Anda di halaman 1dari 25

OVERVIEW TRANSAKSI SYARIAH PADA LKS (LEMBAGA

KEUANGAN SYARIAH)
Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : AKUNTANSI KEUANGAN SYARIAH
Dosen Pengampu: Surepno, SE, M.Si, Ak, CA

DISUSUN OLEH

Kelompok 2

1. Rose Anisha Pratiwi (2020610036)


2. Izza Qoni’atul Labibah (2020610054)
3. Shafa Byan Ailani (2020610064)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI KUDUS


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PRODI AKUNTANSI SYARIAH
2022/2023

1
PEMBAHASAN

A. Akad Dalam Transaksi Keuangan Syariah


1. Wadi’ah
Kata wadi’ah berasal dari wada asy syai-a yaitu meninggalkan
sesuatu. Dalam Bahasa fiqh dikenal dengan al-wadi’ah atau disebut barang
titipan. Dari segi bahasa, wadi’ah adalah menerima. Al-wadi’ah dalam segi
bahasa dapat diartikan sebagai meninggalkan atau meletakkan, sesuatu
pada orang lain untuk dipelihara atau dijaga. Demikian istilah wadiah
adalah akad antara pemilik barang (mudi’) dan penerima titipan (wadi’)
untuk menjaga harta atau modal dari kerusakan atau kerugian dan untuk
keamanan harta.
Wadi’ah sendiri terdiri atas dua macam, yaitu Wadi’ah Yad Amanah
dan Wadi’ah Yad Dhammanah. Berikut penjelasan mengenai macam-
macam akad wadi’ah :
a. Wadi’ah Yad Amanah
Secara umum wadi’ah adalah titipan murni dari pihak penitip
(muwaddi’) yang memiliki barang atau asset kepeda pihak penyimpan
(mustawadda’) yang diberi amanah atau kepercayaan, baik individu
maupun badan hukum, tempat barang yang dititipkan harus dijaga dari
kerusakan, kerugian, keamanan, dan keutuhannya, kemudian
dikembalikan kapan saja penyimpan menghendaki.
Dengan konsep wadi’ah yad amanah, pihak yang menerima
titipan tidak boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang
yang dititipkan. Pihak penerima titipan dapat membebankan biaya
kepada penitip sebagai biaya penitip.
b. Wadi’ah Yad Dhammanah
Dari prinsip yad amanah “tangan amanah” lalu berkembang yad
dhammahah “tangan penanggung” berate bahwa pihak penyimpan
tanggung jawab atas segala kerusakan atau kehilangan yang terjadi
pada barang atau asset titipan. Hal ini berarti bahwa pihak penyimpan

2
adalah yang sekaligus guarantor “penjamin” keamanan barang atau
asset yang dititipkan.1

2. Mudharabah
Mudharabah merupakan akad yang telah dikenal oleh umat muslim
sejak zaman nabi, bahkan dipraktikkan oleh bangsa Arab sebelum
turunnya islam. Dalam istilah fiqh, Mudharabah adalah akad perjanjian
(kerja sama usaha) antara dua belah pihak, yang salah satu dari keduanya
memberi modal kepada yang lain supaya dikembangkan, dan
keuntungannya dibagi antara keduanya sesuai dengan ketentuan yang
disepakati.
Islam mensyariatkan akad kerja sama Mudharabah untuk
memudahkan orang, karena Sebagian mereka memiliki harta namun tidak
mampu mengelolannya dan disana ada juga orang yang tidak memiliki
harta namun memiliki kemampuan untuk mengelola dan
mengembangkannya. Mudharabah sendiri memiliki 3 bentuk, diantarannya
:
a. Mudharabah Muqayyadah
Bentuk kerja sama antara pemilik dana dan pengelola dana,
dengan kondisi pengelola dikenakan pembatasan oleh pemilik dana
dalam hal tempat, cara, dan atau, objek investasi.
b. Mudharabah Muthlaqah
Bentuk kerja sama pemilik dana dan pengella dana tanpa adanya
batasan oleh pemilik dana dalam hal tempat, cara, maupun objek
investasi. Dengan hal ini pemilik dana memberi wewenang kepada
mudharib untuk menggunakan dana yang diinvestasikan.
c. Mudharabah Musytarakah

1
Heri Sudarono, “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi”,
(Yogyakarta :EKONOSIA, 2003), Hal 66.

3
Bentuk mudharabah dimana pengelola dana menyertakan modal
atau dananya dalam kerja sama investasi. 2 Fatwa DSN MUI
memberikan batasan adanya penyertaan modal dari pengelola,
sehingga pengelola juga bertindak sebagai pemilik modal.

3. Musyarakah
Musyarakah atau sering disebut syirkah atau syarikah sendiri dapat
diartikan sebagai bentuk kerjasama dua orang atau lebih dengan
pembagian keuntungan secara bagi hasil. Definisi syirkah menurut
Mazhab Maliki adalah suatu izin ber-tasharruf bagi masing-masing pihak
yang bersertifikat. Menurut Mahzab Hambali syirkah adalah persekutuan
dalam hak-hak dan tasharuf.
Musyarakah tercipta karena adanya kesepakatan, dimana dua pihak
atau lebih yang setuju memberikan konstribusi modal musyarakah, serta
sepakat berbagi keuntungan maupun menerima kerugian.
Berikut jenis-jenis musyarakah:
a. Syirkah Amlak
Syirkah yang terjadi bukan karena akad, melainkan usaha
tertentu atau terjadi secara alami. Oleh karena itu syirkah amlak
dibedakan menjadi dua,
1. Syirkah ikhtiyar (sukarela) yaitu syirkah yang lahir atas kehendak
dua pihak yang bersekutu.
2. Syirkah jabar (paksaan) yaitu persekutuaan yang terjadi diantara
dua orang atau lebih tanpa kehendak mereka barang yg
diwariskan tersebut menjadi hak milik yang bersangkutan.
b. Syirkah uqud
Dua orang atau lebih melakukan akad untuk berkerjasama
dalam modal dan keuntungan. Artinya kerja sama ini didahului oleh

2
Rizal Yaya, Aji Erlangga Martawijreja, Ahim Amdurrahim, Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan
Praktik Kontemporer, Jakarta:Salemba Empat, 2009.

