Anda di halaman 1dari 33

PROPOSAL SKRIPSI

PERSEPSI MASYARAKAT DAN TINJAUAN EKONOMI ISLAM


TERHADAP PRAKTIK GADAI LAHAN PERTANIAN (Studi Kasus
Dusun Bebokar Desa Pengadangan Kecamatan Pringgasela Lombok Timur)

Oleh;

YOGI ANGSIR HAKIANNUR


NIM : 2018.103.0220.000235

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NURUL HAKIM
KEDIRI LOMBOK BARAT NTB
2022
A.Latar Belakang

Masyarakat sebagai mahluk sosial tidak lepas dari interaksi antar

masyarakat dengan masyarakat yang lain, karena masyarakat saling

membutuhkan dalam berbagai hal yang bersifat sosial, agama dan ekonomi,

hal-hal ini tidak bisa lepas dalam interaksi antar masyarakat.

Terlebih dalam hal ekonomi, sebagai elemen penting dalam kehidupan

dan untuk memenuhi kebutuhannya,masyarakat harus ikut serta dalam

perekonomian yang ada di komunitas mereka masing-masing, baik mereka

menjadi konsumen atau pun produsen, untuk menjadi konsumen ataupun

produsen masyarakat membutuhkan modal, namun tidak sedikit masyarakat

yang tidak memiliki modal, hal ini menyebabkan masyarakat melakukan

transaksi pinjam meminjam.

Transaksi ini sering dilakukan ketika ekonomi sedang terdesak untuk

memenuhi kebutuhan pangan atau pun kebutuhan akan modal ketika

masyarakat menjadi konsumen ataupun produsen, Islam sebagai agama yang

telah disempurnakan mengatur utang piutang yang dilakukan masyarakat yakni

dalam al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 283, sebagai berikut:

‫ٌۖۖة‬
‫ُيَؤ ِد‬ ‫ْل‬‫َف‬‫ْعًضا‬‫ْم َب‬ ‫ُك‬ ‫ْعُص‬ ‫َأ‬
‫َو ِإْن ُكْنُتْم َع َلى َس َفٍر َّو َلْم َتِج ُد ْو ا َك اِتًبا َفِر َهاٌن َّم ْقُبْو َض ِإ ِم َن َب‬
‫ْن‬ ‫َف‬

‫اَّلِذ ى اْؤ ُتِم َن َاٰم َنَتٗه َو ْلَيَّتِق َهللا َرَبۗٗه َو اَل َتْك ُتُم ْو ا الَّش َهاَدَةۚ َو َم ْن َّيْك ُتْمَها َفِإَنٗه َء اِثٌم َقْلُبُۗه َو ُهللا ِبَم ا‬

‫َتْع َم ُلْو َن َع ِلْيٌم ۝‬


“ jika kamu didalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai)

sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang

tanggungan yang di pegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian

kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu

menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah

Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan

barang siapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang

yang berdosa hatinya; dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”1.

Salah satu transaksi utang piutang yang sering dilakukan adalah utang

piutang dengan skema gadai, transaksi gadai sangat popular dalam ekonomi

islam, dalam Islam istilah gadai diistilahkan dengan rahn, pengertian rahn

secara etimologi berarti “tetap”, “berlangsung” dan “menahan” dan secara

etimologi berarti menjadikan suatu benda bernilai menurut pandangan syara’

sebagaitanggungan utang; dengan adanya tanggungan utang itu seluruh atau

sebagian utang itu dapat diterima.2

Barang jaminan bisa dari harta atau barang berharga yang dimiliki

oleh peminjam, barang jaminan pada perinsipnya bertujuan meminta

kepercayaan dan mejamin utang. Hal itu untuk menjaga apabila rahin

(penggadai) tidak mampu mengembalikan atau menepati janjinya, bukan untuk

mencari keuntungan saja, Rasulullah SAW. Semasa hidupnya pernah

1
QS. Al-Baqarah[2]; 283.
2
Jefry tarantang dkk, Regulasi dan Implementasi Pegadaian Syariah Di Indonesia, (Yogyakarta:
K-Media 2019), hlm.13.
melakukan transaksi gadai sebagaimana dalam hadits dari aisyah RA. Sebagai

berikut:

‫َع ْن َعاِئَش َة َر ِض َي ُهللا َع ْنَها َأَّن الَّنِبَّي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َلَم اْش َتَر ى َطَع اًم ا ِم ْن‬

‫َيُهوِد ٍي ِإَلى َأَج ٍل َو َر َهَنُه ِد ْر ًعا ِم ْن َح ِد ْيٍد رواه البخاري‬

“Dari aisyah RA. Menjelaskan bahwa Rasulullah SAW. Pernah membeli


makanan dari seorang yahudi, dan dia menggadaikan baju besinya”.(HR.
Bukhari)3
Pada dasarnya jaminan memiliki nilai harga yang lebih besar dari

pinjaman (hutang). Jika barang jaminan yang digunakan berupa sawah atau

ladangdan kendaraan bermotor, maka hal ini akan menimbulkan permasalahan

apakah barang yang dijaminkan dapat dimanfaatkan oleh murtahin (pemberi

pinjaman) atau tidak. Petanyaan ini timbul sebagai akibat dari jaminan yang

berada di bawah penjagaan murtahin (pemberi pinjaman), karena adanya

kemungkinan penggunaan jaminan oleh pemegang jaminan.

dalam praktiknya masyarakat menggadaikan sawah atau ladangnya

kepada masyarakat yang memiliki modal lebih (surplus modal), untuk

mendapatkan modal (marhun bih), masyarakat penggadai pada umumnya

memberikan wewenang kepada penerima gadai untuk mengelola barang

jaminannya (marhun).

Terkadang masyarakat yang memiliki modal sengaja menawarkan

pinjaman dengan sekema gadai dengan tujuan mendapat manfaat dari barang

gadai (marhun).
3
Syaikhu dkk, Fikih Muamalah Memahami Konsep dan Dialektika Kontemporer, (Yogyakarta: K-
media 2020), hlm.161.
Akad tersebut akan menimbulkan ketidakadilan bagi rahin atau

pengambilan keuntungan sepihak. Ketidak adilan disini yaitu murtahin akan

mendapatkan hasil dari pemanfaatan lahan peratanian tersebut sedangkan rahin

dari pemilik lahan pertanian tersebut tidak mendapatkan apapun. Seharusnya

yang diserahkan oleh rahin kepada murtahin adalah surat bukti kepemilikan

lahan, bukan lahannya, karena hal ini juga akan menimbulkan kerugian kepada

rahin, karena lahan pertaniannya dimanfaatkan oleh murtahin dan hutang rahin

harus di bayarkan kepada murtahin.

