Anda di halaman 1dari 28

PROPOSAL SKRIPSI

ANALISIS HUKUM EKONOMI SYARIAH DALAM PRAKTIK


KERJASAMA NGADAS SAPI DI DESA SENYIUR KABUPATEN
LOMBOK TIMUR

Oleh :

MUH.FAJRUL ULA

NIM 200201116

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

(MUAMALAH)

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

MATARAM

2023

1
A. Latar Belakang Masalah

Masyarakat suku sasak di Lombok yang merupakan bagian integral

dari keberagaman budaya di Indonesia telah lama menjaga tradisi dan

norma-norma kehidupan mereka. Namun dalam konteks perjanjian

diantara individu dan kelompok dalam masyarakat suku sasak, terdapat

dinamika yang perlu dipahami lebih dalam. Fenomena perjanjian

dikalangan suku sasak cenderung diwarnai ooleh faktor-faktor yang

melibatkan aspek budaya, sosial, dan ekonomi.

Demikian juga apabila dilihat dari kehidupan masyarakat sasak di

Lombok, perjanjian lisan sudah menjadi kebiasaan dan hal itu lumrah

dilakukan. Salah satu bentuk perjanjian lisan adalah perjanjian adat,

perjanjian dalam pengertian hukum adat adalah hukum adat yang

menunjukkan tentang perhitungan dan berbagai perjanjian serta berbagai

transaksi, baik transaksi mengenai hak-hak kebendaan, hak-hak tanah, atau

mengenai jasa-jasa.1 Disamping itu, juga yang dimaksud hukum perjanjian

adat adalah hukkum adat yang meliputi uraian tentang hukum perhitungan,

termasuk soal-soal transaksi, sepanjang hal itu ada hubungan tentang

masalah perjanjian yang dibuat dengan hukum adat.2

Salah satu perjanjian yang dibuat dengan hukum adat di Lombok

adalah perjanjian bagi hasil ternak yang dimana perjanjian ini melibatkan

hubungan hukum antara seseorang yang berhak atas ternak dengan pihak

lain (kedua), dimana pihak kedua ini diperkenankan memelihara ternak


1
Hilman Hadikusuma, 200, Hukum Perekonomian Adat Indonesia, PT. Citra Aditiya Bakti,
Bandung, hlm. 144.
2
Ibid, hlm, 98

2
yang bersangkutan dengan ketentuan, hasil dari pemeliharaan ternak

dibagi dua antara orang yang berhak atas ternak dan yang memelihara. 3

Fungsi perjanjian bagi hasil ini dapat dilakukan terhadap setiap orang

termasuk orang asing, asal saja tidak bertentangan dengan hak wilayah.

Perjanjian bagi hasil ini harus dibedakan dengan hubungan antar pemilik

sapi dengan seorang lain.

Adapun perjanjian bagi hasil yang sering dilakukan dipulau

Lombok Khususnya desa senyiur adalah praktik perjanjian bagi hasil

ternak atau yang sering disebut dengan istilah ngadas. praktik Ngadas

adalah suatu pekerjaan sampingan dengan cara mengelola ternak milik

orang lain dengan imbalan bagi hasil. Sistem ngadas dilakukan dengan

tujuan untuk memenuhi keinginan masyarakat dalam beternak. Selain itu,

pemilk modal juga kadang tidak mempunyai waktu dan tidak mau repot

untuk belajar tentang peternakan. 4.

Praktik ngadas yang sering dikembangkan oleh masyarakat desa

senyiur adalah praktik ngadas sapi, yg dimana praktik ngadas sapi ini

mencakup aspek ekonomi syariah, yang melibatkan transaksi dan kegiatan

ekonomi berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam. Perkembangan praktik

tersebut dapat menimbulkan pertanyaan dan konflik terkait dengan

keabsahan transaksi, pembiayaan, dan distribusi keuntungan dalam

konteks ekonomi syariah.

3
Djaren Saragih, Penghantar Hukum Adat Indonesia –ed 3, Bandung: Tarsito, 996, hlm.
97.
4
Yeni Rahmawati, “Tinjauan Fiqh Muamalah Terhadap Praktik Gaduh Sapi Pada
Masyarakat Desa Pucangombo Tegalombo Pacitan”, (Skripsi, Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Ponorogo, 2017

3
Dalam praktik ngadas sapi ini si pengelola bertanggung jawab

penuh terhadap pemeliharaan sapi, mulai dari tempat istirahat (kandang),

kebersihan, kesehatan, pemberian makan, mengawinkan sapi, hingga

sampai melahirkan. Namun berdasarkan observasi awal, permasalahan

yang ditemukan adalah bila terjadi kerugian terhadap kerja sama bagi hasil

pemeliharaan sapi tersebut, maka kerugian dilimpahkan kepada

pemelihara berupa uang antara 2-4 juta. Sama halnya dengan hasil

wawancara bahwa Nk menyatakan “Kalau kerugian itu tergantung dari

masalah yang menyebabkan ruginya, misalnya sebab mati, biasanya

dilimpahkan kepada kita, dimintai ganti rugi berupa uang, kadang-

kadang sekitar 2 juta”. Senada juga Nn mengungkapkan bahwa “apabila

sapinya mati biasanya diganti uang seharga sapi dibagi dua, misalnya

harga sapi 10 juta maka ganti ruginya 4 juta.