4
transaksi dalam penanaman modal dan kesepakatan pembagian
keuntungannya.

4. Murabahah
Dalam istilah fiqih murabahah ialah suatu bentuk jual beli tertentu
ketika pejual menyatakan biaya perolehan barang (al-tsaman al-awwal)
dan tingkat keuntungan yang diinginkan. Murabahah sendiri masuk dalam
kategori jual beli Mutlaq dan jual beli amanat. Disebut jual beli Mutlaq
karena obyek akadnya adalah barang dan uang. Sedangkan disebut jual
beli amanat karena dalam proses transaksinya penjual diharuskan dengan
jujur menyampaikan harga perolehan dan keuntungan yang diamil ketika
akad.
Jenis-jenis murabahah:
1. Murabahah dengan pesanan
Dalam murabahah jenis ini, penjual melakukan pembelian
barang setelah ada pemesanan dari pembeli. Murabahah dengan
pesanan ini bersifat mengikat pembeli untuk membeli barang yang
dipesannya.
2. Murabahah tanpa pesanan
Dalam murabahah jenis ini sifatnya tidak mengikat. Murabahah
tanpa pesanan, maksudnya ada pesan atau tidak ada yang memesan,
bank Syariah menyediakan barang dagangannya. Penyediaan barang
tidak berpengaruh atau terkait langsung denga nada tidaknya pembeli.
Pembiayaan murabahah terbagi kepada tiga jenis sesuai dengan
peruntukannya, yaitu:
a. Murabahah modal kerja, yang diperuntukkan untuk pembelian
barang-barang yang akan digunakan sebagai modal kerja.
Penerapan murabahah untuk modal kerja membutuhkan kehati-
hatian, terutama bila objek yang akan diperjualbelikan terdiri dari
banyak jenis, sehingga dikhawatirkan akan mengalami kesulitan
terutama dalam menentukan harga pokok masing-masing barang.

5
b. Murabahah Investasi, pembiayaan jangka menengah atau Panjang
yang tujuannya untuk pembelian barang modal yang diperlukan
untuk rehabilitasi, perluasan,atau pembuatan proyek baru.
c. Murabahah Konsumsi, pembiayaan perorangan untuk tujuan
nonbisnis, termasuk pembiayaan pemilikan rumah, mobil.
Pembiayaan konsumsi biasanya digunakan untuk membiayai
pembelian barang konsumsi dan barang tahan lama lainnya.
Jaminan yang digunakan biasanya berwujud objek yang dibiayai,
tanah dan bagunan tempat tinggal.
5. Salam
Salam atau yang disebut dengan Ba’i Salam, secara termologis dapat
diartikan menjual suatu barang yang penyerahannya ditunda atau menjual
suatu barang yang ciri-cirinya disebutkan dengan jelas dengan pembayaran
modal terlebih dahulu, sedangkan barangnya akan diserahkan dikemudian
hari.
Ulama Syafi’iyah dan Hanabilah mendefinisikan bahwa as-salam
sebagai akad yang disepakati dengan cara tertentu dan membayar terlebih
dahulu, sedangkan barangnya diberikan dikemudian hari. Jual beli pesanan
dalam fiqih islam disebut as-salam menurut bahasa penduduk hijaz,
sedangkan bahasa penduduk Iraq disebut as-salaf. kedua kata ini memiliki
makna yang sama, sebagaimana dua akata tersebut digunakan oleh Nabi,
sebagaimana diriwayatkan bahwa Rasulullah Ketika membicarakan akad
ba’i salam, beliau menggunakan kata as-salaf sehingga dua kata tersebut
merupakan kata sinonim.
Perbedaan jual beli salam dengan jual beli biasa.Syarat dasar suatu
akad dalam jual beli biasa masih tetap ada pada jual beli salam. Namun
ada beberapa perbedaan antara jual beli salam dengan jual beli biasa:
a. Pada jual beli salam perlu ditetapkan periode pengiriman sedangkan
dalam jual beli biasa tidak perlu.
b. Pada jula beli salam hanya komoditas yang secara tepat dapat
ditemukan kuantitas dan kualitasnya dapat dijual, dan dalam jual beli

6
biasa segala komoditas yang dapat dimiliki bisa dijual kecuali yang
dilarang oleh Al-Qur’an dan hadits.
c. Pada jual beli salam pembayaran harus dilakukan Ketika membuat
kontrak yang dalam jual beli biasa pembayaran dapat dilakukan
Ketika pengiriman barang berlangsung.

6. Istishna’
Istishna’ adalah bentuk transaksi yang menyerupai jual beli salam.
Jika ditinjau dari sisi bahwa objek (barang) yang dijual belum ada. Barang
yang akan dibuat sifatnya mengikat dalam tangunggan pembuat (penjual)
saat terjadi transaksi. Dalam istilah para fuquha, istishna’ dapat
didefinisikan sebagai akad meminta seseorang untuk membuat sebuah
barang tertentu dalam bentuk tertentu. Atau dapat diartikan sebagai akad
yang dilakukan dengan seseorang untuk membuat barang tertentu dalam
tanggungan. Maksudnya akad tersebuut merupakan akad membeli sesuatu
yang akan dibuat oleh seseorang. Dalam istshna bahan baku dan
pembuatan itu dari pengerajin.
Berikut ada beberapa hukum akad istishna:
a. Hukum istisha dilihat dari akibat utamanya yaitu ditetapkannya hak
kepemilikan barang yang akan dibuat (dalam tanggungan) bagi
pemesan dan ditetapkannya hak kepemilikan harga yang disepakati
bagi pembuat barang.
b. Bentuk akad istishna, akad istishna adalah akad tidak lazim (tidak
mengikat) sebelum proses pembuatan barang dan setelahnya, baik
bagi pemesan maupun pembuat barang. Oleh karena itu, masing-
masing pihak berhak memilih antara meneruskan akad atau
membatalkannya sebelum melihat barang yang dipesan (hak
khiyaar).
c. Jika pembuat barang membawa barang pesanan kepada pemesan,
maka hak khiyaar pembuat barang menjadi hilang, karena dengan

