Oleh;
dalam berbagai hal yang bersifat sosial, agama dan ekonomi, hal-hal ini tidak bisa
Terlebih dalam hal ekonomi, sebagai elemen penting dalam kehidupan dan
membutuhkan modal, namun tidak sedikit masyarakat yang tidak memiliki modal,
memenuhi kebutuhan pangan atau pun kebutuhan akan modal ketika masyarakat
ٌۖۖة
َو ْن ُكْنْمُت َعىَل َس َفٍر َّو َلْم ِجَتُد ْو ا اَك ِتًبا َفِر َهاٌن َّم ْقُبْو َض َف ْن َأِم َن َبْعُص ْمُك َبْع ًض اَفْلُيَؤ ِد اِذَّل ى اْؤ ُتِم َن
ِإ ِإ
َاٰم َنَتٗه َو ْلَيَّتِق َهللا َر َبٗه ۗ َو اَل َتْكُتُمْو ا الَّش َهاَدَة ۚ َو َمْن َّيْكُتْم َها َف َنٗه َء اٌمِث َقْلُبُۗه َو ُهللا ِبَم ا َتْع َم ُلْو َن َعِلٌمْي
ِإ
“ jika kamu didalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai) sedang
kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang
tanggungan yang di pegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian
kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu
menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah
Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan
barang siapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang
yang berdosa hatinya; dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.1
Salah satu transaksi utang piutang yang sering dilakukan adalah utang
piutang dengan skema gadai, transaksi gadai sangat popular dalam ekonomi islam,
dalam Islam istilah gadai diistilahkan dengan rahn, pengertian rahn secara
tanggungan utang; dengan adanya tanggungan utang itu seluruh atau sebagian
Barang jaminan bisa dari harta atau barang berharga yang dimiliki oleh
mejamin utang. Hal itu untuk menjaga apabila rahin (penggadai) tidak mampu
َع ْن َعاِئَش َة َر َيِض ُهللا َع َهْنا َأَّن الَّنَّيِب َص ىَّل ُهللا َعَلْي ِه َو َس َمَل اْش َرَت ى َط َع اًم ا ِم ْن ُهَيوِد ٍي
3
Syaikhu dkk, Fikih Muamalah Memahami Konsep dan Dialektika Kontemporer,
(Yogyakarta: K-media 2020), hlm.161.
Pada dasarnya jaminan memiliki nilai harga yang lebih besar dari
pinjaman (hutang). Jika barang jaminan yang digunakan berupa sawah atau ladang
dan kendaraan bermotor, maka hal ini akan menimbulkan permasalahan apakah
atau tidak. Petanyaan ini timbul sebagai akibat dari jaminan yang berada di bawah
jaminan menurut mereka, tidak boleh bagi yang menerima gadai untuk
mengambil manfaat dari barang jaminan,. Oleh karena itu, tidak boleh ia
kain jaminan dan tidak boleh memberi pinjaman selama barang itu masih dalam
jaminan, kecuali atas izin rahin (orang yang menggadaikan). Karena itu semua
manfaat dan hasil-hasil yang diperoleh dari barang jaminan semuanya menjadi
jaminan. Kecuali barang jaminan itu dipakai oleh orang yang menggadaikam.4
4
Abu Azam Alhadi, Fikih muamalah kontemporer, (Depok, Rajawali Pres 2017),
hlm.167.
Pendapat kedua dari ulama malikiyah, menurut ulama malikiyah manfaat
atau nilai tambah yang datang dari barang jaminan adalah milik rahin (orang yang
tersebut hanya berlaku pada utang piutang. Adapun pada perjanjian gadai, mereka
jaminan selama hal itu tidak dijadikan syarat dalam transaksi. Hal ini berdasarkan
pernyataan ulama mazhab yang menyatakan: hasil dari barang jaminan ataupun
manfaatnya adalah hak bagi pemberi jaminan, selama penerima jaminan tidak
mensyaratkan pemanfaatannya.5
Pendapat ketiga dari ulama Hanabilah, bahwa barang gadaian bisa berupa
hewan yang dapat di tunggangi atau dapat diperah susunya, atau bukan berupa
hewan. Apabila berupa hewan tunggangan atau perahan, penerima gadai boleh
pemiliknya, sesuai dengan biaya yang telah dikeluarkan penerima gadai. Selain itu
penerima gadai supaya memanfaatkan barang gadaian dengan adil sesuai dengan
berupa hewan, penerima gadai boleh mengambil air susunya dan menungganginya
dalam kadar seimbang dengan makanan dan biaya yang diberikan untuknya.