Berdasarkan latar belakang yang sudah di jelaskan, maka peneliti

tertarik melakukan penelitian dengan Judul “ANALISIS HUKUM

EKONOMI SYARIAH DALAM PRAKTIK KERJASAMA NGADAS

SAPI DI DESA SENYIUR KABUPATEN LOMBOK TIMUR”

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana pelaksanaan sistem bagi hasil Ngadas sapi di Desa

Senyiur?

2. Bagaimana analisis hukum ekonomi syariah dalam sistem bagi hasil

Ngadas sapi?

4
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang jadi tujuan pada

penelitian proposal skripsi ini adalah

a. Untuk mengetahui Bagaimana pelaksanaan sistem bagi hasil

Ngadas Sapi di Desa Senyiur

b. Untuk mengetahui bagaimana analisis hukum ekonomi syariah

dalam sistem bagi hasil Ngadas Sapi

2. Manfaat Penelitian

Peneliti berharap dengan adanya penelitian ini akan bermamfaat bagi

pihak-pihak terkait dengan masyarakat luas, adapun manfaat dari

penelitian ini yaitu:

a. Secara Teoritis

1) Informasi yang diperoleh Dalam penelitian ini dapat

bermamfaat sebagai pengembangan disiplin ilmu pengetahuan

di bidang Hukum Ekonomi Syariah pada umumnya dan

khususnya pada Praktik Ngadas Sapi dalam Desa Senyiur Kab.

Lombok Timur

2) Penelitian ini diharapkan menjadi acuan serta referensi bagi

peneliti selanjutnya, khususnya bagi mahasiswa Hukum

Ekonomi Syariah.

5
b. Secara Praktis

A. Bagi Mahasiswa

Dapat menambah wawasan keilmuan secara umum yang

berkaitan dengan Hukum Ekonomi Syariah, dan lebih

khususnya dapat secara langsung menerapkan dalam kehidupan

sehari-hari.

B. Bagi Masyarakat

Dengan adanya penelitian ini, masyarakat dapat mengetahui

sistem bagi hasil dalam ngadas sapi di Desa Senyiur Kab.

Lombok Timur.

C. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti, terkait

praktik ngadas sapi, serta bisa dijadikan referensi untuk peneliti

selanjutnya yang akan melakukan penelitian dengan tema yang

sama

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

1. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari penelitian ini membatasi kajiannya pada

persoalan Hukum Ekonomi Syariah yang secara khusus membahas

tentang sistem bagi hasil dalam ngadas sapi di desa senyiur.

2. Setting Penelitian

Penelitian ini di lakukan di Desa Senyiur Kecamatan Keruak,

Kabupaten Lombok Timur, Alasan Penulis melakukan penelitian di

6
sini adalah karena banyak masyarakat desa senyiur melakukan praktik

ngadas dan peneliti melihat dalam perjanjian ngadas sapi ini, Dan

alasan kedua saya kenapa saya mengambil judul ini karna dalam

praktik ngadas ini akad dalam perjanjian yg digunakan hanya

menggunakan perjanjian lisan atau saling percaya atau lebih jelasnya

hukum adat tanpa melibatkan instansi-instansi atau perjanjian secara

tertulis dan ini akan bermaslah jika kedepannya akan terjadi

wanprestasi dan masyarakat yg terlibat dalam praktik ngadas ini akan

bingung menggunakan upaya hukum apa karena kesulitan untuk

membuktikan alat bukti serta yang paling dirugikan disini adalah

pemilik modal.

E. Telaah Pustaka

Selama melakukan pengkajian pendahuluan dalam peneltian ini, peneliti

menemukan beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan pokok

pembahasan yang kami teliti. Penelitian-penelitian tersebut diantaranya

adalah sebagai berikut:

1. Skripsi Oleh Khomsin Maulida Yang Berjudul Penerapan Prinsip

Bagi Hasil Usaha Peternakan Sapi Untuk Meningkatkan

Pendapatan Dengan Sistem Gaduh Di Desa Darmasari Kecamatan

Sikur Lombok Timur

Skripsi tersebut memaparkan persolan mengenai Penerapan Prinsip

Bagi Hasil Usaha Peternakan Sapi Untuk Meningkatkan Pendapatan

Dengan Sistem Gaduh Di Desa Darmasari Kecamatan Sikur Lombok

7
Timur Adapun pembahasannya sebagai berikut. Di Desa Darmasari

yang mayoritas petani menjadikan peternakan sebagai mata

pencaharian tambahan untuk mencukupi kebutuhan dengan cara

memelihara ternak milik orang lain. Berdasarkan hal tersebut peneliti

melakukan penelitian tentang bagi hasil yang didapatkan dari sistem

gaduh. Apakah sistem tersebut membantu atau tidak. Penelitian ini

mmerupakan penelitian lapangan dengan memberikan gambaran dan

menganalisa masalah yang berkaitan denga bagi hasli usaha peternakan

sapi dengan sistem gaduh. dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti

dapat disimpulkan bahwa akad yang dilakukan oleh masyarak Desa

Darmasari masih menggunakan akad lisan, dengan keuntungan yang

dibagi sesuai dengan kesepakatan yang dilakukan oleh kedua belah

pihak yaitu bisa 50%;50%, dan 40%;60%. Adapun faktor pendorong

terjadinya penerapan bagi hasil dengan sistem gaduh di Desa

Darmasari adalah faktor untuk memenuhi kebutuhan untuk pihak

pemelihara. Sedangkan untuk pihak pemodal biasanya karena faktor

kesibukan. Selain itu terdapat perbedaan di antara keduanya yakni

dalam penelitian terdahulu membahas tentang bagaimana prinsip bagi

hasil, yaitu prinsip keadilan dan prinsip untung-rugi bersama,

diterapkan dalam praktik bagi hasil dengan sistem gaduh. sedangkan

dalam penelitian sekarang membahas tentang bagaimana praktik bagi

hasil dengan sistem ngadas sesuai dengan prinsip-prinsip hukum

ekonomi syariah, yaitu prinsip keadilan, kesetaraan, dan kehati-hatian.

8
Sedangkan persamaan dari kedua penelitian ini adalah sama-sama

membahas tentang hal yang sama, yaitu praktik bagi hasil dalam

peternakan sapi.

2. Skripsi oleh Ahmad Saiful Umam yang berjudul Implementasi

Sistem Bagi Hasil Ternak Sapi Ditinjau Dengan Akad

Mudharabah (Studi Kasus Kelompok Ternak Di Dsn. Pilanggot

Ds. Wonokromo Kec. Tikung Kab. Lamongan)

Skripsi tersebut memaparkan persoalan mengenai (1) kelompok ternak

di Dusun Pilanggot menggunakan akad mudharabah yakni akad masih

berupa lisan, modal yang disertakan berupa uang dan sapi, resiko

kerugian belum dijelaskan secara detail, bagi hasil masing masing

dibagikan sesuai kesepakatan awal dan penjualan dilakukan jika

kondisi sapi sudah siap untuk dijual dan menjadi tanda berakhirnya

kerjasama, (2) bagi hasil ternak sapi kelompok ternak di Dusun

Pilanggot menggunakan sistem akad mudharabah di nilai dari rukun,

syarat, prinsip, dan sistem yang sesuai dengan mudharabah. Selain itu

terdapat perbedaan di antara keduanya yakni dalam penelitian

terdahulu di lakukan di Dsn. Pilanggot Ds. Wonokromo Kec. Tikung

Kab. Lamongan sedangkan dalam penelitian sekarang melakukan

penelitian di desa senyiur Kec. Keruak. Persamaan yaitu keduanya

membahas tentang praktik bagi hasil dalam peternakan sapi. Praktik

bagi hasil ini dilakukan antara dua pihak, yaitu pemilik sapi dan

pengelola sapi. Pemilik sapi menyediakan modal berupa sapi,

9
sedangkan penggelola menyediakan tenaga dan keterampilan untuk

memelihara dan merawat sapi tersebut.

3. Skripsi oleh Muhamad Syukran yang berjudul Pelaksanaan

Perjanjian Ngadas Sapi Berdasarkan Adat Sasak (Studi Di Desa

Aikdewa Kecamatan Pringgasela Kabupaten Lombok Timur)

Skripsi tersebut memaparkan persoalan mengenai pelaksanaan

pertanggungjawaban para pihak dalam perjanjian Ngadas di Desa Aik

Dewa Kecamatan Peringgasela dan Upaya hukum yang dapat

ditempuh masing-masing pihak akibat adanya wanprestasi. Jenis

penelitian ini adalah Normatif-Empiris. Pelaksanaan

pertanggungjawaban para pihak dalam perjanjian Ngadas sapi

dilakukan sesuai dengan kesepakatan yang dibuat bersama dalam

bentuk lisan, dan adanya keterikatan dalam Pasal 1338 Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata mengenai kebebasan berkontrak selama tidak

