat qadha shalat fardhu maghrib , subuh , zuhur , ashar dan isya ini
membantu anda semua yang sedang mencari bacaannya , cita-cita kami semoga
pembahasan ini bermanfaat untuk kita semua dan silahkan di pelajari dengan benar ,
mohon maaf atas keterbatasannya.

PETUNJUK DAN TATA CARA MENGQADHA SHALAT MAGHRIB

Jika seseorang menjalankan shalat pada waktunya itu dinamakan ada’ (tepat waktu), dan
jika seseorang menjalankan shalat di luar waktunya itu dinamakan qadha’ (di luar
waktu shalat) seperti seseorang yang lupa melaksanakan shalat maghrib karena kesibukan
atau hal lain yang membuatnya lupa, maka setelah ingat ia wajib meng-qadha’-nya.

Seseorang yang terlelap tidur saat waktu ashar lalu terbangun ketika sudah masuk
waktu shalat isya', maka saat itu juga ia wajib meng-qada’ shalat maghrib yang telah
ditinggalkannya karena tertidur. Hal ini ebagaimana hadits Rasulullah:

‫إذا نام أحدكم عن الصالة أو نسيها فليصلها إذا ذكرها‬

"Jika seseorang tertidur sampai tidak melaksanakan shalat atau juga lupa, maka ketika ia
ingat wajib melaksanakan saat itu juga."
Selain itu, berdasarkan keterangan yang terdapat dalam kitab Tuhfatu al-Thullab karangan
Imam Zakariya Al-Anshari:

‫ وجوبا في الفرض متى تذكره وقدر على فعله إال إن خاف فوت حاضرة فيبدأ بها‬ ‫يقضي الشخص ما فاته من مؤقت‬

"Seseorang wajib meng-qadha’ shalat (fardlu) yang telah terlewat waktunya ketika ia telah


ingat dan memungkinkan untuk melaksanakannya, keuali jika dikhawatirkan terlewatinya
menjalankan shalat ada’ (pada waktunya), maka ia harus mendahulukan shalat ada’
terlebih dahulu."

Mengenai petunjuk lengkap qadha shalat maghrib dapat dibaca di sini: shalat-maghrib"


target="_blank">Petunjuk Lengkap Qadla Shalat Maghrib

PETUNJUK DAN TATA CARA MENGQADHA SHALAT ISYA

Sebagai manusia biasa tentu kita pernah mengalami lalai atau lupa, terlebih lupa
mengerjakan shalat. Sebagai sebuah hal yang menjadi kewajiban, saat lupa
mengerjakan shalat, kita diwajibkan untuk menqadha’ shalat.

Tidak hanya karena lupa, kita juga diwajibkan mengqadha shalat karena tertidur maupun
karena sengaja. Adapun terkait dosa, bagi orang yang meninggalkan shalat karena lupa
atau tertidur maka ia tidak dikenai hukuman atau dosa. Ia juga tidak diwajibkan untuk
mengqadhanya segera.

Namun bagi orang yang meninggalkan shalat karena sengaja, maka ia diwajibkan untuk


mengqadhanya secara langsung dan seketika setelah ia teringat. Selain itu, ia juga
berdosa.

Hal ini didasarkan pada sebuah hadis riwayat Bukhari dan Muslim.

َ ُ‫صاَل ٍة أَوْ ن َِسيَهَا فَ ْلي‬


‫ الَ َكفَّا َرةَ لَهَا إِاَّل َذالِك‬،‫صلِّ ْيهَا إِ َذا َذ َك َرهَا‬ َ ‫َ َم ْن نَا َم ع َْن‬

“Siapa yang lupa mengerjakan shalat atau tertidur, maka ia wajib mengerjakan ketika


teringat. Dan tidak ada hukuman kecuali hal itu (mengerjakan shalat saat ingat).”

Kalimat “laa kaffarata illa dzalika” dalam hadis tersebut menunjukkan bahwa diwajibkan
mengqadha’ shalat-shalat yang ditinggalkan, baik jumlahnya banyak ataupun waktunya
telah jauh berlalu.

