1. Coba ananda kaitkan konsep manusia sebagai khalifah dan Abd dengan
pelaksanaan ekonomi yang sesuai menurut ajaran Islam ! Menganalisis
Tugas Manusia sebagai khalifah harus membangun kemakmuran dan kehidupan yang
baik di muka bumi , Dalam meraih kemakmuran Islam mewajibkan manusia untuk bekerja
sesuai kemampuan dan keahlian. Kemampuan dan keahlian diperoleh melalui proses belajar,
berlatih dan menjalani pengalaman hidup Dalam bekerja syariah Islam memberikan rambu-
rambu berupa perintah dan larangan Dalam syariah sesuatu yang diperintahkan atau
dibolehkan akan memberikan mashlahat bagi manusia, dan sebaliknya apa yang dilarang atau
dibenci syariah akan memberikan mudharat bagi manusia dan lingkungannya. Selain itu
syariah Islam juga mendorong pengembangan bisnis, inovasi produk, model pemasaran sesuai
perkembangan dunia bisnis baik lokal maupun global untuk mencapai tujuan bisnis yaitu
kesejahteraan dan kemakmuran.
Jadi manusia sebagai khalifah harus memiliki tanggung jawab melaksanakan
perekonomian sesuai dengan ajaran Islam dengan mengikuti prinsip-pensip sebagai berikut :
Prinsip Kesucian, Bisnis Islam sangat memperhatikan dari aspek kebersihan dan
kesucian produk, mulai dari input, proses maupun output.
Prinsip Kejujuran, Bisnis hendaknya memperhatikan nilai-nilai kejujuran dalam setiap
transaksi baik model transaski yang digunakan, ucapan maupun perilaku pelaku
transaski.
Prinsip Keadilan, Keadilan dalam bisnis merupakan salah satu pilar dalam sistem
ekonomi Islam. Keadilan akan membuat setiap orang dalam dunia bisnis akan merasa
aman, tenang dan terpenuhinya hak setiap orang.
Prinsip Ukhuwah, Muamalah dalam Islam sangat memperhatikan hubungan antara
manusia harus terjaga dengan baik, baik hubungan secara idiologi (iman) maupun
hubungan secara kemanusiaan (basyariah). Untuk menjaga kelestarian hubungan
manusia dengan baik bisnis dalam Islam sangat memperhatikan masalah etika bisnis
dan pelayanan.
Prinsip Profesionalisme, Bekerja atau berbisnis dalam Islam merupakan amanah dan
ibadah kepada Allah swt. olehnya itu perlu dikelola secara maksimal yang didukung
oleh kemampuan dan kompetensi seseorang pada jenis pilihan bisnisnya. Rasulullah
saw melarang memilih pekerja atau karyawan yang bukan ahlinya, larangan meminta
jabatan atau posisi dimana seseorang tidak memiliki kompetensi didalamnya. Bahkan
Rasulullah saw menegaskan pentingnya profesionalisme dalam suatu pekerjaan (itqan)
Prinsip Berjamaah (networking), Kekuatan dan keberkahan suatu bisnis akan terwujud
dengan sistem berjamaah (networking). Rasulullah saw menegaskan bahwa siapa yang
ingin panjang umur dan memiliki potensi rezeki yang luas dan bisnis yang berkembang
hendaklah dia berjejaring.
Prinsip Keseimbangan, Syariah Islam adalah aturan hidup yang seimbang.
Keseimbangan hidup dalam Islam berlaku secara menyeluruh, yang meliputi
keseimbangan urusan dunia maupun akhirat, keseimbangan ibadah – muamalah,
keseimbangan kerja-santai, keseimbangan bisnis-sosial, keseimbangan kolektif-
individu, keseimbangan material, spiritual, keseimbangan sektor keuangan-sektor riil,
keseimbangan makro-mikro , dan keseimbangan pemanfaatan-pelestarian.
