Anda di halaman 1dari 25

Kelompok 3

Azahra Citra Nandita


Desti Defitri Puspita
Ida Fadilah
Riska mandasari
Syafa Salsabillah
Syifa Feby Soraya
Prinsip dan praktik ekonomi
islam
A. Pengertian mu’amalah
Mu’amalah dalam kamus bahasa indonesia artinya hal-
hal yang termasuk urusan kemasyarakatan(pergaulan,
perdata, dsb). Dalam fiqih islam berarti tukar menukar
barang atau sesuatu yang memberi manfaat dengan cara
yang ditempuhnya, seperti jual beli, sewa menyewa,
upah mengupah, pinjam meminjam, urusan bercocok
tanam, berserikat dan usaha lainnya.
Islam melarang beberapa hal diantaranya
Tidak boleh mempergunakan cara-cara yang batil
Tidak boleh melakukan kegiatan riba
Tidak boleh dengan cara cara zalim(aniaya)
Tidak boleh mempermainkan takaran, timbangan,
kualitas dan kehalalan
Tidak boleh dengan cara-cara spekulasi/berjudi
Tidak boleh melakukan transaksi jual beli barang
haram
B. Macam-macam mu’amalah
1. jual beli
Menurut syariat agama ialah kesepakatan tukar
menukar benda untuk memiliki benda tersebut
selamanya. Sesuai firman allah swt. Berikut ini:
ْ ُ ‫ َوَأ َح َّل هَّللا‬...
...‫ل ِّربَا‬$$‫ ا‬$‫ َو َح َّر َم‬$‫لبَ ْي َع‬$$‫ا‬
artinya:“...dan allah swt. Telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba...”(Q.S Al-baqarah/2:275)
Syarat-syarat jual beli
1. Penjual dan pembelinya haruslah :
a) Balig
b) Berakal sehat
c) Atas kehendak sendiri
2. Uang dan barangnya haruslah ada :
d) Halal dan suci
e) Bermanfaat
‫ان لِ َربِّ ِه َكفُو ًرا‬
ُ َ‫ان ال َّش ْيط‬
َ ‫ين ۖ َو َك‬ ِ َ‫ان ال َّشي‬
ِ ‫اط‬ َ ‫بَ ِّذ ِر‬$‫ِإ َّن ْال ُم‬
َ ‫انُوا ِإ ْخ َو‬$‫ين َك‬

