Anda di halaman 1dari 41

Dari Abu Hurairah bahwa Nabi saw

‫ي‬
‫ْي ُْ ي ي ي‬
bersabda:
‫ي‬ ُ ‫يي ٌ ي‬ ْ ‫ي‬ ‫ي‬ َّ ‫ي‬ ‫ي‬
‫اس زمان ال ييب ِاِل المرء بِما أخذ‬ َّ
ِ‫َلأ ِتَي لَع انل ي‬ ‫ي‬
‫ي‬ ‫ي‬ ْ ْ ‫ي‬ ‫ي‬ ْ ‫ي‬ ‫ي‬ ْ
‫ أ ِمن حال ٍل أم ِمن حر ٍام‬، ‫المال‬
Akan datang suatu zaman di mana
manusia tidak lagi peduli dari mana
mereka mendapatkan harta, apakah
dari usaha yang halal
atau yang haram (HR. al-Bukhari)
ْ‫ ي ي‬bin‫ ي‬Khattab
َّ ra berkata:
ِّ ‫يال يي َّتج ْر ِف ُسو ِقنيا إال يم ْن ف ِق يه أكل‬
Umar
‫الرباي‬
ِ ِ
Janganlah seseorang berdagang di pasar
kami sampai dia paham betul mengenai
seluk beluk riba (Mughnil Muhtaj, 6/310)

‫ي‬ ْ ُ Ali bin


‫ي‬ ْ ُ Abi Thalib berkata:
‫الر يبا ث َّم ارت يط يم ث َّم ارت يطمي‬ ‫ي‬ ْ ‫ي‬ ‫ي‬ ْ ‫ي‬ ‫يم ْن َّ ي‬
ِّ ‫اَّت ير يقبْ يل أن يتفقه ارت يط يم ِف‬
َّ ‫ي‬ ‫ي‬
ِ
“Barangsiapa yang berdagang namun belum
memahami ilmu agama, maka dia pasti akan
terjerumus dalam riba, kemudian dia akan
terjerumus ke dalamnya dan terus menerus
terjerumus (Al Amru bil Ma’ruf wan Nahyu ‘anil Mungkar, hal. 15)
HUKUM ASAL

IBADAH MUAMALAH

ْ
ْ‫اتلحريم‬ ‫ي‬ ُ ‫ي‬
َّ ‫األ ْصل ِف العبياد ِة‬ ُ‫ي ي‬ ‫ي‬ ‫ي‬ ُ ُ ْ ‫ي‬
ِ ِ ِ ِ َّ ‫اإلباحة‬ ِْ ‫األصل ي َّ ِِف المع ُامل ِةي ي‬
‫ي‬ ‫ي‬ ‫َّ ي ي َّ ْ ُ ي ي‬ ْ ‫ي‬ ْ َّ ‫ي‬ َّ
‫ِإال ما دل ادل َِلل لَع ِإباح ِت ِه‬ ‫ِإال ما دل ادل َِلل لَع َت ِري ِم ِه‬

Hukum asal dalam Hukum asal dalam


ibadah adalah HARAM muamalah adalah
kecuali yang ada dalil BOLEH kecuali ada
yang MEMBOLEHKAN dalil yang MELARANG
PRINSIP-PRINSIP
MUAMALAH DALAM ISLAM

• Saling ridha
• Objeknya halal (tidak haram)
• Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar
dan satuan pengukur nilai, bukan sebagai
komoditas
• Tidak mengandung riba
• Tidak mengandung kezaliman
• Tidak mengandung maisir (judi)
• Tidak mengandung gharar (ketidakjelasan,
manipulasi)
TRANSAKSI DALAM BISNIS SYARIAH
Cara Cara
Halal Haram

Obyek A B
Halal
Transaksi Transaksi
Halal Haram

C D
Obyek Transaksi Transaksi
Haram
Haram Haram
AKAD/TRANSAKSI
Teori Percampuran

TRANSAKSI SOSIAL TRANSAKSI KOMERSIAL


AKAD TABARRU’ AKAD TIJARAH

MEMILIKI KEPASTIAN TIDAK MEMILIKI


QARDH KEUNTUNGAN TIDAK MEMILIKI
KEPASTIAN KEUNTUNGAN
(NaturalKEPASTIAN
Uncertainty Contracts)
RAHN (Natural Certainty Contracts)