Berdasarkan pemaparan tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti

bagaimana persepsi masyarakat di Dusun Bebokar Kecamatan pringgasela

terhadap mekanisme gadai yang terjadi di Dusun tersebut, dengan

merumuskannya dalam bentuk skripsi dengan judul PERSEPSI

MASYARAKAT DAN TINJAUAN EKONOMI ISLAM TERHADAP

PRAKTIK GADAI LAHAN PERTANIAN (Studi Kasus Dusun Bebokar Desa

Pengadangan Kecamatan Pringgasela Lombok Timur).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti merancang

rumusan masalah sebagai berikut:


1. Bagaimanakah bentuk praktik gadai yang terjadi di dusun bebokar desa

pengadangan kecamatan Pringgasela.

2. Bagaimana persepsi masyarakat dusun bebokardesa pengadangan

kecamatan Pringgasela terhadap praktik gadai yang terjadi di masyarakat

di sana.

3. Bagaimana tinjauan ekonomi islam terhadap praktik gadai lahan pertanian

di Dusun Bebokar Desa Pengadangan Kecamatan pringgasela

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui bagaimana gadai di dusun bebokar desa pengadangan

kecamatan Pringgasela dan pandangan islam terhadap pemanfaatan

barang jaminan.

b. Untuk mengetahui bagai mana persepsi masyarakat Dusun Bebokar Desa

Pengadangan Kecamatan pringgasela terhadap mekanisme peraktik gadai

yang ada di Dusun tersebut.

2. Manfaat Penelitian ini adalah:

a. Secara teoritis
hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangsih untuk

menambah khazanah keilmuan di bidang ekonomi islam tentang persepsi

masyarakat terhadap praktik gadai.

b. Secara praktis

hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi

umat islam tentang pemanfaatan barang gadaian di dalam perspektif etika

bisnis islam, khususnya pada pelaksanaan pegadaian di dusun bebokar

desa pengadangan kecamatan Pringgasela.

D. Devinisi Oprasional

Untuk memudahkan dalam memahami judul “analisis persepsi

masyarakat tentang mekanisme praktik gadai” maka perlu dijelaskan secara

oprasional sebagai berikut:

1. Masyarakat: masyarakat adalah kelompok sosial terkecil yang bertempat

tinggal di daerah tertentu, yang didalamnya mengandung

seluruh aspek sosial.4

2. Gadai :gadai atau rahn adalah menjadikan suatu barang yang memiliki

nilai harta sebagai jaminan utang, sehingga orang yang

bersangkutan boleh mengambil utang atau bias mengambil

sebagian (manfaat) barangnya itu.5

4
Budi Suryadi, pengantar antropologi, ( yogyakarta: Nusa Media Yogyakarta 2012),
hlm.54.
5
Akhmad Farroh Hasan, Fikih Muamalah dari Klasik Hingga Kontemporer, (malang: UIN-
Maliki Press 2018), hlm.124.
3. Lahan pertanian : Tanah tempat kegiatan atau tempat usaha dilakukan 6

untuk bertani

E. Telaah Pustaka

Muhammad Hafizon (2019) dengan judul persepsi masyarakat Desa

Tanjung Raya kecamatan Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat Provinsi

Lampung terhadap gadai kebun damar ditinjau dari ekonomi islam, skripsi ini

membahas tentang bagaimana pesepsi masyarakat Desa Tanjung Raya

Kecamatan Selatan Kabupaten Pesisir Barat Provinsi Lampung terhadap gadai

kebun damar dan bagaimana tinjauan ekonomi Islam terhadap persepsi kebun

damar dalam meningkatkan perekonomian masyarakat masyarakat Desa

Tanjung Raya Kecamatan Selatan Kabupaten Pesisir Barat Provinsi Lampung.

Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui persepsi

masyarakat Desa Tanjung Raya Kecamatan Selatan Kabupaten Pesisir Barat

Provinsi Lampung terhadap gadai kebun damar dan untuk mengetahui tinjauan

ekonomi Islam terhadap persepsi gadai kebun damar dalam meningkatkan

perekonomian masyarakat Desa Tanjung Raya Kecamatan Selatan Kabupaten

Pesisir Barat Provinsi Lampung, kesimpulan dari skripsi ini adalah pesepsi

masyarakat Desa Tanjung Raya dalam pelaksanaan gadai kebun damar dari

pihak penerima gadai (murtahin) merasa sudah benar dengan alasan untuk

kepentingan tolong menolong sesame masyarakat dan mendapatkan profit

pengelolaan hasil dari barang jaminan dan menjadi kultur dilakukan secara

6
Kamus Bahasa Indonesia,(Jakartaa: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional
2008), hlm.856
turun menurun. Sedangkan dari pihak pemberi gadai (rahin)merasa terbantu

untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya terdesak seperti kebutuhan ekonomi

keluarga, biaya Pendidikan anak, dan untuk modal usaha. Akad perjanjian

kedua belah pihak dilakukan atas dasar suak sama suka sehingga meningkatkan

perekonomian keluarga, meskipun dari pihak yang menggadaikan kebun damar

susah untuk menebus uang jaminannya kembali.

Tinjauan ekonomi Islam terhadap persepsi masyarakat Desa Tanjung

Raya terhadap gadai kebun damar dalam meningkatkan perekonomian

masyarakat yaitu dilihat dari pemanfaatan barang gadai yang dilakukan

belumsesuai dengan prinsip ekonomi Islam sebab adanya pemanfaatan barang

jaminan gadai menjadikan pendapatan ekonomi si penerima gadai bertambah 2

kali lipat dari hasil pemanfaatan barang gadai dan utang yang diberikan

penerima gadai (murtahin) ke pemberi gadai (rahn), jika demikian maka orang

yang memegang gadai yang memanfaatkan barang gadai tak ubahnya seperti

qiradh (utang piutang) yang mengalirkan manfaat yang oleh Nabi disebutkan

riba dan hal ini sesungguhnya tidak memelihara nilai-nilai keadilan.

