Anda di halaman 1dari 30

IDENTIFIKASI

TRANSAKSI
YANG DILARANG
KULIAH 03
MANAJEMEN PERBANKAN SYARIAH
FIRMAN SHAKTI FIRDAUS
PENDAHULUAN
❑ Sebagai makhluk sosial kebanyakan manusia melakukan transaksi setiap
hari. Contohnya seorang mahasiswa berangkat kuliah naik GOJEK lalu
membayarnya. Itu adalah contoh suatu transaksi. Seorang supir angkot
mengisi bahan bakar di SPBU, ia membayar dengan uang ke karyawan SPBU
dan mendapatkan bahan bakar, itu juga merupakan transaksi.
❑ Dalam Islam dikenal dua kaidah hukum asal dalam syariah. Dalam ibadah,
kaidah hukum yang berlaku adalah bahwa semua hal dilarang, kecuali
yang ada ketentuannya berdasarkan al-Quran dan al-Hadits. Sedangkan
dalam urusan muamalah, semuanya diperbolehkan kecuali ada dalil yang
melarang. Dengan demikian, dalam bidang muamalah, semua transaksi
dibolehkan kecuali yang diharamkan.
KAEDAH IBADAH DAN MUAMALAH

‫اآلصل في العبادة التحريم حتى يدل الدليل على إ باحتها‬

“Pada dasarnya dalam ibadah adalah haram, kecuali ada dalil


Yang membolehkannya”

‫اآلصل في المعاملة االبا حة حتى يدل الدليل على تحريمها‬

“Pada dasarnya semua aktivitas muamalah adalah boleh/mubah


kecuali ada dalil yang melarangnya”

❑ Tema halal dan haram merupakan tema yang sangat penting dalam
Islam karena halal dan haram sangat berkaitan dengan ajaran agama
Islam secara menyeluruh, baik dalam hal akidah, ibadah, akhlak,
muamalah dan yang lain. (Ridwan, 2019)
❑ Allah SWT menciptakan manusia dan jin untuk beribadah dan
mengabdi kepada-Nya. Allah SWT menegaskan hal itu dalam firman-
Nya:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
beribadah kepada-Ku.‖ (QS. Adzdzariyat (51): 56).
❑ Dalam beribadah ada banyak aturan yang telah ditetapkan Allah dan
harus ditaati dan diikuti oleh manusia. Diantara aturan yang ditetapkan
Allah SWT adalah aturan tentang halal dan haram.

❑ Aturan halal dan haram tidak hanya berkaitan dengan perilaku dan
aktifitas manusia. Aturan halal dan haram juga meliputi seluruh
kegiatan ekonomi manusia, terutama yang berkaitan dengan
poduksi dan konsumsi, baik dalam hal kekayaan maupun makanan.
Selain itu, halal dan haram juga berkaitan dengan perilaku dan
aktifitas ekonomi atau muamalah, seperti jual beli, sewa menyewa,
praktik riba dan yang lain (athoillah & Annes, 2013).
❑ Dalam pembahasan ini, akan dibahas mengenai hal-hal yang
dilarang dalam transaksi, khsususya dalam praktek perbankan
syariah.
IDENTIFIKASI TRANSAKSI
YANG DILARANG
KULIAH 04
MANAJEMEN PERBANKAN SYARIAH
DUDUNG ABDURRAHMAN
FIRMAN SHAKTI FIRDAUS
❑ Jika kita perhatikan lebih cermat, banyak transaksi perdagangan
dan bisnis yang dipraktikkan orang-orang termasuk umat Islam
yang melanggar aturan dan nilai-nilai ke-Islaman. Padahal
secara tegas Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa
perdagangan (bisnis) adalah suatu lahan yang paling banyak
mendatangkan keberkahan. Dengan demikian, aktivitas
perdagangan atau bisnis nampaknya merupakan arena yang
paling memberikan keuntungan. Islam memberikan batasan
praktik-praktik bertransaksi dengan memberikan kategorisasi
transaksi yang diperbolehkan (halal) dan transaksi yang dilarang
(haram) (Rofiq, 2020).
❑ Berikut dijelaskan mengenai kategorisasi transaksi yang dilarang
(haram).
SEBAB
TRANSAKSI
DILARANG

