Anda di halaman 1dari 19

Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah Terhadap Usaha Ternak Sapi Dengan Sistem

Tradisi Tetak Rego ( Studi Kasus Desa Muara Danau Kecamatan Lintang Kanan
Kabupaten Empat Lawang

Linda Sari 1

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah Terhadap Usaha


Ternak Sapi Dengan Sistem Tradisi Tetak Rego (Di Desa Muara Danau Kecamatan
Lintang Kanan Kabupaten Empat Lawang ). Jenis Penelitian ini adalah penelitian
lapangan yaitu yang dilakukan dengan cara terjun langsung kelokasi penelitian, jenis
data yang digunakan yaitu data kualitatif dan sumber data yang digunakan yaitu data
primer dan data sekunder kemudian data dikumpulkan dengan cara observasi,
wawancara, dokumnetasi, dan studi kepustakaan. Teknik analisis data yang penulis
lakukan yaitu Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan secara
deduktif yaitu menarik kesimpulan dari yang umum ke khusus sehingga hasil penelitian
dapat diahami dengan mudah.
Hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa kerjasama ternak sapi
dengan sistem bagi hasil di desa muara danau menggunakan akad lisan akad tersebut
yang dilakukan secara langsung tanpa adanya syarat-syarat sah dalam suatu perjanjian.
Adapun Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah Terhadap Ternak Sapi Dengan Sistem Tradisi
Bagi Hasil itu dibolehkan dalam islam asal memenuhi rukun dan syarat mudharabah
dalam fiqih muamalah yang sudah memenuhi rukun dan syarat-syaratnya. Hanya saja
dalam kerjasama perjanjian pada masyarakat desa Muara Danau akad tidak dilakukan
secara tertulis melainkan hanya dengan lisan dengan tidak mendatangkan saksi dalam
perjanjian tersebut dan mereka adat kebiasaan digunakan sebagai dasar hukumnya.

Kata Kunci : kerja Sama, Bagi Hasil, Hukum Ekonomi Syariah

1
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Raden Fatah Palembang, 082375371404, Email.
Sarilindasari776@gmail.com
Abstract.

This research is entitled Review of Sharia Economic Law Against Cattle Farming
With the Tetak Rego Tradition System (In Muara Danau Village, Lintang Kanan
District, Empat Lawang Regency). This type of research is field research, which is
carried out by going directly to the research location, the type of data used is
qualitative data and the data sources used are primary data and secondary data,
then data is collected by means of observation, interviews, documentation, and
literature study. The data analysis technique that the author uses is qualitative
data analysis, which is an effort carried out by deductive means, namely drawing
conclusions from the general to the specific so that the research results can be
understood easily. The results of this study can be concluded that the cooperation
of cattle with a profit-sharing system in the village of Muara Danau uses an oral
contract which is carried out directly without any legal conditions in an
agreement. As for the Review of Sharia Economic Law on Cattle With a Profit
Sharing Tradition System, it is permissible in Islam as long as it fulfills the pillars
and conditions of mudharabah in muamalah fiqh which have fulfilled the pillars
and conditions. It's just that in the cooperation agreement with the people of
Muara Danau village, the contract is not done in writing but only verbally by not
bringing witnesses in the agreement and they are customarily used as the legal
basis.

Keywords: Cooperation, Profit Sharing, Sharia Economic Law.


I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan, manusia telah memiliki kodratnya yaitu sebagai
makhluk tuhan individu dan sosial budaya. Manusia adalah makhluk hidup yang
selalu berhadapan dengan segala macam kebutuhan baik dalam kebutuhan
primer, sekunder dan tersier. Dalam menghadapi kebutuhannya manusia pada
umumnya berharap selalu dapat memenuhi semuanya. Untuk mencukupi
kebutuhan hidupnya manusia tidak bisa melakukan sendiri tetapi membutuhkan
orang lain, karena Allah swt telah menjadikan manusia masing-masing saling
tolong menolong tukar menukar keperluan dalam segala urusan kepentingan
hidup masing-masing, baik dalam kepentingan sendiri maupun untuk
kemaslahatan umat.
Kebutuhan untuk berinteraksi merupakan salah satu dorongan setiap
manusia baik secara individu, kelompok ataupun lingkungan sekitar. Di dalm
hukum islam sudah diatur mengenai aturan-aturan tertentu agar tidak terjadi
ketimpangan dan kesalah pahaman yang menyebabkan bentrokan antar
kepentingan manusia, dalam islam hubungan antar manusia disebut dengan
muamalah. Muamalah merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan
manusia, sebab dengan bermuamalah manusia dapat berhubungan satu sama lain
yang menimbulkan hak dan kewajiban, sehingga akan tercipta segala hal yang
diinginkan dala mencapai kebutuhan hidup. bermuamalah dalam islam sangat
dianjurkan asalkan dengan cara yang halal dan wajar sehingga orang yang
bermuamlah itu tidak saling dirugikan satu sama lainnya.
Diantara kegiatan untuk memenuhi kebutuhan materi yang saat ini
perternakan salah satunya yang sering dilakukan masyarakat. 2 perternakan
merupakan salah satu subsektor pertanian yang mempunyai peran dalam
perekonomian di indonesia. Namun dalam pelaksanaannya perternakan
menghadapi berbagai risiko yang terkadang juga jarang memberikan kerugian
bagi pelaku perternakan khususnya perternak sapi untuk risiko-risiko yang ada
usaha ternak sapi ini sangat cocok untuk peternak sapi usaha kecil. Ternak sapi
merupakan salah satu sumber daya penghasil daging yang mampu memenuhi
kebutuhanakan gizi hewani dan menjadi salah satu komunitas ekonomi yang
menjanjikan dan memiliki arti penting dalam kehidupan masyarakat. 3
Ternak sapi ini memiliki peran penting dalam peluang pasar karena
merupakan ternak unggulan penghasil daging di beberapa daerah, pemelliharaan
sapi ini dilakukan secara terpadu yang dikenal dengan perternakan sapi.dan juga
untuk Upaya memperdayakan petani peternak sapi di daerah dengan adanya
berternak sapi dapat meningkatkan pendapatan petani selain sebagai sumber
pendapatan juga dapat memiliki tambahan melalui penjualan dari hasil perternakan
sapi serta keturunan sapi tersebut. Usaha ternak sapi dapat dilakukan dengan
memberdayakan sumber daya lokal. Pengembangan usaha ternak sapi ini antara
pemilik sapi dengan petani ternak dalam suatu peternakan bisa menghasilkan
berbagai macam kebutuhan, terutama sebagai bahan makanan berupa daging