HIWALAH KEUNTUNGAN
WAKALAH MURABAHAH MUSYARAKAH
WADIAH IJARAH MUDHARABAH
KAFALAH SALAM MUZARA’AH
WAKAF ISTISHNA’ MUSAQAH
MUKHABARAH

Teori Pertukaran
MARGIN BAGI HASIL
QARDH
• meminjamkan tanpa
mengharap imbalan
• Rukun :
1. Yang meminjamkan
(muqridh )
2. Peminjam (muqtaridh)
(peminjam)
3. Uang/barang yang
dipinjamkan
4. Ijab qabul
RAHN
 Menahan harta milik si
peminjam sebagai
jaminan atas pinjaman
yang diterimanya.
 Rukun :
1. Pihak yang
menggadaikan (raahin);
2. Pihak yang menerima
gadai (murtahin);
3. Obyek yang digadaikan
(marhun);
4. Hutang (marhun bih);
5. Ijab qabul (sighat).
HAWALAH/HIWALAH
 Pengalihan utang dari orang
yang berhutang kepada orang
lain yang wajib
menanggungnya.
 Rukun :
1. Pihak yang berutang (muhil)
2. Pihak yang berpiutang
(muhal)
3. Pihak yang berutang dan
berkewajiban membayar
utang kepada muhal (muhal
alaih)
4. Utang muhil kepada muhal
(muhal bih)
5. Utang muhal alaih kepada
muhil
6. Ijab qabul (sighat)
WAKALAH
 Penyerahan, pendelegasian atau pemberian
mandat.
 Transaksi wakalah ini dapat dijumpai pada
perbankan, seperti transaksi penagihan,
pembayaran, agency, administrasi dan lain-lain.
 Rukun :
1. Pemberi kuasa
(muwakkil)
2. Penerima kuasa
(wakil)
3. Obyek yang
dikuasakan (taukil)
4. Ijab qabul (sighat)
WADI’AH
• Titipan dari satu pihak ke pihak yang harus dijaga dan
dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki.
• Jenis wadi’ah: wadi’ah yad amanah (pihak yang dititipi tidak dapat
memanfaatkan dana titipannya) & wadi’ah yad dhamanah (pihak
yang dititipi dapat memanfaatkan dana titipannya)

• Rukun:
1. Barang/uang yang
disimpan/dititipkan
(wadi’ah)
2. Pemilik yang
menitipkan
(muwaddi’)
3. Pihak yang dititipi
(mustawda’)
4. Ijab qabul (sighat).
KAFALAH
• jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak
ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau
yang ditanggung.
• Contoh di perbankan syariah: personal guarantee,
jaminan pembayaran utang, performance bonds
(jaminan prestasi).
• Rukun :
1. Pihak penjamin
(kaafil)
2. Pihak yang dijamin
(makful)
3. Obyek penjaminan
(makful alaih)
4. Ijab qabul (sighat).
MURABAHAH
• Jual beli dimana harga jualnya terdiri dari harga pokok
barang yang dijual ditambah dengan sejumlah keuntungan
(ribh/margin) yang disepakati oleh kedua belah pihak
(pembeli dan penjual).
• Penyerahan barang pada saat transaksi
• Pembayaran bisa tunai, tangguh atau cicilan.
• Rukun:
1. Penjual (baai’)
2. Pembeli (musytari)
3. Barang/obyek (mabi)
4. Harga (tsaman)
5. ijab qabul (sighat)
IJARAH (SEWA MENYEWA)
• Akad pemindahan hak guna atau manfaat atas barang atau
jasa melalui upah sewa tanpa diikuti pemindahan hak
kepemilikan atas barang itu sendiri.
• Ijarah Muntahiyah Bittamliik (IMBT): transaksi ijarah yang
diikuti dengan proses perpindahan hak kepemilikan atas
barang itu sendiri
• Proses perpindahan kepemilikan obyek IMBT: Hibah, Janji
untuk menjual
• Rukun Ijarah
1. penyewa (musta’jir)
2. pemberi sewa (musta’jir)
3. obyek sewa (ma’jur)
4. harga sewa (ujrah)
5. manfaat sewa (manfaah)
6. ijab qabul (sighat).
SALAM
Menjual suatu barang yang penyerahannya ditunda,
atau menjual suatu barang yang ciri-cirinya jelas
dengan pembayaran modal lebih awal, sedangkan
barangnya diserahkan kemudian