Keseimbangan ini akan membuat kehidupan manusia lebih tertata, terkendali, terjaga
dan lestari yang pada akhirnya manusia akan meraih kesejahteraan dan kebahagiaan
yang hakiki
Prinsip Universal, Sistem ekonomi dan keuangan Islam bukan sistem ekonomi yang
bersifat ekslusif yang hanya berlaku pada umat Islam saja, tetapi bersifat inklusif yaitu
berlaku pada semua umat manusia. Karena syariah Islam dimana didalamnya termasuk
ekonomi dan keuangan syariah diturunkan Allah swt untuk seluruh manusia bahkan
untuk sekalian alam. Keuniversalan ekonomi dan keuangan syariah membuka peluang
yang luas bagi umat lain yang ingin menerapkan sistem ekonomi mereka dengan pola
syariah.
2. Bagaimana penilaian ananda terhadap pelaksanaan ekonomi di sekeliling ananda,
penilaian ananda disertai kritik dan saran. Mengevaluasi
Kritik: sikap keserakahan manusia terhadap harta dan uang. Sedangkan teori ekonomi
Islam antara kepentingan pribadi dengan kepentingan masyarakat sangat erat, sernata-mata
karena fitrah keduanya yang harus ada keselarasan clan keserasian, bukan persaingan dan
pertarungan. Kapitalisme yang selalu melakukan persaingan dalam bentuk apapun pada
aktivitas ekonomi, cenderung menghalalkan segala cara demi mendapatkan keuntungan yang
sebesar-besarnya. Salah satu cara yang dilakukan oleh mereka untuk mendapatkan keuntungan
yang besar adalah melakukan penimbungan, penyimpanan barang atau uang, yang
sewaktuwaktu harga tinggi, mereka menjualnya. Konsep kaum kapitalis, misalnya tentang
individu menjadi pemilik satu-satunya bagi apa yang dapat dihasilkannya. Suatu ha! yang pasti
tetjadi dalam sistem ekonomi kapitalis ialah lahirnya kecenderungan yang keras dikalangan
masyarakat untuk mengumpulkan kekayaan clan tidak menyelaraskan kecuali jika akan
mendatangkan keuntungan besar bagi dirinya. Dalarn hal ini kaum kapitalis tidak melarang
adanya penumpukan atau penimbunan barang. Mereka akan menempuh cara apapun dalam ha!
perdagangan asalkan mendatangkan keuntungan clan tidak mernbuat mereka rugi. Bagi dunia
usaha kontemporer yang dianut oleh kapitalis penumpukan barang bertujuan untuk
mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda bila didistribusikan pada saat harga naik, dan
para konsuinen rnembutuhkannya. Dalam sistem ekonomi kontemporer yang dianut oleh kaum
kapitalis penumpukan barang atau penirnbunan barang seperti itu tidak dilarang clan
merupakan hak asasi setiap pengusaha untuk memperoleh keuntungan yang besar dari aktivitas
jual beli. Konsep mereka dalam melaksanakan perekonomian adalah boleh melakukan apa saja
cara yang ditempuh oleh para pelaku ekonomi asalkan bisa menclatangkan keuntungan bagi
dirinya dan ticlak membuat dirinya rugi.
Pandangan inilah yang melahirkan penilaian mereka, bahwa sesuatu itu berguna dari
kacamata ekonomi, sekalipun persepsi umum menganggap ticlak bermanfaat atau justru
berbahaya. Teori ini bertitik tolak dari egoisme yang dipertaruhkan kepada diri tiap-tiap
incliviclu clari masyarakat manusia clan bersesuclahan pacla batas yang paling jauh clari
egoisme clan cinta kepacla diri sencliri. Ia membinasakan sifat-sifat manusia clan bucli
pekertinya yang luhur, yang ticlak clapat cliabaikan bagi kebahagiaan umat manusia clan
kesejahteraannya.
