Tradisi Tetak Rego ( Studi Kasus Desa Muara Danau Kecamatan Lintang Kanan
Kabupaten Empat Lawang
Linda Sari 1
ABSTRAK
1
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Raden Fatah Palembang, 082375371404, Email.
Sarilindasari776@gmail.com
Abstract.
This research is entitled Review of Sharia Economic Law Against Cattle Farming
With the Tetak Rego Tradition System (In Muara Danau Village, Lintang Kanan
District, Empat Lawang Regency). This type of research is field research, which is
carried out by going directly to the research location, the type of data used is
qualitative data and the data sources used are primary data and secondary data,
then data is collected by means of observation, interviews, documentation, and
literature study. The data analysis technique that the author uses is qualitative
data analysis, which is an effort carried out by deductive means, namely drawing
conclusions from the general to the specific so that the research results can be
understood easily. The results of this study can be concluded that the cooperation
of cattle with a profit-sharing system in the village of Muara Danau uses an oral
contract which is carried out directly without any legal conditions in an
agreement. As for the Review of Sharia Economic Law on Cattle With a Profit
Sharing Tradition System, it is permissible in Islam as long as it fulfills the pillars
and conditions of mudharabah in muamalah fiqh which have fulfilled the pillars
and conditions. It's just that in the cooperation agreement with the people of
Muara Danau village, the contract is not done in writing but only verbally by not
bringing witnesses in the agreement and they are customarily used as the legal
basis.
2
Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah: Dalam Persepktif Kewenangan Peradilan
Agama Edisi Pertama, ( Jakarta: kencana, 2012 ),71.
3
Citra Dewi Rachmawati, Mekanisme Pengajuan Asuransi Usaha Ternak Sapi ( AUTS )
Pada PT. Asuransi Jasa Indonesia Persero Kantor Cabang Malang( Skripsi : Universitas
Muhamadiyah Malang, 2020 )15
disamping itu juga kotorannya dapat djadikan bahan organik seperti pupuk
kandang dan banyak berbagai macam lainnya.4
Kehidupan manusia didunia diliputi dengan berbagai problematika yang
rumit. Islam datang sejak seribu lima ratus tahun silam sebagai cahaya yang
menerangi gelapnya kehidupan. Islam datang dengan prinsip rohmatan lil’alamin
mampu menjawab berbagai problematika kehidupan manusia. Ulama telah
membagi disiplin ilmu dari ajaran islam. Salah satu disiplin ilmu yang tercetus
adalah ilmu fiqh yang berbicara panjang lebar dan terperinci khusus tentang
kehidupan manusia.5
Islam membenarkan seorang muslim berdagang dan berusaha secara
perorangan membenarkan juga penggabungan modal dan tenaga dalam bentuk
perkongsian. Salah satu contoh dari bentuk usaha perkongsian yang banyak terjadi
didalam masyarakat, khususnya di Indonesia adalah kerja sama bagi hasil yang
sifatnya saling mengguntungkan kedua belah pihak pemilik modal dan pekerja. 6
Di antara muamalah yang berjalan di kalangan masyarakat diatur oleh Al-
Qur’an dan al-Hadits dan dikembangkan oleh para ahli fiqih adalah masalah kerja
sama dalam usaha salah satunya adalah perternakan sapi bentuk kerja sama dalam
fikih muamalah yang cukup signifikan untuk dikembangkan dalam dunia bisnis
sekarang ini adalah syirkah. Dalam syirkah kontrak kerja sama ditetapkan
berdasarkan kesepakatan dan serikat kerja, yang dimaksud serikat kerja ialah dua
orang tenaga ahli atau lebih, bermufakat atas suatu pekerjaan supaya keduanya
sama-sama mengerjakan pekerjaan itu. Pengahsilan upahnya adalah untuk mereka
bersama menurut perjanjian antara mereka, baik keahlian keduanya sama ataupun
berbeda seperti tukang kayu dengan dengan tukang tukang kayu, dan tukang besi
dengan tukang besi. Begitu juga penghasilannya besarnya menurut perdamaian
antara keduanya, hanya perbandingannya itu hendaknya ditentukan sewaktu akad.