ISTISHNA’
Jual beli yang penyerahannya dilakukan kemudian, tetapi
penyerahan uangnya/ pembayarannya dapat dilakukan
secara cicilan atau ditangguhkan.
MUSYARAKAH
• Akad kerjasama antara dua belah pihak dimana
kedua-duanya menyertakan modal dimana
keuntungannya dan kerugiaan dibagi sesuai
dengan kesepakatan bersama
• Rukun Musyarakah:
1. Pihak yang bersyirkah
2. Porsi kerjasama
3. Proyek/usaha
(masyru’)
4. Ijab qabul (sighat);
5. Nisbah bagi hasil.
MUDHARABAH
• Akad kerjasama antara pemilik dana (shahibul
mal) dengan pengelola (mudharib) untuk
melakukan suatu usaha Bersama, dimana
keuntungannya dan kerugiaan dibagi sesuai
dengan kesepakatan Bersama
• Jenis Mudharabah: mutlaqah & muqayyadah
70% 30%
Keuntungan (laba)
Profesionalis
Dana / Modal
me

Shahibul Mal Kemitraan usaha Mudharib


(Pemilik Modal Rerugian (Pengelola)

100% 0%
MUSAQAH
• Kerjasama antara pihak-pihak dalam
pemeliharaan tanaman dengan
pembagian hasil antara pemilik dengan
pemelihara tanaman dengan nisbah
yang disepakati oleh pihak-pihak terkait.
• Rukun:
1. Pihak Pemasok Tanaman
2. Pemelihara Tanaman
3. Tanaman yang dipelihara
4. Akad
MUZARA’AH & MUKHABARAH
• Kerjasama antara pemilik lahan dengan
penggarap untuk memanfaatkan lahan.
• Persamaannya: Pemilik tanah menyerahkan
tanahnya kepada orang lain untuk dikelola
• Perbedaannya: Dalam muzara’ah modal
dikeluarkan dari pemilik tanah, sedangkan dalam
Mukhabarah modal berasal dari
pengelola/penggarap.
• Rukun:
1. Pemilik lahan
2. Penggarap
3. Lahan yang digarap
4. Akad
MUAMALAH KONTEMPORER

Transaksi bisnis kontemporer yang belum


❶ pada masa klasik: saham, MLM, reksadana,
obligasi

Transaksi yang bisnis berubah karena

❷ perubahan kondisi, kebiasaan dan situasi:


transaksi SMS, transaksi e-business

Transaksi bisnis kontemporer dengan


❸ memakai nama baru walaupun substansinya
ada pada zaman klasik: bunga bank (riba)
Badan Usaha Milik Negara yang ditugaskan khusus oleh
pemerintah untuk menyelenggarakan jaminan pemeliharaan
kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia, terutama untuk
Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun PNS dan TNI/POLRI,
Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dan Badan
Usaha lainnya ataupun rakyat biasa
(Peraturan BPJS No.1/ 2014, Pasal 1)

Ketidakjelasan akad (gharar)
apakah ta’awuni (tolong menolong), saling sharing
atau untuk meminta imbalan service

Solusinya: untuk akad digunakan akad tabarru


(kebajikan) yang diberikan oleh peserta secara
sukarela sebagai bentuk tolong menolong (ta’awun)
dengan peserta lain jika terjadi musibah tanpa
mengharapkan harta yang diberikan tersebut. Akad
semcam ini dibolehkan (Fatwa MUI, No: 21/DSN-
MUI/X/2001).
‫ي‬ ْ ُ ْ ‫ي ي ي ي ُ ي ي ْ ِّ ي َّ ْ ي ٰ ي ي ي ي ي ُ ي ي ْ ْ ي‬
ِ ‫وتعاونوا لَع ال ِِب واتلقوى وال تعاونوا لَع‬
ِ ‫اإلث ِم والعْو‬
‫ان‬
Dan tolong-menolonglah kalian dalam kebaikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat
dosa dan pelanggaran (QS. al-Maidah [5]:2)