Saran: Islam merupakan jalan tengah yang mengajarkan manusia untuk saling
mengasihi, menghargai dan menghormati, akan tetapi tidak melupakan kepentingan pribadi
untuk hidup dihargai dan dihormati. Islam menyuruh pengikut: bekerjalah untuk duniamu
seolah-olah akan hidup selamanya. Islam adalah agama praktis yang tidak menyuruh
pengikutnya untuk memikul beban yang tidak dapat dipikulnya. Sistem ekonomi Islam yang
meletakan dasarnya pada paham sosialis, tetapi bukan sosialis yang berlandasan histories
materialis dan sistem kelas, melainkan berdasarkan kewajiban manusia terhadap manusia dan
kewajiban terhadap tuhan. Oleh karena itu sistem ekonomi Islam dijadikan suatu alternative
rujukan pada kehidupan bermasyarakat yang nantinya diharapkan akan melahirkan masyarakat
mawaddah warohmah warobbun gofur.
Taghrir dalam bahasa Arab gharar, yang berarti : akibat, bencana, bahaya, resiko, dan
ketidakpastian. Dalam istilah fiqh muamalah, taghrir berarti melakukan sesuatu secara
membabi buta tanpa pengetahuan yang mencukupi; atau mengambil resiko sendiri dari suatu
perbuatan yang mengandung resiko tanpa mengetahui dengan persis akibatnya, atau memasuki
kancah resiko tanpa memikirkan konsekuensinya.
Menurut Ibnu Taimiyah, gharar terjadi bila seseorang tidak tahu apa yang tersimpan bagi
dirinya pada akhir suatu kegiatan jual beli. Taghrir dan tadlis terjadi karena adanya incomplete
information yang terjadi pada salah satu pihak baik pembeli atau penjual. Karena itu, kasus
taghrir terjadi bila ada unsure ketidakpastian yang melibatkan kedua belah pihak (uncertain to
both parties).
Menurut mahzab Imam Safi`e seperti dalam kitab Qalyubi wa Umairah: Al-ghararu
manthawwats `annaa `aaqibatuhu awmaataroddada baina amroini aghlabuhuma wa
akhwafuhumaa. Artinya: “gharar itu adalah apa-apa yang akibatnya tersembunyi dalam
pandangan kita dan akibat yang paling mungkin muncul adalah yang paling kita takuti”.
Wahbah al-Zuhaili memberi pengertian tentang gharar sebagai al-khatar dan altaghrir,
yang artinya penampilan yang menimbulkan kerusakan (harta) atau sesuatu yang tampaknya
menyenangkan tetapi hakekatnya menimbulkan kebencian, oleh karena itu dikatakan: al-dunya
mata`ul ghuruur artinya dunia itu adalah kesenangan yang menipu. Dengan demikian menurut
bahasa, arti gharar adalah al-khida` (penipuan), suatu tindakan yang didalamnya diperkirakan
tidak ada unsur kerelaan. Gharar dari segi fiqih berarti penipuan dan tidak mengetahui barang
yang diperjualbelikan dan tidak dapat diserahkan. Gharar terjadi apabila, kedua belah pihak
saling tidak mengetahui apa yang akan terjadi, kapan musibah akan menimpa, apakah minggu
depan, tahun depan, dan sebagainya. Ini adalah suatu kontrak yang dibuat berasaskan andaian
(ihtimal) semata. Inilah yang disebut gharar (ketidak jelasan) yang dilarang dalam Islam,
kehebatan sistem Islam dalam bisnis sangat menekankan hal ini, agar kedua belah pihak tidak
didzalimi atau terdzalimi. Karena itu Islam mensyaratkan beberapa syarat sahnya jual beli,
yang tanpanya jual beli dan kontrak menjadi rusak, diantara syarat-syarat tersebut adalah:
Timbangan yang jelas (diketahui dengan jelas berat jenis yang ditimbang)
Barang dan harga yang jelas dan dimaklumi (tidak boleh harga yang majhul (tidak
diketahui ketika beli).
Mempunyai tempo tangguh yang dimaklumi
Ridha kedua belah pihak terhadap bisnis yang dijalankan.
Imam an-Nawawi menyatakan, larangan gharar dalam bisnis Islam mempunyai
perananan yang begitu hebat dalam menjamin keadilan, jika kedua belah pihak saling
meridhai, kontrak tadi secara dztnya tetap termasuk dalam kategori bay’ al-gharar yang
diharamkkan.