7
kedatangannya kepada pemesan dengan membawa barang itu berarti
ia telah rela bahwa barang tersebut milik pemesan. Dengan
demikian, hak milik pembuat menjadi lazim (mengikat) bila barang
yang dibuatnya dilihat oleh pemesan dan ia rela menerimanya. Hak
khiyaar pembuat barang juga menjadi gugur karenanya.
d. Hak pemesan tidak terkait dengan barang yang dipesan kecuali jika
pembuat menunjukannya kepada pemesan. Oleh karena itu, pembuat
barang bolehmenjual barang kepada selain pemesan sebelum barang
itu ditunjukan kepadanya sebagaimana dijelaskan di atas.

7. Ijarah
Ijarah berasal dari kata al-ajru yang berarti al’iwadhu atau berarti
ganti. Dalam Bahasa Arab, al-ijarah diartikan sebagai suatu jenis akad
untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian sejumlah uang.
Secara terminologi, ada beberapa defenisi al-ijarah yang
dikemukakan oleh para ulama fiqh. Pertama, ulama Hanafiyah
mendefinisikannya dengan: “transaksi terhadap suatu manfaat dengan
imbalan.” Kedua, ulama syafi’iyah mendefinisikannya dengan “transaksi
terhadap suatu manfaat yang dituju, tertentu, bersifat mubah, dan boleh
dimanfaatkan dengan imbalan tertentu”. Ketiga, ulama Malikiyah dan
Hanabilah mendefinisikannya dengan: “pemilikan manfaat sesuatu yang
dibolehkan dalam waktu tertentu dengan suatu imbalan”. Pada dasarnya
keempat pendapat ulama di atas memiiliki pandangan yang sama terhadap
pengertian al-ijarah.
Menurut Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No.09/DSN/MUI/IV/2000,
ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau
jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti
dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri, dengan demikian
dalam akad ijarah tidak ada perubahan kepemilikan, tetapi hanya
pemindahan hak guna saja dari yang menyewakan kepada penyewa.

8
Dari beberapa pengertian di atas dapat dikatakan bahwa al-ijarah
adalah pemindahan hak guna atau manfaat terhadap suatu barang atau jasa
dari sesorang kepada orang lain dalam kurun waktu tertentu sesuai
kesepakatan.3
Menurut Antonio (2001), terdapat dua macam ijarah, yaitu Ijarah 'ala
al-manafi' dan ijarah 'ala-'amaal.4
1) Ijarah atas manfaat (Ijarah ala al-manafi')
Ijarah 'ala al-manafi' yaitu ijarah yang obyek akadnya adalah
manfaat, seperti menyewakan rumah sebagai tempat tinggal membeli
peralatan masak untuk memasak, dan membeli kendaraan untuk
berpegian. Dalam ijarah tidak diperbolehkan menjadikan objeknya
sebagai tempat yang dimanfaatkan untuk kepentingan yang dilarang
oleh undang-undang hukum atau syariat islam. Akad ijarah memiliki
sasaran manfaat dari benda yang disewakan, maka pada dasanya
penyewa berhak untuk memanfaatkan barang itu sesuai dengan
keperluannya, bahkan dapat meminjamkan atau menyewakan kepada
pihak lain sepanjang tidak mengganggu dan merusak barang yang
disewakan.
2) Ijarah atas pekerjaan (Ijarah 'ala-'amaal)
Ijarah 'ala-'amaal adalah ijarah yang objek akadnya jasa atau
pekerjaan, seperti membangun rumah, Supir angkot, dan penjahit baju.
Akad ijarah ini sangat terkait dengan Ujrah (upah). Karena itu
pembahasannya lebih dititik beratkan kepada pekerjaan atau buruh
(ajir). Ajir dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu ajir khass dan ajir
musytarak. Ajir khass adalah pekerja atau buruh yang melakukan suatu
pekerjaan secara individual dalam waktu yang telah ditetapkan, seperti
pembantu rumah tangga dan sopir. Sedangkan ajir musytarak adalah
seseorang yang bekerja dengan profesinya dan tidak terikat oleh orang
tertentu. Dia mendapatkan upah karena profesinya, misalnya pengacara

3
Rosita Tehuayo. 2018. Sewa Menyewa (Ijarah) Dalam Sistem Perbankan Syari’ah. 14(1), 86 – 89.
4
Muhammad Syafi’i Antonio.2001. Bank Syari’ah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani Press.

9
dan konsultan Pembagian ajir mempunyai akibat terhadap tanggung
jawab masing-masing.
8. Ijarah Muntahiya Bit Tamlik
Menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 dan Peraturan Bank
Indonesia akad ijarah muntahiya bittamlik" adalah Akad penyediaan dana
dalam rangka memindahkan hak guna atau manfaat dari suatu barang atau
jasa berdasarkan transaksi sewa dengan opsi pemindahan kepemilikan
barang.
Ijarah Muntahiya Bittamlik adalah sejenis perpaduan antara kontrak
jual beli dan sewa lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan
kepemilikan barang ditangan si penyewa. Sifat permindahan kepemilikan
ini pula yang membedakan dengan ijarah biasa.
Adapun Rukun dari akad Ijarah Muntahiya Bit tamlik antara lain:
Penyewa (Musta jir), Pemilik barang (Mua’jir), Barang/objek sewa
(ma’jur), Harga sewa (ujrah), Ijab Kabul (Serah terima barang). Adapun
yang menjadi syaratnya yaitu kerelaan dari pihak yang berakad dan Ma'jur
memiliki manfaat dan maanfaatnya dibenarkan dalam Islam dapat dinilai
dan manfaat atas transaksi ijarah muntahiya bit tamlik harus diberikan oleh
musta’jir kepada mua’jir. 5Jadi Ijarah muntahiya bit tamlik ini harus
memenuhi syarat dan rukunnya, apabila salah satu syarat yakni kerelaan
tidak ada maka batal transaksinya. Kerelaan antar yang berakad ini sangat
penting.
9. Qardh
Secara terminologi, qardh berarti menyerahkan harta kepada orang
yang menggunakannya untuk dikembalikan gantinya pada suatu saat.
Qardh merupakan transaksi yang diperbolehkan oleh syariah dengan
menggunakan skema pinjam meminjam. Akad qandh merupakan akad
yang memfasilitasi transaksi peminjaman sejumlah dana tanpa adanya
pembebanan bunga ar dana yang dipinjam oleh nasabah. Transaksi gardh