5
Ibid, hlm.168.
6
Ibid, hlm.168.
Dalam hal ini izin penggadai tidak di perlukan. Namun menurut mazhab Hambali,
apabila agunan itu bukan berupa hewan atau sesuatu yang tidak memerlukan biaya
pinjaman dengan sekema gadai dengan tujuan mendapat manfaat dari barang
gadai (marhun).
di sana.
1. Tujuan Penelitian
barang jaminan.
a. Secara teoritis
hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangsih untuk menambah
b. Secara praktis
D. Devinisi Oprasional
2. Gadai : gadai atau rahn adalah menjadikan suatu barang yang memiliki
8
Budi Suryadi, pengantar antropologi, ( yogyakarta: Nusa Media Yogyakarta 2012),
hlm.54.
9
Akhmad Farroh Hasan, Fikih Muamalah dari Klasik Hingga Kontemporer, (malang:
UIN-Maliki Press 2018), hlm.124.
3. Lahan pertanian : lahan pertanian adalah suatu hamparan (areal) tertentu di
masa lalu atau saat ini yang ada di atas tanah atau
E. Telaah Pustaka
Lampung terhadap gadai kebun damar ditinjau dari ekonomi islam, skripsi ini
kebun damar dan bagaimana tinjauan ekonomi Islam terhadap persepsi kebun
Provinsi Lampung terhadap gadai kebun damar dan untuk mengetahui tinjauan
Pesisir Barat Provinsi Lampung, kesimpulan dari skripsi ini adalah pesepsi
10
Ahmad Fauzi, Analisis alih fungsi lahan padi sawah menjadi tambak udang vannamei
( studi kasus : Desa Pasar Baru Kecamatan teluk mangkudu, Kabupaten Serdang Bedagai),(skripsi,
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara UMSU : Medan 2019), hlm.14.
masyarakat Desa Tanjung Raya dalam pelaksanaan gadai kebun damar dari
pihak penerima gadai (murtahin) merasa sudah benar dengan alasan untuk
pengelolaan hasil dari barang jaminan dan menjadi kultur dilakukan secara
turun menurun. Sedangkan dari pihak pemberi gadai (rahin) merasa terbantu
keluarga, biaya Pendidikan anak, dan untuk modal usaha. Akad perjanjian
kedua belah pihak dilakukan atas dasar suak sama suka sehingga meningkatkan
masyarakat yaitu dilihat dari pemanfaatan barang gadai yang dilakukan belum
kali lipat dari hasil pemanfaatan barang gadai dan utang yang diberikan
penerima gadai (murtahin) ke pemberi gadai (rahn), jika demikian maka orang
yang memegang gadai yang memanfaatkan barang gadai tak ubahnya seperti
qiradh (utang piutang) yang mengalirkan manfaat yang oleh Nabi disebutkan
Islam dan pegadaian sipirok juga memiliki pelayanan yang baik dan juga
karyawan yang ramah dan sopan. Masih banyak masyarakat yang belum
produk yang sesuai dengan syariah Islam dan juga dapat mengatasi masalah
Prapat.
memiliki persepsi yang baik, hal ini dilihat dari skala likert yang menunjukan
sangat setuju yakni 64.00 (%) terhadap pegadaian syariah di rantau prapat hal
ini dilihat dari beberapa aspek yang dijadikan dasar dalam menilai persepsi
kwalitas pelayanan pegadaian di Rantau Prapat yakni sebesar 99% dari total
barang yang digadaikan yakni 1619,54 % selama tahun 2010 hingga 2012
kenaikan yang signifikan sesuai dengan penilaian persepsi dan pelayanan yang
F. Kerangka Teori
1. Persepsi
a. Pengertian persepsi
atau nyata.
b. Pembagian Persepsi
diramalkan.13
11
Nur Rahmah Mus,“persepsi masyarakat terahadap pelayanan di puskesmas manggeng aceh
barat daya” (skripsi, UIN Ar-raniry Darussalam : Banda aceh 2020 ) hlm.8.
12
Heriyanto,”persepsi masyarakat terhadap kualitas pelayanan publik pada bagian
administrasi kesejahteraan rakyat pemerintah kabupaten gunung kidul diy”,( skripsi, Universitas
Negeri Yogyakarta, Yogyakarta 2014).hlm,10.
13
Ibid, hlm.10.
