Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

SYIRKAH DAN MACAM-MACAMNYA


Tugas Mata Kuliah

Dosen Pengampu:
Ustadz H. Irfan Kasyaf Noerfiqhy, Lc,.M.Ag

Disusun Oleh:
Adhitira Rahmadi Hilman
Muhammad Rifki Raihan

A. Pengertian Syirkah
Salah satu akad yang ada dalam ekonomi Islam adalah akad perkongsian
baik, modal, tenaga, keahlian atau percampuran antar modal, tenaga, keahlian dan
kepercayaan. Dalam praktek yang dilaksanakan Rasulullah SAW dimana
perbisnisan disatu sisi sebagai penyandang modal, disisi lain sebagai pemilik
tenaga, kepercayaan, keahlian dan nilai adpertensi telah dikenal bagaimana Nabi
Muhammad SAW dengan Khadijah yang kemudian karena saling percaya dan
menguntungkan persyarikatan dagang itu berakhir pada pernikahan antara nabi
Muhammad SAW dengan Khadijah. Dalam hukum Islam dikenal kegiatan
Syirkah yang dilakukan dua orang atau lebih, Syirkah adalah kerjasama antara dua
orang atau lebih dalam hal permodalan, keterampilan, atau kepercayaan dalam
usaha tertentu dengan pembagian keuntungan. Definisi tersebut tercantum dalam
buku Kompilasi Hukum Ekonomi Syari’ah. Syirkah secara bahasa adalah
bercampurnya harta dengan harta yang lain sehingga keduanya tidak bisa
dibedakan lagi. Jumhur ulama kemudian menggunakan istilah ini untuk menyebut
transaksi khusus, meskipun tidak terjadi percampuran kedua harta itu karena yang
menyebabkan bercampurnya harta adalah transaksi.
Syirkah menurut istilah yaitu kerja sama dua orang atau lebih dalam
berusaha yang keuntungan dan kerugiannya ditanggung bersama. Adapun
menurut bahasa, syirkah adalah mencampurkan dua bagian atau lebih hingga tidak
bisa dibedakan lagi antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya.1
a. Dalil-Dalil Masy’uriyah Tentang Syirkah Dalam Ekonomi Islam
(1) Surat Shad (38) Ayat 24
Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian
mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah
mereka ini". dan Daud mengetahui bahwa Kami mengujinya; Maka ia
meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat.2
(2) Surat Al-Kahfi (18) ayat 19.

19. dan Demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya
di antara merekasendiri. berkatalah salah seorang di antara mereka: sudah
berapa lamakah kamu berada (disini?)". mereka menjawab: "Kita berada
(disini) sehari atau setengah hari". berkata (yang lain lagi): "Tuhan kamu
lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah
salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang
perakmu
ini, dan hendaklah Dia Lihat manakah makanan yang lebih baik, Maka
hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia Berlaku
lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada
seorangpun.

1
Fordebi, Ekonomi Dan Bisnis Islam, Raja grafindo Persada, Jakarta, 2016, hal 183-184
2
Abdullah bin Muhammad Abu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 8. , Pustaka Imam asy –
Syafi i, Penerbit
penebar as-sunnah, Medan, hal 128.
b. Klasifikasi Syirkah
1. Syirkah Amlaak (Perkongsian Kepemilikan)
Syirkah amlaak (syirkah hak milik) yaitu prseroan hartaantara dua orang
atau lebih dalam kepemilikan salah satu barang dalam dua orang atau
lebih dengan salah satu sebab seperti jual beli atau warisan.3
2. Syirkah Uqud ( Perkongsian transaksional)
Yaitu perserikatan dua orang atau lebih yang dimiliki melalui transaksi
jual beli, hadiah, warisan atau yang lainnya. Dalam bentuk syirkah
seperti ini kedua belah pihak tidak berhak mengusik bagian rekan
kongsinya, ia tidak boleh menggunakannya tanpa seijin rekannya.
Contohnya: si A dan si B diberwasiat berupa hadiah sebuah mobil oleh
seseorang dan keduanya menerimanya, atau membelinya dengan uang
keduanya, atau mendapatkannya dari hasil warisan, maka mereka berdua
berserikat dalam kepemilikan mobil tersebut.4
3. Syirkah Inan (Persekutuan Modal Usaha
Yaitu akad kerja sama antara dua orang yang bersekutu dalam modal dan
keuntungan, misalnya, dalam transaksi jual beli atau lainnya. Bentuk
syirkahseperti inilah yang hendak kami bahas dalam tulisan kali ini.
Dalam syirkah seperti ini, pihak-pihak yang berkongsi berhak
menggunakan barang syirkah dengan kuasa masing-masing. Dalam hal
ini, seseorang bertindak sebagai pemilik barang, jika yang digunakan
adalah miliknya. Dan sebagai wakil, jika barang yang dipergunakan
adalah milik rekannya.
4. Syirkah al-Abdan ( Bentuk kerjasama untuk melakukan karya)
Yaitu kerja sama antara dua orang atau lebih dalam usaha yang dilakukan
oleh tubuh mereka yakni masing-masing hanya memberikan konstribusi
kerja (amal) tanpa konstribusi modal (maal) seperti kerja sama sesama
dokter di klinik atau sesama arsitek.5