5
Ismail, perbankan Syariah (Jakarta: Kencana, 2011) h.164

10
pada dasarnya merupakan transaksi yang bersifat senal karena tidak diikuti
dengan pengambilan keuntungan dari dana yang dipinjamkan.
Rukun transaksi pinjaman qardh meliputi (a) transaktor, yaitu
pemberi pinjaman (muqrid) dan penerima pinjaman (muqtaridh); (b) objek
qardh (mahall al-qardh) yang berupa uang atau benda habis pakai; dan (c)
ijab dan kabul yang merupakan pernyataan kehendak para pihak yang
bertransaksi.
B. Konsep Lembaga Keuangan Syariah dan perkembangannya
1. Perbankan Syariah
Perbankan syariah atau perbankan Islam adalah suatu sistem
perbankan yang dikembangkan berdasarkan syariah Islam. Usaha
pembentukan sistem ini didasari oleh larangan dalam agama Islam untuk
memungut atau meminjam dengan bunga atau yang disebut dengan riba
serta larangan untuk melakukan investasi untuk usaha-usaha yang
dikategorikan haram (misal usaha perjudian) dimana hal ini tidak dapat
dijamin dalam sistem perbankan konvensional.
Berdasarkan Pasal 4 UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah, disebutkan bahwa Bank Syariah wajib menjalankan fungsi
menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Bank Syariah juga dapat
menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitulmal, yang
menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana
sosial lainnya (antara lain denda terhadap nasabah atau taʼzir) dan
menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat. Selain itu, bank
syariah juga dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakal aang
dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan
kehendak pemberi wakaf (wakif). Adapun jenis bank syariah ada tiga
yaitu:
1) Bank Umum Syariah (BUS) adalah bank syariah yang kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

11
2) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah bank syariah yang
dalam melaksanakan kegiatan usahanya tidak memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran.
3) Unit Usaha Syariah (UUS) adalah unit kerja dari kantor pusat Bank
Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor
atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang
berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang
pembantu dan atau unit syariah6
Perkembangan perbankan syariah pada masa pandemi menjadi
sebuah tantangan bagi industri perbankan saat ini, termasuk perbankan
syariah. Berbagai sektor terdampak oleh pandemi, termasuk sektor riil
yang merupakan salah satu fokus segmen perbankan syariah di Indonesia.
Akan tetapi, perbankan syariah terkenal dengan ketahanannya terhadap
krisis ekonomi. Strategi yang dilakukan indusri keuangan syariah mampu
menciptakan momentum pemulihan, sekaligus dapat mempercepat proses
transformasi menuju industry keuangan syaraiah yang lebih efisien dan
kopetitif. Hal ini bisa dilihat pada saat krisis tahun 1998, perbankan
syariah dapat menjadi satu-satunya bank yang mampu bertahan bahkan
berkembang.

2. Asuransi Syariah
Dalam bahasa Arab Asuransi disebut at-ta'min, penanggung disebut
mu'ammin, sedangkan tertanggung disebut mu'amman lahu atau
musta'min. At-ta'min memiliki arti memberi perlindungan, ketenangan,
rasa aman, dan bebas dari rasa takut. Men-ta`min-kan sesuatu, artinya
adalah seseorang membayar atau menyerahkan uang cicilan untuk agar ia
atau ahli warisnya mendapatkan sejumlah uang sebagaimana yang telah

6
Rizal Yaya, Aji Erlangga Martawijreja, Ahim Amdurrahim, Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan
Praktik Kontemporer, Jakarta:Salemba Empat, 2009, h.48.

12
disepakati, atau untuk mendapatkan ganti terhadap hartanya yang hilang,
dikatakan 'seseorang mempertanggungkan atau mengasuransikan
hidupnya, rumahnya atau mobilnya.7
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI)
dalam fatwanya tentang pedoman umum asuransi syariah, memberi
definisi tentang asuransi. Menurutnya, Asuransi Syariah (Ta'min, Takaful,
Tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong di antara
sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru'
yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu
melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.8
Prinsip utama dalam asuransi syaiah adalah ta'awunu 'ala al birr wa
al-taqwa (tolong menolonglah kamu sekalian dalam kebaikan dan takwa)
dan al-ta'min (rasa aman). Prinsip ini menjadikan para anggota atau peserta
asuransi sebagai sebuah keluarga besar yang satu dengan lainnya saling
menjamin dan menanggung risiko.
Jenis-Jenis asuransi syariah terdiri dari dua jenis yaitu:
1. Takaful Keluarga (Asuransi Jiwa) adalah bentuk asuransi syariah yang
memberikan perlindungan dalam menghadapi musibah kematian dan
kecelakaan atas diri peserta asuransi takaful. Produk asuransi takaful
keluarga meliputi:
a. Asuransi berencana/ dana investasi
b. Asuransi pembiayaan
c. Asuransi pendidikan
d. Asuransi dana haji
e. Asuransi berjangka
f. Asuransi kecelakaan siswa
g. Asuransi kecelakaan diri
h. Asuransi khairat keluarga