Secara umum, bentuk Gharar dapat dibagi menjadi 4 :
2.1. Gharar dalam Kuantitas
Misalnya seorang petani tembakau sudah membuat kesepakatan jual beli dengan
pabrik rokok atas tembakau yang bahkan belum panen. Pada kasus ini, pada kedua belah
pihak baik petani tembakau maupun pabrik rokok mengalami ketidakpastian mengenai
berapa pastinya jumlah tembakau yang akan panen. Sehingga terdapat gharar atas barang
yang ditransaksikan.
2.2. Gharar dalam Kualitas
Misalnya seorang pembeli sudah membuat kesepakatan untuk membeli anak
kambing yang masih berada di dalam kandungan. Pada kasus ini, baik penjual maupun
pembeli tidak mengetahui dengan pasti apakah nantinya anak kambing ini akan lahir
dengan sehat, cacat, atau bahkan mati. Sehingga terdapat ketidakpastian akan barang
yang diperjualbelikan.
2.3. Gharar dalam Harga
Misalnya Tn. A menjual motornya kepada Tn. B dengan harga Rp 8.000.000 jika
dibayar lunas dan Rp 10.000.000 jika dicicil selama 10 bulan. Pada kasus ini, tidak ada
kejelasan mengenai harga mana yang dipakai. Bagaimana jika Tn. B dapat melunasi
motornya dalam waktu kurang dari 10 bulan? Harga mana yang akan dipakai? Hal inilah
yang menjadi suatu ketidakpastian dalam transaksi.
2.4. Gharar menyangkut waktu penyerahan
Misalnya Basti sudah lama menginginkan handphone milik Miro. Handphone
tersebut bernilai Rp 4.000.000 di pasaran. Suatu saat, handphone tersebut hilang. Miro
menawarkan Basti untuk membeli handphone tersebut seharga Rp 1.500.000 dan barang
akan segera diserahkan begitu ditemukan. Dalam kasus ini, tidak ada kepastian mengenai
kapan handphone tersebut akan ditemukan, dan bahkan mungkin tidak akan ditemukan.
Hal ini menimbulkan gharar dalam waktu penyerahan barang transaksi.
3. RIBA
Al-Quran dan Sunnah dengan sharih telah menjelaskan keharaman riba dalam berbagai
bentuknya; dan seberapun banyak ia dipungut. Allah swt berfirman;
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila keadaan mereka
yang demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata (berpendapat), “Sesungguhnya jual beli
itu sama dengan riba,” padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan);
dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu
adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”. [TQS Al Baqarah (2): 275]
Di dalam Sunnah, Nabiyullah Muhammad saw
“Satu dirham riba yang dimakan seseorang, dan dia mengetahui (bahwa itu adalah riba),
maka itu lebih berat daripada enam puluh kali zina”. (HR Ahmad dari Abdullah bin
Hanzhalah).
Riba secara bahasa bermakna ziyadah (tambahan).
Dalam pengertian lain, secara linguistik riba juga berarti tumbuh dan membesar.
Sedangkan menurut istilah teknis, riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau
modal secara bathil. Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan riba, namun secara umum
terdapat benang merah yang menegaskan bahwa riba adalah pengambilan tambahan, baik
dalam transaksi jual-beli maupun pinjam-meminjam secara bathil atau bertentangan dengan
prinsip muamalat dalam Islam, yaitu: 1. Al-Qur’an “Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu
mendapat keberuntungan” (QS. Ali Imran:130). “Hai orang-orang yang beriman,bertakwalah
kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang
beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah, bahwa
Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba),
maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak pula dianiaya”. (QS. Al
Baqarah: 278-279) 2. Hadits • Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata, Rasulullah bersabda: “Riba
adalah tujuh puluh dosa; dosanya yang paling ringan adalah (sama dengan) dosa orang yang
berzina dengan ibunya.” (HR. Ibn Majah). • Jabir berkata bahwa Rasulullah SAW mengutuk
orang yang menerima riba, orang yang membayarnya dan orang yang mencatatnya, dan dua
orang saksinya, kemudian Beliau bersabda, “Mereka itu semuanya sama”. (HR.Muslim).