3
Abdul Manan ,Hukum Ekonomi Syari’ah , Penerbit Kencana, Jakarta, Edisi pertama,
2012, hal 115
4
Ibid hal 115
5
Ibid hal 117
Keuntungan yang diperoleh dibagi berdasarkan kesepakatan. Nisbahnya
boleh sama dan boleh juga tidak sama di antara mitra-mitra usaha (syark).
Contohnya: A dan B. keduanya adalah nelayan, bersepakat melaut bersama untuk
mencari ikan. Mereka sepakat pula, jika memperoleh ikan dan dijual, hasilnya
akan dibagi dengan ketentuan: A mendapatkan sebesar 60% dan B sebesar 40%.6
5. Syirkah Wujuh (Perseroan Antara Dua Badan)
Yaitu perseroan antara dua badan , dengan modal dari luar pihak diluar
kedua badan tersebut. Artinya salah seorang memberikan modalnya
kepada dua oranga atau lebih yang bertindak sebagai mudhorib
(pemodal).7
6. Syirkah Mudharabah (Perseroan Bagi Hasil)
Yaitu kerja sama antara dua orang atau lebih. Setiap pihak memberikan
suatu porsidari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja. Setiap
pihak membagi keuntungan dan kerugian secara sama. Contohnya: A
adalah pemodal, berkonstribusi modal kepada B dan C, dua insinyur
teknik sipil, yang sebelumnya sepakat, bahwa masing-masing
berkonstribusi kerja. Kemudian B dan C juga sepakat untuk
berkonstribusi modal, untuk membeli barang secara kredit atas dasar
kepercayaan pedagang kepada B dan C.8
7. Syirkah al-Mufawadhah (Perseroan Dengan Memberi Konstribusi)
Yaitu kerja sama antara dua orang atau lebih. Setiap pihak memberikan
suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja. Setiap
pihak membagi keuntungan dan kerugian secara sama. Contohnya: A
adalah pemodal, berkonstribusi modal kepada B dan C, dua insinyur
teknik sipil, yang sebelumnya sepakat, bahwa masing-masing
berkonstribusi kerja. Kemudian B dan C juga sepakat untuk
berkonstribusi modal, untuk
membeli barang secara kredit atas dasar kepercayaan pedagang kepada B
dan C.
6
Ibid hlm 122
7
Ibid hlm 125
8
Mardani, Fiqih Ekonomi Syariah, penerbit Kencana, Jakarta, tahun 2012, hal 224
c. Rukun Syirkah
Sulaiman Rasjid dalam Fiqih Islam menjelaskan Rukun Syirkah
berdasarkan syariat Islam sebagai berikut:
 Sighat (Lafadz Akad)
 Orang (pihak-pihak yag mengadakan serikat), yaitu pihak-pihak yang
mempunyai kepentingan dalam mengadakan perserikatan.
 Pokok pekerjaan (bidang usaha yang dijalankan). Dalam berserikat atau
kerja sama mereka (orang-orang berserikat) itu menjalankan usaha dalam
bidang apa yang menjdi titik sentral usaha apa yang dijalankan.

d. Syarat-syarat Syirkah
Terdapat beberapa syarat syirkah sebagaimana dijelaskan dalam buku Ilmu
Fiqih Islam Lengkap. Syarat-syarat syirkah mencakup:
 Syirkah dilaksanakan dengan modal uang tunai.

 Dua orang atau lebih berserikat, menyerahkan modal, mencampurkan


antara harta benda anggota serikat dan mereka bersepakat dalam jenis dan
macam perusahaanya.

 Dua orang atau lebih mencampurkan kedua hartanya, sehingga tidak dapat
dibedakan satu dari yang lainya.

 Keuntungan dan kerugian diatur dengan perbandingan modal harta serikat


yang diberikan. Adapun syarat-syarat orang (pihak-pihak) yang
mengadakan perjanjian serikat atau kongsi itu haruslah: Orang yang
berakal. Baligh. Dengan kehendak sendiri (tidak ada unsur paksaan).

