Disusun oleh :
NIM : 111-13-023
JURUSAN/PRODI : TARBIYAH/PAI
2015
Bab I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada dasarnya setiap manusia dalam aktifitasnya baik yang bersifat duniawi maupun
ukhrowi tidak lepas daripada tujuan dari apa yang akan ia peroleh selepas aktifitas tersebut,
dengan berbagai macam perbedaan sudut pandang manusia itu sendiri terhadap esensi dari
apa yang hendak ia peroleh, maka tidak jarang dan sangat tidak menutup kemungkinan sekali
proses untuk menuju pada tujuannya pun berwarna-warni.
Salah satu contoh dalam aktifitas sosial-ekonomi, banyak dari manusia sendiri yang
terjebak dalam hal ini, yang mana mereka lebih mengedepankan pada pemenenuhan hak
pribadi dan mengabaikan hak-hak orang lain baik hak itu berupa individu ataupun masyarakat
umum. Akan tetapi Islam sebuah agama rahmatan lil-alamin yang mengatur seluruh tatanan
kehidupan manusia, sehingga norma-norma yang diberlakukan islam dapat memberikan
solusi sebuah keadilan dan kejujuran dalam hal pencapaian manusia pada tujuan daripada
aktifitasnya itu, sehingga tidak akan terjadi ketimpangan sosial diantara mereka.
Salah satu cara untuk mencapai sebuah keadilan dan kejujuran adalah dengan adanya
kerja sama antara pemilik modal dan seseorang yang sering disebut dengan bagi hasil,
yangmana dilandasi pula oleh rasa tolong menolong. Sebab ada orang yang mempunyai
modal, tetapi tidak mempunyai keahlian dalam menjalankan roda perusahaan.
Namun ada pula mereka yang lebih memilih menjalankan usaha dengan cara bersekutu
dengan orang lain yang memiliki tujuan atau usaha yang sama. Dengan cara ini, mereka
semua yang mengikatkan diri berhak bertindak hukum terhadap harta itu, dan berhak
mendapatkan keuntungan sesuai dengan persetujuan yang disepakati.
Dengan demikian, dalam makalah ini akan dibahas tentang Musyarakah (syirkah) dan
Mudharabah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Musyarakah
1. Pengertian
Secara etimologi, asy-syirkah berarti percampuran, yaitu percampuran antara sesuatu
dengan yang lainnya, sehingga sulit dibedakan . Asy-syirkah termasuk salah satu bentuk kerja
sama dagang dengan rukun dan syarat tertentu, yang dalam hukum positif disebut dengan
perserikatan dagang.
Secara terminologi, ada beberapa definisi asy-syirkah yang dikemukakan oleh para
ulama fiqh.
Pertama dikemukakan oleh ulama Malikiyah. Menurut mereka, asy-syirkah adalah :
إ ذ ن فى الصرف لهما مع أ نفسهما فى مال لهما
“Suatu keizinan untuk bertindak secara hukum bagi dua orang yang bekerjasama
terhadap harta mereka.”
Kedua, definisi yang dikemukakan oleh ulama Syafi’iyah dan Hanabilah. Menurut
mereka, asy-syirkah adalah :
ثبو ت الحق فى شيئ إل ثنين فأ كثر على جهة الشيوع
“Hak bertindak hukum bagi dua orang atau lebih pada sesuatu yang mereka sepakati.”
Pada dasarnya definisi – definisi yang dikemukakan para ulama fiqh di atas hanya
berbeda secara redaksionalnya saja, sedangkan esensi yang terkandung di dalamnya adalah
sama, yaitu ikatan kerja sama yang dilakukan dua orang atau lebih dalam perdagangan.
Dengan adanya akad syirkah yang disepakati kedua belah pihak, semua pihak yang
mengikatkan diri berhak bertindak hukum terhadap harta serikat itu, dan berhak mendapatkan
keuntungan sesuai dengan persetujuan yang disepakati.
ابو داود. انا ثالث الشريكين مالم يخن احدهما صاحبه:يقول هللا تعالى
Artinya : “Allah berfirman," Aku Pihak ketiga dari dua orang yang berserikat, selama
mereka saling tidak khianat, jika salah seorangnya berkhianat, niscaya Aku keluar dari
perserikatan itu". HR. Abu Daud.
Atas dasar ayat diataslah para ulama fiqh menyatakan bahwa akad syirkah memiliki
landasan yang kuat dalam islam.”