Artinya : “ sesungguhnya pemboros-pemboros itu


adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu
adalah sangat ingkar kepada Tuhannya “ (Q.S
Al-Isra/17:27)
c) Keadaan barang dapat diserah terimakan.
d) Keadaan barang diketahui oleh penjual dan
pembeli.
e) Milik sendiri
3. Ijab qobul
seperti pernyataan penjual, “saya jual barang ini
dengan harga sekian.” Pembeli menjawab,
“baiklah saya beli.” Dengan demikian, berarti jual-
beli itu berlangsung suka sama suka. Rasulullah
saw.bersabda, “sesungguhnya jual-beli itu hanya sah
jika suka sama suka. (HR. Ibnu Hibban)
b. Khiyar
Khiyar adalah bebas memutuskan antara meneruskan
jual-beli atau membatalkannya.
Macam-macam khiyar
a) Khiyar majelis, adalah selama penjual dan pembeli masih
berada ditempat berlangsungnya transaksi atau tawar
menawar.
b) Khiyar syarat, adalah khiyar yang dijadikan syarat dalam
jual-beli. Misalnya penjual mengatakan, “saya jual barang
ini dengan harga sekian dengan syarat khiyar 3 hari.”
c) Khiyar aibi (cacat), adalah pembeli boleh mengembalikan
barang yang dibelinya jika terdapat cacat yang dapat
mengurangi kualitas atau nilai barang tersebut,namun
hendaknya dilakukan sesegera mungkin.
c. Riba
adalah bunga uang atau nilai lebih atas penukaran
barang. Hal ini sering terjadi dalam penukaran bahan
makanan, perak, emas, dan pinjam-meminjam.Dalam
syariat Islam hukumnya haram.
Macam-macam riba
a) Riba fadli, adalah pertukaran barang sejenis yang
tidak sama timbangannya.
b) Riba qordi, adalah pinjam meminjam dengan syarat
harus memberi kelebihan saat mengembalikannya.
c) Riba yadi, adalah akad-jual barang sejenis dan sama
timbangannya, namun penjual dan pembeli berpisah
sebelum melakukan serah terima.
d) Riba nasi`ah, adalah akad jual-beli dengan
penyerahan barang beberapa waktu kemudian
2. Utang – piutang
adalah menyerahkan harta dan benda kepada
seseorang dengan catatan akan dikembalikan pada
waktu kemudian.
Rukun utang-piutang
1) Yang berpiutang dan yang berutang
2) Ada harta atau barang
3) Lafadz kesepakatan
3. Sewa-menyewa
Sewa-menyewa dalam fiqih islam disebut ijarah,
artinya imbalan yang harus diterima oleh seseorang
atas jasa yang diberikannya. Jasa disini berupa
penyediaan tenaga dan pikiran, tempat tinggal,atau
hewan
Syarat dan rukun sewa-menyewa
1) Penyewa dan yang menyewa telah ballig dan berakal
sehat
2) Sewa menyewa dilangsungkan atas kemauan
masing-masing,bukan karena dipaksa
3) Barang tersebut menjadi hak sepenuhnya orang yang
menyewakan,atau walinya
4) Ditentukan barangnya serta keadaan dan sifat-
sifatnya
5) Manfaat yang akan diambil dari barang harus
diketahui secara jelas oleh kedua belah pihak
6) Berapa lama memanfatkan barang tersebut harus
disebutkan dengan jelas
7) Harga sewa dan cara pembayarannya juga harus
ditentukan dengan jelas serta disepakati bersama
C. Syirkah
Secara bahasa, kata syirkah (perseroan)berarti
menyampurkan dua bagian atau lebih sehingga tidak
dapat lagi dibedakan antara bagian yang satu dengan
bagian yang lainnya. Menurut istilah,syirkah adalah
suatu akad yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih
yang bersepakat untuk melakukan sesuatu usaha
dengan tujuan memperoleh keuntungan.
Rukun dan syarat syirkah
2 belah pihak yang berakad (‘aqidani).
Objek akad yang disebut juga ma’qud ‘alaihi mencakup
pekerjaan atau modal.
Akad atau yang disebut juga dengan istilah sigat.
Macam-macam syirkah
 Syirkah ‘inan syirkah antara 2 pihak/lebih yang
masing-masing memberi kontribusi kerja (amal) dan
modal (mal). Syirkah ini hukumnya boleh berdasarkan
dalil sunah dan ijma’ sahabat.
 Syirkah ‘abdan syirkah antara 2 pihak/lebih
yang hanya memberi kontribusi kerja (amal) tanpa
kontribusi modal (amal). Syirkah ini juga disebut
syirkah ‘amal.
 Syirkah wujuh kerja sama karena didasarkan
pada kedudukan, ketokohan, / keahlian (wujuh)
seseorang ditengah masyarakat. syirkah wujuh adalah
syirkah antara 2 pihak yang sama-sama memberikan
kontribusi kerja (amal) dengan pihak ketiga yang
memberikan kontribusi modal (mal).
 Syirkah mufawadah syirkah antara 2 pihak
/lebih yang menggabungkan semua jenis syirkah.
 Mudarabah akad kerja sama usaha antara 2