7
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah: life and general: konsep dan sistem operasional,
Jakarta:Gema Insani, 2004, h.28.
8
Ibid., 30

13
2. Takaful Umum (asuransi Kerugian) adalah bentuk asuransi syariah
yang memberikan perlindungan finansial dalam menghadapi bencana
atau kecelakaan atas harta benda milik peserta takaful. Produk-produk
asuransi Tafakul umum adalah:
a. Asuransi kebakaran
b. Asuransi kendaraan bermotor
c. Asuransi pengangkutan
d. Asuransi resiko pembangunan
e. Asuransi resiko pemasangan
f. Asuransi penyimpanan uang
g. Asuransi gabungan
h. Asuransi rekayasa/enginering9
Perkembangan asuransi syariah di tanah air didukung oleh ketentuan
regulasi. Dimulai pada tahun 1994 dan terus mengalami perkembangan
dari waktu ke waktu, perkembangan ini terbukti dari kemunculan beragam
perusahaan asuransi yang mulai menawarkan produk asuransi berdasarkan
prinsip Islam. Tidak bisa dipungkiri, terjadinya pandemi Covid-19 di
seluruh dunia termasuk Indonesia membuat masyarakat lebih sadar akan
proteksi kesehatan dan jiwa, sehingga adopsi asuransi termasuk asuransi
syariah menunjukkan tren yang positif.
Hal ini dibuktikan dengan riset yang dilakukan oleh Asosiasi
Asuransi Syariah Indonesia (AASI) bahwa per kuartal 3 tahun 2021 lalu,
tercatat total aset asuransi syariah di Indonesia senilai Rp 43,68 triliun.
Angka tersebut menunjukkan adanya pertumbuhan sebanyak 6,10% secara
tahunan.
Di Indonesia, asuransi syariah memiliki potensi yang sangat besar
dikarenakan saat ini, penetrasi asuransi syariah masih tergolong rendah.

9
Mukhsinun Utihatli Fursotun, “Dasar Hukum dan Prinsip Asuransi Syariah Di Indonesia” Jurnal
Ilmu Ekonomi Islam. Vol.2 No.1, (2018):68-69, diakses pada 24 september 2022.

14
Sedangkan, pasar Indonesia untuk asuransi jiwa syariah sangat besar, di
mana Indonesia memiliki 87% penduduk yang beragama Islam.10

3. Koperasi Syariah
Koperasi syariah secara teknis dapat dikatakan sebagai koperasi baik
dalam prinsip kegiatan, tujuan dan kegiatan usahanya berdasarkan pada
syariah islam yaitu Alquran dan As-sunah. Pengertian umum dari koperasi
syariah adalah badan usaha koperasi yang menjalankan usahanya dengan
prinsi-prinsip syariah. Dalam Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS)
adalah koperasi yang kegiatan usahannya bergerak dibidang pembiayaan,
investasi, dan simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah). Apabila koperasi
memiliki unit usaha produktif simpan pinjam, maka seluruh produk dan
operasionalnya harus dilaksanakan dengan mengacu kepada fatwa Dewan
Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Berdasarkan hal tersebut, maka koperasi syariah tidak diperkenankan
berusaha dalam bidang-bidang yang didalamnya terdapat unsur-unsur riba,
maysir, dan gharar. Disamping itu, koperasi syariah juga tidak
diperkenankan melakukan transaksi-transaksi derivatif sebagaimana
lembaga keuangan syariah lainnya. Adapun prinsip koperasi syariah yaitu:
1) Prinsip yang pertama berdasarkan kekayaan yang merupakan Amanah
yang diberikan oleh Allah SWT dimana pun tidak bisa dimiliki oleh
semua orang secara mutlak.
2) Manusia sendiri merupakan khalifah Allah SWT yang merupakan
pemakmur di muka bumi ini.
3) Setiap orang diberikan kebebasan dalam bermuamalah selama tetap
menggunakan ketentuan Syariah yang berlaku.
4) Koperasi simpan pinjam Syariah akan menjunjung tinggi keadilan
serta menolak semua perbuatan riba atau memperkaya diri sendiri atau
kelompok tertentu.

10
https://www.prudentialsyariah.co.id/id/pulse/article/perkembangan-asuransi-syariah-di-
indonesia/

15
4. Pasar Modal Syariah
Pengertian pasar modal secara umum merupakan suatu tempat
bertemunya para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi dalam
rangka memperoleh modal. Penjual dalam pasar modal merupakan
perusahaan yang membutuhkan modal (emiten), sehingga mereka berusaha
untuk mejual efek-efek di pasar modal. Pembeli (investor) adalah pihak
yang ingin membeli modal di perusahaan yang menurut mereka
menguntungkan. Pasar modal dikenal dengan bursa efek.11
Sedangkan pasar modal syariah secara sederhana dapat diartikan sebagai
pasar modal yang menerapkan prinsip - prinsip syariah dalam kegiatan
transaksi ekonomi dan terlepas dari hal - hal yang dilarang seperti: riba,
perjudian, spekulasi dan lain - lain. Pasar modal syariah secara prinsip
berbeda dengan pasar modal konvensional. Sejumlah instrumen syariah
sudah digulirkan di pasar modal Indonesia seperti dalam bentuk saham dan
obligasi dengan kriteria tertentu yang sesuai dengan prinsip syariah.
Pasar modal syariah adalah pasar modal yang seluruh mekanisme
kegiatannya terutama mengenai emiten, jenis efek yang di perdagangkan
dan mekanisme perdagangannya telah sesuai dengan prinsip - prinsip
syariah. Sedangkan yang dimaksud dengan efek syariah adalah efek
sebagaimana dimaksud dalam peraturan per undang - undangan di bidang
Pasar Modal yang akad, pengelolaan perusahaan, maupun cara
penerbitannya memenuhi prinsip-prinsip syariah. Adapun yang dimaksud
dengan prinsip-prinsip syariah adalah prinsip yang didasarkan oleh syariah
ajaran islam yang penetapannya dilakukan oleh DSN MUI melalui fatwa.
Andri Soemitra menjelaskan bahwa regulator pasar modal
Indonesia tidak mengembangkan model pasar modal syariah secara
komprehensif dibentuk khusus untuk produk Syariah di pasar modal yang
terpisah sebagai model Iran Sudan dan Pakistan di mana pasar modal