Jika tidak mengerjakan shalat maghrib dan ingin mengqadha-nya, maka dapat dibaca


selengkapnya di: shalat-isya" target="_blank">Petunjuk Lengkap Qadla Shalat Isya
 

PETUNJUK DAN TATA CARA MENGQADHA SHALAT SUBUH

Shalat Subuh adalah satu dari sekian banyak shalat fardhu, yang waktu untuk


mendirikannya adalah sebelum terbitnya matahari dari ufuk timur dan berakhir dengan ufuk
timur sudah semakin terang. Begitulah aturannya, setiap shalat mempunyai waktunya
sendiri-sendiri. Hal ini sebagaimana firman Allah QS an-Nisa ayat 103:

‫َت َعلَى ْال ُم ْؤ ِمنِينَ ِكتَابًا‬


ْ ‫صاَل ةَ َكان‬ َّ ‫اط َمأْنَ ْنتُ ْم فَأَقِي ُموا ال‬
َّ ‫صاَل ةَ ۚ إِ َّن ال‬ ْ ‫صاَل ةَ فَ ْاذ ُكرُوا هَّللا َ قِيَا ًما َوقُعُودًا َو َعلَ ٰى ُجنُوبِ ُك ْم ۚ فَإ ِ َذا‬
َّ ‫ض ْيتُ ُم ال‬
َ َ‫فَإ ِ َذا ق‬
‫َموْ قُوتًا‬

“Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang


beriman”

Kehidupan tak selamanya mulus sesuai rencana. Alarm sudah disiapkan sejak pukul 04.00,
namun alangkah terkejutnya ketika mata terbuka sudah menunjukkan pukul 06.00. Lantas
bagaimana kabar shalat subuhnya? Haruskah mendirikan shalat Subuh pada waktu itu
juga? Sekalian digabungkan bersama shalat Dhuha? Ataukah besok aja pas pada
waktunya?

Menurut jumhur ulama, ketika shalat wajib lalai dilakukan karena unsur ketidaksengajaan,


seperti tertidur atau lupa, maka wajib qadha ketika seseorag tersebut sadar dan ingat akan
kewajiban tersebut. Hal ini senada dengan sabda Rasulullah:

‫ُصلِّهَا‬ َ ِ‫ فَ َم ْن فَ َع َل َذل‬،‫صاَل ةَ اأْل ُ ْخ َرى‬


َ ‫ك فَ ْلي‬ ُ ‫صاَل ةَ َحتَّى يَ ِجي َء َو ْق‬
َّ ‫ت ال‬ َ ُ‫ إِنَّ َما التَّ ْف ِريطُ َعلَى َم ْن لَ ْم ي‬،ٌ‫ي النَّوْ ِم تَ ْف ِريط‬
َّ ‫ص ِّل ال‬ َّ ِ‫ْس ف‬َ ‫أَ َما إِنَّهُ لَي‬
‫ِحينَ يَ ْنتَبِهُ لهَا‬
َ

“Sebenarnya bukanlah kategori lalai jika karena tertidur. Lalai adalah bagi orang yang
tidak shalat sampai datang waktu shalat lainnya. Barang siapa yang mengalami itu maka
shalatlah dia ketika dia sadar”.  (HR. Muslim, 311/681)

Disebutkan juga oleh Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah dalam uraian kitab Fiqhus Sunnah
bahwa mengqadha shalat adalah wajib menurut kesepakatan ulama bagi orang yang lupa
dan tertidur.

Kejadian tersebut juga pernah dialami oleh Nabi dan para sahabat pada zamannya. Karena
dari itu kita bisa mengambil pelajaran dan mengerti bagaimana solusi terbaiknya. Dan yang
pasti, hal tersebut bukan untuk menjadi kebiasaaan, tetapi jikalau sesekali terjadi pada
suatu waktu.

Kisah Nabi dan para sahabat tersebut diceritakan oleh Imran bin Husain Ra. sebagai
berikut:
‫ فَ َغلَبَ ْتهُ ْم أَ ْعيُنُهُ ْم َحتَّى‬،‫ْح َع َّرسُوا‬ِ ‫ َحتَّى إِ َذا َكانَ َوجْ هُ الصُّ ب‬،‫ فَأ َ ْدلَجُوا لَ ْيلَتَهُ ْم‬،‫ير‬ٍ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فِي َم ِس‬ َ ‫أَنَّهُ ْم َكانُوا َم َع النَّبِ ِّي‬
َ،‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِم ْن َمنَا ِم ِه َحتَّى يَ ْستَ ْيقِظ‬ ‫هَّللا‬ ُ ْ َ َ
َ ِ ‫ َو َكانَ الَ يُوقَظ َرسُو ُل‬،‫ فَ َكانَ أو ََّل َم ِن ا ْستَ ْيقَظ ِم ْن َمنَا ِم ِه أبُو بَك ٍر‬، ُ‫ت ال َّش ْمس‬
َ ِ ‫ارْ تَفَ َع‬
‫صلَّى بِنَا ال َغدَاة‬َ ‫ فَنَ َز َل َو‬،‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ َ ‫ فَ َج َع َل يُ َكبِّ ُر َويَرْ فَ ُع‬،‫ فَقَ َع َد أَبُو بَ ْك ٍر ِع ْن َد َر ْأ ِس ِه‬،ُ‫فَا ْستَ ْيقَظَ ُع َمر‬
َ ‫صوْ تَهُ َحتَّى ا ْستَ ْيقَظَ النَّبِ ُّي‬

