PROPOSAL SKRIPSI
Oleh:
Nama: Lismaauliarahmah
NIM: 19106021010
PROPOSAL
NAMA : LISMAAULIARAHMAH
NIM : 19106021010
PRODI : MUAMALAT/HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS : AGAMA ISLAM
JUDUL : TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP
1
Muhammad Khudhary Beik, Tarikh at-Tasyri' al-Islami, (Jakarta: Dar al-Kutub al-Islamiyah,
2007), hlm. 63.
2
Abu Bakr bin Muhammad Syatho, I'anah at-Thalibin, juz 3, (Kairo: Dar Ihya' al-Kutub al-
Arabiyah, t.th.), hlm. 108.
4
C. Telaah Pustaka
Berbagai sumber pustaka yang memiliki hubungan dan keterkaitan
dengan penelitian ini telah ditelusuri oleh peneliti guna memperoleh
gambaran teori sebagai bahan pertimbangan sebelum membangun
kerangka dasar pemikiran skripsi yang akan ditulis. Selain itu, peneliti
juga ingin memastikan bahwa penelitian yang akan dilakukan ini berikut
hasilnya merupakan penelitian yang baru dan bukan merupakan
pengulangan terhadap penelitian yang sudah ada sebelumnya.
Adapun beberapa penelitian yang telah ditelusuri antara lain sebagai
berikut:
1 Musyarofah (2008) dengan judul skripsi Sistem Paroan Sawah
a. (Muzaro’ah) Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus di Desa
Kragan Kelurahan Kragan Kecamatan Gondangrejo Kabaupaten
Karanganyar). Fakultas Agama Islam, Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Adapun kesimpulan dalam penelitian
ini adalah: dasar hukum bagi hasil yaitu hadist dari Ibnu Umar.
Dalam muzaro’ah juga ada rukun, syarat-syarat dan pembagian
hasil yang sesuai dengan hukum Islam. Kelurahan Kragan
memiliki luas wilayah 319.951.5 Ha, arealnya merupakan dataran
rendah yang terwujud dalam sebagian hamparan pertanian yang
kebanyakan ditanami padi. Meskipun sebagian masyarakat bekerja
sebagai petani, bukan berarti hanya mengandalkan pertanian saja
sebagai mata pencaharian penduduk desa Kragan dalam memenuhi
kebutuhan hidup mereka di bidang ekonomi, mereka juga menjadi
guru, wiraswasta, pertukangan atau lainnya.
b. Dalam praktek pelaksanaan muzaro’ah, perjanjian hanya dilakukan
secara lisan. Dan dalam perjanjian juga tidak ditentukan berapa
6
3 Abu Bakar Jabir El Jazairi (1991) menulis sebuah buku dengan judul
bahwa mudhorobah ini ialah pemberiaan harta tertentu kepada orang lain
D. Penegasan Istilah
Untuk menghindari terjadinya salah pengertian dan penafsiran judul
dalam proposal skripsi ini, peneliti merasa perlu membuat batasan dan
penegasan istilah sebagai berikut:
8
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
diidentifikasi rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana praktik pelaksanaan akad muzaraah di desa Kliris?
2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktik pelaksanaan akad
muzaraah di Desa Kliris?
F. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dua rumusan masalah di atas, maka dapat dipahami
bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini meliputi:
1. Mengetahui praktik akad muzaraah di Desa Kliris
2. Mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap presentase bagi hasil dari
akad muzaraah.
G. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak
yang membutuhkan, baik secara teoretis maupun praktis sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
5
Muh. Fitrah dan Luthfiyah, Metodologi Penelitian: Penelitian Kualitatif, Tindakan Kelas dan
Studi Kasus, (Sukabumi: CV Jejak, 2017), hlm. 37.
10
H. Landasan Teori
11
Sebelum penelitian terkait praktik jasa pijat dengan tarif yang tidak
ditentukan atau tarif seikhlasnya dilakukan, dan supaya penelitian itu
memiliki arah pemecahan masalah, maka peneliti menyusun teori dasar
yang dapat dijadikan landasan sebagai berikut:
1. Akad
a. Pengertian Akad
Akad dalam hukum Islam diartikan sebagai ikatan antara para
pihak dalam melakukan suatu hubungan dua arah.6 Hubungan ini
dapat terkait materi berupa benda maupun manfaat atau jasa.
b. Prinsip Akad
Prinsip akad adalah aturan-aturan atau norma dasar yang harus
wujud pada setiap transaksi yang dilakukan. Prinsip-prinsip
tersebut antara lain: prinsip keadilan, prinsip al-musawah dan
prinsip kerelaan (taradhi).7
Prinsip keadilan mengharuskan setiap pihak untuk tidak
melakukan tindakan yang mengandung unsur zalim, seperti
mengambil yang bukan haknya, teledor dalam menjaga barang
yang diamanahkan, dan lain sebagainya. Sedangkan prinsip al-
musawah atau persamaan menegaskan bahwa dalam menjalankan
akad, setiap orang memiliki kedudukan yang sama tanpa ada
diskriminasi. Bahkan, orang kafir pun dapat mengambil peran
dalam melakukan akad bersama orang-orang muslim, tentunya
sebatas tidak terdapat hal-hal yang melanggar prinsip dasar syarial
Islam.