2
Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah: Dalam Persepktif Kewenangan Peradilan
Agama Edisi Pertama, ( Jakarta: kencana, 2012 ),71.
3
Citra Dewi Rachmawati, Mekanisme Pengajuan Asuransi Usaha Ternak Sapi ( AUTS )
Pada PT. Asuransi Jasa Indonesia Persero Kantor Cabang Malang( Skripsi : Universitas
Muhamadiyah Malang, 2020 )15
disamping itu juga kotorannya dapat djadikan bahan organik seperti pupuk
kandang dan banyak berbagai macam lainnya.4
Kehidupan manusia didunia diliputi dengan berbagai problematika yang
rumit. Islam datang sejak seribu lima ratus tahun silam sebagai cahaya yang
menerangi gelapnya kehidupan. Islam datang dengan prinsip rohmatan lil’alamin
mampu menjawab berbagai problematika kehidupan manusia. Ulama telah
membagi disiplin ilmu dari ajaran islam. Salah satu disiplin ilmu yang tercetus
adalah ilmu fiqh yang berbicara panjang lebar dan terperinci khusus tentang
kehidupan manusia.5
Islam membenarkan seorang muslim berdagang dan berusaha secara
perorangan membenarkan juga penggabungan modal dan tenaga dalam bentuk
perkongsian. Salah satu contoh dari bentuk usaha perkongsian yang banyak terjadi
didalam masyarakat, khususnya di Indonesia adalah kerja sama bagi hasil yang
sifatnya saling mengguntungkan kedua belah pihak pemilik modal dan pekerja. 6
Di antara muamalah yang berjalan di kalangan masyarakat diatur oleh Al-
Qur’an dan al-Hadits dan dikembangkan oleh para ahli fiqih adalah masalah kerja
sama dalam usaha salah satunya adalah perternakan sapi bentuk kerja sama dalam
fikih muamalah yang cukup signifikan untuk dikembangkan dalam dunia bisnis
sekarang ini adalah syirkah. Dalam syirkah kontrak kerja sama ditetapkan
berdasarkan kesepakatan dan serikat kerja, yang dimaksud serikat kerja ialah dua
orang tenaga ahli atau lebih, bermufakat atas suatu pekerjaan supaya keduanya
sama-sama mengerjakan pekerjaan itu. Pengahsilan upahnya adalah untuk mereka
bersama menurut perjanjian antara mereka, baik keahlian keduanya sama ataupun
berbeda seperti tukang kayu dengan dengan tukang tukang kayu, dan tukang besi
dengan tukang besi. Begitu juga penghasilannya besarnya menurut perdamaian
antara keduanya, hanya perbandingannya itu hendaknya ditentukan sewaktu akad.
Adapun menurut faedah serikat sudah tidak asing lagi bagi kita semua bahwa
perkongsian itu adalah suatu jalan yang baik untuk kemajuan suatu bangsa bahkan
dapat pula menjadi jalan untuk meneguhkan tali perhubungan antara satu bangsa
dengan bangsa lain satu umat dengan umat yang lain. Dengan perkongsian
perusahaan dan perdagangan bahkan perhubungan antarnegara akan lebih mudah
dan lancar, dan ilmu pengetahuan jadi cepat tersiar. Sesungguhnya banyak
pekerjaan yang penting sukar dan sulit tidak dapat dikerjakan oleh perseorangan
serta tidak dapat dengan modal yang sedikit tetapi harus dengan tenaga dan modal
bersama gotong royong.7
Pada prinsipnya islam juga lebih menekankan produksi untuk memenuhi
kebutuhan orang banyak. Karena itu bagi islam produksi yang berkembang baik
secara kualitatif maupun kuantitatif tidak dengan sendirinya mengidentifikasikan
kesejahteraan bagi masyarakat. Atau dalam istilah bahasa arabnya syirkah uqud
pembagiannya berupa syirkah inan dan syirkah al- mufawadhah. Yang pertama
syirkah uqud adalah dua orang atau lebih melakukan akad untuk kerja sama

4
Femi Hadidjah Elly, “ Pengembangan Usaha Ternak Sapi Rakyat Melalui Integrasi
Sapi-Tanaman Di Sulawesi Utara” ( Skripsi : Universitas Sam Ratulagi, 2008 ) 20.
5
Aris Setiawan, “ Praktek Ijarah Ternak Sapi Studi Kasus Pada Perternakan Sapi Desa
Tulungrejo Kecamatn Karangrejo Kabupaten Tulungagung”( Skripsi : IAIN Tulungagung, 2014 ),
34.
6
Akhman Rof’I, “ Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Perjanjian Bagi Hasil
Ternak Sapi Di Desa Sebandung Kecamatan Sukerejo Kabupaten Pasuruan” ( Skripsi : IAIN
Sunan Ampel Surabaya, 1994 ) 25.
7
Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam,( Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2019 ) 298-299.
( berserikat ) dalam modal dan keuntungan. Artinya kerja sama ini didahului oleh
transaksi dalam penanaman modal dan kesepakatan pembagian keuntungannya.
sedangkan pembagian syirkah uqud ini berupa syirkah inan yaitu pengabungan
harta atau modal dua orang atau lebih yang tidak selalu sama jumlahnya. boleh satu
pihak memiliki modal lebih besar dari pihak lain. dan syirkah al- mufawadhah
yaitu perserikatan dimana modal semua pihak dan bentuk kerja sama yang mereka
lakukan baik kualitas dan kuantitasnya harus sama dan keuntungan dibagi rata. 8
Dalam Islam telah ditekankan bahwa dalam bermasyarakat haruslah
tolong menolong dan kerjasama. Dalil al-Qur’an yang menjadi landasan adalah
(Q.S al-Maidah ayat 2).

ِ ‫وان َواتَّقُوا هَّللا َ ِإ َّن هَّللا َ َش ِدي ُد ْال ِعقا‬


‫ب‬ ِ ‫َعاونُوا َعلَى اِإْل ْث ِم َو ْال ُع ْد‬
َ ‫َوال ت‬

Artinya: “tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan takwa dan


janganlah kamu tolong menolong dalam dosa dan permusuhan sesungguhnya azab
Allah sangat pedih. (QS: 2/2).
Dalam ekonomi syariah percampuran yakni bercampurnya salah satu dari
dua harta dengan harta lainnya tanpa dapat dibedakan antara keduanya disebut
dengan syirkah atau perkongsian. Syirkah adalah akad kerja sama antara kedua
belah pihak untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana ( amal/ expertise ) dengan kesepakatan bahwa keuangan dan resiko
ditanggung bersama. Menurut hanafiah syirkah adalah suatu ungkapan tentang
akad (perjanjian) antara dua orang yang berserikat didalam modal dan keuntungan.
Sedangkan menurut malikiyah perkongsian adalah izin untuk mendayagunakan
(tasharuf) harta yang dimiliki dua orang secara bersama-sama oleh keduanya yakni
keduanya saling mengizinkan kepada salah satunya untuk mendayagunakan harta
milik keduanya, namun masing-masing memiliki hak untuk berthasarruf. selain itu
kerja sama menurut syara’ adalah suatu ungkapan tentang tetapnya hak atas suatu
barang bagi dua orang atau lebih secara bersama- sama dalam kepemilikan atas hak
atau tasarruf.9
Adapun Substansi tasharruf adalah setiap perilaku yang dilakukan oleh
seseorang atas dasar keinginannya ya ng melahirkan hak dan kewajiban dengan
landasan syara’. dan thasarruf terbagi menjadi dua jenis yaitu tasharruf qauli ialah
ucapan yang bersumber dari satu pihak yang melahirkan pihak hak dan kewajiban
seperti bai’ ijarah, syirkah, waqaf dan washiyah. Dan thasarruf yang berbentuk
akad ( thasarruf qauli aqdi ) yaitu setiap ucapan yang timbul dari kesepakatan
antara dua belah pihak atau lebih seperti kesepakatan dalam akad-akad
waqaf ,wasiat ,jual beli,ijarah dan syirkah.thasarruf selain akad ( tasharruf qauli
gaurul aqdi )adalah keinginan pihak akad untuk melangsungkan atau membatalkan
akad ( ucapan sepihak ) seperti iqrar ( pengakuan) wakaf, thalaq, ibra,
membebaskan hak dan tanazul ( merelakan hak ). Sedangkan tasharruf fi’li yaitu
perbuatan yang dilakukan secara sadar yang melahirkan akibat hukum seperti serah
terima jual beli ghasab ( merampas harta milik dan memanfaatkan hal-hal mubah ).
Dapat disimpulkan bahwa akad adalah kategori transaksi yang berisi
ucapan ( thasarruf qauli al-aqdi ). maka didefinisikan sebagai ucapan yang
dimaksud adalah ijab qabul menurut hanfiyah menjadi satu-satunya rukun karena