pihak. Pihak pertama menyediakan semua modal
(sahibul mal), dan pihak lainnya menjadi pengelola /
pengusaha (mudarrib). Mudarabah sendiri bigai
menjadi 2 yaitu, mudarabah mutlaqah : bentuk
kerjasama antara pemilik modal dan pengelola yang
cangkupannya cukup luas dan tidak dibatasi oleh
spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis.
Mudarabah muqayyadah : usaha yang akan dijalankan
dengan dibatasi oleh jenis usaha, waktu, dan tempat
usaha.
 Musaqah, muzara, dan mukhabarah
a) Musaqah kerjasama antara pemilik kebun dan
petani. Konsep musaqah adalah konsep kerjasama
yang saling menguntungkan antara kedua belah
pihak (simbiosis mutualisme).
b) Muzara’ah dan mukhabarah bentuk
kerjasama pengolahan pertanian antara pemilik
lahan dan penggarap yang sudah dikenal sejak masa
Rasulullah saw. Muzara adalah kerjasama dalam
bidang pertanian antara pemilik lahan dan petani
penggarap.
D. Perbankan
Bank adalah sebuah lembaga keuangan yang bergerak
dalam menghimpun dana masyarakat dan disalurkan
kembali dengan menggunakan sistem bunga. Hakikat
dan tujuannya ialah untuk membantu masyarakat yang
memerlukan. Bank dilihat dari segi penerapan
bunganya, dapat dikelompokan menjadi 2, yaitu :
Bank konvensional bank yang fungsi utamanya
menghimpun dana untuk disalurkan kepda yang
memerlukan, baik perorangan maupun badan usaha.
Pemghimpun dana digunakan untuk mengembangkan
usahanya dengan menggunakan sistem bunga.
Bank islam atau bank syari’ah bank yang
menjalankan operasinya menurut syariat islam. Bank
syariah menggunakan beberapa cara yang bersih dari
riba, sebagai berikut :
1) Mudarabah, yaitu kerja sama antara pemilik modal dan
pelaku usaha dengan perjanjian bagi hasil dan sama-
sama menaggung kerugian dengan presentase sesuai
perjanjian.
2) Musyarakah, yakni kerja sama antara pihak bank dan
pengusaha dimana masing-masing pihak sama-sama
memiliki saham.
3) Wadi’ah, yakni jasa penitipan uang, barang, deposito,
maupun surat berharga.
4) Qardul hasan, yakni pembiayaan lunak yang diberikan
kepada nasabah yang baik dalam keadaan darurat.
5) Murabahah, yakni suatu istilah dalam fiqih islam yang
menggambarkan suatu jenis penjualan dimana penjual
sepakat dengan pembeli untuk meyediakan suatu
produk , dengan ditambah jumlah keuntungan tertentu
diatas biaya produksi.
E. Asuransi syari’ah
1. Prinsip-prinsip asuransi syari’ah
Asuransi berasal dari bahasa Belanda, assurantie
yang artinya pertanggungan. Dalam bahasa arab
dikenal dengan at-Ta’min yang berarti
pertanggungan, perlindungan, keamanan,
ketenangan / bebas dari perasaan takut. Si
penanggung (assuradeur) disebut mu’ammin dan
tertanggung (geasrurrerde) disebut musta’min.
Dasar hukum asuransi menurut fiqih islam adalah boleh
(jaiz) dengan suatu ketentuan produk asuransi tersebut
harus sesuai dengan ketentuan hukum islam. Dalam
ajaran islam, musibah bukanlah permasalahan
individual, melainkan masalah kelompok walaupun
musbah ini hanya menimpa individu tertentu. Apalagi
jika musibah itu mengenai masyarakat luas seperti
gempa bumi/ banjir. Berdasarkan ajaran inilah, tujuan
asuransi sangat sesuai dengan semangat ajaran tersebut.
Allah Swt. menegaskan ini dalam beberapa ayat,
diantaranya berikut ini :
Surat al-maidah ayat 2

ِ ‫ا َونُوا َعلَى ْالبِرِّ َوالتَّ ْق َو ٰى ۖ َواَل تَ َعا َونُوا َعلَى اِإْل ْث ِم َو ْال ُع ْد َو‬$‫ ۚ َوتَ َع‬...
‫ان‬
... َ ‫ُوا هَّللا‬$‫تَّق‬$‫ۖ َوا‬
Artinya:”...dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran dosa.
Dan bertaqwalah kamu kepada Allah Swt...” (Q.S al-
maidah/5:2)
2. Perbedaan asuransi syari’ah dan asuransi
konvensional
Prinsip asuransi syari’ah tersebut berbeda dengan yang
berlaku disistem asuransi konvensonal, yang
menggunakan prinsip transfer resiko. Perbedaan lain,
pada asuransi konvensional dikenal dana hangus,
dimana peserta tidak dapat melanjutkan pembayaran
premi ketika ingin menundurkan diri sebelum masa
jatuh tempo. Dalam asuransi syari’ah tidak mengenal
dana hangus. Syariah merupakan sebuah prinsip yang
bersifat universal sehingga semua pemeluk agama dapat
menggunakannya.
JAZAKILLAH KHOIRAN
KATSIRO


Anda mungkin juga menyukai