Adapun yang dimaksud talaqqil jalab atau talaqqi rukban adalah sebagian pedagang
menyongsong kedatangan barang dari tempat lain dari orang yang ingin berjualan di negerinya,
lalu ia menawarkan harga yang lebih rendah atau jauh dari harga di pasar sehingga barang para
pedagang luar itu dibeli sebelum masuk ke pasar dan sebelum mereka mengetahui harga
sebenarnya.
Jual beli seperti ini diharamkan menurut jumhur (mayoritas ulama) karena adanya
pengelabuan.
4. Susun sebuah rencana sederhana, apa yang akan ananda lakukan sebagai pelaku
ekonomi untuk mengubah kehidupan ekonomi ananda di masa depan
Model usaha atau bisnis yang dikembangkan dalam syariah senantiasa harus berpedoman
pada prinsip-prinsip syariah yang dapat mengubah kehidupan ekonomi dimasa depan antara
lain:
Prinsip Kesucian
Bisnis Islam sangat memperhatikan dari aspek kebersihan dan kesucian produk, mulai dari
input, proses maupun output. Kesucian bisnis dan produk terkait dengan aspek kehalalan
dengan menghindari semua bisnis dan produk yang haram, misalnya babi, khamer, bangkai
dan darah serta turunannya. Selain itu dalam bisnis produk yang dihasilkan hendaknya
berkualitas dan tidak memberikan mudharat bagi kehidupan manusia dan lingkungannya.
Prinsip Kejujuran
Bisnis hendaknya memperhatikan nilai-nilai kejujuran dalam setiap transaksi baik model
transaski yang digunakan, ucapan maupun perilaku pelaku transaski. Dalam transaksi
hendaknya menghindari segala bentuk kecurangan seperti mengurangi takaran,
menyembunyikan cacat produk, spekulasi harga maupun tidak komitmen dengan waktu.
Perilaku kecurangan sangat bertentangan dengan prinsip transaksi yaitu suka sama suka atau
adanya keridhaan.
Prinsip Keadilan
Keadilan dalam bisnis merupakan salah satu pilar dalam sistem ekonomi Islam. Keadilan akan
membuat setiap orang dalam dunia bisnis akan merasa aman, tenang dan terpenuhinya hak
setiap orang. Olehnya itu dalam transaksi bisnis semua bentuk transaski yang merusak pilar
nilai-nilai keadilan harus dihilangkan bahkan transasksinya menjadi batil. Bentuk transasksi
yang bertentangan dengan nilai keadilan antara lain seperti; transasksi riba (bunga), gharar
(ketidakpastian), maisyir (spekulasi), talaqqi rukhban, risywah (sogok menyogok) dan lain-lain
semuanya terlarang. Olehnya itu dalam menegakkan nilai-nilai keadilan dalam bisnis
muamalah dalam Islam menggunakan model bagi hasil, jual beli dan transaksi sewa-menyewa
(ijarah).
Prinsip Ukhuwah
Muamalah dalam Islam sangat memperhatikan hubungan antara manusia harus terjaga dengan
baik, baik hubungan secara idiologi (iman) maupun hubungan secara kemanusiaan (basyariah).
Untuk menjaga kelestarian hubungan manusia dengan baik bisnis dalam Islam sangat
memperhatikan masalah etika bisnis dan pelayanan. Etika bisnis sangat terkait dengan
bagaimana menjaga hubungan manusia secara fisiologi agar tidak terjadi kekecewaan seperti;
larangan bertransaksi atas pembelian orang lain, membolehkan adanya pilihan (khiyar) pada
transaksi yang tidak sesuai. Sedangkan pelayanan yang baik (ihsan) bertujuan untuk
memberikan rasa nyaman, aman dan kepuasana kepada pelanggan.