TIDAK SAH/
HARAM HARAM
LENGKAP
LI DZATIHI LI GHAIRIHI
AKAD

MELANGGAR
PRINSIP “AN TARADDIN MINKUM”:
1. TADLIS

MELANGGAR
PRINSIP “LA TADZLIMUUNA WA LA
TUDZLAMUUN”: 1. RUKUN TAK TERPENUHI
• IKHTIKAR 2. SYARAT TAK TERPENUHI
• BAI’ NAJASY 3. TERJADI TA’ALUQ
• GHARAR 4. TERJADI 2 IN 1
• RIBA
• RISYWAH
1. HARAM LI DZATIHI
 Transaksi dilarang karena objek (barang dan/atau jasa)
yang ditransaksikan juga dilarang
◼ Bangkai
◼ Babi
◼ Free Sex: Komersil (Prostitusi) dan Non-Komersil
◼ Minuman keras
◼ Dalam hal ini, transaksi jual beli minuman keras adalah haram,
walaupun akad jual beli nya sah. Dengan demikian, bila ada nasabah
yang mengajukan pembiayaan pembelian minuman keras kepada bank
dengan menggunakan akad mudharabah, maka walaupun akadnya sah
tetapi transaksi ini haram karena objek transaksinya haram (Hakim, 2012).
2. HARAM LI GHAIRIH
 Transaksi dilarang karena selain zatnya (objeknya).
Bisa jadi karena caranya yang melanggar syariat,
seperti:
◼ Tadlis
◼ Iktikar
◼ Gharar
◼ Bai’ Najasy
◼ Riba
HARAM BIGHAIRIHI: TADLIS

 TRANSAKSI YANG TERJADI DIMANA SALAH SATU PIHAK


TIDAK MENGETAHUI INFORMASI YANG DIKETAHUI PIHAK
LAIN (UNKNOWN TO ONE PARTY), DISEBUT TADLIS
 TADLIS TERJADI DALAM 4 HAL:
◼ KUANTITAS
◼ KUALITAS
◼ HARGA
◼ WAKTU PENYERAHAN
HARAM BIGHAIRIHI: IKHTIKAR
 Penimbunan, dalam bahasa Arab disebut dengan al-ihtikar. Secara umum, ihtikar dapat
diartikan sebagai tindakanpembelian barang dagangan dengan tujuan untuk menhan
atau menyimpan barang tersebut dalam jangka waktu yang lama, sehingga barang
tersebut dinyatakan barang langka dan berharga mahal (Suma, 2008).
 Rekayasa pasar dalam sisi Supply terjadi jika produsen/penjual
mengambil keuntungan diatas keuntungan normal dengan cara
mengurangi supply barang di pasar agar harga jualnya naik.
 Ikhtikar terjadi jika: (i) mengupayakan adanya kelangkaan barang, dengan
menetapkan entry barrier atau menimbun stock, (ii) menjual dengan
harga yang lebih tinggi dibandingkan harga sebelum munculnya
kelangkaan, (iii) mengambil keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan
sebelum (i) dan (ii) dilakukan.
HARAM BI GHAIRIHI:
BAI’ NAJASY
 Rekayasa pasar dalam sisi demand terjadi jika
produsen/penjual menciptakan permintaan palsu,
seolah-olah ada banyak permintaan terhadap suatu
produk sehingga harga jual produk itu akan naik
HARAM BI GHAIRIHI:
TAGHRIR (GHARAR)
 Suatu situasi dimana terjadi incomplete information
karena adanya ketidakpastian dari kedua belah pihak
yang bertransaksi (uncertainty to both parties).
Gharar terjadi jika kita mengubah sesuatu yang
seharusnya bersifat pasti (certainty) menjadi
uncertainty dalam suatu kontrak (akad).
 Gharar terjadi dalam 4 aspek: (i) Kuantitas, (ii)
Kualitas, (iii) Harga, dan (iv) Waktu Penyerahan
HARAM BI GHAIRIHI: RIBA