Adapun menurut faedah serikat sudah tidak asing lagi bagi kita semua bahwa
perkongsian itu adalah suatu jalan yang baik untuk kemajuan suatu bangsa bahkan
dapat pula menjadi jalan untuk meneguhkan tali perhubungan antara satu bangsa
dengan bangsa lain satu umat dengan umat yang lain. Dengan perkongsian
perusahaan dan perdagangan bahkan perhubungan antarnegara akan lebih mudah
dan lancar, dan ilmu pengetahuan jadi cepat tersiar. Sesungguhnya banyak
pekerjaan yang penting sukar dan sulit tidak dapat dikerjakan oleh perseorangan
serta tidak dapat dengan modal yang sedikit tetapi harus dengan tenaga dan modal
bersama gotong royong.7
Pada prinsipnya islam juga lebih menekankan produksi untuk memenuhi
kebutuhan orang banyak. Karena itu bagi islam produksi yang berkembang baik
secara kualitatif maupun kuantitatif tidak dengan sendirinya mengidentifikasikan
kesejahteraan bagi masyarakat. Atau dalam istilah bahasa arabnya syirkah uqud
pembagiannya berupa syirkah inan dan syirkah al- mufawadhah. Yang pertama
syirkah uqud adalah dua orang atau lebih melakukan akad untuk kerja sama
4
Femi Hadidjah Elly, “ Pengembangan Usaha Ternak Sapi Rakyat Melalui Integrasi
Sapi-Tanaman Di Sulawesi Utara” ( Skripsi : Universitas Sam Ratulagi, 2008 ) 20.
5
Aris Setiawan, “ Praktek Ijarah Ternak Sapi Studi Kasus Pada Perternakan Sapi Desa
Tulungrejo Kecamatn Karangrejo Kabupaten Tulungagung”( Skripsi : IAIN Tulungagung, 2014 ),
34.
6
Akhman Rof’I, “ Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Perjanjian Bagi Hasil
Ternak Sapi Di Desa Sebandung Kecamatan Sukerejo Kabupaten Pasuruan” ( Skripsi : IAIN
Sunan Ampel Surabaya, 1994 ) 25.
7
Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam,( Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2019 ) 298-299.
( berserikat ) dalam modal dan keuntungan. Artinya kerja sama ini didahului oleh
transaksi dalam penanaman modal dan kesepakatan pembagian keuntungannya.
sedangkan pembagian syirkah uqud ini berupa syirkah inan yaitu pengabungan
harta atau modal dua orang atau lebih yang tidak selalu sama jumlahnya. boleh satu
pihak memiliki modal lebih besar dari pihak lain. dan syirkah al- mufawadhah
yaitu perserikatan dimana modal semua pihak dan bentuk kerja sama yang mereka
lakukan baik kualitas dan kuantitasnya harus sama dan keuntungan dibagi rata. 8
Dalam Islam telah ditekankan bahwa dalam bermasyarakat haruslah
tolong menolong dan kerjasama. Dalil al-Qur’an yang menjadi landasan adalah
(Q.S al-Maidah ayat 2).
8
Abdul Rahman Ghazaly DKK, Fiqh Muamalat,( Jakarta: Prenadamedia Group,
2010 )131-132.
9
Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah,( Bandung : Cv Pustaka, 2000) 183.
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari substansi akad 10. Hikmah syirkah
manusia tidak dapat hidup sendirian pasti membutuhkan orang lain dalam
memenuhi kebutuhan. Selain itu syirkah pada hakikatnya sebuah kerja sama yang
saling menguntungkan dalam mengembangkan potensi yang dimiliki baik berupa
harta atau pekerjaan.
Secara sederhana syirkah diartikan kerja sama antara dua orang atau lebih
dalam sebuah usaha konsekuensi keuntungan dan kerugiannya ditanggung secara
bersama.syirkah memiliki kedudukan yang sangat kuat dalam islam. Adapun
defenisi syirkah menurut beberapa ahli fiqh akad antara kedua orang berserikat
pada pokok harta modal keuntungan. Lalu akad yang berlaku antara kedua orang
atau lebih untuk saling tolong menolong dalam suatu usaha dan membagi
keuntungnnya. mengenai syirkah bahwa yang dimaksud syirkah ini adalah kerja
sama antara dua orang atau lebih dalam bidang usaha atau modal yang masing-
masing dari harta yang melakukan syirkah tersebut berbaur menjadi satu tanpa ada
perbedaan satu dengan yang lainnya yang keuntungan dan kerugiannya di tanggung
bersama sesuai kesepakatan yang telah dilaksanakan.