8
Abdul Rahman Ghazaly DKK, Fiqh Muamalat,( Jakarta: Prenadamedia Group,
2010 )131-132.
9
Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah,( Bandung : Cv Pustaka, 2000) 183.
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari substansi akad 10. Hikmah syirkah
manusia tidak dapat hidup sendirian pasti membutuhkan orang lain dalam
memenuhi kebutuhan. Selain itu syirkah pada hakikatnya sebuah kerja sama yang
saling menguntungkan dalam mengembangkan potensi yang dimiliki baik berupa
harta atau pekerjaan.
Secara sederhana syirkah diartikan kerja sama antara dua orang atau lebih
dalam sebuah usaha konsekuensi keuntungan dan kerugiannya ditanggung secara
bersama.syirkah memiliki kedudukan yang sangat kuat dalam islam. Adapun
defenisi syirkah menurut beberapa ahli fiqh akad antara kedua orang berserikat
pada pokok harta modal keuntungan. Lalu akad yang berlaku antara kedua orang
atau lebih untuk saling tolong menolong dalam suatu usaha dan membagi
keuntungnnya. mengenai syirkah bahwa yang dimaksud syirkah ini adalah kerja
sama antara dua orang atau lebih dalam bidang usaha atau modal yang masing-
masing dari harta yang melakukan syirkah tersebut berbaur menjadi satu tanpa ada
perbedaan satu dengan yang lainnya yang keuntungan dan kerugiannya di tanggung
bersama sesuai kesepakatan yang telah dilaksanakan.
Di Indonesia juga kebanyakan masyarakatnya menggantarkan dirinya
kepada sektor pertanian dan perternakan. Begitu juga yang terjadi di masyarakat
didesa muara danau kecamatan lintang kana kabupaten empat lawang. Kebanyakan
desa tersebut bergantung pada sektor salah satunya perternakan. Akad adalah suatu
yang penting dalam suatu perjanjian dan dalam kerja sama, sebab pemilik
perternakan terkadang tidak mempunyai keahlian dan pengalaman dalam
mengelolah dan merawatnya dan mungkin juga tidak ada waktu untuk mengelolah
dan merawatnya,sementara di sisi lain ada orang yang memiliki kemampuan dan
keahlian dalam merawat dan mengelola pereternakan serta memiliki waktu luang
untuk waktu tersebut, dan di samping itu ada orang yang tidak memiliki seperti
perternakan sapi sehingga pemilik perternakan membutuhkan pekerja untuk
pengelolaan dan perawat ternak sapi dan pihak pekerja membutuhkan pekerjaan ,
dan sehingga terjalin hubungan mutual simbosis di antara keduannya.dengan
adanya akad kerja sama dapat menolong dan membantu masyakarat dalam
meningkatkan ekonominya baik untuk pihak yang memiliki perternakan maupun
perkebunan ataupun untuk petani perternakan dan penggarap yang menjadi pihak
pengelola.
Kerja sama bagi hasil yang dilakukan oleh masyarakat hanya berdasarkan
kekeluargaan dan kepercayaan masing-masing pihak. 11 Selain itu akad bagi
hasilnya juga berdasarkan dengan tradisi setempat yang mana didalam tradisi desa
itu adalah tetak rego yang disebut bagi hasil yang merupakan suatu tradisi dalam
penjualan sapi dengan sistem tradisi tetak rego atau bagi hasil, disini yang disebut
dengan paroan atau bagi hasil dalam tradisi desa merupakan hasil dari penjualan
sapi tersebut dengan bagi hasil keuntungan harga awal dengan ditambah dari
penjual yang pengelolah sapi yang dijual sapi tersebut. dan juga disamping itu akad
yang dilakukan oleh kedua bela pihak hanya secara lisan dan tanpa disaksikan oleh
saksi-saksi sehingga tidak ada bukti bahwa telah terjadi kerja sama diantara kedua
belah pihak. Padahal jika memang prosesnya seperti demikian akan terjadi suatu
masalah dan terjadi beberapa pelanggaran terjadi terhadap kerjasama yang telah
disepakati sehingga dapat merugikan salah satu yang bertransaksi.
Kerjasama yang terjadi di desa muara danau kecamatan lintang kanan
kabupaten empat lawang didalam sistemnya tidak sesuai dengan akad perjanjian
10
Oni Sahroni, Fikih Muamalah, ( Depok : PT Raja Grafindo Persada, 2018) 1-2.
11
Sahroni, Fikih Muamalah,3.
seperti perjanjian dalam merawat sapi ,mengelolah sapi, dan bagi hasil dibagi rata
keturunan sapinya atau dibagi rata dari hasil penjualannya .dan apabila si pengelola
sapi lalai dalam merawat salah satu sapi tersebut terkadang mengalami sakit dan
ada juga yang mati. sehingga upah si pengelola untuk perawatan sapi nya tadi
adalah keturunan dari sapi tersebut, nah jika salah satu sapi nya mati si pengelola
tidak mendapat bagian upah dari tuan sapi , dan yang menjadi penyebab kematian
sapi tersebut terkadang lingkungan sekitar dan juga perubahan cuaca. Hal inilah
yang menjadi ketidak sesuaian antara akad dan prakteknya dalam suatu kerja sama.
Padahal dilihat dari kerja sama dalam akad mudharabah adalah akad kerja sama
usaha antara dua pihak, dimana pihak pertama sebagai pemilik modal dan pihak
kedua sebagai pengelola modal. Dan Keuntungan kerja sama tersebut dibagi untuk
kedua belah pihak sesuai dengan kesepakan yang tertuang dalam perjanjian, karena
hal ini diluar dari akad kerjasama.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
suatu penelitian yang berjudul “TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARIAH
TERHADAP TERNAK SAPI DENGAN SISTEM TRADISI BAGI HASIL
(DI DESA MUARA DANAU KECAMATAN LINTANG KANAN
KABUPATEN EMPAT LAWANG)

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, timbul rumusan masalah
diantaranya bagaimana Usaha ternak sapi dengan sistem tradisi tetak rego di desa
muara danau kecamatan lintang kanan kabupaten empat lawang dan bagaimana
tinjauan hukum ekonomi syariah terhadap usaha ternak sapi di desa muara danau
kecamatan lintang kanan kabupaten empat lawang?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan usaha ternak sapi dengan
sistem tradisi tetak rego didesa muara danau kecamatan lintang kanan kabupaten
empat lawang dan mengetahui tinjauan hukum ekonomi syariah terhadap usaha
ternak sapi desa muara danau kecamatan lintang kanan kabupaten empat lawang.

D. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Metode Penelitian menggunakan pendekatan field Research (lapangan)
yaitu penelitian yang dilakukan atas suatu kejadian atau peristiwa yang
menggunakan kenyataan. Penelitihan karya tulis ini menggunakan metode
deskripsi kualitatif, adalah prosedur penelitihan yang menghasilkan data
Deskriftif. Adapun yang menjadi objek penelitihan ini adalah “ tinjauan
hukum ekonomi syariah terhadap ternak sapi dengan sistem tradisi tetak rego
di desa muara danau kecamatan lintang kanan kabupaten empat lawang”.

2. Sumber Data
Data primer adalah sumber dimana sebuah data dihasilkan. Data primer
diperoleh langsung dari tempat penelitian, melalui wawancara dengan salah
satu buruh tani dan petani pengelola perternakan sapi didesa muara danau
kecamatan lintang kanan kabupaten empat lawang.Data pimer yang
didapatkan yaitu berupa kasus ternak sapi dengan sistem tradisi tetak rego
didesa muara danau kecamatan lintang kanan kabupaten empat lawang,
sedangkan data sekunder adalah data yang menunjang data primer studi
kepustakaan. Dalam penelitian ini melakukan studi kepustakaan ( library
research ) yaitu dengan membaca dan mempelajari buku, jurnal yang terkait
dalam penelitian, artikel serta sumber hukum yang relevan dengan penelitian
ini seperti ayat-ayat al-Qur’an, hadist yang berkenaan dengan hukum serta
secara hasil searching di internet. Data sekunder yang didapatkan berupa
menganalisis tentang “ternak sapi dengan sistem tradisi tetak rego dalam
islam yang bersumber dari buku fiqh muamalah yang berhubungan dengan
masalah yang dibahas.