Dari Abu Musa Al-Asy’ari bahwa Rasulullah Saw


bersabda: Sesungguhnya keluarga al-Asy’ariyun jika
mereka kehabisan bekal di dalam peperangan atau
menipisnya makanan keluarga mereka di Madinah,
maka mereka mengumpulkan apa yang mereka
miliki di dalam satu kain, kemudian mereka bagi
rata di antara mereka dalam satu bejana, maka
mereka itu bagian dariku dan aku adalah bagian dari
mereka (HR Bukhari dan Muslim)
Karena itu, peserta BPJS (asuransi syariah)
tidak boleh mengharapkan harta yang
sudah diberikan kembali jika dia tidak
mengalami sakit, karena ini bertentangan
dengan prinsip tabarru (dana kebajikan)
sebagaimana seseorang yang sudah
menghibahkan/ mensedekahkan harta tidak
boleh menarik kembali hartanya.
Karena itu, peserta BPJS (asuransi syariah)
tidak boleh mengharapkan harta yang sudah
diberikan kembali jika dia tidak mengalami
sakit, karena ini bertentangan dengan prinsip
tabarru (dana kebajikan) sebagaimana
seseorang yang sudah menghibahkan/
mensedekahkan harta tidak boleh menarik
kembali hartanya.

Dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah Saw bersabda:


Orang yang mengambil kembali pemberian (yang
telah diberikan kepada orang lain) seperti anjing yang
menjilat muntahannya (HR Bukhari & Muslim)

Dana yang terkumpul dari masyarakat
dikembangkan oleh BPJS, baik dalam bentuk
investasi maupun simpanan masih dilakukan di
bank-bank Konvensional, yang secara tidak langsung
juga mengambil keuntungan (UU BPJS/No.24
Th.2011, Pasal 11 dan UU SJSN/No. 40 th 2004,
Pasal 1 ayat 7 serta Peraturan BPJS No.1/ 2014,
Pasal 33. UU 24/2014, bahwa jaminan sosial harus
disimpan dalam bank pemerintah yang ditunjuk

Solusinya: dikelola oleh bank syariah milik negara


dan investasinya harus ke saham-saham syariah
yang terdaftar dalam DES (Daftar Efek Syariah

Denda dan pemanfaatannya
Peserta yang menunggak atau terlambat
dalam membayar premi didenda (Peraturan
BPJS No.1/ 2014, Pasal 35, ayat 4 dan 5)

Dalam hukum Islam, seseorang yang berutang dan


terlambat dalam pembayarannya, tidak boleh dibebani
dengan membayar denda, kecuali jika dia mampu dan
tidak ada i’tikad baik untuk membayar, maka menurut
sebagian ulama boleh dikenakan denda yang
diperuntukkan sebagai dana sosial dan sama sekali
tidak boleh diambil manfaatnya oleh yang mengutangi
(Fatwa MUI, DSN No: 17/DSN-MUI/IX/2000).
1. Pihak yang bertransaksi dalam aplikasi top up
(seperti Go Pay, Grab Pay, dll) adalah customer dan
perusahaan jasa transportasi online (GoJek, Grab,
Uber, dll).
2. Customer tidak memiliki rekening Bank. Ia hanya
memiliki ‘rekening’ di aplikasi perusahaan jasa
transportasi online (mirip dengan deposit di e-
money).
3. Customer bertransaksi langsung dengan
perusahaan jasa transportasi online dengan
mendeposit sejumlang dana tertentu di top up untuk
pembayaran atas jasa perusahaan jasa transportasi
online yang akan dimanfaatkannya.
4. Perusahaan jasa transportasi online memberikan
discount tertentu kepada customer sebagai
pengguna top up
1. Substansinya bukan utang/pinjaman, tetapi jual
beli jasa untuk manfaat yang akan diserah
terimakan dengan discount tertentu bagi
pengguna. Deposit itu sebagai upah yang
dibayarkan di muka. Juga customer tidak
bermuamalah dengan bank tetapi dengan pihak
gojek layaknya e-money.
2. Skema akadnya: Ijarah Maushufah Fi al-
Dzimmah (IMFD): ujrah (fee) dibayar di muka,
manfaat dibayar kemudian.
3. Karena akadnya IMFD, menjadi hak pihak yang
menyewakan jasa (muajjir / gojek) untuk
memberikan discount sebagai athaya dan
pemberian yang dibolehkan oleh syara.
“Akad al-Ijarah al-Maushufah fi al-Dzimmah boleh dilakukan
dengan syarat kriteria barang sewa dapat terukur meskipun
obyek tersebut belum menjadi milik pemberi sewa (pada
saat ijab-qabul dilakukan); waktu penyerahan barang sewa
disepakati pada saat akad, barang sewa tersebut harus
diyakini dapat menjadi milik pemberi sewa baik dengan
cara memperolehnya dari pihak lain maupun membuatnya
sendiri; tidak disyaratkan pembayaran ujrah didahulukan
(dilakukan pada saat akad) selama ijab-qabul yang
dilakukan tidak menggunakan kata salam atau salaf;
apabila barang sewa diterima penyewa tidak sesuai dengan
kriteria yang disepakati, pihak penyewa berhak menolak
dan meminta gantinya yang sesuai dengan kriteria yang
disepakati pada saat akad.“