Di Indonesia juga kebanyakan masyarakatnya menggantarkan dirinya
kepada sektor pertanian dan perternakan. Begitu juga yang terjadi di masyarakat
didesa muara danau kecamatan lintang kana kabupaten empat lawang. Kebanyakan
desa tersebut bergantung pada sektor salah satunya perternakan. Akad adalah suatu
yang penting dalam suatu perjanjian dan dalam kerja sama, sebab pemilik
perternakan terkadang tidak mempunyai keahlian dan pengalaman dalam
mengelolah dan merawatnya dan mungkin juga tidak ada waktu untuk mengelolah
dan merawatnya,sementara di sisi lain ada orang yang memiliki kemampuan dan
keahlian dalam merawat dan mengelola pereternakan serta memiliki waktu luang
untuk waktu tersebut, dan di samping itu ada orang yang tidak memiliki seperti
perternakan sapi sehingga pemilik perternakan membutuhkan pekerja untuk
pengelolaan dan perawat ternak sapi dan pihak pekerja membutuhkan pekerjaan ,
dan sehingga terjalin hubungan mutual simbosis di antara keduannya.dengan
adanya akad kerja sama dapat menolong dan membantu masyakarat dalam
meningkatkan ekonominya baik untuk pihak yang memiliki perternakan maupun
perkebunan ataupun untuk petani perternakan dan penggarap yang menjadi pihak
pengelola.
Kerja sama bagi hasil yang dilakukan oleh masyarakat hanya berdasarkan
kekeluargaan dan kepercayaan masing-masing pihak. 11 Selain itu akad bagi
hasilnya juga berdasarkan dengan tradisi setempat yang mana didalam tradisi desa
itu adalah tetak rego yang disebut bagi hasil yang merupakan suatu tradisi dalam
penjualan sapi dengan sistem tradisi tetak rego atau bagi hasil, disini yang disebut
dengan paroan atau bagi hasil dalam tradisi desa merupakan hasil dari penjualan
sapi tersebut dengan bagi hasil keuntungan harga awal dengan ditambah dari
penjual yang pengelolah sapi yang dijual sapi tersebut. dan juga disamping itu akad
yang dilakukan oleh kedua bela pihak hanya secara lisan dan tanpa disaksikan oleh
saksi-saksi sehingga tidak ada bukti bahwa telah terjadi kerja sama diantara kedua
belah pihak. Padahal jika memang prosesnya seperti demikian akan terjadi suatu
masalah dan terjadi beberapa pelanggaran terjadi terhadap kerjasama yang telah
disepakati sehingga dapat merugikan salah satu yang bertransaksi.
Kerjasama yang terjadi di desa muara danau kecamatan lintang kanan
kabupaten empat lawang didalam sistemnya tidak sesuai dengan akad perjanjian
10
Oni Sahroni, Fikih Muamalah, ( Depok : PT Raja Grafindo Persada, 2018) 1-2.
11
Sahroni, Fikih Muamalah,3.
seperti perjanjian dalam merawat sapi ,mengelolah sapi, dan bagi hasil dibagi rata
keturunan sapinya atau dibagi rata dari hasil penjualannya .dan apabila si pengelola
sapi lalai dalam merawat salah satu sapi tersebut terkadang mengalami sakit dan
ada juga yang mati. sehingga upah si pengelola untuk perawatan sapi nya tadi
adalah keturunan dari sapi tersebut, nah jika salah satu sapi nya mati si pengelola
tidak mendapat bagian upah dari tuan sapi , dan yang menjadi penyebab kematian
sapi tersebut terkadang lingkungan sekitar dan juga perubahan cuaca. Hal inilah
yang menjadi ketidak sesuaian antara akad dan prakteknya dalam suatu kerja sama.
Padahal dilihat dari kerja sama dalam akad mudharabah adalah akad kerja sama
usaha antara dua pihak, dimana pihak pertama sebagai pemilik modal dan pihak
kedua sebagai pengelola modal. Dan Keuntungan kerja sama tersebut dibagi untuk
kedua belah pihak sesuai dengan kesepakan yang tertuang dalam perjanjian, karena
hal ini diluar dari akad kerjasama.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
suatu penelitian yang berjudul “TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARIAH
TERHADAP TERNAK SAPI DENGAN SISTEM TRADISI BAGI HASIL
(DI DESA MUARA DANAU KECAMATAN LINTANG KANAN
KABUPATEN EMPAT LAWANG)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, timbul rumusan masalah
diantaranya bagaimana Usaha ternak sapi dengan sistem tradisi tetak rego di desa
muara danau kecamatan lintang kanan kabupaten empat lawang dan bagaimana
tinjauan hukum ekonomi syariah terhadap usaha ternak sapi di desa muara danau
kecamatan lintang kanan kabupaten empat lawang?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan usaha ternak sapi dengan
sistem tradisi tetak rego didesa muara danau kecamatan lintang kanan kabupaten
empat lawang dan mengetahui tinjauan hukum ekonomi syariah terhadap usaha
ternak sapi desa muara danau kecamatan lintang kanan kabupaten empat lawang.
D. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Metode Penelitian menggunakan pendekatan field Research (lapangan)
yaitu penelitian yang dilakukan atas suatu kejadian atau peristiwa yang
menggunakan kenyataan. Penelitihan karya tulis ini menggunakan metode
deskripsi kualitatif, adalah prosedur penelitihan yang menghasilkan data
Deskriftif. Adapun yang menjadi objek penelitihan ini adalah “ tinjauan
hukum ekonomi syariah terhadap ternak sapi dengan sistem tradisi tetak rego
di desa muara danau kecamatan lintang kanan kabupaten empat lawang”.
2. Sumber Data
Data primer adalah sumber dimana sebuah data dihasilkan. Data primer
diperoleh langsung dari tempat penelitian, melalui wawancara dengan salah
satu buruh tani dan petani pengelola perternakan sapi didesa muara danau
kecamatan lintang kanan kabupaten empat lawang.Data pimer yang
didapatkan yaitu berupa kasus ternak sapi dengan sistem tradisi tetak rego
didesa muara danau kecamatan lintang kanan kabupaten empat lawang,
sedangkan data sekunder adalah data yang menunjang data primer studi
kepustakaan. Dalam penelitian ini melakukan studi kepustakaan ( library
research ) yaitu dengan membaca dan mempelajari buku, jurnal yang terkait
dalam penelitian, artikel serta sumber hukum yang relevan dengan penelitian
ini seperti ayat-ayat al-Qur’an, hadist yang berkenaan dengan hukum serta
secara hasil searching di internet. Data sekunder yang didapatkan berupa
menganalisis tentang “ternak sapi dengan sistem tradisi tetak rego dalam
islam yang bersumber dari buku fiqh muamalah yang berhubungan dengan
masalah yang dibahas.
3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini dari responden dan informan yaitu masyarakat
desa muara danau kecamatan lintang kanan kabupaten empat lawang
pengambilan dengan purposive sampling ( kriteria tertentu ).
1) Petani perternakan desa muara danau kecamatan lintang kanan
kabupaten empat lawang
2) Salah satu pemilik perternakan sapi di desa mura danau kecamatan
lintang kanan kabupaten empat lawang.
a. Wawancara
Wawancara yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara Tanya jawab bertatap muka antara pewawancara
dan informasi atau orang yang d iwawancarai, dengan atau tanpa
menggunakan pedoman (quide) wawancara. Dengan mengajukan
sejumlah pertanyaan untuk dijawab secara lisan, dimana materi yang
akan dipertanyakan telah disiapkan terlebih dahulu sebagai pedoman.
Dalam hal ini pertanyaan berkaitan dengan ternak sapi dengan
sistem tradisi tetak rego desa muara danau kecamatan lintang kanan
kabupaten empat lawang.
b. Dokumentasi
Alat ini digunakan untuk mendapatkan data yang berkenan dengan
kajian yang berfungsi sebagai pendukung wawancara yang berupa hasil
dari penelitihan, jurnal, skripsi, dan data-data yang dapat di akses dari
internet.
5. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari serta menyusun secara sistematis
data yang telah diperoleh dari hasil wawancara dan bahan- bahan lain
sehingga mudah untuk dipahami dan diinformasikan kepada orang lain. Data
yang telah dikumpulkan dianalisis secara deskripsi kualitatif, yakni
menggambarkan, mengkaji seluruh permasalahan yang ada pada rumusan
masalah, yaitu menyimpulkan dari pernyataan-pernyataan yang bersifat
umum ditarik ke khusus, sehingga hasil penelitian ini dapat dipahami dengan
mudah.
E. Pembahasan
1. Sistem kerjasama Dan Bagi Hasil di Desa Muara Danau
Sistem bagi hasil biasanya sering kita jumpai dalam istilah ekonomi,
yang dimaksud dengan sistem bagi hasil adalah suatu sistem yang meliputi
pembagian hasil usaha antara pemodal dan pengelola dana pembagian usaha.
Sedangkan yang digunakan oleh masyarakat desa muara danau dalam bidang
perternakan khususnya untuk kerjasama di bidang ternakan sapi sistem bagi
hasil ini yakni tetak rego . Kerjasama atau sistem bagi hasil yang dilakukan
oleh dua orang dimana salah satu pihak merupakan pemilik ternakan sapi,
sedangkan yang lain adalah pengelola untuk mengurusi sapi tersebut dan
dari hasil keturunan yang didapat maka kedua bela pihak akan membagi
hasilnya sesuai dengan kesepakatan yang dilakukan oleh kedua belah pihak.
