BAB I
PENDAHULUAN
1
Ahmad Azhar Basyir, Asas-asas Hukum Muamalat: Hukum Perdata Islam
(Yogyakarta: UII Perss, 2000), 32.
2
Munir, “Praktek Gadai Sawah dan Implikasi Sosial Ekonomi (Studi Kasus di Desa
Juruan Daya Kecamatan Batu Putih Kabupaten Sumenep Madura)”, Jurnal Ilmiah Mahasiswa
FEB Universitas Brawijaya, Vol. 2, No. 2 (2015): 1.
1
2
lain, yang telah menerima uang yang bersangkutan dikuasai oleh pihak
yang memberi uang (pemegang gadai). Tanah ini merupakan salah satu
contoh barang jaminan.3
Syafi‟i Antonio dalam karyanya menjelaskan bahwa gadai dalam
fikih dikenal dengan akad ar-Rahn dan diartikan sebagai “suatu akad
dimana menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas
pinjaman yang diterima”. Maksudnya bahwa dalam hal ini si peminjam
(rahin) harus menyediakan harta benda yang dimilikinya, yang mana
benda tersebut kemudian akan dijadikan jaminan untuk piutang yang
diambilnya dari si pemberi pinjaman (murtahin).4
Di Desa Banjarharjo Kecamatan Banjarharjo Kabupaten Brebes,
sering kali terjadi transaksi utang piutang dimana sawah dijadikan sebagai
barang jaminan atas utang mereka. Masyarakat di Desa Banjarharjo
Kecamatan Banjarharjo Kabupaten Brebes menggunakan 3 (tiga) macam
sistem gadai (sawah), yaitu ; a) Pemegang gadai mengerjakan sendiri
sawah gadai. b) Pemegang gadai menyuruh pihak ketiga untuk menggarap
sawahnya. c) Penggadai dapat terus menggarap sawah gadainya, kemudian
kedua belah pihak membagi hasil sawah sama seperti “bagi hasil”
masyarakat Banjarharjo biasa menyebutnya dengan “maro”.
Menurut pengamatan penulis praktek gadai dalam masyarakat
tersebut, terdapat hal yang bisa menyebabkan penggadai rugi, karena
penerima gadai sering kali mendapat keuntungan yang lebih besar dari
pada uang yang dipinjamkan. Selain itu jangka waktu yang ditetapkan
hanya untuk formalitas saja, terkadang rahin mengucapkan jangka
waktunya satu tahun kepada murtahin tapi kenyataannya tidak, murtahin
akan mengembalikan gadai sawah tersebut ketika rahin sudah mampu
melunasinya sampai bertahun-tahun.
Umumnya perjanjian itu dilakukan secara lisan antaa kedua belah
pihak tentang luas sawah dan jumlah uang gadai, dengan tidak
menyebutkan masa gadainya tapi adapula yang menyebutkan masa
3
Eddy Ruchyat, Pelaksanaan Landreform dan Jual Gadai Tanah Berdasarkan UU No.
56 (Prp) Tahun 1960 (Bandung: Armico, 1983), 66.
4
Muh. Syafi‟i Antonio, Bank Syari’ah Suatu Pengenalan Umum (Jakarta: Tazkia
Institute, 1999), 182.
3
5
Q.S. Al-Baqarah (2): 283.
4
)ُٗ ِّ ُغ ْش ُيُّ (سٔاِ انشافعٗ ٔداسقطْٛ َصا ِح ِث ِّ انَّ ِزٖ َس ََُُّْ نَُّ ُغُُ ًُُّ َٔ َعه ُ َِ ْغهََٚل
َ ٍْق ان َّشٍُْْ ِي
Artinya : Jaminan itu tidak menutupi yang punyanya dari manfaat barang
(yang digadaikan) itu, faedahnya kepunyaan dia, dan dia (juga)
wajib memikul beban (pemeliharaan).7
Kendatipun pemilik barang (jaminan) boleh memanfaatkan
hasilnya, tetapi dalam beberapa hal dia tidak boleh bertindak untuk
menjual, mewakafkan atau menyewakan barang jaminan itu sebelum ada
persetujuan dari pegadai. Apabila kita ayat diatas, maka apa yang berlaku
dalam masyarakat kita sudah menyalahi ketentuan agama, karena seolah-
olah pemegang gadai berkuasa penuh atas barang jaminan itu. Cara seperti
itu merupakan pemerasan dan sama dengan praktik riba, apalagi kalau
berpegang pada hadits berikut :
ض َج َّش َي ُْفَ َعحً فَ ُٓ َٕ ِس ًتا
ٍ ُك ُّم قَ ْش
6
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, 256-267.