14
Ivanna Frestilya Ari Shandi,”persepsi masyarakat tentang pergaulan bebas di masa
peminangan ( studi kasus di Desa Banarjoyo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur),(
skripsi, IAIN Metro, Metro 2020). Hlm.14.
yang diteruskan dengan upaya pemanfaatannya. Hal itu akan di
yang dipersepsikan.
tidak selaras dengan obyek yang dipersepsi. Hal itu akan diteruskan
dipersepsikan.
a. Faktor internal
1. Latar belakang
15
Ivanna Frestilya Ari Shandi,”persepsi masyarakat tentang pergaulan bebas di masa
peminangan ( studi kasus di Desa Banarjoyo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur),(
skripsi, IAIN Metro, Metro 2020). Hlm.14.
Latar belakang yang mempengaruhi hal-hal yang dipilih
2. Pengalaman
pengalaman pribadinya.
3. Kepribadian
antara satu orang dengan yang lain itu berbeda atau juga antara satu
4. Sistem nilai
5. Penerimaan diri
b. Faktor eksternal
1. Intensitas, Umumnya, rangsangan yang lebih intensif, mendapatkan
perhatian.
3. Kontrasa, Secara umum hal-hal yang biasa dilihat akan cepat menarik
perhatian.
4. Gerakan, Benda yang bergerak lebih menarik perhatian dari hal yang
diam.
menyeleksi informasi.
b. Apek-aspek persepsi
sikap.
berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang dengan obyek sikap.
Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang
2. Ekonomi Islam
dengan ilmu ekonomi. Dalam hal ini ali anwar yusuf memberikan
Islam.
sunnah.17
atau hadits, Ijma dan Qiyas atau Ijtihad. Begitu juga sumber hukum yang
1. Al-Qur’an
17
Khadijah Widia Ningsih, “Persepsi Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Pegadaian Perspektif
Ekonomi Islam (studi kasus di Kelurahan Iringmulyo Metro Timur)”, (skripsi, IAIN Metro, Metro
2020), hlm.27.
Allah SWT. Memrintahkan manusia untuk memenuhi
َف َذ ا ُقِض َيِت الَّص لٰو ُة َفاْنَتُرِش وا ىِف اَألْر ِض َو اْبَتُغوا ِم ْن َفْض ِل ِهللا َو اْذ ُكُر وا َهللا َكِثًرْي ا
ِإ
َّلَع َّلْمُك ُتْف ِلُح ْو َن
yaitu:
18
QS. AL-Jumu’ah [10]; 62.
3. Gadai (rahn)
Gadai menurut bahasa berarti jaminan, tetap, kekal. Perjanjian ini lazim
sebagai berikut:19
Kedua, menurut ulama malikiyah rahn adalah harta pemilik yang dijadikan
sebagai jaminan utang yang memiliki sifat mengikat. Menurut mereka, yang
dijadikan jaminan bukan hanya barang yang bersifat materi, bias juga barang yang
bersifat manfaat tertentu. Barang yang dijadikan jaminan tidak harus diserahkan
barang pemilik sebagai jaminan utang, yang bias dijadikan sebagai pembayar
utang apabila orang yang berutang tidak bisa melunasi utangnya. Pengertian rahn
yang dikemukakan ulama syafi’iyah ini member pengertian bahwa barang yang
bias dijadikan jaminan utang hanyalah harta yang bersifat materi, tidak termasuk
manfaat itu menurut ulama syafi’iyah dan hanabilah, termasuk dalam pengertian
kekayaan.
19
Abu Azam Alhadi, Fikih muamalah kontemporer, (Depok, Rajawali Pres 2017),
hlm.160
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan
bahwa gadai adalah suatu perjanjian yang menjadikan harta benda bernilai
ekonomis sebagai jaminan atas hutang dan jaminan tersebut dijadikan sebagai
keyakinan bahwa uang yang dipinjamkannya akan dikembalikan. Jika pihak yang
a. Al-quran
b. Hadits
20
QS. Albaqarah[2]: 283.