Sistem bagi hasil yang dilakukan di desa Muara Danau disebabkan
karena ada sebagian masyarakat yang memiliki ternakan sapi namun mereka
tidak memiliki waktu untuk mengurus sapi milik mereka sendiri karena
kesibukan mereka ataupun faktor usia sehingga mereka tidak sanggup untuk
mengurus sapi milik mereka sendiri, dan disi lain juga ada yang memiliki
kemampuan untuk melakukan pengurusan dalam bidang berternak sapi
namun tidak memiliki sapi untuk mereka kelola, dengan adanya sistem bagi
hasil ini maka masing-masing pihak dapat bekerja sama dimana pemilik sapi
merasa aman karena ada pengelola yang mengurusi sapi miliknya sedangkan
pengelola sendiri memiliki penghasilan dari yang didapatkan dalam
mengurusi sapi tersebut.
Kerjasama yang dilakukan oleh dua orang dimana salah satu pihak
merupakan pemilik sapi, sedangkan pihak lain sebagai pengelola untuk
mengelola/mengurusi sapi dan dari hasil keturunan dan hasil penjualan yang
didapat maka kedua belah pihak akan membagi hasilnya sesuai dengan
kesepakatan dari kedua belah pihak itu disebut dengan sistem bagi hasil.
Pengelola melakukan pencarian rumput dikebun untuk untuk makan sapi,
tanpa membeli. Sedangkan pihak pengelola akan menambahkan bahan
makanan selain rumput guna untuk pengemukan maupun kesehatan sapi
yaitu biasanya menggunakan dedak. Maka dapat disimpulkan adanya
penambahan biaya- biaya tak terduga bagi pengelola untuk biaya nya
tersebut dikeluarkan dari pihak pengelola. Sedangkan untuk proses
perkawinan di bagi dua, dalam proses perkawinan tersebut biasanya sapi
tersebut dilakukan kawin suntik memberi benih, tetapi masyarakat didesa
muara danau ini kebanyakan hanya melakukan proses perkawinan seacara
alami. Tanpa melakukan perkawinan dengan memberi benih
Akad sistem bagi hasil keturunan sapi dan penjualan sapi adalah
perjanjian yang dilakukan oleh pemilik sapi dengan pengelola sapi dengan
cara tetak rego atau membagi hasil yang dihasilkan oleh keturunan sapi dan
penjualan sapi yang pembagian hasilnya disepakati oleh kedua belah pihak.
Bagi hasil yang dilakukan oleh masyarakat desa Muara Danau secara adat
kebiasaan berdasarkan kekeluargaan artinya saling percaya yang disepakati
antara kedua belah pihak, tanpa adanya perjanjian yang dilakukan secara
tertulis diantara kedua belah pihak sebagai mana ketentuan hukum islam dan
hukum yang berlaku di indonesia. Dan tidak ada batas waktu yang
ditetapkan, hal tersebut sudah terjadi sejak dahulu serta tidak adanya
antisipasi apabila dikemudian hari terjadinya perselisihan diantara kedua
belah pihak.
Proses kerjasama yang diawali dengan pertemuan pihak perawat dan
pemilik sapi, yang pihak perawat menemui pemilik sapi, atau sebaliknya
pemilik sapi menemui perawat untuk meminta tolong merawat sapinya untuk
dikelola agar disepakati perjanjian kerjasama itu, setelah kedua belah pihak
sepakat barulah mereka mengucapkan ijab dan qabul yang diucapkan oleh
bapak kamal sebagai pemilik sapi.