“Mereka bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam sebuah perjalanan yang sampai
larut malam hingga menjelang Subuh mereka istirahat. Lalu mereka tertidur sampai
meninggi matahari. Pertama yang bangun adalah Abu Bakar, Beliau tidak membangunkan
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sampai dia bangun sendiri. Lalu bangunlah Umar, lalu
Abu Bakar duduk di sisi kepala nabi. Lalu dia bertakbir dengan meninggikan suaranya
sampai Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam terbangun. Lalu beliau keluar dan Shalat Subuh
bersama kami.”  (HR. Bukhari (3571), Muslim (312/682).

Alhasil, pukul berapapun bangunnya bersegeralah melaksanakan shalat Subuh dengan niat


mengqadha. Pada saat itu juga, tidak menunggu atau merangkap dalam shalat Dhuha.
Begitu pula jika baru bangun di waktu Zuhur, maka shalat subuhlah ketika ingat dan sadar.

Untuk melaksanakan qadha shalat Subuh, maka dapat dibaca selengkapnya di: shalat-


subuh" target="_blank">Petunjuk Lengkap Qadla Shalat Subuh

PETUNJUK DAN TATA CARA MENGQADHA SHALAT DHUHUR

Shalat Dzuhur diadakan dalam empat rakaat dan satu salam. Berikut adalah petunjuk
lengkap qadla shalat Dzuhur secara per tahap dari niat sampai dengan salam adalah
sebagai berikut:

Sebagai sebuah hal yang menjadi kewajiban, saat lupa mengerjakan shalat, kita diwajibkan
untuk menqadha’ shalat.

Tidak hanya karena lupa, kita juga diwajibkan mengqadha shalat karena tertidur maupun
karena sengaja. Adapun terkait dosa, bagi orang yang meninggalkan shalat karena lupa
atau tertidur maka ia tidak dikenai hukuman atau dosa. Ia juga tidak diwajibkan untuk
mengqadhanya segera.

Namun bagi orang yang meninggalkan shalat karena sengaja, maka ia diwajibkan untuk


mengqadhanya secara langsung dan seketika setelah ia teringat. Selain itu, ia juga
berdosa.

Jika ingin men-qadha shalat fardu Dhuhur, maka bisa dibaca selengkapnya di: shalat-


dzuhur" target="_blank">Petunjuk Lengkap Qadla Shalat Dzuhur

 
PETUNJUK DAN TATA CARA MENGQADHA SHALAT ASHAR

Diwajibkan mengqadha shalat karena tertidur maupun karena sengaja. Adapun terkait


dosa, bagi orang yang meninggalkan shalat karena lupa atau tertidur maka ia tidak dikenai
hukuman atau dosa. Ia juga tidak diwajibkan untuk mengqadhanya segera.

Namun bagi orang yang meninggalkan shalat karena sengaja, maka ia diwajibkan untuk


mengqadhanya secara langsung dan seketika setelah ia teringat. Selain itu, ia juga
berdosa.

Hal ini didasarkan pada sebuah hadis riwayat Bukhari dan Muslim.

َ ُ‫صاَل ٍة أَوْ ن َِسيَهَا فَ ْلي‬


‫ الَ َكفَّا َرةَ لَهَا إِاَّل َذالِك‬،‫صلِّ ْيهَا إِ َذا َذ َك َرهَا‬ َ ‫َ َم ْن نَا َم ع َْن‬

“Siapa yang lupa mengerjakan shalat atau tertidur, maka ia wajib mengerjakan ketika


teringat. Dan tidak ada hukuman kecuali hal itu (mengerjakan shalat saat ingat).”

Kalimat “laa kaffarata illa dzalika” dalam hadis tersebut menunjukkan bahwa diwajibkan
mengqadha’ shalat-shalat yang ditinggalkan, baik jumlahnya banyak ataupun waktunya
telah jauh berlalu.