Mito Harahap (2019) dengan judul skripsi persepsi masyarakat Desa

Sanggapati Kecamatan Angkola Timur terhadap pegadaian syariah sipirok

skripsi ini membahas tentang bagaimana persepsi masyarakat Desa Senggapati

kecamatan Angkola Timur tentang produk pegadaian syariah sipirok dan

bagaimana persepsi masyarakat Desa Sanggapati Kecamatan Angkola Timur

tentang pelayanan pegadaian syariah sipirok.


Tujuan tujuan dilakukannya penelitian skripsi ini adalah untuk

mengetahui bagaimana persepsi masyarakat Desa Sanggapati Kecamatan

Angkola Timur terhadap pegadaian syariah, skripsi ini menyimpulkan bahwa

persepsi masyarakat Desa Sanggapati Kecamatan Angkola Timur tentang

pelayanan pegadaian syariah sipirok mempunyai persepsi yang baik. Karena

Sebagian masyarakat menganggap bahwa dengan adanya pegadaian sipirok

dapat membantu masalah perekonomian masyarakat di sekitarnya Sebagian

lagi masyarakat menganggap pegadaian syariah sipirok sesuai dengan syariat

Islam dan pegadaian sipirok juga memiliki pelayanan yang baik dan juga

karyawan yang ramah dan sopan. Masih banyak masyarakat yang belum

mengetahui produk yang digunakan pegadaian syariah sipirok dan masyarakat

juga masih banyak yang menyamakan antara pegadaian syariah dengan

pegadaian konvensional. Kemudian masyarakat menyarankan kepada

pegadaian syariah sipirok melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar

masyarakat lebih banyak mengetahui bahwa pegadaian syariah memiliki

produk yang sesuai dengan syariah Islam dan juga dapat mengatasi masalah

perekonomian khususnya masyarakat menengah kebawah.

Ismandianto (2012) dengan judul skripsi persepsi masyarakat terhadap

pegadaian syariah di Kota Rantau Prapat, skripsi ini membahas tentang

bagaimana penilaian masyarakat terhadap pegadaian syariah di Kota Rantau

Prapat dan bagaimana pekembangan pegadaian syariah di wilayah Rantau

Prapat.
Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui penilaian

masyarakat terhadap pegadaian syariah di Kota Rantau Prapat dan untuk

mengetahui bagaimana pekembangan pegadaian syariah di wilayah Rantau

Prapat, skripsi ini menyimpulkan bahwa persepsi masyarakat terhadap

pelayanan pegadaian di Rantau Prapat menunjukan bahwa koresponden relatif

memiliki persepsi yang baik, hal ini dilihat dari skala likert yang menunjukan

sangat setuju yakni 64.00 (%) terhadap pegadaian syariah di rantau prapat hal

ini dilihat dari beberapa aspek yang dijadikan dasar dalam menilai persepsi

masyarakat yakni keadaan fisik kantor, pelayanan, prosedur, maupun lokasi

kantor yang strategis menjadi aspek penting dalam pembentukan persepsi

masyarakar, hasil penelitian terhadap kwalitas pelayanan menunjukan bahwa

aspek yang dinilai yakni fasilitas penitipan, ketepatan waktu, ketepatan

menaksir, penyelesaian masalah, maupun taksiran barang relatif baik dan

memuaskan dimana kebanyakan responden sangat setuju dan setuju terhadap

kwalitas pelayanan pegadaian di Rantau Prapat yakni sebesar 99% dari total

koresponden sedangkan perkembangan pegadaian selama tiga tahun terakhir

menunjukan perkembangan yang sangat pesat yakni terjadi peningkatan jumlah

barang yang digadaikan yakni 1619,54 % selama tahun 2010 hingga 2012

kenaikan yang signifikan sesuai dengan penilaian persepsi dan pelayanan yang

baik terhadap pegadaian syariah di Rantau Prapat.

F. Kerangka Teori

1. Persepsi
a. Pengertian persepsi

Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting

bagi manusia dalam merespon kehadiran bebagai asapek dan gejala di

sekitarnya. Pesepsi mengandung pengertian yang sangat luas,

menyangkut intern dan ekstern. Berbagai ahli telah memberikan definisi

yang beragam tentang persepsi, walaupun pada perinsipnya mengandung

makna yang sama.7

Sugihartono mengemukakan bahawa pesepsi adalah kemampuan

otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan

stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. Pesepsi manusia

terdapat pebedaan sudut pandang dalam penginderaan. Ada yang

mempersepsikan sesuatu itu baik atau persepsi yang positif maupun

persepsi negatif yang akan mempengaruhi tindakan manusia yang tampak

atau nyata.8

Dari penjelasan diatas dapat ditarik suatu kesamaan pendapat

bahwa persepsi merupakan suatu peroses yang dimulai dari

pengelihatanhingga terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri individu

sehingga individu sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui

indera-indera yang dimilikinya.

b. Pembagian Persepsi

7
Veithzal Rifai, Kepepimpinan Dan Perilaku Organisasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2002) hlm.231
8
Sugihartono dkk. Psikologi Pendidikan. (Yogyakarta: UNY Press, 2007), hlm. 8
Ada dua macam perepsi yang dapat terajadi pada diri seseorang

sebagai berikut:9

1. External Perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya

rangsangan yang datang dari luar diri individu.

2. self-perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya

rangsanganyang berasal dari dalam diri individu. Dalam hal ini yang

menjadi obyek adalah dirinya sendiri.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Pareek dalam Rahmat Dahlan faktor-faktor yang

mempengaruhi persepsi adalah factor internal individu seseorang dan

factor eksternal atau obyek persepsi. Faktor-faktor yang mempengaruhi

persepsi sebagai berikut:

a. Faktor internal

1. Latar belakang

Latar belakang yang mempengaruhi hal-hal yang dipilih

dalam persepsi. Contoh yang orang Pendidikannya lebih tinggi atau

pengetahuan ilmu agamanya luas yang memiliki cara tertentu untuk

menyeleksi sebuah informasi.

2. Pengalaman

Hal yang sama dengan latar belakang ialah faktor

pengalaman, pengalaman mempersiapkan seseorang untuk mencari

9
Andi Thahir, Psikologi Belajar, hlm. 26
orang-orang, hal-hal dan gejala-gejala yang munkin serupa dengan

pengalaman pribadinya.

