Anda di halaman 1dari 16

Prinsip dan Praktik

Ekonomi Islam
Nadia Dwi Susanto (27) XI MIPA 4
Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam

01 Pengertian Mu’āmalah

Macam-Macam
02 Mu’āmalah

03 Syirkah

04 Perbankan

05 Asuransi
Syarī’ah
1. Pengertian Mu’āmalah

● Dalam KBBI, mu’āmalah artinya hal-hal yang termasuk urusan kemasyarakatan


(per- gaulan,perdata,dsb)
● Dalam fiqh Islam berarti tukar-menukar barang/sesuatu yang memberi
manfaat dengan cara yang ditempuhnya.

Dalam melakukan transaksi ekonomi, Islam melarang beberapa hal


diantaranya sebagai berikut:
1. Tidak boleh memepergunakan cara yang batil.
2. Tidak boleh melakukan kegiatan riba.
3. Tidak boleh dengan cara-cara zalim (aniaya).
4. Tidak boleh mempermainkan takaran, timbangan, kualitas dan
kehalalan.
5. Tidak boleh dengan cara-cara spekulasi/berjudi.
6. Tidak boleh melakukan transaksi jual-beli barang haram.
Jual-beli

2. Macam- Macam
Utang-Piutang
MU’ĀMALAH

Sewa-menyewa
A. JUAL-BELI

PENGERTIAN KHIYAR

Jual Beli adalah kesepakatan tukar-menukar benda untuk Khiyar adalah bebas memutuskan antara meneruskan
memiliki benda tersebut selamanya jual-beli atau membatalkannya. Islam memperbolehkan
melakukan khiyar karena jual-beli haruslah berdasarkan
suka sama suka, tanpa ada unsur paksaan sedikit pun.
SYARAT
• Penjual dan pembeli harus: Macam2 Khiyar
1. Balig
2. Berakal sehat • Khiyar Majelis, adalah selama penjual dan pembeli
3. Atas kehendak sendiri masih berada di tempat berlangsungnya transaksi
• Barang dan uangnya harus : tawar-menawar.
1. Halal dan suci • Khiyar Syarat, adalah khiyar yang dijadikan syarat
2. Bermanfaat dalam jual-beli.
3. Keadaan barang dapat diserahterimakan • Khiyar Aibi (cacat), adalah pembeli boleh
4. Keadaan barang diketahui oleh penjual
mengembalikan barang yang dibelinya jika terdapat
dan pembeli
cacat yang dapat mengurangi kualitas atau nilai
5. Milik sendiri
barang tersebut, namun hendaknya dilakukan
• Ijab Qobul
sesegera mungkin.
RIBA
Ribā adalah bunga uang atau nilai lebih atas penukaran barang. Semua orang yang terlibat dalam riba sekalipun
hanya sebagai saksi, terkena dosanya juga.
Guna menghindari riba, apabila mengadakan jual-beli barang sejenis seperti emas dengan emas atau perak
dengan perak ditetapkan syarat
• Sama timbangan ukurannya atau
• Dilakukan serah terima saat itu juga
• Tunai
Macam-macam Ribā :

1. Ribā Fadli 2. Ribā Qordi 3. Ribā Yādi 4. Ribā Nasī’ah

Ribā yādi adalah


Riba Qordi adalah jual-beli barang
Ribā Fadli adalah Ribā Nasī’ah
pinjam meminjam sejenis dan sama
pertukaran adalah akad jual-
dengan syarat timbangannya
barang sejenis beli dengan
harus memberi namun penjual
yang tidak sama penyerahan
kelebihan saat dan pembeli
timbangannya. barang beberapa
mengembalikanny berpisah sebelum
waktu kemudian.
a. melakukan serah
terima.
B. UTANG-PIUTANG