Sedangkan mengenai barang modal yang disertakan dalam serikat dapat


berupa:
 Barang modal yang dapat dihargai (lazimnya sering disebutkan dalam
bentuk uang).
 Modal yang disertakan oleh masing-masing persero dijadikan satu, yaitu
menjadi harta perseroan, dan tidak dipersoalkan lagi dari mana asal-usul
modal itu.

e. Jenis-jenis Syirkah
Berdasarkan buku Fiqih Islam wa Adilatuhu Jilid 5, syrikah dibedakan
menjadi dua, yaitu:
1. Syirkah Amlak
Syirkah amlak adalah persekutuan kepemilikan dua orang atau lebih
terhadap suatu barang tanpa transaksi syirkah. Syirkah hak milik ini dibagi
menjadi dua, yaitu:
 Syirkah ikhtiyar (sukarela), yaitu syirkah yang lahir atas kehendak
dua pihak yang bersekutu. Contohnya, dua orang yang mengadakan
kongsi untuk membeli suatu barang atau dua orang yang
mendapatkan hibah atau wasiat di mana mereka berdua
menerimanya sehingga menjadi sekutu dalam hak milik.

 Syirkah jabar (paksa), yaitu persekutuan yang terjadi antara dua


orang atau lebih tanpa sekehendak mereka. Seperti dua orang yang
mendapatkan sebuah warisan sehingga barang waris menjadi hak
milik kedua orang yang bersangkutan.

2. Syirkah 'Uqud
Syirkah 'uqud adalah transaksi yang dilakukan dua orang atau lebih untuk
menjalin persekutuan dalam harta dan keuntungan. Terdapat beberapa jenis
syirkah ‘uqud sebagaimana dijelaskan dalam artikel Aplikasi Akad Syirkah dalam
Lembaga Keuangan Syariah dalam jurnal Al Amwal: Vol. 1, No. 1, Agustus
2018.
Macam-macam syirkah ‘uqud meliputi:
 Syirkah Al-amwal, yaitu persekutuan antara dua pihak pemodal
atau lebih dalam usaha tertentu dengan mengumpulkan modal
bersama dan membagi keuntungan dan resiko kerugian
berdasarkan kesepakatan.

 Syirkah A-a’mal atau syirkah abdan, yaitu persekutuan dua pihak


pekerja atau lebih untuk mengerjakan suatu pekerjaan. Hasil atau
upah dari pekerjaan tersebut dibagi sesuai dengan kesepakatan
mereka.

 Syirkah Al-Wujuh, yaitu persekutuan antara dua pihak pengusaha


untuk melakukan kerjasama dimana masing-masing pihak sama
sekali tidak menyertakan modal. Mereka menjalankan usahanya
berdasarkan kepercayaan pihak ketiga.

 Syirkah Al-Inan, yaitu sebuah persekutuan dimana posisi dan


komposisi pihak-pihak yang terlibat di dalamnya adalah tidak sama
baik dalam hal modal, pekerjaan, maupun dalam hal keuntungan
dan resiko kerugian.

 Syirkah Al-Mufawadhah, yaitu sebuah persekutuan dimana posisi


dan komposisi pihak-pihak yang terlibat didalamnya adalah sama,
baik dalam hal modal, pekerjaan, maupun dalam hal keuntungan
dan resiko kerugian.

 Syirkah Al-Mudharabah, yaitu persekutuan antara pihak pemilik


modal dengan pihak yang ahli dalam berdagang atau pengusaha,
dimana pihak pemodal menyediakan seluruh modal kerja. Dengan
kata lain perserikatan antara modal pada satu pihak, dan pekerjaan
pada pihak lain. Keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan,
sedangkan kerugian ditanggung oleh pihak pemodal.
KESIMPULAN

Kendatipun dalam islam perkongsian dagang ini telah diatur dalam konsep
syirkah tetapi masih sedikit yang menjalankannya. Pada kenyataan umumnya
pebisnis kita lebih suka pakai sistem konvensional, seperti Perseroan Terbatas
(PT) dan model perkongsian dagang lainnya. Kalau sekiranya yang terjadi hanya
istilahnya namun isi prakteknya sama dengan syari’ah mungkin tidak ada
masalah. Tetapi pada umumnya peseroan yang dipraktekkan dengan mengabaikan
prinsip syari’ah selalu saja diakhiri dengan sengketa dan berujung pada perkara
dan hasil putusan perkara selalu tidak adil. Oleh karena itu diturunkan tulisan ini
mudah-mudahan bisa menjadi sarana penyadaran para pelaku bisnis agar segera
merujuk pada prinsip syari’ah.
DAFAR PUSTAKA

Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah, Penerbit kencana, Jakarta tahun 2012

Abdul Rahman Ghazaly Dkk, Penerbit Prena Damedia Grop, Jakarta, 2010

Dewan Pengurus Fordebi dan Adesy, Ekonomi dan Bisnis Islam, Penerbit Raja

grafindo persada, Jakarta, Tahun 2016

Ika Fauzia, Prinsip dasar Ekonomi Islam, Penerbit Kencana, Jakarta, tahun 2014

Mardani, Fiqih Ekonomi Syari’ah, Penerbit Kencana, Jakarta, Tahun 2013

Mustafa EdwinNst Dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, Penerbit Kencana,

Jakarta tahun 2006

Anda mungkin juga menyukai