3. Kepribadian

Dimana pola keperibadian yang dimiliki oleh individu akan

menghasilkan persepsi yang berbeda. Sehubungan dengan itu maka

proses terbentuknya pesepsi dipengaruhi oleh diri seseorang persepsi

antara satu orang dengan yang lain itu berbeda atau juga antara satu

kelompok dengan kelompok lain.

4. Sistem nilai

Sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat juga

berpengaruh pula terhadap persepsi.

5. Penerimaan diri

Penerimaan diri merupakan sifat penting yang mempengaruhi

pesepsi10.

b. Faktor eksternal

1. Intensitas, Umumnya, rangsangan yang lebih intensif, mendapatkan

lebih banyak tanggapan dari pada rangsangan yang kurang intens.

2. Ukuran, Benda-benda yang lebih besar umumnya lebih menarik

perhatian.

3. Kontrasa, Secara umum hal-hal yang biasa dilihat akan cepat menarik

perhatian.

10
Rahmat Dahlan, “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Nazhir Terhadap Wakaf
Uang”, Jurnal Zakat Dan Wakaf, Vol. 4 No. 1/Juni 2017, hlm.10.
4. Gerakan, Benda yang bergerak lebih menarik perhatian dari hal yang

diam.

5. Ulangan biasanya hal yang terulang-ulang dapat menarik perhatian.

6. Keakraban, Suatu yang akrab atau dikenal lebih menarik pehtian.

7.Sesuatu yang baru, Factor ini kedengarannya bertentangan dengan

keakraban, namun unsur ini juga berpengaruh pada seseorang dalam

menyeleksi informasi.11

2. Ekonomi Islam

a. Pengertian Ekonomi Islam

Istilah ekonomi dalam bahasa arab terbentuk dari kata Al-iqtisad,

yang secara bahasa berarti kesederhanaan dan kehematan. Berdasarkan

makna ini, kata Al-iqtisad, berkembang dan meluas sehingga mengandung

makna ilm Al-iqtisad, yakni ilmu yang berkaitan dengan ilmu ekonomi. 12

Dalam hal ini ali anwar yusuf memberikan definisi ekonomi adalah kajian

tentang perilaku manusia dalam hubungannya dengan pemanfaatan sumber-

sumber produktif yang langka untuk memproduksi barang dan jasa serta

mendistribusikannya13.

Sedangkan kata “Islam” berasal dari bahasa arab yaitu yaslamu

(menyelamatkan), Salam (menegakkan perdamaian), dan salim (penyerahan

diri atau tunduk).


11
Rahmat Dahlan, “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Nazhir Terhadap Wakaf
Uang”, Jurnal Zakat Dan Wakaf, Vol. 4 No. 1/Juni 2017, hlm. 11.
12
Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan Islam,
(Jakarta: Kholam publishing, 2008), hlm.47
13
Abdul Aziz, Ekonomi Islam Analisis Mikro dan Makro, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008),
hlm.3
Menurut M. Akram Kan, ekonomi islam adalah ilmu ekonomi Islam

bertujuan untuk melakukan kajian tentang kebahagiaan hidup menusia yang

dicapai dengan mengorganisasikan sumber daya alam atas dasar

bekerjasama dan berpartisipasi. Menurut Abdul Mannan, ilmu ekonomi

Islam adalah ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah

ekonomi masyarkat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam.14

Jadi berdasarkan ekonomi di atas ekonomi islam adalah ilmu

pengetahuan yang mempelajari segala hal yang berhubungan dengan aspek

ekonomi di dalam masyarakat yang diatur dalam Al-Qur’an dan sunnah.

b. Sumber Hukum Ekonomi Islam

dalam suber hukum islam ada empat yaitu, Al-Qur’an, sunnah atau

hadits, Ijma dan Qiyas atau Ijtihad.15 Begitu juga sumber hukum yang

digunakan dalam ekonomi Islam adalah Al-Qur’an, hadits dan Ijma.

1. Al-Qur’an

Allah SWT. Memrintahkan manusia untuk memenuhi kebutuhan

hidup dengan mencari rezeki setelah beribadah kepadanya, sesuai dengan

firmannya berikut ini:

‫َف َذ ا ُقِض َيِت الَّص لٰو ُة َفاْنَتُرِش وا ىِف اَألْر ِض َو اْبَتُغوا ِم ْن َفْض ِل ِهللا َو اْذ ُكُر وا َهللا َكِثًرْي ا‬
‫ِإ‬
‫َّلَع َّلْمُك ُتْف ِلُح ْو َن ۝‬
14
Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Eksklusif: Ekonomi Islam,(Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2012), hlm.32
15
Abid Somad, Hukum Islam, (Jakarta: Kencana prenada Media Group, 2012), hlm.32
“apabila telah di tunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka
bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-
banyaksupaya kamu beruntung”16

2. Hadits atau Sunnah

Sumber hukum ekonomi islam dari hadits terdapat pada hadits

yang diriwayatkan oleh Aisyah ra. Sebagaui berikut:

‫ِا‬
‫ َاَّن َرُسْو َل اِهلل َص َلى اُهلل َعَلْيِه َو َس َّلَم ْش َتَر ى ِم ْن َيُهْو ِد ٍّي‬: ‫َعْن َعاِء َشَة َر ِض ِي اُهلل َعْنَه ا‬

)‫مسلم‬ ‫َطَعاًم ا َو َر َه َنُه َدْر ًعا ِم ْن َح ِد ْيٍد (رواه البخارى و‬

“Dari aisyah ra. Bahwa rasulullah SAW. Pernah membeli

makanandari seorang yahudi dan beliau menggadaikan baju perang

dari besi”.(HR. Bukhari no. 1926, kitab Al-Buyu dan Muslim)17

3. Ijma

Kata Ijma Secara bahasa “Berarti kebulatan tekad terhadap suatu

persoalan”atau”kesepakatan tentang suatu masalah” atau Ijma adalah

kesepakatan seluruh mujtahid dari kaum muslimin pada suatu masa

setelah wafatnya Rasulullah SAW. Atas sesuatu hukum syara dalm suatu

kasus tertentu.18

16
QS. AL-Jumu’ah [10]; 62.
17
Muh. Syafi’I Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta, Gema Insani, 2001),
hlm.129
18
A. Djzuli, Ilmu Fikih, (Jakarta: Prenada Media Group, 2012), hlm.73
c. Prinsip-prinsip Ekonomi Islam
Para pemikir islam berbeda pendapat di dalam memberikan kategori

terhadap perinsip-perinsip ekonomi Islam. Muhammad mengategorisasikan

prinsip-prinsip ekonomi Islam sebagai berikut:

1. Perinsip Tauhid

Perinsip ini beranjak dari filosofi dasar yang bersumber dari

Allah dengan tujuan semata-mata untuk mencari ridha Allah

(lilmardhatillah). Oleh karena itu, segala kegiatan ekonomi yang

meliputi permodalan, proses produksi, distribusi, konsumsi dan

pemasaran harus senantiasa dikaitkan dengan nilai-nilai ilahiah dan harus

selaras dengan tujuan yang tekah ditetapkan oleh-nya.19

2. Perinsip Keseimbangan

Perinsip keseimbangan adalah pandangan Islam terhadap hak

individu dan masyarakat diletakkan dalam neraca keseimbangan yang

adil tentang dunia dan akhirat, jiwa dan raga, akal dan hati,

perumpamaan dan kenyataan, iman dan kekuasaan.20

19
Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syari’ah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2012), hlm.9
20
Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan Islam,
(Jakarta: Kholam publishing, 2008),hlm. 306
3. Perinsip khalifah

Didalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman bahwa manusia

diciptakan untuk menjadi khalifah di muka bumi, itu berarti untuk

menjadi seorang pemimpin dan seorang pemakmur bumi. Peran

utamanya adalah untuk mejamin perekonomian agar berjalan sesuai

syari’ah, dan untuk memastikan tidak terjadi perlanggaran terhadap hak-

hak manusia. Semua ini dalam rangka mencapai “muqasis al-syariah”,

untuk memajukan kesejahteraan manusia. Hal ini dicapai dengan

melindungi kkeimanan, jiwa, akal, kehormatan dan kekayaan manusia.21

3. Gadai (rahn)

a. pengertian gadai (rahn)

Gadai menurut bahasa berarti jaminan, tetap, kekal. Perjanjian ini

lazim disebut dengan jaminan, agunan,dan rungguhan. Menurut istilah

ulama fikih sebagai berikut:22

Pertama, menurut ulama hanafiyah rahn adalah: menjadikan

barang sebagai jaminan terhadap piutang yang dimungkinkan sebagai

pembayaran piutang, baik seluruhnya ataupun sebagiannya

Kedua, menurut ulama malikiyah rahn adalah harta pemilik yang

dijadikan sebagai jaminan utang yang memiliki sifat mengikat. Menurut

mereka, yang dijadikan jaminan bukan hanya barang yang bersifat

materi, bias juga barang yang bersifat manfaat tertentu. Barang yang

21
Didik Hafidhuddin, Islam Aplikatif, (Jakarta: Gema Insani, 2003), hlm. 28
22
Abu Azam Alhadi, Fikih muamalah kontemporer, (Depok, Rajawali Pres 2017), hlm.160
dijadikan jaminan tidak harus diserahkan secara tunai, tetapi boleh juga

penyerahannya secara aturan hukum.

Ketiga menurut ulama syafi’iyah dan hanabilah rahn adalah

menjadikan barang pemilik sebagai jaminan utang, yang bias dijadikan

sebagai pembayar utang apabila orang yang berutang tidak bisa melunasi

utangnya. Pengertian rahn yang dikemukakan ulama syafi’iyah ini

member pengertian bahwa barang yang bias dijadikan jaminan utang

hanyalah harta yang bersifat materi, tidak termasuk manfaat sebagaimana

yang dikemukakan ulama malikiyah, meskipun sebenarnya manfaat itu

menurut ulama syafi’iyah dan hanabilah, termasuk dalam pengertian

kekayaan.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas, dapat

disimpulkan bahwa gadai adalah suatu perjanjian yang menjadikan harta

benda bernilai ekonomis sebagai jaminan atas hutang dan jaminan

tersebut dijadikan sebagai keyakinan bahwa uang yang dipinjamkannya

akan dikembalikan. Jika pihak yang menggadaikan tidak dapat

membayarkan hutangnya maka barang jaminan tersebut dapat dijual

untuk melunasi hutangnya tersebut.


b. Dasar Hukum Gadai

Dasar hukum gadai telah diatur dalam islam sebagai berikut:

a. Al-quran

dalam al-qur’an dasar hukum gadai telah di atur sebagai berikut :


‫ٌۖۖة‬
‫َو ْن ُكْنْمُت َعىَل َس َفِر َو َلْم ِجَتُد ْو ا اَك ِتًبا َفِر َهاٌن َّم ْقُبْو َض َف ْن َأِم َن َبْعُص ْمُك َبْع ًض اَفْلُيَؤ ِد‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
‫ُۗه‬ ‫ْل‬ ‫ْك‬ ‫ْك‬ ‫ۗٗهَب‬ ‫ْل‬
‫اِذَّل اىْؤ ُتِم َن َاٰم َنَتٗه َو َيَّتِق َهللا َر َو اَل َت ُتُمْو ا الَّش َهاَد َۚةَو َمْن َي ُتْم َهاَف َنٗه َء اٌمِث َق ُب َو ُهللا ِبَم ا‬
‫ِإ‬
‫َتْع َم ُلْو َنَع ِلٌمْي۝‬
“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu’amalah tidak
secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis,
Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang
berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian
yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan
amanatnya(hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah
Tuhannya;dan janganlah kamu (para saksi) Menyembunyikan
persaksian. dan Barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka
Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah
Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan.”23
b. Hadits

Di samping itu terdapat hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari

dan Muslim dari Aisiyah binti Abu Bakar, yang menjelaskan bahwa

RasulullahSAW. pernah membeli makanan dari seorang Yahudi

dengan menjadikan baju besinya sebagai jaminan.