2. Syirkah Al-Abdan/’Amal
Yaitu perserikatan yang dilaksanakan oleh dua pihak untuk menerima suatu
pekerjaan.
Contoh : A dan B. keduanya adalah nelayan, bersepakat melaut bersama untuk mencari
ikan. Mereka sepakat pula, jika memperoleh ikan dan dijual, hasilnya akan dibagi
dengan ketentuan: A mendapatkan sebesar 60% dan B sebesar 40%.
Dalam syirkah ini tidak disyaratkan kesamaan profesi atau keahlian
3. Syirkah Al-Mudharabah
Yaitu Persetujuan antara pemilik modal dan seorang pekerja untuk mengelola
uang pemilik modal dalam perdagangan tertentu,yang keuntungannya dibagi sesuai
dengan kesepakatan bersama, dan kerugian yang diderita menjadi tanggungan pemililk
modal saja.
Contoh : A sebagai pemodal (shahib al-mal/rabb al-mal) memberikan modalnya sebesar
Rp 10 juta kepada B yang bertindak sebagai pengelola modal (‘amil/mudharib) dalam
usaha perdagangan umum (misal, usaha toko kelontong).
4. Syirkah Al-Wujuh,
Yaitu Perserikatan yang dilakukan dua orang atau lebih yang tidak punya modal
sama sekali,dan mereka melakukan suatu pembelian dengan kredit serta menjualnya
dengan harga kontan,sedangkan keuntungan yang diperoleh dibagi bersama.
Contoh : A dan B adalah tokoh yang dipercaya pedagang. Lalu A dan B ber-syirkah
wujuh, dengan cara membeli barang dari seorang pedagang (misalnya C) secara kredit.
A dan B bersepakat, masing-masing memiliki 50% dari barang yang dibeli. Lalu
keduanya menjual barang tersebut dan keuntungannya dibagi dua, sedangkan harga
pokoknya dikembalikan kepada C (pedagang). Hal ini dapat berlangsung karena adanya
unsur kepercayaan dari si penyedia modal (pedagang)
5. Syirkah Al-Mufawadhah.
Adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang menggabungkan semua jenis
syirkah di atas (syirkah inan, ‘abdan, mudharabah, dan wujuh.
Contoh : A adalah pemodal, berkonstribusi modal kepada B dan C, dua insinyur teknik
sipil, yang sebelumnya sepakat, bahwa masing-masing berkonstribusi kerja. Kemudian
B dan C juga sepakat untuk berkonstribusi modal, untuk membeli barang secara kredit
atas dasar kepercayaan pedagang (D) kepada mereka.
Menurut ulama Hanabilah, yang sah hanya empat macam, yaitu: syirkah inan,
abdan, mudharabah, dan wujuh. Menurut ulama Malikiyah, yang sah hanya tiga
macam, yaitu: syirkah inan, abdan, dan mudharabah. Menurut ulama Syafi’iyah dan
Zhahiriyah, yang sah hanya syirkah inan dan mudharabah. Sedangkan menurut
Hanafiyah semua bentuk syirkah boleh/sah bila memenuhi syarat-syaratnya yang telah
ditetapkan.
Menurut mayoritas ulama fikih, bahwa rukun syirkah itu ada 3 (tiga), yaitu:
a. Akad (ijab-kabul), disebut juga shighat;
b. Dua pihak yang berakad (al-‘aqidani), syaratnya harus memiliki kecakapan melakukan
tasharruf (pengelolaan harta).
c. Obyek akad, disebut juga al-ma’qud ‘alaihi, yang mencakup pekerjaan (al-amal) dan
atau modal (al-mal).
Syarat sah akad ada 2 (dua) yaitu:
a. Obyek akadnya berupa tasharruf, yaitu aktivitas pengelolaan harta dengan melakukan
akad-akad, misalnya akad jual-beli.
b. Obyek akadnya dapat diwakilkan (wakalah), agar keuntungan syirkah menjadi hak
bersama di antara para syarîk (mitra usaha).
7. Hikmah Musyarakah
B. Mudharabah
1. Pengertian
Salah satu bentuk kerja sama antara pemilik modal dengan seseorang, yang pakar
dalam berdagang, di dalam fiqih islam disebut dengan mudharobah, yang oleh ulama fiqh
Hijaz menyebutnya dengan qiradh.
