Anda di halaman 1dari 12

MUMTAHIYAH BI AMTAMLIK

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mk Fiqih muamalah kontemprorer

Dosen Pengampuh : Rijal Darwis SHI,MHI.

Disusun Oleh :

Ikram Amu: 202042003

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

IAIN SULTAN AMAI GORONTALO

2023

1
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanau Wata’ala yang
telah melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Makalah ini dengan baik. Judul Makalah yang penulis ambil adalah
Mumtahiyah bi amtamlik

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Matakuliah Fiqih muamalah


kontemprorer yang diajar oleh Bapak Rijal Darwis SHI, MHI. Makalah ini saya susun
dengan sungguh-sungguh. Banyak rintangan yang saya lewati, baik itu yang datang
dari diri saya sendiri maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran
dan pertolongan dari Allah SWT akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Gorontalo, 13 Maret 2023

PENULIS

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................2

DAFTAR ISI.......................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................4

1.1 Latar Belakang..........................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................4

1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................7

A. Pengertian al-Ijarah al-Muntahiyah Bi al-Tamlik (IMBT)........................... 5

B. Akad al-Ijarah al-Muntahiyah Bi al-Tamlik (IMBT)...............................5

C. Aplikasi Pembiyaan IMBT Pada Kepemilikan Perumahan (KPR)............5


D. Solusi Pembiayaan al-Ijarah al-Muntahiyah Bi al-Tamlik (IMBT) Berbasis
Dinar............................................................................................................5

BAB III PENUTUP.............................................................................................7

2.1 Kesimpulan....................................................................................................7

2.2 Penutup..........................................................................................................8

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat memiliki kebutuhan-kebutuhan yang

harus dipenuhi baik kebutuhan primer, sekunder, maupun tersier. Ada kalanya

masyarakat tidak memiliki cukup dana untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Oleh karenanya, dalam perkembangan perekonomian masyarakat yang semakin

meningkat muncullah jasa pembiayaan yang ditawarkan oleh Lembaga Perbankan

Syariah, salah satunya adalah Ijarah (sewa-menyewa). Ijarah adalah transaksi

sewa-menyewa atas suatu barang atau upah mengupah atas suatu jasa dalam

waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau imbalan jasa. Dalam praktik

lembaga keuangan syariah terdiri dari dua bentuk , yaitu : Ijarah dan al-Ijarah al-

Muntahiya bi al-Tamlik. al-Ijarah al-Muntahiyah bi al-Tamlik sama dengan

pengertian ijarah di atas tetapi dalam al-Ijarah al-Muntahiyah bi al-Tamlik barang

yang disewakan berubah kepemilikan. Jadi untuk lebih jelasnya tentang al-Ijarah

al-Muntahiyah bi al-Tamlik (IMBT) akan dibahas pada halaman selanjutnya.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian al-Ijarah al-Muntahiyah Bi al-Tamlik (IMBT) ?

1. Bagaimana Akad al-Ijarah al-Muntahiyah Bi al-Tamlik (IMBT) ?

2. Bagaimana Aplikasi Pembiyaan IMBT Pada Kepemilikan Perumahan (KPR)

3. Bagaimana Solusi Pembiayaan al-Ijarah al-Muntahiyah Bi al-Tamlik (IMBT)

Berbasis Dinar ?

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Al-Ijarah Al-Muntahiyah Bi Al-Tamlik (IMBT)