PENGERTIAN
Jika orang yang berutang tidak dapat melunasi tepat
Utang-piutang adalah menyerahkan pada waktunya karena kesulitan, Allah Swt. menganjurkan
harta dan benda kepada seseorang memberinya kelonggaran.
dengan catatan akan dikembalikan َ ‫ان ُذ ْو عُسْ َر ٍة َف َنظِ َرةٌ ا ِٰلى َم ْي َس َر ٍة ۗ َواَنْ َت‬
‫ص َّدقُ ْوا َخ ْي ٌر لَّ ُك ْم اِنْ ُك ْن ُت ْم‬ َ ‫َواِنْ َك‬
pada waktu kemudian. ‫َتعْ لَم ُْو َن‬
RUKUN Artinya: “Dan jika (orang berutang itu) dalam kesulitan,
maka berilah tenggang waktu sampai dia memperoleh
kelapangan. Dan jika kamu menyedekahkan, itu lebih baik
bagimu, jika kamu mengetahui..” (Q.S. al-Baqarah/2:280).
Rukun utang-piutang ada tiga, yaitu:
• Yang berpiutang dan yang berutang Apabila orang membayar utangnya dengan memberikan
• Ada harta atau barang kelebihan atas kemauannya tanpa perjanjian
• Lafadz kesepakatan. sebelumnya, kelebihan tersebut halal bagi yang
berpiutang, dan merupakan suatu kebaikan bagi yang
berutang.
C. SEWA MENYEWA
PENGERTIAN
Sewa-menyewa dalam fiqh Islam disebut ijārah, artinya imbalan yang harus
diterima oleh seseorang atas jasa yang diberikannya.

SYARAT DAN RUKUN


1. Yang menyewakan dan yang menyewa haruslah telah ballig dan berakal sehat.
2. Sewa-menyewa dilangsungkan atas kemauan masing-masing, bukan karena dipaksa.
3. Barang tersebut menjadi hak sepenuhnya orang yang menyewakan, atau walinya.
4. Ditentukan barangnya serta keadaan dan sifat-sifatnya.
5. Manfaat yang akan diambil dari barang tersebut harus diketahui secara jelas oleh kedua belah pihak.
6. Berapa lama memanfaatkan barang tersebut harus disebutkan dengan jelas.
7. Harga sewa dan cara pembayarannya juga harus ditentukan dengan jelas serta disepakati bersama.

Dalam kontrak tenaga kerja, sebelumnya harus disepakati hal-hal berikut:


1. Jenis pekerjaan dan jam kerjanya.
2. Berapa lama masa kerja.
3. Berapa gaji dan bagaimana sistem pembayarannya: harian, bulanan,
mingguan ataukah borongan?
4. Tunjangan-tunjangan seperti transpor, kesehatan, dan lain-lain, kalau ada
3. SYIRKAH
PENGERTIAN
Secara bahasa, kata syirkah (perseroan) berarti mencampurkan dua bagian atau lebih sehingga tidak dapat lagi
dibedakan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya. Menurut istilah, syirkah adalah suatu akad yang
dilakukan oleh dua pihak atau lebih yang bersepakat untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan memperoleh
keuntungan.
RUKUN
1. Dua belah pihak yang berakad (‘aqidani). Syarat orang yang melakukan
akad adalah harus memiliki kecakapan (ahliyah) melakukan tasarruf
(pengelolaan harta).
2. Objek akad yang disebut juga ma’qud ‘alaihi mencakup pekerjaan atau
modal. Adapun syarat pekerjaan atau benda yang dikelola dalam
syirkah harus halal dan diperbolehkan dalam agama dan
pengelolaannya dapat diwakilkan.
3. Akad atau yang disebut juga dengan istilah sigat. Adapun syarat sah
akad harus berupa tasarruf,
MACAM-MACAM SYIRKAHyaitu adanya aktivitas pengelolaan.

• Syirkah ‘Inān
• Syirkah ‘Abdān
• Syirkah Wujūh
• Syirkah Mufāwadah
• Syirkah Mudārabah
• Syirkah Musāqah, Muzāra’ah, Mukhābarah
Macam-macam Syirkah

2. Syirkah
1. Syirkah ‘Inān ‘Abdān 3. Syirkah Wujūh

syirkah antara dua syirkah antara dua syirkah antara dua


pihak atau lebih yang pihak atau lebih yang pihak yang sama-
masing-masing masing-masing hanya sama memberikan
memberi kontribusi memberikan kontribusi kerja (amal)
kerja (amal) dan kontribusi kerja dengan pihak ketiga
modal (mal) (amal), tanpa yang memberikan
kontribusi modal konstribusi modal
(amal). (mal)
Syirkah
Mufāwadah
Syirkah antara dua pihak atau lebih yang
menggabungkan semua jenis syirkah.

Syirkah
Mudābarah

Akad kerja sama usaha antara dua pihak. Pihak pertama menyediakan semua modal (sāhibul māl), dan pihak
lainnya menjadi pengelola atau pengusaha (mudarrib).

Mudārabah mutlaqah merupakan bentuk kerja sama antara pemilik modal dan pengelola
yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan
daerah bisnis.
Mudābarah Muqayyadah adalahusaha yang akan dijalankan dengan
dibatasi oleh jenis usaha, waktu, atau tempat usaha.