Adapun prinsip kerelaan dimaksudkan agar tidak ada paksaan
dalam setiap akad yang dijalankan. Segenap pihak harus
melakukan akad berdasarkan ikhtiarnya masing-masing. Prinsip ini
yang kemudian melahirkan rukun sighat dalam berbagai akad
sebagai indikator kerelaan yang tidak dapat dilihat secara lahir.
6
Ridwan Nurdin, Fiqh Muamalah: Sejarah, Hukum dan Perkembangannya, (Banda Aceh:
Yayasan PeNa, 2014), hlm. 21.
7
Ibid., hlm. 25-26.
12
c. Syarat Akad
Para ulama cenderung tidak ketat menentukan syarat dalam
praktik-praktik muamalah, dan lebih melepaskan perkembangan
akad kepada dinamika pasar atau kebudayaan manusia. Ketentuan
umum tentang syarat yang secara prinsip dapat ditemukan dalam
Alquran adalah konsep untuk berlaku adil, yaitu tidak melakukan
aniaya. Sedangkan dalam hadis, menetapkan syarat tidak boleh
bertentangan dengan ketentuan yang termaktub dalam Alquran.8
Meski demikian, tidak dipungkiri adanya beberapa aturan yang
secara khusus dijelaskan oleh Nabi terkait akad-akad tertentu.
d. Rukun Akad
Ulama fikih berbeda pendapat dalam menempatkan rukun
akad. Secara umum mereka terbagi dua, yaitu mazhab Hanafi
dengan konsep bahwa rukun dalam akad hanyalah ijab dan kabul,
sementara yang lain ditempatkan sebagai syarat. Sedangkan
jumhur ulama yang mencakup mazhab Maliki, Syafii dan Hanbali
menempatkan rukun akad adalah ijab kabul (sighat), para pihak
yang bertransaksi (‘aqid) dan objek akad (mahal al-aqd). Adapun
istilah syarat menurut jumhur ulama dimaksudkan untuk syarat
rukun, bukan syarat akad.9
2. Muzaraah
Kata al- muzara‟ah merupakan bentuk kata dasar (infinitif : mashdar)
dari kata al-zar‟u yang secara harfiah berarti menanam atau menumbuhkan
(alinbat). Adapun pengertian Muzara‟ah secara istilah dijelaskan oleh ulama
sebagai berikut:
8
Ibid., hlm. 30.
9
Ibid.
13
10
Jaih Mubarok dan Hasanudin, Fikih Mu‟amalah Maliyyah, (Bandung : Simbiosa
Rekatama, 2019), h.251.
11
Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani,
2001), h.99.
12
Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer ,(Jakarta: Galia Indonesia,
2012), h.161.
14
kedua belah pihak. Namun hal tersebut tentunya memiliki dasar hukum untuk
menghindari aktivitas yang dilarang oleh ajaran syariat Islam.
1. Al-Qur’an
Syafiiyyah, Abu Yusuf dan Muhammad bin Hasan (dua murid Imam Abu
Hanifah), Imam Hanbali dan Dawud Ad-Dzâhiry. Mereka menyatakan
bahwa akad muzara‟ah diperbolehkan dalam Islam. Pendapat mereka
didasarkan pada al-Quran, sunnah, Ijma‟ dan dalil „aqli. Sebagaimana
dalam
قَ ْضهُ ْم فَو َ اَهُ ْم يَ ْق ِس ُموْ نَ َرحْ َمتَ َرب ِّۗكَ نَحْ نُ قَ َس ْمنَا بَ ْينَهُ ْم َّم ِع ْي َشتَهُ ْم فِى ْال َح ٰيو ِة ال ُّد ْنيَ ۙا َو َرفَ ْعنَا بَ ْع
َك َخ ْي ٌر ِّم َّما يَجْ َمعُوْ نَ ِّت َرب ُ ضهُ ْم بَ ْعضًا س ُْخ ِريًّا َۗو َرحْ َم ُ ت لِّيَتَّ ِخ َذ بَ ْع ٍ ْض َد َر ٰج ٍ بَع
13
Q,S Al-Muzammil (73) : 20
14
Q,S Al-Zukhruf (43) : 32
15
2 Hadis
Kesimpulan hadist:
2. Menurut zhahir hadis ini bahwa tidak ada syarat bahwa benih harus
disediakan pemilik tanah dan inilah pendapat yang benar, yang berbeda
dengan masyhur dari mazhab kami, yang mensyaratkan penyediaan benih
dari pemilik tanah.