Secara bahasa, al-Ijarah al-Muntahiyah bi al-Tamlik memiliki arti


dengan memecah dua kata di dalamnya. Pertama adalah kata al-ijarah yang
berarti upah, yaitu suatu yang diberikan berupa upah terhadap pekerjaan. Dan
kata kedua adalah kata al-tamlik, secara bahasa memiliki makna yang dapat
menjadikan orang lain untuk memiliki sesuatu. Sedangkan menuru istilah, al-
tamlik bisa berupa kepemilikan terhadap benda, kepemilikan terhadap
manfaat, bisa dengan imbalan atau tidak. Jadi al-Ijarah al-Muntahiyah bi al-
Tamlik adalah perjanjian untuk memanfaatkan (sewa) barang antara bank
dengan nasabah dan pada akhir masa sewa, nasabah akan memiliki barang
yang telah disewakannya.1
Sedangkan didalam Fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia) nomor :
27/DSN-MUI/III/2002, IMBT adalah perjanjian sewa menyewa yang disertai
dengan opsi pemindahan hak milik atas benda yang disewa, kepada penyewa,
setelah selesai masa aqad ijarah.
Adapun didalam Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan (BAPEPAM dan LK) Nomor : PER.04/BI/2007 dalam
bab ketentuan umum IMBT adalah akad penyaluran dana untuk pemindahan
hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan
pembayaran sewa (ujrah) antara perusahaan pembiayaan sebagai pemberi
sewa (mu’ajjir) dengan penyewa (musta’jir) disertai opsi pemindahan hak
milik atas barang tersebut kepada penyewa setelah selesai masa sewa.
Akad pembiayaan IMBT ini timbul dalam praktek perbankan karena
adanya tuntutan kebutuhan yang semakin berkembang dalam masyarakat,

1
Anshori, Abdul Ghofur. 2007. Payung Hukum Perbankan Syariah di
Indonesia. Yogyakarta : UII Perss.

5
yang mana ternyata tidak diikuti dengan peningkatan kondisi keuangan yang
signifikan, sehingga tidak dapat mengimbangi pemenuhan akan berbagai
kebutuhan tersebut.
B. Fatwan DSN Tentang al-Ijarah al-Muntahiyah bi al-tamlik (IMBT)
Menimbang :
a. Bahwa dewasa ini dalam masyarakat telah umum dilakukan praktik
sewa beli, yaitu perjanjian sewa-menyewa yang disertai dengan opsi
pemindahan hak milik atas benda yang disewa, kepada penyewa,
setelah selesai masa sewa.
b. Bahwa dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut,
Lembaga Keuangan Syariah (LKS) memerlukan akad sewa-beli yang
sesuai dengan Syariah.
c. Bahwa oleh karena itu, Dewan Syariah Nasional memandang perlu
menetapkan fatwa tentang sewa-beli yang sesuai dengan syariah, yaitu
akad al-ijarah al-muntahiyah bi al-tamlik atau al-ijarah wal al-
iqtina untuk dijadikan pedoman.
Mengingat:
1. Firman Allah dalam QS. Al-Maidah (5) ayat 1 yaitu :
'‫يَـ‬
‫َٰأيـ‬
‫َّـها‬
‫ٱل‬
۟ ۟
‫ّ ِذي َن َء َاـمُن ٓـٰـ وا َْأوُف وا ِب ْٱـل ُعـقوِـد ۚ ُأ‬
‫ِح ل‬
‫ّ ْت َل ُكم‬

‫ى‬¹ ِ‫بِي َمةُ ٱْـلَْن َــعـِ'م ََِّّإل َما ي ُْـتـَل 'ى َعَْلي ُك ْم َ ْغ َـ ْي ُُِمل‬

‫ٱل َّ ْصـي ِد َوَأن ُْتـم ُ ُحـرٌم ۗ ِإ َّن ٱ ل َّّلَ َْـَي ُك ُم َما‬

6
‫ُيِري ُد‬
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan bagimu
binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu)
dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji.
Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.
2. Hadits Nabi riwayat Tirmidzi dari Amr bin Auf :

‫على‬
َ َ ‫ح َ ًلـَّل َأو ا ح َحر ًاـما واْل م‬ ِ ِ
ُ َ ‫َـ‬ َ َ ْ َ َ ‫َجا ٌئز َْبـ َْي اْل ُم ْسل َص‬ ‫ال ُّصْـل ُح‬
‫ْسلِ ُ ْمـو َن‬ ‫َّل‬ ‫ل ح‬ ‫ِمْـ َْي اََِّّل‬
‫ًحا َرم‬