11
Muljono, Djoko. Buku Pintar Akuntansi Perbankan dan Lembaga Keuangan Syariah.
(Yogyakarta: ANDI) 448-449.

16
nasionalnya di desain menjalankan sistem keuangan syariah secara
keseluruhan pasar modal yang memenuhi ketentuan Syariah di Indonesia
didesain pararel dengan pasar modal konvensional dengan dilengkapi
lembaga supervisi Syariah dalam paradigma integrasi produk Syariah di
pasar modal nasional regulator pasar modal Indonesia bekerja sama
dengan DSN MUI berperan memastikan bahwa para pelaku Syariah
mampu mengidentifikasi produk dan mekanisme transaksi yang sesuai
dengan kriteria Syariah di pasar modal nasional.12
Pasar modal syariah secara resmi diluncurkan pada tahun 2003,
namun instrumen pasar modal syariah telah hadir di Indonesia pada tahun
1997. Hal ini ditandai dengan peluncuran Danareksa Syariah pada 3 Juli
1997 oleh PT Danareksa Investment Management. Selanjutnya Bursa Efek
Indonesia berkerja sama dengan PT Danareksa Investment Management
meluncurkan Jakarta Islamic Index pada tanggal 3 Juli 2000 yang
bertujuan untuk memandu investor yang ingin menanamkan dananya
secara syariah. Dengan hadirnya indeks tersebut, maka para pemodal telah
disediakan saham - saham yang dapat dijadikan sarana berinvestasi dengan
penerapan prinsip syariah.

5. Pegadaian Syariah
Rahn adalah menjamin utang dengan barang, dimana utang
dimungkinkan bisa dibayar dengannya, atau dari hasil penjualannya. Rahn
dapat juga diartikan menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai
jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut
memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian pihak yang menahan
memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau
sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn
adalah semacam jaminan utang atau gadai.
Pegadaian syariah hadir di Indonesia dengan membentuk unit
layanan gadai syariah di beberapa kota di Indonesia. Di samping itu ada

12
Andri Soemitra. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. (Jakartaa: Kencana, 2018). 102-103.

17
pula bank syariah yang menjalankan kegiatan pegadaian syariah sendiri.
Pegadaian syariah mulai beroperasi sejak 2003. Sampai Oktober 2015,
jumlah gerai pegadaian syariah mencapai 611 outlet di seluruh Indonesia.
Itu terdiri dari 83 cabang dan 528 kantor unit. Jumlah itu kebanyakan
terdapat di Pulau Jawa, penyebarannya tidak merata. Padahal cita -
citanya, pegadaian ingin mempunyai gerai di seluruh kabupaten.
Pegadaian syariah dalam menjalankan operasionalnya berpegang
kepada prinsip syariah. Pada dasarnya, produk - produk berbasis syariah
memiliki karakteristik seperti, tidak memungut bunga dalam berbagai
bentuk karena riba, menetapkan uang sebagai alat tukar bukan sebagai
komoditas yang diperdagangkan, dan melakukan bisnis untuk mem
peroleh imbalan atas jasa dan / atau bagi hasil.
Mekanisme operasional pegadaian syariah melalui akad rahn
nasabah menyerahkan barang bergerak dan kemudian pegadaian
menyimpan dan merawatnya di tempat yang telah disediakan oleh
pegadaian. Akibat yang timbul dari proses penyimpanan adalah timbulnya
biaya biaya yang meliputi nilai investasi tempat penyimpanan, biaya
perawatan dan keseluruhan proses kegiatannya. Atas dasar ini dibenarkan
bagi pegadaian mengenakan biaya sewa kepada nasabah sesuai jumlah
yang disepakati oleh kedua belah pihak. Pegadaian syariah akan
memperoleh keuntungan hanya dari beasewa tempat yang dipungut bukan
tambahan berupa bunga atau sewa modal yang diperhitungkan dari uang
pinjaman.13

6. Multifinance Syariah
Multifinance syariah atau lembaga pembiayaan adalah badan usaha
yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau
barang modal dengan tidak menarik dana langsung dari masyarakat.
Bidang usaha lembaga pembiayaan mencakup beberapa alternatif kegiatan
pembiayaan seperti sewa guna usaha (leasing), anjak piutang

13
Soemitra, Andri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. (Jakarta: Kencana, 2010) Hlm 400.

18
(factoring),kartu kredit (credit card), dan pembiayaan konsumen
(consumer finance).14
Menurut Peraturan OJK No.29/POJK.05/2014 tentang
penyelenggaraan usaha perusahaan pembiayaan, Multifinance adalah
badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan untuk pengadaan
barang dan atau jasa. Selain itu, pembiayaan berdasarkan prinsip syariah
adalah pembiayaan berdasarkan persetujuan dan kesepakatan antara
perusahaan pembiayaan dengan pihak lain yang diwajibkan pihak yang
dibiayai untuk mengembalikan pembiayaan tersebut dalam jangka waktu
tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Pengelolaan dan pengembangan
perusahaan pembiayaan harus memerhatikan bidang pemasaran, produksi,
keuangan, permodalan, sumber daya insani. Disamping itu harus
ditetapkan program kerja yang jelas, komperhensip, serta dilakukan
pemantauan secara terus-menerus. Secara teori ada tiga ciri dari
pembiayaan syariah yaitu bebas bunga, berprinsip bagihasil, dan
perhitungan bagi hasil tidak dilakukan dimuka.
Kegiatan multifinance (perusahaan pembiayaan) dilakukan dalam
bentuk penyediaan dana dan atau barang modal serta barang kebutuhan
konsumen dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat
melalui tabungan, giro, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan
dengan itu. Aktivitas inilah yang membedakan multifinance dengan
perbankan, walaupun sama-sama lembaga keuangan. Perbankan dapat
melakukan penarikan dana langsung dari masyarakat.15

7. Lembaga Pengelola ZIS


Zakat menurut UU No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat
adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang Muslim atau badan
usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai de ngan
syariat Islam. Sementara Infak adalah harta dikeluarkan oleh seseorang

14
Perpres No. 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan.
15
Soemitra, Andri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. (Jakarta: Kencana, 2010) 23.