menyimpang dari Undang-Undang tersebut, tanggungjawab dalam hal

pemberian makan, perawatan, pemberian vitamin, menjaga keamanan

ternak menjadi tanggungjawab bersama antara pemodal dengan

pengadas. Upaya hokum dalam hal terjadi wanprestasi seperti terjadi

kehilangan ternak, ternak sakit terkena virus, atau mengalami kematian

biasanya diselesaikan secara adat yaitu melalui musyawarah bersama

dengan melibatkan penghulu adat atau pihak-pihak yang menjadi

penenengah di Desa Aikdewa. Selain itu terdapat perbedaan di antara

keduanya yakni dalam penelitian terdahulu membahas tentang

10
Bagaimanakah pelaksanaan pertanggungjawaban para pihak yang

terlibat dalam perjanjian kadasan yang telah dilakukan oleh

masyarakat di Desa Aik Dewa Kecamatan Peringgasela dan Upaya

hukum apa saja yang dapat ditempuh masing-masing pihak akibat

adanya wanprestasi, sedangkan penelitian sekarang mebahas tentang

Bagaimana pelaksanaan sistem bagi hasil Ngadas sapi di Desa Senyiur

dan bagaimana penerapan sistem bagi hasil Ngadas sapi berdasarkan

Hukum Ekonomi Syariah. Sedangkan persamaannya adalah sama-

sama membahas tentang perjanjian ngadas sapi, yaitu suatu perjanjian

yang dilakukan antara dua orang atau lebih untuk memelihara sapi

bersama-sama. Perjanjian ini umumnya dilakukan oleh masyarakat

Sasak di Lombok, Nusa Tenggara Barat.

F. Kerangka Teori

1. Perjanjian

Perjanjian dalam Islam, yang secara etimologi disebut aqad atau

mu'ahadah, adalah suatu ikatan kesepakatan antara dua pihak atau

lebih untuk melakukan sesuatu. Perjanjian ini memiliki landasan

hukum yang kuat dalam Al-Qur'an dan Hadits yang maha harus

memenuhi prinsif=prinsif sebagai berikut:

a. Kesepakatan (tawaruq): Kedua belah pihak harus sepakat atas isi

perjanjian.

11
b. Kebebasan berkontrak (al-ta'abbur): Kedua belah pihak bebas

menentukan isi perjanjian selama tidak bertentangan dengan

syariat.

c. Keadilan (al-'adl): Perjanjian harus adil dan tidak merugikan salah

satu pihak.

d. Maslahat (kepentingan): Perjanjian harus mendatangkan

keuntungan dan kemaslahatan bagi kedua belah pihak.

e. Publisitas (al-isytihar): Perjanjian yang berkaitan dengan

kepentingan umum sebaiknya dipublikasikan.

f. Ditulis (al-kitabah): Perjanjian sebaiknya ditulis untuk menghindari

kesalahpahaman di kemudian hari.

Prinsip-prinsip perjanjian Islam ini tidak hanya berlaku dalam

transaksi bisnis, tetapi juga dalam berbagai aspek kehidupan lainnya,

seperti pernikahan, sewa-menyewa, dan perjanjian kerjasama. Dengan

memahami dan menerapkan prinsip-prinsip ini, umat Islam dapat

membangun kehidupan yang adil, sejahtera, dan sesuai dengan ajaran

Islam.

Sedangkan Pasal 1313 Kitab Undang-undang Hukum Perdata,

menjelaskan bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana

suatu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain

atau lebih.5 Berdasarkan pengertian di atas dapat kita simpulkan

perjanjian adalah suatu perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu

5
Mgs Edy Putra Tje’Aman, 1989, Kredit Perbankan Suatu Tinjauan Yuridis, Liberty
Yogyakarta, hlm. 18

12
orang atau lebih, yang mengikatkan diri terhadap satu orang atau lebih,

dan menimbulkan akibat hukum. Pada dasarnya perjanjian berawal

dari perbedaan atau ketidaksamaan kepentingan di antara para pihak.

Perumusan hubungan kontraktual pada umumnya senantiasa diawali

dengan proses negosiasi di antara para pihak. Melalui negosiasi para

pihak berupaya menciptakan bentuk-bentuk kesepakatan untuk saling

mempertemukan sesuatu yang diinginkan (kepentingan) melalui proses

tawar-menawar.6 Pendek kata, pada umumnya perjanjian justru

berawal dari perbedaan kepentingan yang dicoba dipertemukan melalui

perjanjian. Melalui perjanjian perbedaan tersebut diakomodasi dan

selanjutnya dibingkai dengan perangkat hukum sehingga mengikat

para pihak.

Suatu perjanjian agar mempunyai kekuatan mengikat dalam

pelaksanaannya, tentunya harus memenuhi syarat sahnya perjanjian.