 Riba adalah tambahan yang disyaratkan dalam tarnsaksi


bisnis tanpa adanya pengganti (iwad) yang dibenarkan
syariah atas penambahan tersebut (Imam Sarakhzi)
 KLASIFIKASI RIBA:
◼ TRANSAKSI JUAL-BELI (EXCHANGE)
 RIBA FADL
◼ TRANSAKSI PINJAMAN (UTANG-PIUTANG)
 RIBA NASIAH
 RIBA JAHILIYAH
RIBA FADL

 Riba yang timbul akibat pertukaran barang sejenis yang tidak


memenuhi kriteria: (i) sama kualitasnya (mitslan bi mitslin), (ii)
sama kuantitasnya (sawa-an bi sawa-in, dan (iii) sama waktu
penyerahannya (yadan bi yadin; cash & carry).
 Pertukaran tersebut mengandung gharar, yang dapat
menimbulkan kedzaliman terhadap salah satu pihak, kedua
belah pihak dan pihak-pihak lain.
JENIS BARANG RIBAWI

 EMAS
 PERAK
 BAHAN MAKANAN POKOK: BERAS,TEPUNG,
GANDUM,JAGUNG,KURMA
 GARAM
RIBA NASI’AH
 Riba yang timbul akibat utang piutang yang tidak memenuhi
kriteria ‘untung muncul bersama resiko’ (al ghunmu bil gharni)
dan prinsip ‘hasil usaha muncul bersama biaya’ (al kharaj bi
dhaman). Transaksi ini mengandung pertukaran kewajiban
menanggung beban hanya karena berjalannya waktu.
 Nasi’ah adalah penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis
barang ribawi yang dipertukarkan dengan jenis barang ribawi
lainnya
 Riba ini muncul karena adanya perbedaan, perubahan dan
tambahan antara barang yang diserahkan hari ini dengan
barang yang diserahkan kemudian. Al Ghunmu (untung) dan
Al Kharaj (biaya) muncul hanya dengan berjalannya waktu.
RIBA NASIAH
CERTAINTY UNCERTAINTY
(PASTI) (TIDAK PASTI)

Memastikan suatu hasil yang tidak pasti


Kemungkinan terjadinya dan ditentukan di awal
(fixed & predetermined rate)

Positive return

Business No return

Negative return
RIBA JAHILIYAH

 Hutang yang harus dibayar melebihi dari pokok


pinjaman, karena si peminjam tidak mampu
mengembalikan dana pinjaman pada waktu yang
telah ditetapkan
 Memberi pinjaman adalah transaksi kebajikan
(tabarru’) sedangkan meminta kompensasi adalah
transaksi bissnis (tijarah)
Riba dalam Praktek Perbankan

 Riba Fadl terjadi dalam transaksi jual beli


valuta asing yang tidak dilakukan secara
tunai (spot)
 Riba Nasiah terjadi dalam transaksi
pembayaran bunga kredit dan pembayaran
bunga simpanan (giro, tabungan dan
deposito)
 Riba Jahiliyah terjadi dalam transaksi kartu
kredit yang tagihannya tidak dibayar penuh.
IKHTISAR RIBA
JENIS RIBA SEBAB MENGHILANGKAN SEBAB

FADL Gharar Kedua belah harus memastikan


faktor-faktor berikut: kuantitas,
kualitas, harga, dan waktu serah
NASI’AH Return tanpa resiko Kedua belah pihak membuat
Pendapatan tanpa biaya kontrak yang merinci hak dan
kewajiban untuk menjadi tidak
terjadinya 2 sebab tersebut
JAHILIYAH Kullu qardin jarra manfa’ah Jangan mengambil manfaat apapun
fahuwa riba dari akad tabarru
3. TIDAK SAH/LENGKAP AKAD