3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini dari responden dan informan yaitu masyarakat
desa muara danau kecamatan lintang kanan kabupaten empat lawang
pengambilan dengan purposive sampling ( kriteria tertentu ).
1) Petani perternakan desa muara danau kecamatan lintang kanan
kabupaten empat lawang
2) Salah satu pemilik perternakan sapi di desa mura danau kecamatan
lintang kanan kabupaten empat lawang.

4. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah paling penting strategis
dalam penelitian, kerena tujuan utama dari penelitian ini adalah
mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka
peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar yang dapat
ditetapkan. Adapun pengumpulan data yang digunakan penelitian adalah.

a. Wawancara
Wawancara yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara Tanya jawab bertatap muka antara pewawancara
dan informasi atau orang yang d iwawancarai, dengan atau tanpa
menggunakan pedoman (quide) wawancara. Dengan mengajukan
sejumlah pertanyaan untuk dijawab secara lisan, dimana materi yang
akan dipertanyakan telah disiapkan terlebih dahulu sebagai pedoman.
Dalam hal ini pertanyaan berkaitan dengan ternak sapi dengan
sistem tradisi tetak rego desa muara danau kecamatan lintang kanan
kabupaten empat lawang.

b. Dokumentasi
Alat ini digunakan untuk mendapatkan data yang berkenan dengan
kajian yang berfungsi sebagai pendukung wawancara yang berupa hasil
dari penelitihan, jurnal, skripsi, dan data-data yang dapat di akses dari
internet.

5. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari serta menyusun secara sistematis
data yang telah diperoleh dari hasil wawancara dan bahan- bahan lain
sehingga mudah untuk dipahami dan diinformasikan kepada orang lain. Data
yang telah dikumpulkan dianalisis secara deskripsi kualitatif, yakni
menggambarkan, mengkaji seluruh permasalahan yang ada pada rumusan
masalah, yaitu menyimpulkan dari pernyataan-pernyataan yang bersifat
umum ditarik ke khusus, sehingga hasil penelitian ini dapat dipahami dengan
mudah.

E. Pembahasan
1. Sistem kerjasama Dan Bagi Hasil di Desa Muara Danau
Sistem bagi hasil biasanya sering kita jumpai dalam istilah ekonomi,
yang dimaksud dengan sistem bagi hasil adalah suatu sistem yang meliputi
pembagian hasil usaha antara pemodal dan pengelola dana pembagian usaha.
Sedangkan yang digunakan oleh masyarakat desa muara danau dalam bidang
perternakan khususnya untuk kerjasama di bidang ternakan sapi sistem bagi
hasil ini yakni tetak rego . Kerjasama atau sistem bagi hasil yang dilakukan
oleh dua orang dimana salah satu pihak merupakan pemilik ternakan sapi,
sedangkan yang lain adalah pengelola untuk mengurusi sapi tersebut dan
dari hasil keturunan yang didapat maka kedua bela pihak akan membagi
hasilnya sesuai dengan kesepakatan yang dilakukan oleh kedua belah pihak.
Sistem bagi hasil yang dilakukan di desa Muara Danau disebabkan
karena ada sebagian masyarakat yang memiliki ternakan sapi namun mereka
tidak memiliki waktu untuk mengurus sapi milik mereka sendiri karena
kesibukan mereka ataupun faktor usia sehingga mereka tidak sanggup untuk
mengurus sapi milik mereka sendiri, dan disi lain juga ada yang memiliki
kemampuan untuk melakukan pengurusan dalam bidang berternak sapi
namun tidak memiliki sapi untuk mereka kelola, dengan adanya sistem bagi
hasil ini maka masing-masing pihak dapat bekerja sama dimana pemilik sapi
merasa aman karena ada pengelola yang mengurusi sapi miliknya sedangkan
pengelola sendiri memiliki penghasilan dari yang didapatkan dalam
mengurusi sapi tersebut.
Kerjasama yang dilakukan oleh dua orang dimana salah satu pihak
merupakan pemilik sapi, sedangkan pihak lain sebagai pengelola untuk
mengelola/mengurusi sapi dan dari hasil keturunan dan hasil penjualan yang
didapat maka kedua belah pihak akan membagi hasilnya sesuai dengan
kesepakatan dari kedua belah pihak itu disebut dengan sistem bagi hasil.
Pengelola melakukan pencarian rumput dikebun untuk untuk makan sapi,
tanpa membeli. Sedangkan pihak pengelola akan menambahkan bahan
makanan selain rumput guna untuk pengemukan maupun kesehatan sapi
yaitu biasanya menggunakan dedak. Maka dapat disimpulkan adanya
penambahan biaya- biaya tak terduga bagi pengelola untuk biaya nya
tersebut dikeluarkan dari pihak pengelola. Sedangkan untuk proses
perkawinan di bagi dua, dalam proses perkawinan tersebut biasanya sapi
tersebut dilakukan kawin suntik memberi benih, tetapi masyarakat didesa
muara danau ini kebanyakan hanya melakukan proses perkawinan seacara
alami. Tanpa melakukan perkawinan dengan memberi benih
Akad sistem bagi hasil keturunan sapi dan penjualan sapi adalah
perjanjian yang dilakukan oleh pemilik sapi dengan pengelola sapi dengan
cara tetak rego atau membagi hasil yang dihasilkan oleh keturunan sapi dan
penjualan sapi yang pembagian hasilnya disepakati oleh kedua belah pihak.
Bagi hasil yang dilakukan oleh masyarakat desa Muara Danau secara adat
kebiasaan berdasarkan kekeluargaan artinya saling percaya yang disepakati
antara kedua belah pihak, tanpa adanya perjanjian yang dilakukan secara
tertulis diantara kedua belah pihak sebagai mana ketentuan hukum islam dan
hukum yang berlaku di indonesia. Dan tidak ada batas waktu yang
ditetapkan, hal tersebut sudah terjadi sejak dahulu serta tidak adanya
antisipasi apabila dikemudian hari terjadinya perselisihan diantara kedua
belah pihak.
Proses kerjasama yang diawali dengan pertemuan pihak perawat dan
pemilik sapi, yang pihak perawat menemui pemilik sapi, atau sebaliknya
pemilik sapi menemui perawat untuk meminta tolong merawat sapinya untuk
dikelola agar disepakati perjanjian kerjasama itu, setelah kedua belah pihak
sepakat barulah mereka mengucapkan ijab dan qabul yang diucapkan oleh
bapak kamal sebagai pemilik sapi.
“saya parokan sapi dengan kamu dengan syarat rawat dengan benar-
benar biar kita sama-sama enak untuk bekerja sama kamu enak saya
enak dengan perjanjian sapi kita tetak rego/ kasih harga awal satu sapi
dengan harga 10 juta jika dalam satu tahun terus kemudian ada orang
yang ingin membeli sapi dengan harga 20 juta, jualkan saja sapinya,
jika nanti sapinya sudah berketurunan kita bagi dua” 12
Selanjutnya wawancara kepada bapak ker sebagai perawat sapi :
“iya baik pak, saya mau merawat sapinya bapak tapi kalau bapak mau
ngambil sapi kasih saya tau di jauh hari-hari biar saya biasa usaha terus
jangan dadakan untuk mengambil sapinya, soalnya saya mau
merawatnya dahulu sampai ada keuturnan sapi”. 13
Jika pemilik sapi mendatangi perawat sapi, maka terjadilah ijab dan qabul
mereka yang diucapkan:
“Tolong rawat sapi-sapi saya, soalnya saya tidak bisa untuk merawat
nya sendiri saya percaya dengan kamu untuk merawat sapi saya karena
pekerjaan kamu dengan orang lain selama ini saya lihat bagus jadi saya
memutuskan untuk meminta kamu untuk merawati sapi-sapi saya biar
kita sama-sama enak jadi kita saling mengertikan saja jangan
kecewakan saya terus kalau seanday nya terjadi musibah seperti sapinya
hilang atau dicuri orang itu tanggung jawab kamu kalau seanday sapi
nya mati kita tanggung sama-sama tanggung berdua”14
Setelah itu Bapak ker sebagai perawat sapi menjawab:
“baik pak saya mau merawat sapi-sapi kamu tapi saya tidak mau jika
sudah ada perjanjiannya saya untuk merawat dalam beberapa tahun ini
jangan kamu ambil sebelum habis perjanjian awal , tetapi jika saya lalai
atau dengan kesengajaan melakukan kelalaian dengan tidak ada rasa
tanggung jawab silahkan bapak untuk ambil kembali sapinya”. 15
Setelah ijab dan qabul itu dilaksanakan maka terjadilah kerjasama
sistem bagi hasil sapi ini pada masyarakat Desa Muara Danau Kecamatan
Lintang Kanan Kabupaten Empat Lawang. Sapi yang akan dijadikan
kerjasama sistem bagi hasil sapi ini kebanyakan sapinya itu sudah tinggal
merawat, mengelolah sampai menghasilkan keturunana, tetapi ada juga yang
dari awal induk sapinya sudah ada yang hamil sampai melahirkan
keturunannya, dalam penelitian yang sudah penulis lakukan yang menjadi
responden yang sapinya sudah tinggal induk melahirkan keturunannya sudah