‫َ َحـر ًاـما (رواه الرتمذي عن عمر بن‬


‫ُ ُشـْرو ِطِـه ْم َش َ َح َ ًلَّـل َْأو َا َح‬
)‫عوف‬
‫َّل‬ ‫ََِّّإل رًطا ح‬
‫رَم‬

7
“Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin, kecuali perdamaian
yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram, dan kaum
muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.
C. Aplikasi Pembiayaan IMBT Pada Kepemilikan Perumahan (KPR)

Dalam Islam pembiayaan untuk membantu masyarakat dalam rangka

memenuhi kebutuhan akan rumah pun bisa menjadi prioritas dalam

mewujudkan keadilan sehingga target pasarnya pun tidak hanya orang-orang-

orang yang memenuhi kriteria bank yang mampu dan berhak untuk

mendapatkan fasilitas pembiayaan.2

Sebuah instrumen pembiayaan perumahan harus memenuhi akad atau

kontrak yang diperbolehkan oleh aturan syariah yaitu akad yang tidak

mengandung riba, maysir, dan gharar yang salah satu diantaranya adalah akad

IMBT (al-Ijarah al-Muntahiyah bi al-Tamlik).

Terdapat banyak akad lain yang bisa menjadi pilihan dalam melakukan

pembiayaan perumahan secara syariah, yaitu akad al-Ijarah al-Muntahia bi

al-Tamlik. Akad ini merupakan akad sewa (ijarah) dan suatu aset riil, yaitu

pembeli rumah menyewa rumah yang telah dibeli oleh bank, dan diakhiri

dengan perpindahan kepemilikan dari bank kepada pembeli rumah. Didalam

akad IMBT ini terdapat dua buah akad, yaitu akad jual-beli (al-Bai’) dan akad

IMBT sendiri, yang merupakan akad sewa menyewa yang diakhiri dengan

perpindahan kepemilikan .
2
Ascarya, . 2008. Akad & Produk Bank Syariah. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.

8
Contoh:

Ada seseorang yang hendak menjual rumah seharga Rp 100.000.000,-

. Dan ada seorang pembeli B yang ingin membeli rumah tersebut dengan meminta

bantuan Bank A memberikan pembiyaan, maka Bank A dapat menawarkan kepada

pembeli B untuk bekerja sama dengan akad IMBT.

Maka kontrak pertama yang dilakukan adalah Bank A harus membeli rumah

kepada penjual rumah dengan harga Rp 100.000.000,- dan akan dilanjutkan dengan

perjanjian kontrak kedua, yaitu Bank A menyewakan rumahnya kepada pembeli B.

misalkan biaya sewa yang di sepakati adalah sebesar Rp 1.000.000,- perbulan selama

10 tahun (120 bulan), maka pembeli B akan mengeluarkan uang sampai 10 tahun

adalah sebesar Rp 1.000.000,- dikali 120 bulan adalah sebesar Rp 120.000.000,-.

D. Solusi Pembiayaan : al-Ijarah al-Muntahiyah Bi al-Tamlik (IMBT) Berbasis

Dinar.

Ijarah Muntahiyah Bi Tamlik (IMBT) adalah salah satu solusi

pembiyaan Islam bagi orang yang membutuhkan suatu barang namun belum

memiliki dana yang cukup, bahkan untuk membeli secara angsuran-pun

tabungannya belum mencukupi untuk membayar uang muka.

IMBT merupakan solusi karena dengan menyewa secara bulanan

seperti menyewa barang pada umumnya tetapi pada akhir periode sewa yang

disepakati. Pihak yang menyewakan memindahkan kepemilikan kendaraan

tersebut kepada penyewa. Pemindahan kepemilikan ini bisa dengan jual beli

atau bahkan dengan hibah saja. Namun, pembiayaan IMBT merupakan salah

9
satu solusi kepemilikan suatu baranag bukan berarti pembiayaan IMBT tidak

mengandung resiko kerugian. Kerugian bisa terjadi kepada pihak bank yang

memberikan pembiayaan. Kemungkinan kerugian bisa terjadi ketika

pembelian rumah dilakukan sebelum masa sewa berakhir, karena pendapatan

yang diperoleh lebih kecil daripada uang yang sudah dikeluarkan pada saat

membeli suatu barang. Kecuali pada saat pembelian dilakukan sebelum masa

sewa berakhir, pihak pembeli tetap melunasi biaya sewa. Namun, solusi ini

pun merugikan pihak pembeli sehingga perlu dijelaskan didalam kontrak yang

menjelaskan suatu skenario perhitungan apabila pihak pembeli melaukan

pembeliaan rumah yang dimiliki bank lebih cepat dari jangka waktu sewa

yang disepakati.