7
HR. Daruquthni.
8
HR. Al-Bukhori.
9
Abdul Ghofur Anshori, Gadai Syariah di Indonesia (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2006), 204.
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perumusan masalah
penelitian dapat dijelaskan pada tiga hal berikut:
1. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini berfokus pada perspektif
gadai sawah dalam hukum ekomoni syariah di desa Banjarharjo
kecamatan Banjarharjo kabupaten Brebes. Dengan adanya penelitian
ini, penulis ingin mengetahui bagaimana hukum gadai dalam hukum
ekonomi syariah dengan benar, sehingga masyarakat mengetahui
bagaimana pelaksanaan gadai sawah dan mekanisme pengembalian
pembayaran gadai sawah yang benar dan sah menurut ajaran Islam atau
sesuai syariat agama islam.
a. Wilayah kajian
Penelitian ini mengkaji tentang Gadai Sawah Dalam
Perspektif Hukum Ekonomi Syariah. Penelitian ini tergolong dalam
wilayah kajian Lembaga Keuangan Syariah Bank dan Non Bank,
dengan topik kajian Transaksi dalam Gadai Syariah.
b. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan pendekatan studi kasus untuk
mengeksplorasi secara mendalam tentang gadai sawah dalam
perspektif hukum ekonomi syariah. Penulis dalam penelitian ini akan
menafsirkan “Gadai Sawah Dalam Perspektif Hukum Ekonomi
6
10
Nina Amanah, “Tinjauan Hukum Islam terhadap Praktek Gadai Sawah di Desa
Sindangjaya Kec. Ketanggungan Kab. Brebes”, Skripsi (Semarang: IAIN Walinsongo Semarang,
2017).
11
Saifudin,”Tinjauan Hukum Islam terhadap Praktek Gadai Sawah (Studi Kasus Desa
Salu Balo Kecamatan Mehalaan Kabupaten Mamasa)”, J-ALIF: Jurnal Penelitian Hukum
Ekonomi Syariah dan Sosial Budaya Islam, Vol. 2, No.1 (Mei, 2017).
9
12
Nunung Nursyamsiyah, “Perspektif Hukum Islam terhadap Tanah Sawah di Desa
Compreng Subang Jawa Barat”, Skripsi (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2015).
13
Aep Saeful Millah dan Harun Bisri,”Praktik Gadai Sawah Di Desa Sirnajaya Rajadesa
Menurut Perspektif Ekonomi Syariah”, Jurnal:Syari’ah Economic, Vol. 3, No. 1 (Juli, 2019).
10
14
Ayu Reski Cahyani Putri Biri dan Andi Safriani,”Tinjauan Hukum Islam terhadap
Pelaksanaan Transaksi Gadai Sawah (Studi Kasus Di Kabupaten Pinrang)”, Iqtishaduna: Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah, Vol. 2, No. 2 (Agustus, 2020).
11
E. Kerangka Pemikiran
Pemikiran awal atau bisa disebut kerangka berpikir ini dibuat
untuk menjadi pisau analisis terhadap masalah penelitian.15 Rianse dan
Abdi mengatakan bahwa kerangka pemikiran atau kerangka pikir
merupakan suatu konsep pemikiran untuk menjelaskan masalah riset
berdasarkan fakta-fakta, observasi dan telah pustaka dan landasan teori.
Gadai dalam bahasa Arab disebut Rahn. Menurut bahasa, Al-Rahn
berarti tetap dan lestari. Adapula yang menjelaskan bahwa rahn adalah
terkurung atau terjerat.16 Menurut istilah yang dimaksud dengan Rahn
adalah menjadikan suatu benda bernilai menurut pandangan syara‟ sebagai
tanggungan utang, dengan adanya benda yang menjadi tanggungan itu,
maka seluruh atau sebagian utang dapat diterima.
Adapun Rahn berarti:
ُُّْ عرِفَا ُإُِ ِي
ْ ُِ ًْ ِكٍُ اٚ ق
ٍّ ة ش َْٗ ٍء تِ َح
ُ غ
ْ َح
Artinya : Penahanan terhadap suatu barang dengan hak sehingga dapat
dijadikan sebagai pembayaran dari barang tersebut.