Prinsip Profesionalisme
Bekerja atau berbisnis dalam Islam merupakan amanah dan ibadah kepada Allah swt. olehnya
itu perlu dikelola secara maksimal yang didukung oleh kemampuan dan kompetensi seseorang
pada jenis pilihan bisnisnya. Rasulullah saw melarang memilih pekerja atau karyawan yang
bukan ahlinya, larangan meminta jabatan atau posisi dimana seseorang tidak memiliki
kompetensi didalamnya. Bahkan Rasulullah saw menegaskan pentingnya profesionalisme
dalam suatu pekerjaan (itqan)
Kekuatan dan keberkahan suatu bisnis akan terwujud dengan sistem berjamaah (networking).
Rasulullah saw menegaskan bahwa siapa yang ingin panjang umur dan memiliki potensi rezeki
yang luas dan bisnis yang berkembang hendaklah dia berjejaring. Networking dalam bisnis
sangat penting karena setiap orang atau kelompok memiliki berbagai keterbatasan baik, sumber
bahan baku, modal, akses pasar, SDM, pelanggan maupun manajemen sehingga dibutuhkan
orang atau pihak lain agar saling membantu dan bersinergi untuk mengambil manfaat bersama
dan mengurangi beban kekurangan bersama. Apalagi dalam era VUCA, dimana kecepatan
perubahan bisnis, ketidakpastian model bisnis, kondisi yang semakin kompleks dan kondisi
bisnis yang ambigu memerlukan sinergi bisnis yang kuat. Begitupula dalam era digital
sekarang ini kemudahan fasilitas informasi sangat mendukung dalam memperkuat bisnis secara
berjamaah (networking) sehingga kalau bisnis mau kuat, tumbuh dan berkembang sangat
dibutuhkan networking yang banyak.
Prinsip Keseimbangan
Syariah Islam adalah aturan hidup yang seimbang. Keseimbangan hidup dalam Islam berlaku
secara menyeluruh, yang meliputi keseimbangan urusan dunia maupun akhirat, keseimbangan
ibadah – muamalah, keseimbangan kerja-santai, keseimbangan bisnis-sosial, keseimbangan
kolektif-individu, keseimbangan material, spiritual, keseimbangan sektor keuangan-sektor riil,
keseimbangan makro-mikro , dan keseimbangan pemanfaatan-pelestarian.
Keseimbangan ini akan membuat kehidupan manusia lebih tertata, terkendali, terjaga dan
lestari yang pada akhirnya manusia akan meraih kesejahteraan dan kebahagiaan yang hakiki
Prinsip Universal
Sistem ekonomi dan keuangan Islam bukan sistem ekonomi yang bersifat ekslusif yang hanya
berlaku pada umat Islam saja, tetapi bersifat inklusif yaitu berlaku pada semua umat manusia.
Karena syariah Islam dimana didalamnya termasuk ekonomi dan keuangan syariah diturunkan
Allah swt untuk seluruh manusia bahkan untuk sekalian alam. Keuniversalan ekonomi dan
keuangan syariah membuka peluang yang luas bagi umat lain yang ingin menerapkan sistem
ekonomi mereka dengan pola syariah. Dalam Islam untuk urusan muamalah seorang muslim
bebas melakukan transaksi bisnis kepada siapa saja tanpa membedakan latar belakang orang
lain, selama dalam transaksi tersebut tidak mengandung unsur-unsur yang bertentangan dengan
syariah, termasuk umat lain bisa menggunakan sistem ekonomi syariah karena dianggap lebih
baik disbanding dengan sistem ekonomi lainnya.
Dalam menyikapi problem ekonomi dunia yang semakin tidak menentu bahkan sudah
mendekati terperosok dalam jurang krisis, terutama akibat dampak wabah covid 19. Maka
sistem ekonomi Islam dapat menjadi solusi terbaik untuk pemulihan dan pengembangan
kehidupan ekonomi yang lebih baik, baik dari sisi makro maupun mikro. Sehingga diharapkan
kondisi ekonomi yang memberikan suasana ekonomi yang kondusif, terciptanya keadilan
distribusi ekonomi, adanya keseimbangan antara sektor finansial dan sektor riil, terciptanya
etika bisnis, terbangunnya komitmen bisnis dan sosial serta penciptaan usaha, ,investasi dan
penyerapan tenaga kerja yang lebih merata.