Syarat sahnya perjanjian telah jelas diatur dalam Pasal 1320 Kitab

Undang-undang Hukum Perdata. Syarat sahnya perjanjian yang

dimaksud adalah adanya kesepakatan dari mereka yang mengikatkan

dirinya, kecakapan para pihak untuk membuat suatu perikatan, adanya

suatu hal tertentu, dan adanya suatu sebab yang halal.

Dua syarat yang pertama, dinamakan syarat-syarat subjektif,

karena mengenai orang-orangnya atau subyeknya yang mengadakan

6
Dinamika negosiasi dalam kontrak bisnis merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam
kontrak bisnis. Hal ini diulas dalam beberapa literatur, antara lain: Jeremy G. Thorn, Garry
Goodpaster, Donald W. Hendon & Rebecca Angeles Hendon, Alih Bahasa Rosa Kristiwati,
sebagaimana disebut oleh: Agus Yudha Hernoko, 2008, Hukum Perjanjian: Asas Proporsionalitas
Dalam Kontrak Komersial, Laksbang Mediatama, Yogyakarta, hlm. 12.

13
perjanjian, sedangkan dua syarat yang terakhir dinamakan syarat-

syarat objektif karena mengenai perjanjiannya sendiri oleh obyek dari

perbuatan hukum yang dilakukan itu.7

2. Bagi hasil

Bagi hasil adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk

melakukan usaha tertentu, dengan ketentuan bahwa keuntungan yang

diperoleh akan dibagi sesuai dengan kesepakatan, sedangkan kerugian

ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Bagi hasil merupakan

suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara

penyedia dana dengan pengelola dana (Muhammad, 2014). Di dalam

kegiatan usaha diperjanjikan adanya pembagian hasil atas keuntungan

yang akan di dapat antara kedua belah pihak atau lebih bagi hasil

dalam sistem perbankan syariah merupakan ciri khusus yang

ditawarkan kepada masyarakat, dan di dalam aturan syariah yang

berkaitan dengan pembagian hasil usaha harus ditentukan terlebih

dahulu pada awal terjadinya kontrak (akad). 8

Besarnya penentuan porsi bagi hasil antara kedua belah pihak

ditentukan sesuai dengan kesepakatan bersama, dan dibuat dengan

dasar kerelaan (’an-tara’dhin) di masing-masing pihak tanpa adanya

unsur paksaan. Bagi hasil merupakan hasil ketentuan keuntungan

ditentukan besar kecilnya dari hasil suatu usaha. Pembagian porsi

keuntungan dihitung sesuai nisbah bagi hasil didasarkan pada jumlah


7
Subekti, 1985, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Jakarta, hlm.17
8
Lina Marlina dan Jajang Iskandar, Pengaruh Bagi Hasil Dan Pendapatan Per Kapita
Terhadap Peningkatan Dana Pihak Ketiga, Vol. 4, No. 1, Mei 2019, hlm. 3.

14
keuntungan yang diperoleh. Semakin besar tingkat keuntungan yang

diperoleh semakin besar jumlah pembagian laba yang dibagikan

kepada nasabah.

Dalam perjanjian bagi hasil yang disepakati adalah proporsi

pembagian hasil (disebut nisbah bagi hasil) dalam ukuran persentase

atas kemungkinan hasil produktifitas nyata. Nilai nominal bagi hasil

yang nyata-nyata diterima, baru dapat diketahui setelah hasil

pemanfaatan dana tersebut benar-benar telah ada (ex post

phenomenon, bukan ex ente). Nisbah bagi hasil ditentukan berdasarkan

kesepakatan pihak-pihak yang bekerja sama. Besarnya nisbah biasanya

akan dipengaruhi oleh pertimbangan kontribusi masing-masing pihak

dalam bekerja sama (share and partnership) dan prospek perolehan

keuntungan (expected return) serta tingkat resiko yang mungkin

terjadi.

3. Upah

Upah adalah jumlah uang yang diterima karyawan atau buruh

secara berkala, tetapi yang lebih penting, upah mewakili jumlah

kebutuhan hidup yang dapat dibeli dengan jumlah uang tersebut.

Dalam Islam, upah terkadang disebut dengan istilah jaza' (pahala atau

imbalan), istilah yang sering dijumpai dalam firman Allah, khususnya

surat An-Nahl (16): 97. Dalam bait ini, kalimat "walanajziyannahum"

mengandung pengertian bahwa orang yang bekerja keras akan menuai

imbalan. baik di dunia (materi) maupun di akhirat (pahala).