‫َاَّن الَّنَيِب َص ىَّل ُهللا َعَلْي ِه َو َس َمَّل اْش َرَت ى َط َع اًم ا َمْن ُهَيْو ِد ٍي ىَل َأَج ٍل َو َر َه َنُه ِد ْر ًعا ِم ْن‬
‫ِإ‬
‫َح ِد ْيٍد‬

23
QS. Albaqarah[2]: 283.
”Sesungguhnya ,Nabi shallallahu’ alaihi wa sallam membeli bahan
makan andari seorang yahudi dengan cara berutang ,dan beliau
menggadaikan baju besinya”. (Hr. Al-Bukhari no. 2513 dan Muslim
no. 1603)24
Berdasarkan dua landasan hukum tersebut ulama bersepakat

bahwa rahn merupakan transaksi yang diperbolehkan dan menurut

sebagian besar (jumhur) ulama, ada beberapa rukun bagi akad rahn yang

terdiri dari, orang yang menggadaikan (ar-rahin), barangbarang yang

digadai (marhun), orang yang menerima gadai (murtahin) sesuatu yang

karenanya diadakan gadai, yakni harga, dan sifat akad rahn

c. Rukun Gadai

Gadai atau pinjaman dengan jaminan memiliki beberapa rukun

sebagai berikut :

a. Pelaku akad yaitu ar-rahin (orang yang menggadaikan) dan al-

murtahin (orang yang menerima gadai).

b. Objek akad yaitu al-marhun (barang yang digadaikan) dan al-marhun

bih (pembiayaan).

c. Shighat (ijab dan qabul).25

d. Syarat Gadai

Para ulama fiqih mengemukakan syarat-syarat gadai sesuai

denganrukun gadai itu sendiri. Dengan demikian, syarat-syarat gadai

meliputi:

24
Sri Sudiarti, Fikih Muamalah Kontemporer, (Medan, FEBI UIN-SU Press 2018),
hlm.220.
25
Ibid, hlm.222.
a. Syarat yang terkait dengan orang yang berakad adalah cakap bertindak

hukum. Kecakapan bertindak hukum, menurut jumhur ulama adalah

orang yang balig dan berakal. Sedangkan menurut ulama Hanafiyah,

kedua belah pihak yang berakad harus berakal dan mumayyiz, tidak

disyaratkan balig tetapi cukup berakal saja. Oleh sebab itu, menurut

mereka, anak kecil yang mumayyiz bolehmelakukan akad rahn (gadai)

dengan syarat akad gadai yang dilakukan anak kecil yang sudah

mumayyiz ini mendapat persetujuan dari walinya.

b. Syarat Shigat (lafal). Menurut ulama hanafiyah akad rahn (gadai) itu

tidak boleh dikaitkan dengan syarat tertentu atau dikaitkan dengan

masa yang akan datang karena akad gadai sama dengan akad jual beli.

Apabila akad itu dibarengi dengan syarat tertentu atau dikaitkan

dengan masa yang akan datang maka syaratnya batal tetapi akadnya

tetap sah. Misalnya orang yang berhutang mensyaratkan apabila

tenggang waktu hutang telah habis dan hutang belum terbayar maka

gadai itu diperpanjang satu bulan atau pemberi hutang mensyaratkan

harta agunan itu boleh ia manfaatkan. Sementara ulama malikiyah,

Syafi‟iyah dan Hanabilah berpendapat bahwa apabila syarat itu

mendukung kelancaran akad itu, maka syarat tersebut dibolehkan.

Namun apabila syarat itu bertentangan dengan tabi‟at akad gadai

maka syaratnya batal, sebagai contoh, orang yang berhutang

mensyaratkan apabila ia tidak dapat membayar hutang pada waktu

yang telah ditentukan, maka barang jaminan tidak boleh dijual. Syarat
yang demikian itu tidak saja membatalkansyaratrahn, tetapi sekaligus

membatalkan akad.

c. Syarat marhun bih (hutang) adalah merupakan hak wajib yang harus

dikembalikan kepada orang tempat berhutang, hutang itu boleh

(dapat) dilunasi dengan barang jaminan tersebut; dan hutang itu jelas

dan tertentu.

d. Syarat marhun (barang yang dijadikan jaminan), menurut para pakar

fiqih barang jaminan itu adalah barang yang dapat diperjualbelikan,

Barang jaminan adalah barang yang memiliki nilai ekonomis

(mempunyai nilai harta secara hukum syara‟), serta dibolehkan oleh

syara‟ mengambil manfaatnya.26

e. Pemanfaatan Barang Gadai

Setiap barang yang bermanfaat harus dimanfaatkan. Oleh karena

itu tidak boleh menyia-nyiakan manfaat suatu barang meskipun barang

gadaian. Berkaitan barang gadaian maka terjadi perbedaan pendapat di

kalangan ulama mengenai siapa yang berhak memanfaatkan barang

gadaian yang dijadikan jaminan atas hutang. Apakah pihak yang

menggadaikan (rahin) atau penerima gadai (Murtahin).

Terkait pemanfaat barang gadaian oleh orang yang

menggadaikan maka ada dua pendapat dari kalangan ulama. Mayoritas


26
Syaikhu dkk, Fikih Muamalah Memahami Konsep dan Dialektika Kontemporer,
(Yogyakarta: K-media 2020), hlm.163.
Ulama selain syafi‟iyah berpendapat bahwa orang yang menggadaiakan

tidak boleh memanfaatkan barang gadaian sementara kalangan syafi‟iyah

membolehkan pihak yang menggadaikan memanfaatkan barang gadaian

selama tidak menimbulkan perselisihan dengan pihak penerima gadai.

Adapun mengenai pemanfaat barang gadai oleh penerima gadai

jumhur Ulama kecuali kalangan Hanbaliyah tidak membolehkan

penerima untuk memanfaatkan barang gadai. Ulama Hanabilah

mengklasifikasikan apabila marhun selain hewan murtahin tidak boleh

memanfaatkan marhun tanpa seizin rahin.

Persoalan lain adalah apabila yang dijadikan barang jaminan itu

adalah binatang ternak. Menurut sebagian ulama hanafiyah pemegang

gadai boleh memanfaatkan hewan ternak itu apabila mendapat izin dari

pemiliknya. Ulama Malikiyah, Syafi‟iyah dan sebagian ulama Hanafiyah

menetapkan bahwa apabila hewan itu dibiarkan saja tanpa diurus oleh

pemiliknya maka pemegang jaminan boleh memanfaatkannya, baik

seizin pemiliknya maupun tidak, karena membiarkan harta itu sia-sia

termasuk pemubadziran yang dilarang oleh Rasulullah Saw.