 Suatu transaksi disebut tidak sah/tidak lengkap


akadnya, bila terjadi salah satu (lebih) faktor-faktor
berikut ini:
◼ Rukun dan Syarat tidak terpenuhi
◼ Terjadi Ta’alluq
◼ Terjadi ‘two in one’
 Rukun adalah sesuatu yang wajib ada dalam suatu
transaksi (necessary conditions)
 Syarat adalah sesuatu yang keberadaannya
melengkapi rukun (sufficient conditions)
RUKUN & SYARAT
(dalam muamalah iqtishadiyah)
 Komponen
◼ PELAKU (tergantung transaksi)
◼ OBJEK (barang atau jasa yang diakadkan)

◼ IJAB-KABUL (kesepakatan)

 Akad dapat menjadi batal, jika:


◼ Terdapat kesalahan
◼ Adanya paksaan

◼ Adanya penipuan
SYARAT (dalam transaksi bisnis)

 Syarat merupakan sesuatu yang menunjukkan


standar kualifikasi minimal dari suatu rukun
 Syarat bukan rukun, jadi tidak bisa
dicampuradukkan. Syarat tidak boleh:
◼ Menghalalkan yang haram
◼ Mengharamkan yang halal
◼ Menggugurkan rukun
◼ Bertentangan dengan rukun
◼ Mencegah berlakunya rukun
TA’ALLUQ

 Ta’alluq terjadi jika kita dihadapkan pada 2 akad yang


saling dikaitkan, dimana berlakunya akad 1 tergantung
pada akad 2, disebut juga Bai’ al ‘Inah.
 Misalnya: A menjual barang X seharga Rp 120 juta secara
cicilan kepada B, dengan syarat B harus menjual kembali
barang X kepada A secara tunai seharga Rp 100 juta
 Dalam kasus ini disyaratkan bahwa akad 1 berlaku efektif
bila akad ke 2 dilakukan.
 Tansaksi ini haram karena syarat mencegah terpenuhinya
rukun
TWO IN ONE
(Al-'uqud al-murakkabah/ akad rangkap/ multiakad)

 Kondisi dimana suatu transaksi diwadahi oleh dua


akad sekaligus, sehingga terjadi ketidakpastian
mengenai akad mana yang berlaku atau harus
digunakan, disebut dalam ilmu fiqh sebagai shafqatain
fi al shafqah
 Two in One terjadi jika semua dari ketiga faktor
dibawah ini terpenuhi:
◼ Objek sama
◼ Pelaku sama
◼ Jangka waktu sama

ِ ‫ص ْفقَ ٍة َو‬
» ‫اح َد ٍة‬ َ ‫ص ْفقَت َ ْي ِن فِي‬
َ ‫ع َْن‬r ‫َّللا‬ ُ ‫« نَ َهى َر‬
ِ ‫سو ُل ه‬
Rasulullah saw melarang dua transaksi dalam satu 
akad (HR. Ahmad, al-Bazar dan ath-Thabrani)
SEKIAN

TERIMA KASIH
RUJUKAN
 Karim, A. (2003). Bank Islam: analisis fiqih dan keuangan.
International Institute of Islamic Thought.
 Ridwan, M. (2019). Nilai Filosofi Halal Dalam Ekonomi
Syariah. PROFIT: Jurnal Kajian Ekonomi dan Perbankan
Syariah, 3(1), 14-29.
 Rofik, E. N. (2020). Transaksi Yang Diharamkan Dalam
Islam. Ngabari: Jurnal Studi Islam dan Sosial, 13(1), 40-53.
 Suma, M.A., (2008) Ekonomi & Keuangan ISLAM : Menggali
akar, Mengurai serat. Kholam Publishing.
 https://lkmsukhuwah.com/a?article=IDENTIFIKASI%20TRANSA
KSI%20YANG%20DILARANG

Anda mungkin juga menyukai