Di samping itu terdapat hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan
Muslim dari Aisiyah binti Abu Bakar, yang menjelaskan bahwa Rasulullah
َاَّن الَّنَيِب َص ىَّل ُهللا َعَلْي ِه َو َس َمَّل اْش َرَت ى َط َع اًم ا َمْن ُهَيْو ِد ٍي ىَل َأَج ٍل َو َر َه َنُه ِد ْر ًعا ِم ْن
ِإ
َح ِد ْيٍد
”Sesungguhnya ,Nabi shallallahu’ alaihi wa sallam membeli bahan
makan andari seorang yahudi dengan cara berutang ,dan beliau
menggadaikan baju besinya”. (Hr. Al-Bukhari no. 2513 dan Muslim
no. 1603)21
Berdasarkan dua landasan hukum tersebut ulama bersepakat
sebagian besar (jumhur) ulama, ada beberapa rukun bagi akad rahn yang
8. Rukun Gadai
Gadai atau pinjaman dengan jaminan memiliki beberapa rukun sebagai berikut :
a. Pelaku akad yaitu ar-rahin (orang yang menggadaikan) dan al-murtahin (orang
b. Objek akad yaitu al-marhun (barang yang digadaikan) dan al-marhun bih
(pembiayaan).
a. Syarat yang terkait dengan orang yang berakad adalah cakap bertindak hukum.
Kecakapan bertindak hukum, menurut jumhur ulama adalah orang yang balig
dan berakal. Sedangkan menurut ulama Hanafiyah, kedua belah pihak yang
berakad harus berakal dan mumayyiz, tidak disyaratkan balig tetapi cukup
berakal saja. Oleh sebab itu, menurut mereka, anak kecil yang mumayyiz boleh
melakukan akad rahn (gadai) dengan syarat akad gadai yang dilakukan anak
b. Syarat Shigat (lafal). Menurut ulama hanafiyah akad rahn (gadai) itu tidak boleh
dikaitkan dengan syarat tertentu atau dikaitkan dengan masa yang akan datang
karena akad gadai sama dengan akad jual beli. Apabila akad itu dibarengi
dengan syarat tertentu atau dikaitkan dengan masa yang akan datang maka
syaratnya batal tetapi akadnya tetap sah. Misalnya orang yang berhutang
mensyaratkan apabila tenggang waktu hutang telah habis dan hutang belum
terbayar maka gadai itu diperpanjang satu bulan atau pemberi hutang
apabila syarat itu bertentangan dengan tabi‟at akad gadai maka syaratnya batal,
boleh dijual. Syarat yang demikian itu tidak saja membatalkan syarat rahn, tetapi
c. Syarat marhun bih (hutang) adalah merupakan hak wajib yang harus
dikembalikan kepada orang tempat berhutang, hutang itu boleh (dapat) dilunasi
dengan barang jaminan tersebut; dan hutang itu jelas dan tertentu.
d. Syarat marhun (barang yang dijadikan jaminan), menurut para pakar fiqih barang
jaminan itu adalah barang yang dapat diperjualbelikan, Barang jaminan adalah
barang yang memiliki nilai ekonomis (mempunyai nilai harta secara hukum
Setiap barang yang bermanfaat harus dimanfaatkan. Oleh karena itu tidak
barang gadaian maka terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai siapa
yang berhak memanfaatkan barang gadaian yang dijadikan jaminan atas hutang.
23
Syaikhu dkk, Fikih Muamalah Memahami Konsep dan Dialektika Kontemporer,
(Yogyakarta: K-media 2020), hlm.163.
Terkait pemanfaat barang gadaian oleh orang yang menggadaikan maka ada
dua pendapat dari kalangan ulama. Mayoritas Ulama selain syafi‟iyah berpendapat
selain hewan murtahin tidak boleh memanfaatkan marhun tanpa seizin rahin.
Persoalan lain adalah apabila yang dijadikan barang jaminan itu adalah
memanfaatkan hewan ternak itu apabila mendapat izin dari pemiliknya. Ulama
hewan itu dibiarkan saja tanpa diurus oleh pemiliknya maka pemegang jaminan
harta itu sia-sia termasuk pemubadziran yang dilarang oleh Rasulullah Saw.
adalah hewan maka pemegang jaminan berhak untuk mengambil susunya dan
pemegang barang jaminan tersebut. Hal ini dijelaskan dalam hadits nabi yang
mengatakan:
الَّر ْه ُن ُيْر َكُب ِبَنَفَقِتِه َو ُيَرْش ُب َلُنَب ادَّل ِّر َذ ا اَك َن َم ْر ُه ْو اًن َو َلُنَب ادَّل ِّر ُيَرْش ُب ِبَنَفَقِتِه َذ ا اَك َن
ِإ ِإ
َم ْر ُه ْو اًن َو َعىَل اِذَّل ى َيَرْش ُب َو َيْر َكُب الَّنَفَقُة
“Hewan yang dijadikan barang jaminan itu dimanfaatkan sesuai dengan biaya
yang dikeluarkan, dan susu dari kambing yang dijadikan barang jaminan
diminum sesuai dengan biaya yang dikeluarkan, dan pada setiap hewan yang
dimanfaatkan dan diambil susunya (wajib) dikeluarkan biayanya.” ( HR. al-
Bukhari, al-Tirmidzi dan Abu Daud).