Secara terminologi, para ulama fiqih mendefinisikan mudharobah atau qiradh dengan:
أﻥ يد فع ا لما لك إلى العا مل ما ال يتجر فيه و يكو ن الر بح مشتر كا
“Pemilik modal menyerahkan modalnya kepada pekerja (pedagang) untuk
diperdagangkan, sedangkan keuntungan dagang itu menjadi milik bersama dan dibagi
menurut kesepakatan bersama.”
Dengan kata lain, mudharabah berarti : suatu bentuk kerja sama antara dua atau lebih
pihak di mana pemilik modal (shahibul amal) mempercayakan sejumlah modal kepada
pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian di awal. Bentuk ini menegaskan kerja sama
dengan kontribusi seratus persen modal dari pemilik modal dan keahlian dari pengelola.
Dengan pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan apabila terjadi kerugian dalam
perdagangan tersebut, maka kerugiannya ditanggung oleh pemilik modal. Dikarenakan yang
diserahkan kepada pekerja berupa sebuah modal, bukan manfaat seperti penyewaan mobil.
١١ مٞر َك ِر يٞ َّم ن َذ ا ٱَّلِذ ي ُيۡق ِر ُض ٱَهَّلل َقۡر ًضا َحَس ٗن ا َفُيَٰض ِع َف ۥُه َل ۥُه َو َل ٓۥُه َأۡج
Artinya : “Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka
Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh
pahala yang banyak.”
لŸŸبيع الى اجŸŸلم ثالث فيهن الŸŸه وسŸŸلى هللا عليŸŸول هللا صŸŸ قال رس:ه قالŸŸهيب عن ابيŸŸالح بن صŸŸعن ص
والمقارضة واخالط البر بااشعير للبيت الللبيع
“Dari Shahih bin Shuhaib r.a. bahwa Rasulullah saw. Bersabda, “Tiga hal yang di
dalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan
mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu
Majah)
Maksudnya adalah bentuk kerja sama antara pemilik modal dan pengelola modalyang
cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah
bisnis. Dalam pembahasan fiqih ulama salafus sholih seringkali dicontohkan dengan
ungkapan if’al ma syi’ta (lakukanlah sesukamu) dari pemilik modal kepada pengelola modal
yang memberi kekuasaan sangat besar.
Jenis ini adalah kebalikan dari mudharabah muthlaqah. Yakni pengelola modal dibatasi
dengan batasan jenis usaha, waktu atau tempat usaha.
Perbedaan antara keduanya terletak pada pembatasan penggunaan modal sesuai dengan
kehendak pemilik modal.
4. Syarat Mudharabah
1. Barang modal yang diserahkan pemilik modal berbentuk uang tunai, selain uang tunai
tidak diperbolehkan.
2. Yang melakukan akad mudarabah mampu menyerahkan / mengembalikan
3. Prosentase pembagian hasil keuntungan antara pemilik modal dan pengelola jelas
4. Pemilik modal melafalkan ijab, misal aku serahkan modal ini padamu untuk usaha, bila
mendapat untuk, laba dibagi dua dengan prosentase yang disepakati.
5. Pengelola bersedia mengelola modal dari pemilik modal]
6. Mudarabah berlaku sesama muslim, boleh dengan non muslim dengan syarat modal
dari orang non muslim dan yang mengelola orang muslim
7. Pengelola tidak boleh melakukan mudarabah dengan pihak lain kecuali diizinkan
pemilik modal
8. Keuntungan tidak dibagi selama akad masih berlangsung, kecuali bila kedua pihak
sepakat melakukan pembagian keuntungan
5. Rukun Mudharabah
6. Pembatalan Mudharabah
7. Hikmah Mudharabah
Mudharabah memiliki manfaat kepada pemilik maupun pengelola modal. Untuk
pemilik modal sendiri ia mendapatkan manfaat berupa pengalaman dari orang yang ia berikan
modal, sedangkan untuk pengelola, ia mendapatkan manfaat berupa harta yang dapat ia
kelola.
Bab III
KESIMPULAN
Sedangkan mudharabah berarti : suatu bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di
mana pemilik modal (shahibul amal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola
(mudharib) dengan suatu perjanjian di awal.
Hukum mudharabah adalah boleh (mubah), seperti dalam firman Allah dalam Q.S Al-
Hadid ayat 11 dan Hadis nabi S.A.W :
“Dari Shahih bin Shuhaib r.a. bahwa Rasulullah saw. Bersabda, “Tiga hal yang di
dalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan
mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu
Majah)
Mudharabah ada 2 jenis, yaitu Mudharabah Muthlaqah dan Mudharabah Muqayyadah
DAFTAR PUSTAKA