Ulama Hanabilah berpendapat bahwa apabila yang dijadikan

barang jaminan adalah hewan maka pemegang jaminan berhak untuk

mengambil susunya dan mempergunakannya sesuai dengan jumlah biaya

pemeliharaan yang dikeluarkan pemegang barang jaminan tersebut. Hal

ini dijelaskan dalam hadits nabi yang mengatakan:


‫الَّر ْه ُن ُيْر َكُب ِبَنَفَقِتِه َو ُيَرْش ُب َلُنَب ادَّل ِّر َذ ا اَك َن َم ْر ُه ْو اًن َو َلُنَب ادَّل ِّر ُيَرْش ُب ِبَنَفَقِتِه َذ ا اَك َن‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
‫َم ْر ُه ْو اًن َو َعىَل اِذَّل ى َيَرْش ُب َو َيْر َكُب الَّنَفَقُة‬

“Hewan yang dijadikan barang jaminan itu dimanfaatkan sesuai dengan biaya
yang dikeluarkan, dan susu dari kambing yang dijadikan barang jaminan
diminum sesuai dengan biaya yang dikeluarkan, dan pada setiap hewan yang
dimanfaatkan dan diambil susunya (wajib) dikeluarkan biayanya.”( HR. al-
Bukhari, al-Tirmidzi dan Abu Daud).
Kendatipun murtahin boleh memanfaatkan hasilnya tetapi dalam

beberapa hal dia tidak boleh bertindak untuk menjual, mewakafkan atau

menyewakan barang jaminan itu sebelum ada persetujuan dari pegadai.27

G. Metode Penelitian

a. Jenis Dan Pendekatan Penelitian

Dilihat dari jenisnya penelitian yang akan dilakukan adalah

penelitian lapangan (field research),28 penelitin lapangan adalah penelitian

yang dilakukan dalam kehidupan yang sebenarnya. Penelitian lapangan

dilakukan dengan menggali data yang bersumber dari lokasi atau lapangan

penelitian yaitu Dusun Bebokar.

Pendekatan penelitian ini masuk dalam kategori penelitian kualitatif

deskriptif yaitu, data yang dikumpulkan umumnya berbentuk kata-kata,

gambar-gambar dan kebanyakan bukan angka-angka, kalaupun ada angka

27
Syaikhu dkk, Fikih Muamalah Memahami Konsep dan Dialektika Kontemporer,
(Yogyakarta: K-media 2020), hlm.165.
28
Sugiyono, Memahami penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm.3
sifatnya hanya menunjang, data yang dimaksud meliputi wawancara ,

catatan, foto-foto, dokumen pribadi maupun catatan lainnya29

b. Sumber Data

a. Sumber data primer

Sumber data primer menurut bungin adalah data yang langsung

diperoleh dari msumber data pertama di lokasi penelitian atau objek

penelitian.30sebagai sumber data utama maka dalam penelitian ini yang

menjadi sumber data primer adalah hasil wawancara dengan masyarakat

Dusun Bebokar yang pernah mmelakukan ternsaksi gadai baik sebagai

rahin (peminjam) atau pun murtahin (yang memberi pinjaman) dan.

b. Sumber data skunder

menurut bungin sumber data sekunder adalah data yang diperoleh

dari sumber kedua atau sumber skunder dari data yang

dibutuhkan.31dalam hal ini dari data skunder diambil dari literatur-

literatur berupa buku-buku yang membahas tentang gadai, seperti buku

H. Syaikhu, Ariyadi, dan Norwili, bejudul Fikih Muamalah Memahami

Konsep dan Dialektika Kontemporer,Prof.Dr. H. Abu Azam Alhadi,

bejudul Fikih muamalah kontemporer,dan bukuSri Sudiarti, berjudul

Fikih Muamalah Kontemporer dan berbagai macam buku yang

membahas tentang gadai.


29
Sudarwan Danim,Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), hlm.61
30
Rahmadi, Pengantar Metodologi Penelitian, (Banjarmasin, ANTASARI PRESS 2011),
hlm.41.
31
Ibid. hlm.41.
c. Teknik Pengumpulan Data

a. wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu,

percakapan dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer)

yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewe) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu. 32ada dua macam wawancara,

yaitu wawancara terpimpin dan wawancara tak terpimpin. Wawancara

terpimpin adalah wawancara yang dilakukan dengan menggunakan

pedoman wawancara, sehingga pertanyaannya terarah tidak menyimpang

dari pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Sedangkan wawancara

tak terpimpin adalah wawancara yang tidak terarah atau dilakukan secara

sambal lalu atau sepontan33. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

jenis wawancara terpimpin yang dimana pertanyaannya telah disiapkan

terlebih dahulu dan tidak keluar dari pertanyaan yang telah disiapkan.

b. Dokumentasi

Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis ataupun film, laindari

record yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang

penyidik.sedangkan record adalah setiap pernyataan tertulis yang disusun


32
Rifa’i Abubakar, Pengantar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta, SUKA-Press UIN
Sunan Kalijaga 2021), hlm.67.
33
Ibid, hlm.68.
oleh seseorang atau Lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa

atau menyajikan akunting.34

Dokumentasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah buku

atau referensi yang berkaitan dengan gadai (rahn), informaasi melalui

internet serta data yang membantu dalam penelitian ini.

d. Teknik analisis data

analisis data adalah suatu proses kategorisasi, penataan, manipulasi,

dan peringkasan data untuk memperoleh jawaban bagi pertanyaan

penelitian.35Analisis data yang akan digunakan adalah analisis data

kualitatif, analisis data kualitatif berkaitan dengan data berupa kata atau

kalimat yang dihasilkan dari objek penelitian serta berkaitan dengan

kejadian yang melingkupi suatu objek penelitian.36dengan demikian, di

dalam Analisa-analisa data kualitatif, pengolahan data dideskriptifkan di

dalam suatu penjelasan dalam bentuk kalimat.

H. SistematikaPembahasan

Sistematika pembahasan ini bertujuan untuk memaparkan data agar runtun

dan pembaca agar lebih mudah mencari pembahasan yang di maksudkan. Maka

34
Rifa’i Abubakar, Pengantar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta, SUKA-Press UIN Sunan
Kalijaga 2021), hlm.114.
35
Samsu, Metode Penelitian(Teori dan Aplikasi penelitian Kualitatif,kuantitatif, mixed
methods, serta research & development), (jambi, pusaka jambi 2017), hlm.103.
36
Sandu siyoto, dan M. ali sodikin, Dasar Metodologi Penelitian, (kediri, Literasi median
Publishing 2015), hlm.120.
dalam pembahasan ini memuat lima bab, yang meringkas setiap pembahasan yang

dimuat.