standar Internasional AAOIFI (Accounting and Auditing


Organization for Islamic Financial Institutions)
Marketplace
Jual Beli Produk melalui Marketplace

akad Ijarah (jual manfaat), pihak


marketplace menyewakan jasa Marketplace:
Penjual
lapak sebagai marketing produk penjual jasa
pemilik barang
kepada pembeli. Maka atas jasa marketing yang
yang menjual
memasarkannya itu pemlik memasarkan
barangnya
marketplace mendapatkan fee produk-produk
melalui lapak
kepada pasar
(marketplace)

Jual Beli tidak tunai (ba’i al-muajjal), barang yang Jika harga jualnya baru bisa
dijual itu diserahkan secara tunai, sedangkan diterima setelah produk diterima
harga diterima oleh penjual setelah barang oleh pembeli itu disepakati,
diterima oleh pembeli. ketentuan ini menjadi sah dan
Penjual berhak mendapatkan harus ditepati dalam transaksi
margin atas produk yang jual beli.
dijualnya sesuai kesepakatan Pembeli ‫املسلمون لَع رشوطهم إال رشطا حرم حالال‬
‫او أحل حراما‬
• Jika ada ketentuan bahwa saldo penjual ditahan
oleh pemilik lapak sehingga barang diterima oleh
pembeli dengan tujuan agar hak pembeli, untuk
mendapatkan barang, bisa terpenuhi sehingga
tidak terjadi biaya sudah diterima oleh penjual,
tetapi barang belum diterima. Jika ketentuan ini
disepakati, jual beli menjadi sah.
• Jika pihak yang menyewakan jasa itu
memberikan discount itu diperkenankan selama
atas ridha pihak penjual (at tanazul an al haq).
• Jika terjadi pengendapan dan pembungaan saldo
rekening oleh pembuka lapak maka itu
penyimpangan yang dilakukan marketplace
tanpa seizin penjual barang
Transaksi E-Money
Uang elektronik (e-money) adalah alat pembayaran yang
memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
1. Diterbitkan atas dasar jumlah nominal uang yang
disetor terlebih dahulu kepada penerbit.
2. Jumlah nominal uang disimpan secara elektronik
dalam suatu media server (chip).
3. Jumlah nominal uang elektronik yang dikelola oleh
penerbit bukan merupakan simpanan sebagaimana
dimaksud dalam undang-undang yang mengatur
mengenai perbankan.
4. Digunakan sebagai alat pembayaran kepada
pedagang yang bukan merupakan penerbit uang
elektronik tersebut.
Transaksi E-Money
Problem e-money saat ini secara hukum Islam:
1. Kontrak yang terjadi antara pihak-pihak e-money
(penerbit, pemilik kartu e-money, bank mitra, mitra)
tidak jelas (gharar) dan tidak mengikuti skema
transaksi syariah sehingga hak dan kewajiban
para pihak tidak bisa diketahui.
2. Bunga atas penempatan dana di bank
konvensional sebagai mitra penerbit e money
3. Hak pemegang kartu hilang ketika kartu yang
dimilikinya hilang, padahal dana yang tersimpan
adalah milik pemegang e-money sesuai akad
qardh atau wadi’ah yang berlaku antara keduanya
Transaksi E-Money
Secara hukum Islam, penggunaan e-money
model saat ini tidak boleh, kecuali dalam
kondisi darurat:
1. Diwajibkan oleh peraturan perundang-
undangan yang mengharuskan
penggunaannya.
2. Tidak ada alternatif e-money syariah
3. Risiko finansial primer jika tidak
menggunakan e-money saat ini

Anda mungkin juga menyukai