Dari sisi keuangan, akad IMBT ini secara relatif cendrung memeliki

potensi yang merugikan salah satu pihak. Bank memiliki kemungkinan

kerugiaan yang lebih besar daripada konsumen. Harga sewa akan cendrung

mengalami peningkatan seiring dengan berjalannya waktu. Namun, harga

sewa dalam akad IMBT ini sudah disepakati secara tetap diawal transaksi.

Dari sisi harga, harga jual pada saat akhir periode sewa yang sudah ditentukan

diawal pun berpotensi memiliki perbedaan prediksi, yaitu harga jual yang

disepakati lebih kecil daripada harga pasar. Hal ini pun dapat merugikan bank

penerbit pembiayaan akad IMBT ini.

Sebagai solusi dari permasalahan ini, pembiayaan IMBT dengan

menggunakan nilai dirham emas memiliki nilai yang stabil dari pada uang

10
kertas yang nilainya menurun sehingga bisa menimbulkan keadilan bagi pihak

yang memberikan pembiayaan (pihak bank).

PENUTUP

Al-Ijarah al-Muntahiyah bi al-Tamlik adalah perjanjian untuk memanfaatkan

(sewa) barang antara bank dengan nasabah dan pada akhir masa sewa, nasabah akan

memiliki barang yang telah disewakannya. Sedangkan didalam Fatwa MUI (Majelis

Ulama Indonesia) nomor : 27/DSN-MUI/III/2002, IMBT adalah perjanjian sewa

menyewa yang disertai dengan opsi pemindahan hak milik atas benda yang disewa,

kepada penyewa, setelah selesai masa aqad ijarah.

Mengenai akad ini diatur dalam fatwa DSN-MUI No.27/DSN-MUI/III/2002

tentang al-Ijarah al-Muntahiyah bi al-Tamlik (IMBT).

Pembiayaan IMBT ini merupakan solusi pembiayaan bagi orang yang

membutuhkan bahkan ingin memiliki suatu barang namun belum memiliki dana yang

cukup. Walaupun demikian, pembiayaan IMBT ini mengandung kemungkinan resiko

kerugian baik bagi penyewa maupun bagi pihak yang menyewakan.

Kemungkinan kerugian bisa terjadi ketika pembelian barang yang disewakan

dilakukan sebelum masa sewa berakhir, karena pendapatan yang diperoleh lebih kecil

dari pada uang yang sudah dikeluarkan pada saat membeli suatu barang. Kecuali pada

saat pembelian dilakukan sebelum masa sewa berakhir, pihak pembeli tetap melunasi

biaya sewa-menyewa. Namun, solusi ini pun merugikan pihak pembeli sehingga

perlu dijelaskan di dalam kontrak.

11
DAFTAR PUSTAKA

Anshori, Abdul Ghofur. 2007. Payung Hukum Perbankan Syariah di


Indonesia. Yogyakarta : UII Perss.

Ascarya, . 2008. Akad & Produk Bank Syariah. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.

Burhanuddin S., 2008. Hukum Perbankan Syariah di Indonesia. Yogyakarta


: UII Press.

Drs.H.M.Fauzan,SH.,MM.,MH., 2009. Kompilasi hukum Ekonomi


Syariah. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

http://www.bprsvitkacentral.com/main/index.php/kebijakan/fatwa.dsn/90-
27dsn-muiii 2002-al-ijarah-al-muntahiyah-bi-al-tamlik.

12

Anda mungkin juga menyukai