19
atau badan usaha di luar zakat untuk kemaslahatan umum. Adapun
sedekah adalah harta atau nonharta yang dikeluarkan oleh seseorang atau
badan usaha di luar zakat untuk kemaslahatan umum.
Zakat adalah rukun Islam ketiga yang diwajibkan di Madinah pada
bulan Syawal tahun kedua Hijriah setelah diwajibkannya puasa
Ramadhan . Ijma ( kesepakatan ) ulama telah sepakat akan kewajiban
zakat dan bagi yang mengingkarinya berarti telah kafir dari Islam.
Zakat merupakan ibadah maliyah yang mempunyai dimensi dan
fungsi sosial ekonomi atau pemerataan karunia Allah dan juga merupakan
solidaritas sosial, pernyataan rasa kemanusiaan dan keadilan, pembuktian
persaudaraan Islam, pengikat persatuan umat dan bangsa, sebagai pengikat
batin antara golongan kaya dengan miskin dan sebagai penghilang jurang
yang menjadi pemisah antara golongan yang kuat dengan yang lemah.
Di Indonesia, pengelolaan zakat saat ini diatur berdasarkan Undang
- Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat yang resmi
diundangkan dan masuk dalam Lembaran Negera Republik In donesia
bernomor 115 setelah ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono pada tanggal 25 November 2011. Lahirnya UU Nomor 23
Tahun 2011 menggantikan UU No. 38 tahun 1999 yang sebelumnya telah
menjadi payung hukum pengelolaan zakat. Struktur dari Undang - Undang
Pengelolaan Zakat ini terdiri dari 11 bab dengan 47 pasal. Dalam undang -
undang ini juga mencantumkan ketentuan pidana dan ketentuan peralihan.
Adapun mengenai syarat dan tata cara penghitungan zakat mal dan zakat
fitrah diatur dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 52 tahun 2014
tentang Syarat dan Tata Cara Penghitungan Zakat Mal dan Zakat Fitrah
Serta Pendayagunaan Zakat untuk Usaha produktif.16

8. Lembaga Pengelola Wakaf


Sebagai satu istilah dalam syariah Islam, wakaf diartikan sebagai
penahanan hak milik atas materi benda (al-'ain) untuk tujuan

16
Soemitra, Andri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. (Jakarta: Kencana, 2010) Hlm 427.

20
menyedekahkan manfaat atau faedahnya (al - manfa'ah). Sedangkan dalam
buku buku fikih, para ulama berbeda pendapat dalam memberi pengertian
wakaf. Perbedaan tersebut membawa akibat yang berbeda pada hukum
yang ditimbulkan. Definisi wakaf menurut ahli fikih adalah sebagai
berikut.
Pertama, Hanafiyah mengartikan wakaf sebagai menahan ma teri
benda (al–‘ain) milik wakif dan menyedekahkan atau mewakafkan
manfaatnya kepada siapa pun yang diinginkan untuk tujuan kebajikan.
Definisi wakaf tersebut menjelaskan bahwa kedudukan harta wakaf masih
tetap tertahan atau terhenti di tangan wakif itu sendiri. Dengan artian,
wakif masih menjadi pemilik harta yang diwakafkannya, manakala
perwakafan hanya terjadi ke atas manfaat harta tersebut, bukan termasuk
aset hartanya.
Kedua, Malikiyah berpendapat, wakaf adalah menjadikan manfaat
suatu harta yang dimiliki (walaupun pemilikannya dengan cara sewa)
untuk diberikan kepada orang yang berhak dengan satu - akad (shighat)
dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan keinginan wakif. Definisi
wakaf tersebut hanya menentukan pemberia wakaf kepada orang atau
tempat yang berhak saja.
Ketiga, Syafi'iyah mengartikan wakaf dengan menahan harta yang
bisa memberi manfaat serta kekal materi bendanya (al -'ain) dengan cara
memutuskan hak pengelolaan yang dimiliki oleh wakif untuk di serahkan
kepada nazhir yang dibolehkan oleh syariah. Golongan ini mensyaratkan
harta yang diwakafkan harus harta yang kekal materi bendanya ( al –‘ain )
dengan artian harta yang tidak mudah rusak atau musnah serta dapat
diambil manfaatnya secara berterusan.
Keempat, Hanabilah mendefinisikan wakaf dengan bahasa yang
sederhana, yaitu menahan asal harta (tanah) dan menyedekahkan manfaat
yang dihasilkan. Itu menurut para ulama ahli fikih.
Dalam Undang - Undang Nomor 41 Tahun 2004, wakaf diartikan
dengan perbuatan hukum Wakif untuk memisahkan dan / atau