Musāqah, Muzāra’ah,
Mukhābarah

Musāqah adalah kerja sama antara pemilik kebun dan petani. Pemilik kebun menyerahkan kepada petani
agar dipelihara dan hasil panennya nanti akan dibagi dua menurut persentase yang ditentukan pada waktu
akad.
Muzāra’ah adalah kerja sama dalam bidang pertanian antara pemilik dllahan dan petani penggarap.
Dalam kerja sama ini benih tanaman berasal dari petani.
Mukhābarah ialah kerja sama dalam bidang pertanian antara pemilik lahan dan petani
penggarap. Dalam kerja sama ini, benih tanamannya berasal dari pemilik lahan.
Bank adalah sebuah lembaga keuangan yang bergerak
dalam menghimpun dana masyarakat dan disalurkan
kembali dengan menggunakan sistem bunga. Hakikat dan
tujuan bank ialah untuk membantu masyarakat yang
memerlukan. Bank membantu masyarakat dalam bentuk
penyimpanan maupun peminjam, baik berupa uang atau
barang berharga lainnya dengan imbalan bunga yang harus
dibayarkan oleh masyarakat sebagai pengguna jasa bank.

4. PERBANKAN
Bank
konvensional Bank Syarī’ah
ialah bank yang fungsi
utamanya menghimpun ialah bank yang
dana untuk disalurkan menjalankan
kepada yang memerlukan, operasinya menurut
baik perorangan maupun syariat Islam. Istilah
badan usaha. bunga yang ada pada
Penghimpunan dana bank konvensional
digunakan untuk tidak ada dalam bank
mengembangkan Islam.
usahanya dengan
menggunakan sistem
bunga
Bank Konvensional Bank Syarī’ah
BANK SYARĪ’AH

1. Mudārabah 5. Murābahah

yaitu kerja sama antara Bank Syarī-ah yaitu suatu istilah dalam fiqh Islam
pemilik modal dan pelaku menggunakan cara yang menggambarkan suatu jenis
usaha dengan perjanjian bagi yang bersih dari riba, penjualan di mana penjual sepakat
hasil dan sama-sama misalnya : dengan pembeli untuk
menanggung kerugian dengan menyediakan suatu produk, dengan
persentase sesuai perjanjian. ditambah jumlah keuntungan
tertentu di atas biaya produksi.
2. Musyārakah 3. Wadī’ah 4. Qardul hasān

yakni kerja sama antara pihak yakni jasa penitipan uang, yakni pembiayaan lunak
bank dan pengusaha di mana barang, deposito, maupun yang diberikan kepada
masing-masing pihak sama- surat berharga. Amanah nasabah yang baik dalam
sama memiliki saham. dari pihak nasabah tersebut keadaan darurat.
dipelihara dengan baik oleh
pihak bank.
E. Asuransi Syarī’ah
Asuransi berasal dari bahasa Belanda, assurantie yang artinya pertanggungan.
Dalam bahasa Arab dikenal dengan at-Ta’mīn yang berarti pertanggungan,
perlindungan, keamanan, ketenangan atau bebas dari perasaan takut. Si
penanggung (assuradeur) disebut mu’ammin dan tertanggung (geasrurrerde)
disebut musta’min.
Dalam Islam, asuransi merupakan bagian dari muāmalah. Dasar hukum asuransi
menurut fiqh Islam adalah boleh (jaiz) dengan suatu ketentuan produk asuransi
tersebut harus sesuai dengan ketentuan hukum Islam. Pada umumnya, para ulama
berpendapat asuransi yang berdasarkan syarī’ah dibolehkan dan asuransi
konvensional haram hukumnya.
Prinsip asuransi Syarī'ah tersebut berbeda dengan yang berlaku di sistem
asuransi konvensional, yang menggunakan prinsip transfer risiko. Perbedaan
yang lain, pada asuransi konvensional dikenal dana hangus, di mana peserta tidak
dapat melanjutkan pembayaran premi ketika ingin mengundurkan diri sebelum
masa jatuh tempo. Dalam konsep asuransi syarī’ah, mekanismenya tidak
mengenal dana hangus.
Untuk pengaturan asuransi di Indonesia dapat dipedomani Fatwa Dewan Syarī’ah
Nasional No. 21/DSN-MUI/:/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syarī’ah.
Sekian
Terimakas
ih

Anda mungkin juga menyukai