15
Al-Jazairy, „Abdurrahman, al-Fiqh „alal Madzahib al-Arba‟a, Dar el-Bayan al-
„Arobiyy, Mesir, 2005, hal.5
16
Mardani, Ayat-Ayat dan Hadis Ekonomi Syariah, (Jakarta : Raja Grafondo Persada,
2017), h. 151
16
3 Ijma’
Bukhari mngatakan bahwa telah berkata Abu Jafar “Tidak ada satu
rumah pun di Madinah kecuali penghuninya mengolah tanah secara
muzara‟ah dengan pembagian hasil 1/3 dan ¼. Hal ini dilakukan oleh
Sayyidina Ali, Sa‟ad bin Abi Waqash, Ibnu Mas‟ud, Umar bin Abdul Aziz,
Qasim, Urwah keluarga Abu Bakar dan keluarga Ali”.18
Banyak sekali riwayat yang menerangkan bahwa para sahabat telah
melakukan praktek muzara‟ah dan tidak ada dari mereka yang mengingkari
kebolehannya. Tidak adanya pengingkaran terhadap diperbolehkannya
muzâra‟ah dan praktek yang mereka lakukan dianggap sebagai ijma‟.
1. Pemilik lahan
pengelola
19
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syari‟ah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008)., h.72.
20
Suhwardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, (Jakrta : Sinar Grafika, 2000), h. 148.
18
lahan untuk digarap, kedua harus terdapat obyek muzara‟ah yaitu lahan atau
sawah selain itu kedua belah pihak mengetahui keberadaan dan wujud
lahan/sawah tersebut. hal ini dikarenakan untuk dimanfaatkan hasil
sawah/lahan tersebut. Ketiga kedua belah pihak harus menentukan bagi hasil
dalam penggarapan lahan/sawah tersebut seperti setengah, sepertiga,
seperempat, lebih banyak atau lebih sedikit dari itu. Keempat adanya Ijab dan
Qabul (akad/perjanjian), yang dilakukan kedua belah pihak tanpa paksaan dan
berdasarkan rasa tolong menolong.
21
Ismail Nawawi, Fikih Muamalah, h.163.
19
I. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan (field research)
yaitu penelitian yang dilakukan pada kehidupan yang nyata
(masyarakat), khususnya penelitian yang mengungkap realitas sosial
(masalah sosial).22 Penelitian lapangan dilakukan dengan cara terjun
langsung ke lokasi untuk melihat dan mempelajari persoalan yang
hendak diteliti secara langsung. Penelitian jenis ini dilakukan demi
memperoleh data-data yang akurat, sehingga kesimpulan yang ditarik
di akhir penelitian nantinya tepat sasaran.
Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan penelitian
kualitatif yang merupakan penelitian yang temuan-temuannya tidak
diperoleh melalui prosedur kuantifikasi, perhitungan statistik, atau
bentuk cara lainnya yang menggunakan ukuran angka. Penelitian
kualitatif merupakan suatu prosedur penelitian yang menggunakan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
pelaku yang dapat diamati. Kualitatif berarti sesuatu yang berkaitan
dengan aspek kualitas, nilai atau makna yang terdapat di balik fakta. 23
Sebab itu, hasil dari penelitian kualitatif tidak diungkapkan meng-
gunakan bilangan, angka, nilai atau yang sebagainya, tetapi melalui
penafsiran dalam kalimat bersifat naratif.
Dalam kaitannya dengan jenis penelitian lapangan (field research)
sebagaimana yang telah diuraikan di atas, peneliti akan mendatangi
langsung sejumlah tempat praktik pijat tunanetra yang berlokasi di
Kecamatan Gajahmungkur untuk mengumpulkan data-data di
lapangan. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara
dan dokumentasi. Adapun terkait pendekatan kualitatif, peneliti
nantinya akan memeriksa dan mengamati data-data yang sudah
22
Ardhariksa Zukhruf Kurniullah, dkk., Metode Penelitian Sosial, (Medan: Yayasan Kita
Menulis, 2021), hlm. 28.
23
Muh. Fitrah dan Luthfiyah, Op. Cit., hlm. 44.
20
b. Wawancara
Wawancara adalah mengadakan tanya jawab mengenai hal-hal
yang dianggap penting untuk diketahui.25 Dalam kaitannya dengan
24
Departemen Pendidikan Nasional, Op. Cit., hlm. 1014.
25
Ibid., hlm. 1619.
21
26
Albi Anggito dan Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Sukabumi: CV Jejak,
2018), hlm. 145.
27
Ibid., hlm. 236.
28
Sandu Siyoto dan Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Literasi Media Pu-
blishing, 2015), hlm. 120.
22
DAFTAR PUSTAKA
INSTRUMEN PENELITIAN
Identitas Mahasiswa
Nama : Lismaauliarahmah
NIM : 19106021010
Judul :
Dinyatakan bahwa proposal skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh
Dosen Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II Skripsi Program Studi
Muamalat/Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam Universitas Wahid
Hasyim Semarang.
Berdasarkan persetujuan tersebut, dengan ini Dosen Pembimbing I dan Dosen
Pembimbing II merekomendasikan mahasiswa yang bersangkutan untuk
melanjutkan penelitian dalam rangka penyusunan skripsi sesuai dengan proposal
yang telah disetujui.
Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II