12
Kamal , Wawancara Pada Tanggal 01 November 2021, Talang Baru
13
Ker ,Wawancara Pada Tanggal 01 November 2021, Muara Danau
14
Kamal ,Wawancara Pada Tanggal 01 November 2021, Muara Danau
15
Ker, Wawancara Pada Tanggal 01 November 2021, Muara Danau
ada 4 orang dan mulai dari awal proses perawatan awal yang belum
mempunyai keturunan ada 3 orang.
Pembagian hasil dari kerjasama sistem bagi hasil yang dilakukan oleh
masyarakat desa Muara Danau Kecamatan Lintang Kanan Kabupaten Empat
Lawang ini sesuai dengan kesepakatan yang terjadi yakni sesuai dengan
hasil keturunan dan penjualannya apabila keturunannya baru satu ekor maka
dijual dan hasilnya dibagi dua, tetapi apabila keturunannya banyak maka
pemilik sapi akan mendapatkan 1/5 bagian dan perawat mendapatkan 1/5
dua-duanya dibagi rata dari keturunannya tersebut.
Apabila diantara mereka terjadi perselisihan maka akan diselesaikan
secara musyawarah dengan melakukan jalan damai dan ternak sapi tersebut
langsung diambil alih oleh pemilik sapi karena si perawat sudah menghianati
pemilik dan tidak dapat dipercaya untuk memelihara sapi itu lagi. Didaerah
Lintang Kanan sering terjadinya pembunuhan akibat perselisihan itu, tetapi
yang penulis temui dalam penelitian ini di Desa Muara Danau belum adanya
terjadi pembunuhan akibat perselisihan tersebut.
Faktor utama penyebab terjadinya pengelolaan ternak sapi di Desa
Muara Danau dapat dilihat dari latar belakangnya. Adapun latar belakang
terjadinya kerjasama pengelolaan ternak sapi ini disebabkan oleh beberapa
faktor, antara lain :
Pertama, sebagian besar desa Muara Danau adalah peternak, ternak sapi
merupakan salah satu mata pencaharian utama masyarakat desa Muara
Danau, Sapi juga menghasilkan daging yang segar dan bagus untuk dijual di
pasar, disamping itu juga sapi-sapi mereka juga dapat membantu dan
menambah penghasilan sehari-hari karena dengan adanya sapi dapat
membantu melakukan pembajakan sawah para petani, kedua adanya pemilik
ternakan yang tidak bisa merawat secara langsung dikarenakan kurangnnya
kemampuan dalam bidang berternak bak dari segi merawat maupun
mengurus, walaupun ternak sapi atau merupakan salah satu mata pecaharian
utama masyarakat desa Muara Danau. Menurut keterangan Bapak Muliyadi
selaku salah tokoh masyarakat menerangkan sebelum pelaksanaan kerjasama
pengelolaan sistem bagi hasil ternak sapi biasanya diadakan suatu perjanjian
secara lisan yang mengikat antara kedua belah pihak, isi perjanjiaannya ialah
sebagai berikut:
1. Sama-sama memberi keuntungan antara kedua belah pihak
2. Wewenang atas ternak sapi berada ditangan pemilik sapi
3. Tercantum ketentuan bagi hasil ternak sapi tersebut
4. Pengeloaan ternak sapi tidak diperbolehkan menyalagunakan atau
menjual hasil ternak sapi tanpa sepengetahuan pemilik sapi.
Masyarakat desa Muara Danau 80% mata pencahariannya adalah
peternak karena beternak bagi mereka mudah untuk dikelolah dan hasilnya
bisa menghidupi kehidupan sehari-hari. Masyarakat yang terlibat dalam
pelaksanaan kerjasama pengelolaan ternak sapi di Desa Muara Danau
Kecamatan Lintang Kanan Kabupaten Empat Lawang berjumlah 15 orang.
22 dikalrifikasikan menjadi dua yaitu pemilik sapi dan pengelola, pemilik
sapi sebanyak 12 orang, sedangkan sebagai pengelolaan berjumlah 10 orang
dengan rincian sebagai berikut:
Tabel I
Perawat Sapi
No Nama Pekerjaan
1 Ker Peternak
2 Son Peternak
3 Ran Peternak
4 Paizal Peternak
5 Jeri Peternak
6 Pir Peternak
7 Pen Peternak
8 Mat Peternak
9 Nando Peternak
10 Zen Peternak
Sumber : Monografi Desa Muara Danau 2021

Adapun masyarakat yang dijadikan sampel sumber penelitian dalam


penelitian ini sebagai pemilik sapi terdiri 8 orang yang dijadikan sampel
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Tabel II
Pemilik Sapi16
No Nama Pekerjaan
1 Kamal PNS
2 Yaya dan Taupik Pengusaha
3 Tar Petani
4 Is Petani
5 Kandar Pedagang
6 Hanaf Petani
7 Riduan dan mat Petani
8 Herman Pengusaha

Dengan ketentuan diatas dapat dipahami bahwa pengetahuan


masyarakat Desa Muara Danau, dalam kerjasama pengelolaan ternak sapi
sangat mebutuhkan dalam memenuhi kebutuhan hidup, karena hal ini
merupakan mata pencaharian pokok dan perbuatan ini tidak bertentangan
dengan syariat islam.
Adapun sebagai gambaran dari kerjasama ternak sapi ini dapat pula
ditentukan beberapa jawaban dari responden mengenai pentingnya
kerjasama yang berlokasi didesa Muara Danau, untuk lebih jelasnya dapat
dilihat dari tabel berikut:

16
Muliyadi, Wawancara Pada Tanggal 01 November 2021, Muara Danau
Tabel III
Pengetahuan Masyrakat Terhadap Kerjasama Pengelolaan Ternak Sapi
di Desa Muara Danau
Jawaban responden Responden Persentase
a. Menunjang 15 75%
perekonomian
b. Sifat tolong 5 25%
menolong
c. Tidak - -
menjawab
Jumlah 20 100%

Dari tabel diatas dapat diketahui, bahwa sebagian responden


memberikan jawaban terhadap pentingnya kerjasama tersebut adalah
menunjang perekonomian, dan sebagian kecil yang memberikan jawaban
tolong menolong dan yang tidak menjawab tidak ada sama sekali.
Konsep bagi hasil yang dilakukan di desa muara danau ini ketika sudah
ada hasil perawatan ( sudah beranak ), hasilnya kemudian di bagi dua yaitu
setengah untuk pemilik hewan setengah nya lagi untu pengelola ( 50% : 50%
), dimana dalam pembagian keuntungan berdasarkan pendapatan yang
diperoleh dari pengelola keuntungan berdasarkan pendapatan yang diperoleh
dari pengelola tanpa mengkamulasikan terlebih dahulu biaya- biaya yang di
keluarkan. Jika pendapat besar maka bagi hasilnya juga besar dan jika
pendapatan kecil maka bagi hasilnya juga kecil.
Berdasarkan pemaparan bagi hasil yang dilakukan didesa muara danau
peneliti melakukan wawancara menurut Bapak ker selaku pengelola sapi
milik bapak Kamal dengan kesepakatan bagi dua yaitu : 50 % : 50% . bapak
Kamal memberikan sapi, kepada bapak ker dengan pembagian keuntungan
ketika ada hasil yaitu anaknya, indukan tersebut sudah beranak yaitu sudah
beranak. Dan setelah sudah dipelihara oleh bapak ker selama setahun lebih,
sapi tersebut mendapatkan hasil 1 ekor anak sapi, setelah anak sapi tersebut
ingin dibeli oleh orang maka kedua belah pihak akan melakukan
kesepakatan bagi hasil.
Peneliti melakukan wawancara kepada peternak Sapi yaitu kepada Bapak
Ker bahwa sapi tersebut seharga Rp.10.000.000.’maka perhitungan bagi
hasil antara Bapak ker dengan Bapak Kamal dibagi sesuai dengan perjanjian
awal. Yaitu untuk Bapak kamal memperoleh 50% X
Rp.10.000.000=Rp.5000.000 dan hasil untuk pak ker 50% X Rp.10.000.000
= Rp.5.000.000. namun jika berkeinginan untuk dipelihara saja maka salah
satu antara pemilik maupun pengelola memberikan uang Rp. 5.000.000.
untuk bagi hasilnya.
Bagi hasil sudah diambil oleh pemilik bukan oleh pengelola maka kedua
belah pihak akan melakukan kesepakatan apakah langsung dijual atau
menunggu sampai dewasa, jika sapi dijual ketika sudah dewasa maka
pengelola akan mendapatkan bagian karena dipelihara oleh pengelola sampai
dewasa. Harga diawal sapi Rp. 10.000.000 dan dijual waktu sudah dewasa
seharga Rp. 20.000.000. maka dipotong terlebih dahulu yaitu Rp.
20.000.000- Rp. 10.000.000 selanjutnya sisa harga penjuakan di bagi 50: 50.
Yaitu 10.000.000 X 50% = Rp.5.000.000 jadi untuk pemilik Rp.5.000.000
dan untuk pengelola Rp.5.000.000.
Pembagian keuntungan antara Bapak Ker dengan Bapak Kamal dalam
bagi hasil hewan ternak sapi dalam pembagiannya tidak semata- mata bagi
dua yaitu : 50% : 50%. Tetapi ada suatu ketika dalam pemeliharaan hewan
ternak sapi tersebut masih dalam keadaan belum pernah beranak, maka
dalam hal ini ketika sudah mendapatkan hasil yaitu anaknya, tidak akan ada
pembagian keuntungan untuk pemilik hewan ternak yaitu 100% milik
pengelola atau anak pertama untuk pengelola.
Pemeliharaan hewan ternak sapi tidak pernah ada keuntungan maka
ketika pihak pemilik ingin menjual sapi tersebut maka akan dibagi dua
contohnya. Harga awal sapi tersebut Rp. 15.000.000 dan dijual seharga Rp.
20.000.000 maka di potong terlebih dahulu yaitu Rp.20.000.000- Rp. 15.
000.000 = Rp. 5.000.000 selanjutnya uang sisa penjualan di bagi dua 50 : 50.
Yaitu 5.000.000 X 50 % = Rp. 2.500.000 jadi untuk pemilik Rp. 2.500.000
dan untuk pengelola Rp. 2.500.000.17
Peneliti juga mewawancarai Pembagian keuntungan yang dilakukan
diatas sama persis yang dilakukan oleh Bapak son dengan bapak taupik dan
bapak paizal dengan bapak is, hanya sedikit perbedaan dalam pembagian
keuntungan yang dilakukan oleh Bapak son dengan Bapak is yaitu bagi
hasilnya melakukan bergantian contohnya dalam keadaan sudah beranak
anak pertama untuk pengelola sedangkan anak kedua untuk pemilik dan
seterusnya.18
Pemeliharaan dilakukan oleh pengelola biasanya satu sampai dua tahun
sudah ada hasil, jika pemelihara melakukan pemeliharan sapi biasanya
sudah ada hasil 2 sapi, karena sapi setiap beranak hanya 1 ekor saja. Dalam
pemeliharaanya, pihak pemilik hewan ternak hanya melihat- lihat kondisi
hewan ternak yang dipelihara oleh pengelola, biasanya pemilik melakukan
pengecekan sebulan sekali dan ketika waktu masa kawin hewan ternak
tersebut.
Pengelola merasa di untungkan dalam pembagian keuntungan karena
hanya memberi makan, mecarikan makan, membuat kandang dan ada
pengeluaran biaya untuk pemeliharaan. Sedangkan bagi pemilik merasa
sedikit dirugikan atas bagi hasil tersebut karena dalam bagi hasil ketika
hewan sapi tersebut dalam keadaan belum pernah beranak maka anak
tersebut tidak ada bagian untuk pemilik.19
Dijelaskan oleh bapak Abdul Toyib sebagai pemuka agama, beliau
menjelaskan bahwa kerjasama pegelolaan ternak sapi yang dilakukan oleh
masyarakat Desa Muara Danau tidak bertentangan dengan agama Islam dan
pekerjaan ini adalah salah satu perwujudan sosial dalam masyarakat dengan
unsur tolong-menolong antar sesama dengan berdasarkan syariat ajaran
islam, tidak ada salahnya melakukan kerjasama tersebut, dengan kata lain
dapat menambah lapangan pekerjaan.20
Dengan ketentuan diatas dapat dipahami bahwa pengetahuan
masyarakat Desa Muara Danau, dalam kerjasama pengelolaan ternak sapi
sangat membutuhkan dalam memenuhi kebutuhan hidup, karena hal ini
merupakan mata pencaharian pokok dan perbuatan ini tidak bertentangan
dengan syariat islam.
17
Ker, Wawancara Pada Tanggal 02 November 2021, Muara Danau
18
Son, Wawancara Pada Tanggal, 03 November 2021, Muara Danau
19
Ker, Wawancara Pada Tanggal, 02 November 2021, Muara Danau
20
Abdul Toyib, Wawancara Pada Tanggal, 03 November 2021, Muara Danau
Penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa sistem bagi hasil hewan
ternak sapi di Desa Muara Danau Kecamatan Lintang Kanan Kabupaten
Empat Lawang didasarkan pada bagi hasil mengggunakan adat kebiasaan
yang telah di penuhi oleh para pihak, tetapi berjalannya waktu bagi hasil
tersebut pengelola dirugikan sebab bagi hasil yang dilakukan tidak ada
potongan terlebih dahulu biaya - biaya yang dikeluarkan oleh pengelola.

2. Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah Terhadap Ternak Sapi dengan


Sistem Tradisi Bagi Hasil di Desa Muara Danau Kecamatan Lintang
Kanan Kabupaten Empat Lawang
Dalam bahasa arab istilah hukum berarti kebijaksanaan. Makna ini
diambil dari proses lahirnya hukum dalam setiap peristiwa yang memerlukan
keputusan hukum, setiap kepastian hukum ataupun akibat hukum harus
berdasarkan kebijaksanaan, kebijaksaan hukum sebagai yuridis formal
maupun materilnya. Secara substantive, hukum bersifat normatif yaitu
sebagai pedoman hidup berdasarkan norma- norma yang menghendaki
seluruh manusia yang bertingkah laku sesuai kehendak hukum. 21
Beberapa defenisi pengertian terhadap ekonomi islam yang disebutkan
oleh pakar tentang ekonomi islam, Menurut M. Umar Chapra ( dalam Abdul
manan ) “ Ekonomi islam adalah sebuah pengetahuan yang membantu usaha
proses menjadikan nyata bagi kehidupan manusia berdasarkan tempat dan
memperlancar ataupun mempermudah penyampaian barang jasa suatu
sumber daya yang terbatas terletak pada penghubung yang mengacu pada
ajaran islam dengan tidak memberikan keleluasan kepada individu”, menurut
Kursyid Ahmad ( dalam Abdul Manan ) “ ekonomi islam adalah sebuah
usaha yang menguraikan suatu hubungan yang teratur untuk memahami
tentang kejadian dalam bidang ekonomi dan perilaku manusia secara teratur
dalam perspektif Islam.”22 Dari defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
ekonomi islam bukan hanya persoalan nilai,tetapi dalam bidang kajian
keilmuan. Ekonomi Islam sebagai konsep yang integral dalam membangun
keutuhan hidup bermasyarakat
Berdasarkan hasil penelitian tentang kerjasama sistem bagi hasil antara
pengelola dan pemilik ternak sapi di Desa Muara Danau Kecamatan Lintang
Kanan Kabupaten Empat Lawang menurut Ekonomi Islam dieperbolehkan
karena syarat dan rukunya telah terpenuhi, selain itu juga dalam kajian
Ekonomin Islam sistem Bagi Hasil yang terjadi di Desa Muara Danau
dikenal dengan istilah mudharabah
Menurut jumhur ulama yaitu, Malik syafi’I, Ats-Tsuari, Abu Yusuf,
Muhammad Bin Hasan ( dua orang terkahir adalah pendapat imam Ahmad
dan Daud ), memegang kebolehan bagi hasil, menurut pendapat mereka, bagi
hasil ini dikecualikan oleh As-Sunnah dari dari larngan menjual yang belum
terjadi.23
Islam tidak melarang kerjasama, namun kerjasama harus berpijak
kepada prinsip yang adil dan benar. Dalam islam disebut dengan

21
Beni Ahmad Saebani, Hukum Ekonomi & Syariah Di Indonesia, ( Bandung : CV
Pustaka Setia , 2018), 1.
22
Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah Dalam Persfektif Kewenangan Peradilan
Agama, ( Jakarta : Kencana, 2016 ) 7-8.
23
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid jilid 3. Diterjemahkan oleh Muhammad Abdurrahman,
Dkk, ( Semarang : Asy-Syfa, 1994 ) 283.
mudharabahatau bagi hasil. Untuk kerjasama ini, islam menetapkan syarat,
dimana kedua belah pihak harus bersama-sama mendapatkan keuntungan
dan menanggung kerugian dengan presentase sesuai kesepakatan.
Kerjasama dibolehkan dalam islam, sesuai dengan firman Allah SWT
dalam surat Al-Maidah ayat 2 berikut ini :
‫هّٰللا‬
َ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا اَل تُ ِح ُّلوْ ا َش َع ۤا ِٕى َر ِ َواَل ال َّش ْه َر ْال َح َرا َم َواَل ْالهَ ْد‬
‫ي َواَل ْالقَاَل ۤ ِٕى َد‬
ۤ
‫َوٓاَل ٰا ِّم ْينَ ْالبَيْتَ ْال َح َرا َم يَ ْبتَ ُغوْ نَ فَضْ اًل ِّم ْن َّربِّ ِه ْم َو ِرضْ َوانًا َۗواِ َذا َحلَ ْلتُ ْم فَاصْ طَا ُدوْ ا ۗ َواَل يَجْ ِر َمنَّ ُك ْم‬
‫اونُوْ ا َعلَى ْالبِرِّ َوالتَّ ْق ٰو ۖى َواَل تَ َعا َونُوْ ا‬ َ ‫َشن َٰانُ قَوْ ٍم اَ ْن‬
َ ‫ص ُّدوْ ُك ْم ع َِن ْال َم ْس ِج ِد ْال َح َر ِام اَ ْن تَ ْعتَ ُد ۘوْ ا َوتَ َع‬
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
ِ ‫ان َۖواتَّقُوا َ ۗاِ َّن َ َش ِد ْي ُد ْال ِعقَا‬
‫ب‬ ِ ‫َعلَى ااْل ِ ْث ِم َو ْال ُع ْد َو‬

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar


syi'ar-syi'ar Allah dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram
jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang
qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi
Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan
apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan
janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka
menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat
aniaya (kepada mereka). dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah,
Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.

Maksud ayat diatas adalah semua usaha dpat memberikan kebaikan


untuk individu maupun sosial, atau dapat menepis sesuatu yang merugikan
dirinya, dianggap sebagai kebaikan dan ketaqwaan, selama dengan niat yang
baik. Islam bukan hanya melegalkan, namun memberikan berkah dengan
bantuan Allah SWT.24
Menurut tafsir AL-Maraghi, bahwa perintah tolong- menolong dalam
mengerjakan kebaikan dan taqwa adalah termasuk manusia agar saling
memberikan bantuan satu sama lainnya mengerjakan apa saja yang
bermanfaat bagi umat manusia, baik pribadi maupun kelompok, baik perkara
agama maupun dunia, juga dalam melakukan setiap perbuatan taqwa yang
itu mereka mencegah terjadinya kerusakan-kerusakan dan mengancam
keselamatan mereka. Sehubungan dengan masalah bagi hasil dalam islam
telah di atur bahwa kerjasama yang bersifat kebaikan atau tolong menolong
adalah sangat dianjurkan.
Adapun pelaksanaan kerjasama sistem bagi hasil antara pengelolah dan
pemilik sapi di Desa Muara Danau, jika dilihat dari kajian dari kajian fiqih
mualah yaitu akad mudharabah, antara lain dari segi rukunya yaitu kedua
belah pihak atau dua orang yang berakad yaitu pengelolah dan pemilik sapi,
obyeknya merupakan ternak sapi, pekerjaan yang harus dilakukan
pengelolah adalah mengurus, merawat, dan menjaga sapi tersebut.
Sedangkan syaratnya sudah jelas, berupa sapi yang harus dirawat,
dijaga, diurus, dan oleh pekerja sedangkan pemilik sapi menyerahkan semua
kepengurusan sapi milinknya kepada pengelolah. Proses yang dilakukan oleh
pengelolah dan pemilik sapi sesuai kesepakatan bersama dan diatas dasar
tolong menolong diantara mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
24
Yusuf Qardawi, Halal dan Haram Islam, (Surabaya: Karya Utama, 2005 ) 316.
Kegiatan Ternak Sapi yang dilakukan oleh di Desa Muara Danau
kecamatan Lintang Kanan Kabupaten Empat Lawang paa pelaksaannya
terdapat konsep kerjasama yang sudah jelas dan dibenarkan oleh syara’
selama kegiatan usaha tersebut tidak bertentangan kepada nilai- nilai syari’at
islam. Pada konsepnya, dimana antar individu atau kelompok manusia yang
melakukan kerjasama ternak sapi tersebut terjalin ikatan ijab qabul yang
yang menimbulkan akibat hukum dari kegiatannya, yakni pihak pemilik
modal menyatakan kehendaknya dalam menyerahkan modalnya berupa
hewan sapi kepada orang yang setuju menjalankan kegiatan kerjasama
ternak sapi, kemudian dari perikatan tersebut menimbulkan akibat hukum
dari perjanjian perikatan terhadap objeknya.
Bentuk perjanjian dibagi menjadi 2 macam yakni perjanjian dalam
bentuk tertulis dalam bentulk lisan. Dalam Al- Qur’an surat Al-Baqarah ayat
282:

‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِ َذا تَدَايَ ْنتُ ْم بِ َدي ٍْن اِ ٰلٓى اَ َج ٍل ُّم َس ّمًى فَا ْكتُبُوْ ۗهُ َو ْليَ ْكتُبْ بَّ ْينَ ُك ْم كَاتِ ۢبٌ بِ ْال َع ْد ۖ ِل‬

Artinya : hai orang- orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah


tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis diantara kamu
menuliskannya dengan benar. ( Q.S Al-Baqarah, ayat: 282 )

Firman diatas disebutkan bahwa Allah SWT menganjurkan kepada


manusia hendaknya suatu perikatan dilakukan secara tertulis, dihadiri oleh
saksi-saksi, dan diberikan tanggung jawab individu yang melakukan
perikatan,dan yang menjadi saksi. Selain itu, dianjurkan pula apabila suatu
perikatan dilaksanakan tidak secara tunai, maka dapat dipegang suatu benda
sebagai jaminannya.
Dalam masalah muamlah adat kebiasaan bisa dijadikan dasar hukum,
dengan syarat adat tersebut diakui dan tidak bertentangan dengan
kententuan-ketentuan umum yang ada dalam syara’. Sebagimana masyarakat
Desa Muara Danau ini merupakan kerjasama berdasarkan adat yang dipakai
selama ini dalam masyarakat tersebut.
Berdasarkan penjelasan diatas penulis dapat menyimpulkan, jelas
terlihat bahwa kerjasama sistem bagi hasil ternak sapi yang dilakukan oleh
masyarakat Desa Muara Danau ini tidak bertentangan dengan ketentuan fiqh
muamalah karena kerjasama yang mereka lakukan termasuk pengelolaan
mudharabah dalam fiqih muamalah yang sudah memenuhi rukun dan syarat-
syaratnya. Hanya saja dalam kerjasama perjanjian pada masyarakat Desa
Muara Danau akad tidak dilakukan secara tertulis melainkan hanya dengan
lisan dengan tidak mendatangkan saksi dalam perjanjian tersebut dan mereka
adat kebiasaan digunakan sebagai dasar.

F. Penutup
1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Adapun latar belakang terjadinya kerjasama pengelolaan sapi ini
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: Pertama, sebagian besar desa
Muara Danau adalah peternak, ternak sapi merupakan salah satu mata
pencaharian utama masyarakat desa Muara Danau, Sapi juga menghasilkan
daging yang segar dan bagus untuk dijual di pasar, disamping itu juga sapi-
sapi mereka juga dapat membantu dan menambah penghasilan sehari-hari
karena dengan adanya sapi dapat membantu melakukan pembajakan
sawah para petani, kedua adanya pemilik ternakan yang tidak bisa merawat
secara langsung dikarenakan kurangnnya kemampuan dalam bidang
berternak bak dari segi merawat maupun mengurus, walaupun ternak sapi
atau merupakan salah satu mata pecaharian utama masyarakat desa Muara
Danau.
2. Sistem bagi hasil anatara pengelolah dan pemilik sapi di Desa Muara
Danau Kecamatan Lintang Kanan Kabupaten Empat Lawang dalam fiqih
islam muamalah dikenal dengan istilah mudharabah. sistem bagi hasil
ternak sapi yang dilakukan oleh masyarakat desa Muara Danau ini tidak
bertentangan dengan ketentuan fiqh muamalah karena kerjasama yang
mereka lakukan termasuk pengelolaan mudharabah dalam fiqih muamalah
yang sudah memenuhi rukun dan syarat-syaratnya. Hanya saja dalam
kerjasama perjanjian pada masyarakat desa Muara Danau akad tidak
dilakukan secara tertulis melainkan hanya dengan lisan dengan tidak
mendatangkan saksi dalam perjanjian tersebut.
2. Saran
Dari kesimpulan diatas mengenai sistem bagi hasil ternak sapi penulis
memberikan saran sebagai berikut :
1. Hendaknya diantara masyarakat harus saling tolong menolong untuk
menunjang perekonomian antara satu yang lain, diakarenakan masih
adanya masyarakat yang tidak mempunyai pekerjaan.
2. Hendaknya perjanjian yang dilakukan secara lisan dirubah dengan bentuk
perjanjian yang sifatnya tertulis karena memiliki perlindungan hukum
apabila terjadi perselisihan dikemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Ahmad Saebani, Beni. Hukum Ekonomi & Syariah Di Indonesia. Bandung : CV Pustaka
Setia, 2018.

Manan, Abdul. Hukum Ekonomi Syariah Dalam Persfektif Kewenangan Peradilan


Agama. Jakarta : Kencana, 2016.

Manan, Abdul. Hukum Ekonomi Syariah: Dalam Persepktif Kewenangan Peradilan


Agama Edisi Pertama. Jakarta: kencana, 2012.

Qardawi, Yusuf. Halal dan Haram Islam. Surabaya: Karya Utama, 2005.

Rahman Ghazaly DKK, Abdul. Fiqh Muamalat. Jakarta: Prenadamedia Group, 2010.

Rasjid, Sulaiman. Fiqih Islam, Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2019.

Rusyd, Ibnu. Bidayatul Mujtahid jilid 3. Diterjemahkan oleh Muhammad Abdurrahman,


Dkk. Semarang : Asy-Syfa, 1994.

Sahroni, Oni. Fikih Muamalah. Depok : PT Raja Grafindo Persada, 2018.

Syafei, Rachmat. Fiqih Muamalah, Bandung : Cv Pustaka, 2000.

SKRIPSI

Dewi Rachmawati, Citra. Mekanisme Pengajuan Asuransi Usaha Ternak Sapi ( AUTS )
Pada PT. Asuransi Jasa Indonesia Persero Kantor Cabang Malang (Skripsi :
Universitas Muhamadiyah Malang, 2020.

Hadidjah, Elly Femi, pengembangan usaha ternak sapi rakyat melaluiintegrasi sapi-
tanaman disulawesi utara, Skripsi Diterbitkan di Sulawesi Utara Universitas Sam
Ratulagi, 2008.

Rof’I, Akhman, Tinjauan hukum islam terhadap praktek perjanjian bagi hasil ternak
sapi didesa sebandung kecamatan sukerejo kabupaten pasuruan, Skripsi
diterbitkan di Surabaya: IAIN Sunan Ampel Surabaya, 1994.

Setiawan, Aris . Praktek Ijarah Ternak Sapi Studi Kasus Pada Perternakan Sapi Desa
Tulungrejo Kecamatn Karangrejo Kabupaten Tulungagung ( Skripsi : IAIN
Tulungagung, 2014.

Anda mungkin juga menyukai