15
Hal ini menunjukkan bahwa Allah akan memberi pahala sekaligus

mengingat orang-orang yang melakukan perbuatan baik di akhirat

(Shihab, 2007:341). Sedangkan “perbuatan baik” mengacu pada semua

perbuatan yang bermanfaat bagi individu, keluarga, kelompok, dan

umat manusia secara keseluruhan, sejalan dengan ajaran akal, al-

Qur’an, dan hadits (2001: 94). Oleh karena itu, jelaslah bahwa setiap

orang yang berusaha untuk bekerja, baik dalam usaha maupun dalam

usahanya sendiri, adalah berbuat baik karena bermanfaat bagi dirinya

sendiri dan keluarganya. serta masyarakat seluruhnya, sepanjang masih

dalam sesuai dengan hukum Islam, yang menekankan bahwa tidak

boleh ada diskriminasi dalam upah untuk pekerjaan serupa dan

kompensasi yang akan diterima seseorang sesuai dengan fatwa.

Intinya, pembayaran akan dilakukan dalam setiap pertukaran barang

atau jasa antara dua pihak.9

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan cara

penilitian lapangan (field Research). Menurut Dedy Mulyana penelitian

lapangan (field Research) adalah jenis penelitian yang mempelajari

fenomena dalam lingkungannya yang alamiah. 10 Untuk itu, data primernya

adalah data yang berasal dari lapangan. Sehingga data yang didapat benar-

9
Rizqa Amelia, Nadya Maulidya Manurung, dan Mustafaruddin, Upah Buruh dalam
Perspektif Islam, Vol. 2, No. 2, Juni 2023, hlm. 125-127.
10
Dedy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan
Ilmu Sosial Lainnya), Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, hlm. 160.

16
benar sesuai dengan realitas mengenai fenomena-fenomena yang ada di

lokasi penelitian tersebut. Maka dari itu disini peneliti menggunakan jenis

penelitian Field Research, agar dapat mencari data di lapangan secara

detail dan terperinci dengan cara mengamati dari fenomena terkecil yang

menjadi acuan titik permasalahan, sampai mengamati fenomena terbesar

serta berusaha mencari solusi permasalahan demi kemaslahatan bersama.

Alasan peniliti memakai jenis penelitian lapangan adalah Melalui

penelitian lapangan, peneliti dapat memahami lebih dalam dinamika yang

terlibat dalam situasi yang dipelajari. Mereka dapat menggali informasi

tambahan melalui wawancara, observasi langsung, dan interaksi dengan

subjek penelitian.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan Kualitatif, yaitu dengan melakukan teknik pengumpulan data

yang telah di observasi, wawancarai objek untuk mendapatkan subjek yang

sempurna. Penelitian ini dilakukan di Desa Senyiur Kecamatan Keruak

Kabupaten Lombok Timur. Pendekatan Kualitatif merupakan metode

penelitian untuk meneliti pada situasi objek secara ilmiah (cara

keilmuan/Rasional) dengan cara yang masuk akal sehingga terjangkau oleh

penalaran manusia, dimana sumber instrumen kunci adalah peneliti, teknik

pengumpulan data dapat dilakukan dengan triagulasi (gabungan), hasil

penelitian kualitatif lebih ke makna daripada generalisasi (penalaran yang

berbentuk kesimpulan suatu kejadian).11

11
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif dan R&D ( Bandung : ALFABET,
2013 ) hlm. 9.

17
3. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti di lokasi penelitian yang bertindak sebagai pengamat

sekaligus sebagai pengumpul data dalam kegiatan-kegiatan yang terjadi di

Tempat yang lebih berfokus pada penelitian tentang Bagaimana

pelaksanaan sistem bagi hasil Ngadas sapi di Desa Senyiur. Adapun

informasi dibutuhkan oleh penulis yaitu tentang bagaimana Analisis

Hukum Ekonomi Syariah Dalam Praktik Ngadas Sapi Dalam Konteks

Peternakan di Desa Senyiur.

4. Lokasi Penelitian

Untuk lokasi penelitiannya berada di Desa Senyiur Kecamatan

Keruak, Kabupaten Lombok Timur. Lokasi ini dijadikan penelitian

dikarenakan sejauh pengamatan penulis masih jarang yang meneliti

tentang Bagaimana Analisis Hukum Ekonomi Syariah Dalam Praktik

Ngadas Sapi Dalam Konteks Peternakan di Desa Senyiur dan Di samping

objek yang dianggap tepat, juga memberikan nuansa yang baru bagi

peneliti dalam menambah wawasan pengetahuan serta pengalaman

penelitian.

5. Sumber Data

Sumber data adalah tempat seorang peneliti mendapatkan data-data

yang diperlukan untuk dikaji, jadi sumber data menunjukkan dari mana

informasi penelitian tersebut berasal. Data ini harus berasal dari sumber

data yang benar, atau data yang dikumpulkan tidak akan relevan dengan

masalah yang sedang diteliti. Untuk mendapatkan informasi yang lebih

18
akurat, sumber data yang digunakan peneliti untuk melakukan

penelitiannya adalah data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang dikumpulkan

langsung dari sumbernya atau sumber pertama dan dapat berupa data

kuantitatif atau kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang dapat

diukur, seperti angka, statistik, atau pengukuran. Data kualitatif adalah

data yang tidak dapat diukur, seperti pendapat, opini, atau

pengalaman. Sumber data primer ini meliputi informan, responden

dan dokumentasi.