Bab pertama Berisi pendahuluan yang meliputi : Latar Belakang Masalah,

Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Definisi

Oprasional, Kajian Pustaka, Landasan teori, Metode

Penelitian dan diakhiri dengan Sistematika Pembahasan.

Bab kedua Membahas tentang Profil Dusun Bebokar Desa Pengadangan

yang meliputi: Letak Geografis Dusun Bebokar Desa

Pengadangan, Keadaan Penduduk dan Keadaan Sosial

Budaya.

Bab ketiga Paparan data: Bentuk-bentuk praktik gadai lahan pertanian di

Dusun Bebokar Desa Pengadangan.

Beb keempat Analisis Data: Persepsi masyarakat dan tinjauan Ekonomi

Islam terhadap mekanisme gadai lahan di Dusun Bebokar

Desa Pengadangan.

Bab kelima Penutup: Kesimpulan dan Saran

I. Jadwal Kegiatan Penelitian

Bulan ke:

1 2 3 4 5 6
NO Kegiatan

1 Penyusunan proposal

2 Seminar proposal

3 Memasuki lapangan

4 Tahap seleksi dan

analisis

5 Membuat drap

laporan

6 Penyempurnaan

laporan

J. Daftar Pustaka

Abubakar, Rifa’I, Pengantar metodologo penelitian , Yogyakarta: SUKA-Prees


UIN Sunan Kalijaga, 2021.
Alhadi, Abu Azam, Fikih muamalah kontemporer, Depok: Rajawali Pres 2017

Farroh Hasan ,Akhmad, Fikih Muamalah dari Klasik Hingga Kontemporer,


malang: UIN-Maliki Press 2018

Tim penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi IAINurul Hakim, Kediri: IAINH


Presss, 2013

Tarantang, Jefry, dkk, Regulasi dan Implementasi Pegadaian Syariah Di Indonesia,


Yogyakarta: K-Media 2019

Rahmadi, Pengantar Metodologi Penelitian, Banjarmasin: ANTASARI PRESS 2011

Sudiarti, Sri,Fikih Muamalah Kontemporer, Medan: FEBI UIN-SU Press 2018

Syaikhu dkk, Fikih Muamalah Memahami Konsep dan Dialektika Kontemporer,


Yogyakarta: K-media 2020

ZulkiZulkifli, MetodologiPpenelitian Kualitatif dan Kuantitatif,Sleman:


DEEPUBLISH 2012

QS. Al-Baqarah[2]; 283.


Jefry tarantang dkk, Regulasi dan Implementasi Pegadaian Syariah Di Indonesia, (Yogyakarta: K-
Media 2019), hlm.13.
Syaikhu dkk, Fikih Muamalah Memahami Konsep dan Dialektika Kontemporer, (Yogyakarta: K-
media 2020), hlm.161.
Budi Suryadi, pengantar antropologi, ( yogyakarta: Nusa Media Yogyakarta 2012), hlm.54.
Akhmad Farroh Hasan, Fikih Muamalah dari Klasik Hingga Kontemporer, (malang: UIN-
Maliki Press 2018), hlm.124.
Kamus Bahasa Indonesia,(Jakartaa: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional 2008),
hlm.856
Veithzal Rifai, Kepepimpinan Dan Perilaku Organisasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2002) hlm.231
Sugihartono dkk. Psikologi Pendidikan. (Yogyakarta: UNY Press, 2007), hlm. 8
Andi Thahir, Psikologi Belajar, hlm. 26
Rahmat Dahlan, “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Nazhir Terhadap Wakaf
Uang”, Jurnal Zakat Dan Wakaf, Vol. 4 No. 1/Juni 2017, hlm.10.
Rahmat Dahlan, “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Nazhir Terhadap Wakaf
Uang”, Jurnal Zakat Dan Wakaf, Vol. 4 No. 1/Juni 2017, hlm. 11.
Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan Islam,
(Jakarta: Kholam publishing, 2008), hlm.47
Abdul Aziz, Ekonomi Islam Analisis Mikro dan Makro, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008),
hlm.3
Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Eksklusif: Ekonomi Islam,(Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2012), hlm.32
Abid Somad, Hukum Islam, (Jakarta: Kencana prenada Media Group, 2012), hlm.32
QS. AL-Jumu’ah [10]; 62.
Muh. Syafi’I Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta, Gema Insani, 2001),
hlm.129
A. Djzuli, Ilmu Fikih, (Jakarta: Prenada Media Group, 2012), hlm.73
Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syari’ah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012),
hlm.9
Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan Islam,
(Jakarta: Kholam publishing, 2008),hlm. 306
Didik Hafidhuddin, Islam Aplikatif, (Jakarta: Gema Insani, 2003), hlm. 28
Abu Azam Alhadi, Fikih muamalah kontemporer, (Depok, Rajawali Pres 2017), hlm.160
QS. Albaqarah[2]: 283.
Sri Sudiarti, Fikih Muamalah Kontemporer, (Medan, FEBI UIN-SU Press 2018),
hlm.220.
Ibid, hlm.222.

Syaikhu dkk, Fikih Muamalah Memahami Konsep dan Dialektika Kontemporer,


(Yogyakarta: K-media 2020), hlm.163.

Syaikhu dkk, Fikih Muamalah Memahami Konsep dan Dialektika Kontemporer,


(Yogyakarta: K-media 2020), hlm.165.
Sugiyono, Memahami penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm.3
Sudarwan Danim,Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), hlm.61
Rahmadi, Pengantar Metodologi Penelitian, (Banjarmasin, ANTASARI PRESS 2011),
hlm.41.
Ibid. hlm.41.
Rifa’i Abubakar, Pengantar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta, SUKA-Press UIN Sunan
Kalijaga 2021), hlm.67.
Ibid, hlm.68.
Rifa’i Abubakar, Pengantar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta, SUKA-Press UIN Sunan
Kalijaga 2021), hlm.114.
Samsu, Metode Penelitian(Teori dan Aplikasi penelitian Kualitatif,kuantitatif, mixed
methods, serta research & development), (jambi, pusaka jambi 2017), hlm.103.
Sandu siyoto, dan M. ali sodikin, Dasar Metodologi Penelitian, (kediri, Literasi median
Publishing 2015), hlm.120.

Anda mungkin juga menyukai