21
menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan
selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya
guna keperluan ibadah dan / atau kesejahteraan umum menurut syariah.
Dari beberapa definisi wakaf tersebut, dapat disimpulkan bahwa
wakaf bertujuan untuk memberikan manfaat atau faedah harta yang di
wakafkan kepada orang yang berhak dan digunakan sesuai dengan aja ran
syariah Islam. Hal ini sesuai dengan fungsi wakaf yang disebutkan pasal 5
UU No. 41 Tahun 2004 yang menyatakan wakaf berfungsi untuk
mewujudkan potensi dan manfaat ekonomis harta benda wakaf untuk
kepentingan ibadah dan untuk memajukan kesejahteraan umum.
Lembaga wakaf yang berasal dari agama Islam ini telah diterima
( diresepsi ) menjadi hukum adat bangsa Indonesia sendiri. Di samping itu
suatu kenyataan pula bahwa di Indonesia terdapat banyak benda wakaf ,
baik wakaf benda bergerak atau benda tak bergerak. Kalau kita perhatikan
di negara - negara Muslim lain, wakaf mendapat perhatian yang cukup
sehingga wakaf menjadi amal sosial yang mampu memberi kan manfaat
kepada masyarakat banyak.
Dalam perjalanan sejarah wakaf terus berkembang dan akan selalu
berkembang bersamaan dengan laju perubahan jaman dengan berbagai
inovasi - inovasi yang relevan, seperti bentuk wakaf uang , wakaf Hak
Kekayaan Intelektual ( Haki ) , dan lain lain . Di Indonesia sendiri , saat ini
wakaf kian mendapat perhatian yang cukup serius dengan diterbit kannya
Undang - Undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf dan PP No. 42
Tahun 2006 tentang Pelaksanaannya.
Belakangan, wakaf mengalami perubahan paradigma yang cukup
tajam. Perubahan paradigma itu terutama dalam pengelolaan wakaf yang
ditujukan sebagai instrumen menyejahterakan masyarakat Muslim. Oleh
karena itu, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan bisnis dan
manajemen. Konteks ini kemudian dikenal dengan wakaf produktif.
Achmad Junaidi dan kawan - kawan menawarkan hal yang berkaitan
dengan wakaf produktif, pertama, asas paradigma baru wakaf yaitu asas

22
keabadian manfaat, asas pertanggungjawaban/responsbility, asas
profesionalitas manajemen, dan asas keadilan. Kedua, aspek paradigma
baru wakaf, yaitu pembaruan / reformasi pemahaman mengenai wakaf,
sistem manajemen kenazhiran / manajemen sumber daya insani, dan
sistem rekrutmen wakif .
Wakaf dalam konteks kekinian memiliki tiga ciri utama , pertama
pola manajemen wakaf harus terintegrasi, dana wakaf dapat dialoka sikan
untuk program - program pemberdayaan dengan segala macam biaya yang
tercakup di dalamnya. Kedua, asas kesejahteraan nazhir. Pekerjaan sebagai
nazhir tidak lagi diposisikan sebagai pekerja sosial, tetapi sebagai
profesional yang bisa hidup dengan layak dari profesi ter sebut. Ketiga ,
asas tranparansi dan tangung jawab . Badan wakaf dan lembaga yang
dibantunya harus melaporkan proses pengelolaan dana kepada umat setiap
tahun.17

17
Soemitra, Andri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. (Jakarta: Kencana, 2010) h.453.

23
KESIMPULAN

Dalam transaksi syariah, akad memegang peranan utama terhadap seluruh


aktivitas transaksi. Akad memfasilitasi setiap orang yang menjalani kegiatan
ekonomi. Terdapat macam-macam akad yang dapat digunakan sesuai dengan
transaksi yang dilakukan. lembaga keuangan syariah merupakan sebuah lembaga
keuangan dimana dalam menjalankannya berprinsip pada syariah. terdapat
macam-macam lembaga keuangan syariah dan menggunakan akad sesuai dengan
transaksinya. Dalam hukum Islam, materi akad dibahas secara detail dalam kajian
fiqh muamalah, yakni bidang yang membahas interaksi manusia dengan
sesamanya dan perilaku manusia terhadap segala sesuatu yang dapat memenuhi
hajat hidup manusia. Dalam bidang ekonomi syariah, akad memegang peranan
utama terhadap seluruh aktivitas ekonomi. Akad memfasilitasi setiap orang yang
menjalani kegiatan ekonomi, termasuk barang dan jasa. Dalam kaitan ini aktivitas
pengadaan (produksi), penyebaran/pembagian (distribusi), dan konsumsi,
merupakan sejumlah perilaku manusia yang sangat ditentukan oleh akad yang
menyertainya. Sebab itu dinamika ekonomi merupakan wujud dari berperannya
akad dalam semua lapangan transaksi dan perilaku manusia.
Selanjutnya, embaga keuangan Syariah disini merupakan sebuah Lembaga
keuangan dimana dalam menjalankannnya berprinsip pada Syariah. Lembaga
Syariah sendiri juga memiliki berbagai macam jenis dan dalam transaksinya
menggunakan akad-akad yang telah ditetapkan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Antonio, Muhammad Syafi’I. 2001. Bank Syari’ah dari Teori ke Praktik. Jakarta:
Gema Insani Press.
Fursotun, Mukhsinun Utihatli. “Dasar Hukum dan Prinsip Asuransi Syariah Di
Indonesia” Jurnal Ilmu Ekonomi Islam. Vol.2 No.1, (2018).
Ismail, perbankan Syariah (Jakarta: Kencana, 2011).
Muljono, Djoko. Buku Pintar Akuntansi Perbankan dan Lembaga Keuangan
Syariah. (Yogyakarta: ANDI).
Perpres No. 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan.
Soemitra, Andri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. (Jakarta: Kencana,
2010).
Sudarono, Heri “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi”,
(Yogyakarta: EKONOSIA, 2003)
Sula, Muhammad Syakir. Asuransi Syariah: life and general: konsep dan sistem
operasional, Jakarta:Gema Insani, 2004.
Tehuayo, Rosita. 2018. Sewa Menyewa (Ijarah) Dalam Sistem Perbankan
Syari’ah. 14(1).
Yaya, Rizal, Aji Erlangga Martawijreja, Ahim Amdurrahim, Akuntansi Perbankan
Syariah Teori dan Praktik Kontemporer, Jakarta:Salemba Empat,
2009.

25

Anda mungkin juga menyukai