1) Informan

Informan atau informasi adalah sumber data yang diperoleh

langsung dari informan, yaitu orang yang memiliki pengetahuan

atau pengalaman tentang topik penelitian. Sumber data primer

dapat berupa hasil wawancara, observasi, atau eksperimen.

2) Responden

Objek responden adalah orang-orang yang terlibat secara

lansung. Responden adalah orang yang memberikan tanggapan atau

menjawab pertanyaan-pertanyaan dari peneliti. Responden dapat

berupa individu, kelompok, atau organisasi.

3) Dokumentasi

19
Sumber data ini diperoleh secara langsung dari sumber

pertama dalam bentuk dokumen atau catatan. Dokumen atau

catatan tersebut dapat berupa tulisan, gambar, audio, atau video.

Dari penjelasan diatas orang-orang yang terlibat dalam sumber data

informan, responden, dan dokumentasi dalam praktik ngadas ini

adalah:

1) Tokoh Masyarakat

2) Pemilik modal (Pemilik sapi)

3) Pengelola modal (Pengadas Sapi)

4) Tokoh Agama

5) Instansi Pemerintah (Desa)

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti tidak secara

langsung dari objeknya, tetapi melalui sumber lain, baik lisan maupun

tulis. Data sekunder merupakan data yang telah ada sebelumnya dan

dikumpulkan oleh pihak lain di luar instansi yang sedang diteliti.

Selain itu, sumber data sekunder lainnya dalam penelitian ini diambil

dari artikel, buku, jurnal, literatur, serta situs dari internet yang

berhubungan dengan penelitian.12

6. Teknik pengelolaan data

12
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D
(Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 137.

20
a. Observasi

Observasi merupakan pengumpulan data dengan cara

mengamati langsung di lapangan. Mulai dari pengelola atau

pengadas melakukan kerjasama dengan pemodal hingga pembagian

keuntungan. Dalam metode ini peneliti melakukan pengamatan dan

pencatatan secara langsung mengenai sistem akad dan bagi hasil

yang dilakukan pelaku Ngadas.

a. Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan

melakukan Tanya jawab langsung kepada narasumber atau

informan (orang yang diwawancara). Adapun teknik wawancara

yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam.

Maksud dari wawancara mendalam yaitu wawancara yang

dilakukan berkali-kali dan membutuhkan waktu yang lama

bersama informan di lokasi penelitian.13 Sedangkan wawancara

sistematik adalah wawancara yang dilakukan dengan terlebih

dahulu pewawancara mempersiapka pedoman (guide) tertulis

tentang apa yang hendak ditanyakan kepada responden.14

b. Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu bentuk kegiatan atau proses

dalam menyediakan berbagai dokumen dengan memamfaatkan

13
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu
Social lainnya, hlm.108
14
Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial Dan Ekonomi: Format-Format Kuantitatif
Dan Kualitatif Untuk Studi Sisiologi, Kebijakkan Public, Komunikasi Manajemen, Dan
Pemasaran, hlm.134

21
bukti yang akurat berdasarkan pencatatan dari berbagai sumber.

Dari penjajaran diatas dapat kita simpulkan metode dokumentasi

adalah Metode cara atau proses pengumpulan, pengorganisasian,

dan penyimpanan informasi atau data dalam bentuk dokumen.

Dokumentasi melibatkan pembuatan catatan tertulis atau rekaman

yang dapat digunakan sebagai referensi atau bukti.

7. Analisis data

Analisis data adalah proses interpretasi dan pengolahan informasi

yang diperoleh dari data untuk mendapatkan pemahaman yang lebih

mendalam. Kemudian data yang kita dapati dianalisis dengan tekniik

sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,

pengabstrakan dan trasformasi data mentah atau data kasar yang

muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Dengan kata lain

proses reduksi data ini dilakukan oleh peneliti secara terus menerus

saat melakukan penelitian untuk manghasilkan data sebanyak

mungkin.

2. Data penyajian

Yaitu penyusunan informasi yang kompleks ke dalam suatu bentuk

yang sistematis, sehingga menjadi lebih selektif dan sederhana

serta memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan data

22
dan pengambilan tindakan. Dengan proses penyajian data ini

peneliti telah siap dengan data yang telah disederhanakan dan

menghasilkan informasi yang sistematis.

3. Privikasi data

Yaitu merupakan tahap akhir dalam proses analisa data. Pada

bagian ini sejumlah data dan keterangan yang masuk dalam

pembahasan penelitian ini akan diseleksi kebenaran dan validitas

data, sehingga data-data yang masuk dalam pembahasan ini tidak

diragukan keabsahannya.15

8. Pengecekan keabsahan data

Pengecekan Keabsahan data merupakan konsep penting yang

diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (realitas).

Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, ada kriteria atau

standar yang harus dipenuhi guna menjamin keabsahan data hasil

penelitian kualitatif. Untuk menetapkan keabsahan data tersebut

diperlukan tehnik pemeriksaan data. Pelaksanaan tehnik pemeriksaan

didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada 4 kriteria atau standar

yang digunakan, yaitu:

a. Credibillity (Kesahihan Internal)

kesahihan internal berkaitan dengan validitas internal suatu

penelitian dan bukan dengan generalisasi hasil penelitian ke

populasi yang lebih luas (hal ini berkaitan dengan kesahihan

eksternal). Dengan meningkatkan kesahihan internal, sebuah


15
Matthew B. Milles, Op.Cit. hlm. 435

23
penelitian menjadi lebih dapat diandalkan dalam memberikan

kontribusi terhadap pemahaman dalam bidang yang diteliti.

b. Confirmability (Objektivitas)

Adalah kriteria untuk menilai kualitas hasil penelitian dengan

penulusurannya atau pelacakan catatan atau lapangan data

lapangan dan koherensinya dalam interpretasi. Corfirmability

(Objektivitas) bermakna sebagai proses kerja yang dilakukan untuk

mencapai kondisi objektif.16

c. Transferability (Kesahehan External)

Artinya bahwa penelitian yang dilakukan dalam kontek tertentu

dapat diaplikasikan atau ditransfer pada konteks lain. Dalam

penelitian ini, terungkap segala sesuatu yang dibutuhkan oleh

pembaca agar dapat memahami temuan yang telah diperoleh

peneliti. Bila pembaca laporan penelitian memperoleh gambaran

yang sedemikian jelasnya, “semacam apa” suatu hasil penelitian

dapat diberlakukan (Transferability), maka laporan tersebut

memenuhi standar transferabilitas. Oleh karena itu, supaya orang

lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif sehingga ada

kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut, maka

peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan uraian yang

rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. Dengan demikian

maka pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian tersebut,

16
2Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kauntitatif dan Kualitatif),
(Jakarta:Gaung Persada Press, 2010), hlm. 228-229

24
sehingga dapat memutuskan dapat atau tidaknya untuk

mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat lain.17

d. Dependenbility (Keterandalan)

Adalah kriteria untuk penelitian kualitatif apakah proses penelitian

bermutu atau tidak. Cara untuk menetapkan bahwa penelitian dapat

dipertanggungjawabkan. Proses penelitian yang benar ialah dengan

audit depenbilitas, guna mengkaji kegiatan yang dilakukan

penelitian. Untuk menguji dan tercapai Dependenbility atau

keterandalan data penelitian, jika dua atau beberapa kali penelitian

dengan fokus masalah yang sama diul

ang penelitiannya dalam suatu kondisi yang sama dan hasil yang

esensialnya sama, maka dikatakan mamiliki keterandalan yang

tinggi. Jadi, standar ini untuk mengecek apakah hasil penelitian

kualitatif bermutu atau tidak.

17
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D…, hlm. 276-277

25
H. Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan para pembaca untuk mengikuti penelitian ini, maka
sistematika pembahasan disusun sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan ini berfungsi sebagai bagian awal yang
memberikan gambaran umum tentang penelitian yang akan dilakukan. Ini
mencakup beberapa elemen kunci, seperti latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan dan mamfaat penelitian, penegasan istilah, serta
rangkuman garis besar dari isi skripsi.

BAB II PELAKSANAAN SISTEM BAGI HASIL NGADAS SAPI DI


DESA SENYIUR
Dalam bab ini membahas tentang bagaimana tentang letak wilayah
geografis desa senyiur dan menjelaskan praktik serta pelaksanaan sistem
bagi hasil ngadas sapi di Desa senyiur.

BAB III ANALISIS HUKUM EKONOMI SYARIAH DALAM


SISTEM BAGI HASIL NGADAS SAPI
Bab ini membahas tentang Hukum Ekonomi Syariah serta landasannya
terhadap implementasi sistem bagi hasil ngadas sapi serta membahas
tentang praktik yang terjadi dalam sistem bagi hasil ngadas tersebut.

BAB IV PENUTUP

26
Dalam bab ini memaparkan kesimpulan dari hasil penelitian yg dilakukan
serta memuat saran-saran untuk dijadikan bahan acuan untuk Masyarakat
di Desa Senyiur lebih jelasnya pelaku Ngadas tersebut.

27
I. Rancangan Penelitian

No Kegiatan Bulan

11 12 1 2 3

1. Penyusunan Proposal

2. Seminar Proposal

3. Menasuki Lapangan/Lokasi

Penelitian

4. Penyusunan Skripsi

5. Sidang Skripsi

28

Anda mungkin juga menyukai