“saya parokan sapi dengan kamu dengan syarat rawat dengan benar-
benar biar kita sama-sama enak untuk bekerja sama kamu enak saya
enak dengan perjanjian sapi kita tetak rego/ kasih harga awal satu sapi
dengan harga 10 juta jika dalam satu tahun terus kemudian ada orang
yang ingin membeli sapi dengan harga 20 juta, jualkan saja sapinya,
jika nanti sapinya sudah berketurunan kita bagi dua” 12
Selanjutnya wawancara kepada bapak ker sebagai perawat sapi :
“iya baik pak, saya mau merawat sapinya bapak tapi kalau bapak mau
ngambil sapi kasih saya tau di jauh hari-hari biar saya biasa usaha terus
jangan dadakan untuk mengambil sapinya, soalnya saya mau
merawatnya dahulu sampai ada keuturnan sapi”. 13
Jika pemilik sapi mendatangi perawat sapi, maka terjadilah ijab dan qabul
mereka yang diucapkan:
“Tolong rawat sapi-sapi saya, soalnya saya tidak bisa untuk merawat
nya sendiri saya percaya dengan kamu untuk merawat sapi saya karena
pekerjaan kamu dengan orang lain selama ini saya lihat bagus jadi saya
memutuskan untuk meminta kamu untuk merawati sapi-sapi saya biar
kita sama-sama enak jadi kita saling mengertikan saja jangan
kecewakan saya terus kalau seanday nya terjadi musibah seperti sapinya
hilang atau dicuri orang itu tanggung jawab kamu kalau seanday sapi
nya mati kita tanggung sama-sama tanggung berdua”14
Setelah itu Bapak ker sebagai perawat sapi menjawab:
“baik pak saya mau merawat sapi-sapi kamu tapi saya tidak mau jika
sudah ada perjanjiannya saya untuk merawat dalam beberapa tahun ini
jangan kamu ambil sebelum habis perjanjian awal , tetapi jika saya lalai
atau dengan kesengajaan melakukan kelalaian dengan tidak ada rasa
tanggung jawab silahkan bapak untuk ambil kembali sapinya”. 15
Setelah ijab dan qabul itu dilaksanakan maka terjadilah kerjasama
sistem bagi hasil sapi ini pada masyarakat Desa Muara Danau Kecamatan
Lintang Kanan Kabupaten Empat Lawang. Sapi yang akan dijadikan
kerjasama sistem bagi hasil sapi ini kebanyakan sapinya itu sudah tinggal
merawat, mengelolah sampai menghasilkan keturunana, tetapi ada juga yang
dari awal induk sapinya sudah ada yang hamil sampai melahirkan
keturunannya, dalam penelitian yang sudah penulis lakukan yang menjadi
responden yang sapinya sudah tinggal induk melahirkan keturunannya sudah
12
Kamal , Wawancara Pada Tanggal 01 November 2021, Talang Baru
13
Ker ,Wawancara Pada Tanggal 01 November 2021, Muara Danau
14
Kamal ,Wawancara Pada Tanggal 01 November 2021, Muara Danau
15
Ker, Wawancara Pada Tanggal 01 November 2021, Muara Danau
ada 4 orang dan mulai dari awal proses perawatan awal yang belum
mempunyai keturunan ada 3 orang.
Pembagian hasil dari kerjasama sistem bagi hasil yang dilakukan oleh
masyarakat desa Muara Danau Kecamatan Lintang Kanan Kabupaten Empat
Lawang ini sesuai dengan kesepakatan yang terjadi yakni sesuai dengan
hasil keturunan dan penjualannya apabila keturunannya baru satu ekor maka
dijual dan hasilnya dibagi dua, tetapi apabila keturunannya banyak maka
pemilik sapi akan mendapatkan 1/5 bagian dan perawat mendapatkan 1/5
dua-duanya dibagi rata dari keturunannya tersebut.
Apabila diantara mereka terjadi perselisihan maka akan diselesaikan
secara musyawarah dengan melakukan jalan damai dan ternak sapi tersebut
langsung diambil alih oleh pemilik sapi karena si perawat sudah menghianati
pemilik dan tidak dapat dipercaya untuk memelihara sapi itu lagi. Didaerah
Lintang Kanan sering terjadinya pembunuhan akibat perselisihan itu, tetapi
yang penulis temui dalam penelitian ini di Desa Muara Danau belum adanya
terjadi pembunuhan akibat perselisihan tersebut.