Dari penjelasan tersebut bisa disimpulkan bahwa ketika kita meninggalkan shalat karena


lupa atau tertidur (sebelum waktu shalat tiba dan ketika bangun waktu shalat sudah habis)
maka ia tidak dikenakan dosa. Dan saat ingat, segera berwudhu dan
mengerjakan shalat yang tertinggal, baik karena lupa maupun tidur.

Untuk bisa mengerjakan qadha shalat Ashar, maka perlu membaca artikel di: shalat-ashar"


target="_blank">Petunjuk Lengkap Qadla Shalat Ashar

MENINGGALKAN SHALAT FARDHU DAN KEWAJIBAN MENG-QADHA-NYA

Menurut kesepakatan para ulama, ada dua keadaan yang perlu diketahui mengenai qadha
salat, yaitu:

1. Meninggalkan Shalat dengan Tiada Disengaja

Jika tidak sengaja meninggalkan shalat seperti ketiduran, lupa dan lain sebagainya hingga
waktu shalat sudah habis, maka hukumya wajib diqadha. Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa yang terlewat shalat karena tidur atau karena lupa, maka ia
wajib shalat ketika ia ingat".
"Barangsiapa yang lupa shalat, atau terlewat karena tertidur, maka kafarahnya adalah ia
kerjakan ketika ia ingat" (HR. Muslim).

Berdasarkan hadis tersebut, jelas bahwa ketiadasengajaan


meninggalkan shalat dikarenakan ketiduran, ataupun lupa tidaklah berdosa, namun tetap
harus dilakukan yakni dengan cara di-qadha ketika ia terbangun ataupun teringat.

2. Meninggalkan Shalat dengan Sengaja

Imam ibnu Hazm Al Andalusi menyatakan shalat orang yang meninggalkan dengan sengaja


tidak wajib diqadha adalah pendapat. Beliau mengatakan "Adapun orang yang sengaja
meninggalkan shalat hingga keluar waktunya, maka ia tidak akan bisa mengqadhanya
sama sekali. Maka yang ia lakukan adalah memperbanyak perbuatan amalan kebaikan
dan shalat sunnah. Untuk meringankan timbangannya di hari kiamat. Dan hendaklah ia
bertaubat dan memohon ampunan kepada Allah Taala.
Selain itu, beliau juga mengatakan hal tersebut berdasarkan firman Allah taala seperti:
"Celakalah orang yang shalat. Yaitu orang yang lalai dalam shalatnya" (QS. Al Maun: 4-5).
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman: "dan Kemudian datanglah setelah mereka
orang-orang yang menyia-nyiakan shalat dan mengikuti syahwat dan mereka akan
menemui kesesatan" (QS. Maryam: 59).

Selain itu, juga terdapat hadits dari Buraidah al-Hashib al-Aslami , ia berkata, aku telah
mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Perjanjian antara kita dengan mereka
adalah shalat. Barangsiapa yang meninggalkannya berarti ia kafir“. (HR. Tirmidzi).

Ada juga hadits dari Jabir, aku telah mendengar Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya yang
membedakan seseorang dari Syirik dan kekufuran adalah meninggalkan shalat“. (HR
Muslim, Tirmidzi, Ibn Abi Syaibah).

Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum meninggalkan shalat dengan sengaja.


Bahkan ada beberapa ulama mengatakan orang yang meninggalkan shalat dengan
sengaja dosanya lebih besar dibanding dengan dosa membunuh, berzina dan minum
khamr.

Imam Sufyân bin Sa’id ats-Tsauri, Abu ‘Amr al-Auza’i, Abdullâh bin al-Mubârak, Hammad
bin bin Zaid, Waki’ bin al-Jarrah, Mâlik bin Anas, Muhammad bin Idris asy-Syâfi’i, Ahmad
bin Hanbal, Ishaq bin Rahûyah dan murid-murid berfatwa jika seseorang yang
meninggalkan shalat dihukum bunuh.

Lalu, mereka juga berbeda pendapat tentang cara hukum bunuh terhadap orang tersebut.
Kebanyakan mereka berkata jika dibunuh dengan pedang dengan cara dipenggal lehernya.
Sedangkan sebagian pengikut dari Imam Syafi’i berkata orang tersebut akan dipukul
dengan kayu sampai ia menunaikan shalat atau mati.

Sementara Ibnu Suraij berkata, orang tersebut akan ditusuk pedang sampai mati sebab hal
ini lebih sempurna dalam menghentikan dan lebih diharapkan untuk kembali atau taubat.

Anda mungkin juga menyukai