Dalam Ensiklopedi Indonesia, disebutkan bahwa gadai atau hak
gadai adalah hak atas benda terhadap benda bergerak milik si berhutang
yang diserahkan ke tangan si pemiutang sebagai jaminan pelunasan utang
si berutang tersebut tadi (pasal 1150-1160 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata).17
Adapun Praktek gadai seperti ini disebutkan dalam firman Allah
surat al-Baqarah ayat 279:
ْ ََلَ ذ ُ ْٔ ٔاٌِْ ذُ ْثرُ ْى فَهَ ُك ْى ُس ُء ٍ فَاٌِْ نَ ْى ذَ ْف َعهُ ْٕا فَؤْ َرَُ ْٕا ِت َح ْش
ج ج
ٌَْٕ ًُ ظ ِه ط اَ ْي َٕانِ ُك ْى ِّ ع ْٕ ِن ِ ّ ٍَب ِّي
ُ َّللا َٔ َس
)972( ٌَْٕ ًُ َظه ْ ََٔلَذ
15
Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian Hukum (Bandung: CV Pustaka Setia, 2009),
216.
16
Rachmat Syafe‟i, Fiqih Muamalah (Bandung: Pustaka Setia, 2001), 76.
17
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2003), 253.
12
18
Q.S. Al-Baqarah (2): 279.
19
Q.S. Al-Anbiya (21): 107.
20
Q.S. Al-An‟am (6): 48.
21
Mustafa Edwin, Pengenalan kslusif Ekonomi Islam (Jakarta: Prenadmedia Group,
2006), 16.
13
Murtahin mengerjakan
sendiri sawah gadainya, Pengembalian
semua biaya Berdasarkan Fatwa
pembayaran
pengelolaan sawah Nomor: 25/DSN-
diperpanjang, karena
ditanggung sedniri MUI/III/2002 Tentang
uang tersebut digunakan
begitupun keuntungan Rahn hukumnya tidak
untuk keperluan lain .
dari hasil panennya. boleh/batal.
adapun yang mejual
sawahnya setelah
bertahun-tahun
digadaikan
22
M. Nur Rianto, Ekonomi Islam (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), 3.
14
F. Metodologi Penelitian
a) Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan
hal ini, terdapat empat kunci yang harus diperhatikan dalam metode
penelitian ini yaitu cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan. 23 Dalam
metode penelitian ini penulis menggunakan penelitian deskriptif, yakni
suatu metode penelitian yang diupayakan untuk mengamati
permasalahan secara sistematis dan akurat mengenai fakta-fakta dan
sifat-sifat objek tertentu. Metode tersebut sering disebut juga dengan
metode analitik.24 Metodologi penelitian ini akan diuraikan sebagai
berikut:
1) Macam Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian lapangan (field
research) yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan langsung
ke lapangan guna memperoleh data yang lengkap dan akurat
mengenai praktek gadai sawah di Desa Banjarharjo. Pendekatan
yang dipakai dalam mendekati masalah objek kajian studi yakni:
a) Pendekatan normatif, yakni upaya mendekati masalah dengan
melihat apakah itu baik atau tidak, benar atau tidak menurut
hukum ekonomi syariah.
b) Pendekatan sosiologis, yaitu mendekati masalah dengan
melihat bagaimana sikap dan tingkah laku manusia. Keadaan
individu dari segi ekonomi dan kesehariannya dalam praktek
gadai sawah.
2) Jenis Penelitian
Dalam penyusunan penelitian ini menggunakan penelitian
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang diarahkan
untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau kejadian-kejadian
secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau
23
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,
2011), 15.
24
Nur Arifah, Panduan Lengkap Menyusun dan Menulis Skripsi, Tesis, dan Disertasi,
Lengkap dengan Teknik Jitu Menyusun Proposal Agar Segera Disetujui (Yogyakarta: Araska,
2018), 55-56.
15
26
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2015), 143.
27
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, 160.
17
28
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan : Teori – Aplikasi, 191.
18
G. Sistematika Penelitian
Sistematika penulisan merupakan penjabaran secara deskriptif dari
garis besar suatu hal yang akan ditulis meliputi bagian awal, isi, dan akhir.
Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini, sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini uraiannya meliputi latar belakang masalah, perumusan
masalah (identifikasi masalah, pembatasan masalah, dan rumusan
masalah), tujuan penelitian, manfaat penelitian, penelitian terdahulu,
kerangka pemikiran, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
29
Farida Nugrahani, Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan
(Surakarta: Cakra Books, 2014), 174-177.
19