Faktor utama penyebab terjadinya pengelolaan ternak sapi di Desa
Muara Danau dapat dilihat dari latar belakangnya. Adapun latar belakang
terjadinya kerjasama pengelolaan ternak sapi ini disebabkan oleh beberapa
faktor, antara lain :
Pertama, sebagian besar desa Muara Danau adalah peternak, ternak sapi
merupakan salah satu mata pencaharian utama masyarakat desa Muara
Danau, Sapi juga menghasilkan daging yang segar dan bagus untuk dijual di
pasar, disamping itu juga sapi-sapi mereka juga dapat membantu dan
menambah penghasilan sehari-hari karena dengan adanya sapi dapat
membantu melakukan pembajakan sawah para petani, kedua adanya pemilik
ternakan yang tidak bisa merawat secara langsung dikarenakan kurangnnya
kemampuan dalam bidang berternak bak dari segi merawat maupun
mengurus, walaupun ternak sapi atau merupakan salah satu mata pecaharian
utama masyarakat desa Muara Danau. Menurut keterangan Bapak Muliyadi
selaku salah tokoh masyarakat menerangkan sebelum pelaksanaan kerjasama
pengelolaan sistem bagi hasil ternak sapi biasanya diadakan suatu perjanjian
secara lisan yang mengikat antara kedua belah pihak, isi perjanjiaannya ialah
sebagai berikut:
1. Sama-sama memberi keuntungan antara kedua belah pihak
2. Wewenang atas ternak sapi berada ditangan pemilik sapi
3. Tercantum ketentuan bagi hasil ternak sapi tersebut
4. Pengeloaan ternak sapi tidak diperbolehkan menyalagunakan atau
menjual hasil ternak sapi tanpa sepengetahuan pemilik sapi.
Masyarakat desa Muara Danau 80% mata pencahariannya adalah
peternak karena beternak bagi mereka mudah untuk dikelolah dan hasilnya
bisa menghidupi kehidupan sehari-hari. Masyarakat yang terlibat dalam
pelaksanaan kerjasama pengelolaan ternak sapi di Desa Muara Danau
Kecamatan Lintang Kanan Kabupaten Empat Lawang berjumlah 15 orang.
22 dikalrifikasikan menjadi dua yaitu pemilik sapi dan pengelola, pemilik
sapi sebanyak 12 orang, sedangkan sebagai pengelolaan berjumlah 10 orang
dengan rincian sebagai berikut:
Tabel I
Perawat Sapi
No Nama Pekerjaan
1 Ker Peternak
2 Son Peternak
3 Ran Peternak
4 Paizal Peternak
5 Jeri Peternak
6 Pir Peternak
7 Pen Peternak
8 Mat Peternak
9 Nando Peternak
10 Zen Peternak
Sumber : Monografi Desa Muara Danau 2021
Tabel II
Pemilik Sapi16
No Nama Pekerjaan
1 Kamal PNS
2 Yaya dan Taupik Pengusaha
3 Tar Petani
4 Is Petani
5 Kandar Pedagang
6 Hanaf Petani
7 Riduan dan mat Petani
8 Herman Pengusaha
16
Muliyadi, Wawancara Pada Tanggal 01 November 2021, Muara Danau
Tabel III
Pengetahuan Masyrakat Terhadap Kerjasama Pengelolaan Ternak Sapi
di Desa Muara Danau
Jawaban responden Responden Persentase
a. Menunjang 15 75%
perekonomian
b. Sifat tolong 5 25%
menolong
c. Tidak - -
menjawab
Jumlah 20 100%
21
Beni Ahmad Saebani, Hukum Ekonomi & Syariah Di Indonesia, ( Bandung : CV
Pustaka Setia , 2018), 1.
22
Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah Dalam Persfektif Kewenangan Peradilan
Agama, ( Jakarta : Kencana, 2016 ) 7-8.
23
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid jilid 3. Diterjemahkan oleh Muhammad Abdurrahman,
Dkk, ( Semarang : Asy-Syfa, 1994 ) 283.
mudharabahatau bagi hasil. Untuk kerjasama ini, islam menetapkan syarat,
dimana kedua belah pihak harus bersama-sama mendapatkan keuntungan
dan menanggung kerugian dengan presentase sesuai kesepakatan.