Kendatipun murtahin boleh memanfaatkan hasilnya tetapi dalam beberapa
hal dia tidak boleh bertindak untuk menjual, mewakafkan atau menyewakan barang
G. Metode Penelitian
menggali data yang bersumber dari lokasi atau lapangan penelitian yaitu Dusun
Bebokar.
24
Syaikhu dkk, Fikih Muamalah Memahami Konsep dan Dialektika Kontemporer,
(Yogyakarta: K-media 2020), hlm.165.
Pendekatan penelitian ini masuk dalam kategori penelitian kualitatif
gambar dan kebanyakan bukan angka-angka, kalaupun ada angka sifatnya hanya
B. Sumber Data
Dusun Bebokar yang pernah mmelakukan ternsaksi gadai baik sebagai rahin
menurut bungin sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari
sumber kedua atau sumber skunder dari data yang dibutuhkan. 27dalam hal ini
dari hasil wawancara yang dilakukan dengan tokoh masyarakat dan kepala
a. wawancara
Sedangkan wawancara tak terpimpin adalah wawancara yang tidak terarah atau
dilakukan secara sambal lalu atau sepontan29. Dalam penelitian ini peneliti
disiapkan terlebih dahulu dan tidak keluar dari pertanyaan yang telah disiapkan.
b. Dokumentasi
28
Rifa’i Abubakar, Pengantar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta, SUKA-Press UIN
Sunan Kalijaga 2021), hlm.67.
29
Ibid, hlm.68.
sedangkan record adalah setiap pernyataan tertulis yang disusun oleh seseorang
akunting.30
referensi yang berkaitan dengan gadai (rahn), informaasi melalui internet serta
data yang akan digunakan adalah analisis data kualitatif, analisis data kualitatif
berkaitan dengan data berupa kata atau kalimat yang dihasilkan dari objek penelitian
serta berkaitan dengan kejadian yang melingkupi suatu objek penelitian. 32dengan
H. Sistematika Pembahasan
BAB I. PENDAHULUAN
BAB ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan
30
Rifa’i Abubakar, Pengantar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta, SUKA-Press UIN
Sunan Kalijaga 2021), hlm.114.
31
Samsu, Metode Penelitian(Teori dan Aplikasi penelitian Kualitatif,kuantitatif, mixed
methods, serta research & development), (jambi, pusaka jambi 2017), hlm.103.
32
Sandu siyoto, dan M. ali sodikin, Dasar Metodologi Penelitian, (kediri, Literasi median
Publishing 2015), hlm.120.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
Memuat uraian tentang tinjauan Pustaka terdahulu dan kerangka teori relevan
justifikasi atau alasannya, jenis penelitian, desain, lokasi, populasai dan sampel,
metode pengumpulan data, definisis konsep dan variable, serta analisis data yang
digunakan.
pendekatan, sifat penelitian dan rumusan masalah atau fokus penelitiannya, (2)
pembahasan, sub pembahasan (1) dan (2) dapat digabung menjadi satu kesatuan, atau
BABA V. PENUTUP
Langkah-langkah apa yang pelu diambil oleh pihak-pihak terkait dengan hasil
fokus penelitian.
fokus penelitian.
Bulan ke:
NO Kegiatan 1 2 3 4 5 6
1 Penyusunan proposal
2 Seminar proposal
3 Memasuki lapangan
analisis
5 Membuat drap laporan
6 Penyempurnaan laporan
J. Daftar Pustaka
Alhadi, Abu Azam, Fikih muamalah kontemporer, Depok: Rajawali Pres 2017
Tim penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi IAI Nurul Hakim, Kediri: IAINH
Presss, 2013
Tarantang, Jefry, dkk, Regulasi dan Implementasi Pegadaian Syariah Di Indonesia,
Yogyakarta: K-Media 2019
Shandi, Ivanna Frestilya Ari ,”persepsi masyarakat tentang pergaulan bebas di masa
peminangan ( studi kasus di Desa Banarjoyo Kecamatan Batanghari
Kabupaten Lampung Timur),( skripsi, IAIN Metro, Metro 2020)
Sudiarti, Sri, Fikih Muamalah Kontemporer, Medan: FEBI UIN-SU Press 2018