Kerjasama dibolehkan dalam islam, sesuai dengan firman Allah SWT
dalam surat Al-Maidah ayat 2 berikut ini :
هّٰللا
َ ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا اَل تُ ِح ُّلوْ ا َش َع ۤا ِٕى َر ِ َواَل ال َّش ْه َر ْال َح َرا َم َواَل ْالهَ ْد
ي َواَل ْالقَاَل ۤ ِٕى َد
ۤ
َوٓاَل ٰا ِّم ْينَ ْالبَيْتَ ْال َح َرا َم يَ ْبتَ ُغوْ نَ فَضْ اًل ِّم ْن َّربِّ ِه ْم َو ِرضْ َوانًا َۗواِ َذا َحلَ ْلتُ ْم فَاصْ طَا ُدوْ ا ۗ َواَل يَجْ ِر َمنَّ ُك ْم
اونُوْ ا َعلَى ْالبِرِّ َوالتَّ ْق ٰو ۖى َواَل تَ َعا َونُوْ ا َ َشن َٰانُ قَوْ ٍم اَ ْن
َ ص ُّدوْ ُك ْم ع َِن ْال َم ْس ِج ِد ْال َح َر ِام اَ ْن تَ ْعتَ ُد ۘوْ ا َوتَ َع
هّٰللا هّٰللا
ِ ان َۖواتَّقُوا َ ۗاِ َّن َ َش ِد ْي ُد ْال ِعقَا
ب ِ َعلَى ااْل ِ ْث ِم َو ْال ُع ْد َو
ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِ َذا تَدَايَ ْنتُ ْم بِ َدي ٍْن اِ ٰلٓى اَ َج ٍل ُّم َس ّمًى فَا ْكتُبُوْ ۗهُ َو ْليَ ْكتُبْ بَّ ْينَ ُك ْم كَاتِ ۢبٌ بِ ْال َع ْد ۖ ِل
F. Penutup
1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Adapun latar belakang terjadinya kerjasama pengelolaan sapi ini
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: Pertama, sebagian besar desa
Muara Danau adalah peternak, ternak sapi merupakan salah satu mata
pencaharian utama masyarakat desa Muara Danau, Sapi juga menghasilkan
daging yang segar dan bagus untuk dijual di pasar, disamping itu juga sapi-
sapi mereka juga dapat membantu dan menambah penghasilan sehari-hari
karena dengan adanya sapi dapat membantu melakukan pembajakan
sawah para petani, kedua adanya pemilik ternakan yang tidak bisa merawat
secara langsung dikarenakan kurangnnya kemampuan dalam bidang
berternak bak dari segi merawat maupun mengurus, walaupun ternak sapi
atau merupakan salah satu mata pecaharian utama masyarakat desa Muara
Danau.
2. Sistem bagi hasil anatara pengelolah dan pemilik sapi di Desa Muara
Danau Kecamatan Lintang Kanan Kabupaten Empat Lawang dalam fiqih
islam muamalah dikenal dengan istilah mudharabah. sistem bagi hasil
ternak sapi yang dilakukan oleh masyarakat desa Muara Danau ini tidak
bertentangan dengan ketentuan fiqh muamalah karena kerjasama yang
mereka lakukan termasuk pengelolaan mudharabah dalam fiqih muamalah
yang sudah memenuhi rukun dan syarat-syaratnya. Hanya saja dalam
kerjasama perjanjian pada masyarakat desa Muara Danau akad tidak
dilakukan secara tertulis melainkan hanya dengan lisan dengan tidak
mendatangkan saksi dalam perjanjian tersebut.
2. Saran
Dari kesimpulan diatas mengenai sistem bagi hasil ternak sapi penulis
memberikan saran sebagai berikut :
1. Hendaknya diantara masyarakat harus saling tolong menolong untuk
menunjang perekonomian antara satu yang lain, diakarenakan masih
adanya masyarakat yang tidak mempunyai pekerjaan.
2. Hendaknya perjanjian yang dilakukan secara lisan dirubah dengan bentuk
perjanjian yang sifatnya tertulis karena memiliki perlindungan hukum
apabila terjadi perselisihan dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Ahmad Saebani, Beni. Hukum Ekonomi & Syariah Di Indonesia. Bandung : CV Pustaka
Setia, 2018.
Qardawi, Yusuf. Halal dan Haram Islam. Surabaya: Karya Utama, 2005.
Rahman Ghazaly DKK, Abdul. Fiqh Muamalat. Jakarta: Prenadamedia Group, 2010.
SKRIPSI
Dewi Rachmawati, Citra. Mekanisme Pengajuan Asuransi Usaha Ternak Sapi ( AUTS )
Pada PT. Asuransi Jasa Indonesia Persero Kantor Cabang Malang (Skripsi :
Universitas Muhamadiyah Malang, 2020.
Hadidjah, Elly Femi, pengembangan usaha ternak sapi rakyat melaluiintegrasi sapi-
tanaman disulawesi utara, Skripsi Diterbitkan di Sulawesi Utara Universitas Sam
Ratulagi, 2008.
Rof’I, Akhman, Tinjauan hukum islam terhadap praktek perjanjian bagi hasil ternak
sapi didesa sebandung kecamatan sukerejo kabupaten pasuruan, Skripsi
diterbitkan di Surabaya: IAIN Sunan Ampel Surabaya, 1994.
Setiawan, Aris . Praktek Ijarah Ternak Sapi Studi Kasus Pada Perternakan Sapi Desa
Tulungrejo Kecamatn Karangrejo Kabupaten Tulungagung ( Skripsi : IAIN
Tulungagung, 2014.